Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

EDUKASI KESEHATAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


(HIPERTERMIA)

DI SUSUN OLEH:
NURINDAH LESTARI (012022039)
PRODI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA


TAHUN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan kami rahmat dan
hidayahnya sehingga kami bisa menyeleaikan makalah tentang “Edukasi Kesehatan”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut mem-
berikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu. Kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca

Palopo, oktober 2023

2
DAFTAR ISI

BAB 1.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
Latar belakang............................................................................................................................4
Rumusan masalah......................................................................................................................5
Tujuan........................................................................................................................................5
BAB 2.................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
Pengertian.................................................................................................................................6
Etiologi.......................................................................................................................................6
Pencegahan................................................................................................................................7
Penanganan...............................................................................................................................7
BAB 3.................................................................................................................................9
PENUTUP...........................................................................................................................9
Kesimpulan................................................................................................................................9
Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan masa. Perkembanagn yang dimulai
dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/oddler (1-1,5 tahun), dan pra-sekolah (2.5-5 tahun).
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak biasanya rentang sakit (Aziz, 2005).
Para ahli menggolongkan usia balita pada usia pra-sekolah 3-4 tahun sebagai tahapan
perkembangan anak yang cukup rentan terhadap berbagai serangan penyakit dan penyakit
yang sering dijumpai adalah penyakit infeksi (Wong, 2009).
World Health Organizatiton (WHO) menyatakan bahwa hasil studi yang di-
lakukan pada 400 anak usia 1 bulan – 13 tahun dengan Riwayat kejang, paling banyak
anak menderita kejang demam 77%. Di Indonesia dilaporkan pada tahun 2012-2013
angka kejdian kejang demam 3-4% dari anak yang berusia 6 bulan-5 tahun
(Wibisono,2015).
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
38oC, yang disebabkan oleh suatau proses ekstrakranium biasanya terjadi pada usia 3 bu-
lan – 5 tahun (Sujono & Suharsono, 2010).
Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada
anak, terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hamper 3% dari anak yang beru-
mur mengakibatkan kenaikan meabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen
meningkat 20%. Kenaikan suhu tertentu dapat mempengaruhi keseimbangan dari mem-
brane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium
dari membrane tadi, akibat lepasnya miuatan listrik. Lepasnya muatan listrik ini demikian
besar sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membrane sel tetangganya dengan
bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang.
Kompres hangat telah diketahui mempunyai manfaat yang baik dalam menu-
runkan suhu tubuh anak yang mengalami panas tinggi dirumah sakit karena menderita
berbagai penyakit infeksi.sri dan Winarsih (2008) yang melaporkan penelitian tahun
(2002) oleh Tri Redjeki menyatakan bahwa kompres hangat lebuh banyak menurunkan
suhu tubuh dibandingkan dengan kompres air dingin, karena akan terjadi vasokontriksi
pembuluh darah, pasien menjadi menggigil. Dengan kompres hangat menyebabkan suhu
tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu
diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan control pengatur suhu di otak su-
paya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan mem-
buat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori
kulit akan membukadan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi peruba-
han suhu tubuh.

4
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipertermi ?
2. Apa saja tanda dan gejala hipertermi ?
3. Apa saja yang termasuk dalam klasifikasi hipertermi ?
4. Bagaimana penatalaksanaan hipertermi ?
5. Apa saja penyebab hipertermi ?
6 Apa saja Yng termasuk dalam faktor resiko ?
7. Bagaimana pencegahan terhadap hipetermi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hipertermi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertermi
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam klasifikasi hipertermi
4. untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan hipertermi
5. Untuk mengetahui apa saja penyebab hipertermi
6. Untuk mengetahui yang termasuk dalam factor resiko
7. Untuk mengetahui pencegahan hipertermi

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Hipertermi adalah keadaan suhu tubuh meningkat melebihi suhu normal yaitu suhu
tubuh mencapainsekitar 37,8oC per oral atau 38,8oC per rectal secara terus menerus
disertai kulit panas dan kering serta abnormalitas system saraf pusat, seperti delirium,
kejang, atau koma yang disebabkan oleh atau dipengaruhi oleh panas eksternal
(lingkungan) atau internal (metabolik).
2. Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena
kegagalan termoregulasi.Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau
menyerap lebih banyak panas dari pada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh
cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan
perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian.
3. Hypertermia pada bayi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 ºC

B. Etiologi
Disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari
gangguan infeksi dan suhu lingkungan yang terlalu panas. Keadaan ini terjadi bila
bayi diletakkan di dekat api atau ruangan yang berudara panas.Selain itu, dapat pula
disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang dapat mempengaruhi pusat
pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat
pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen. Zat pirogen ini
dapat berupa protein , pecahan protein dan zat lain , terutama toksin polisakarida ,
yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan
tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
1. Fase – fase Terjadinya Hipertermi
a. Fase I : awal
1)Peningkatan denyut jantung
2)Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi
4) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi
5) Rambut kulit berdiri
6) Pengeluaran keringat berlebih
7) Peningkatan suhu tubuh
b. Fase II :
1) proses demam
2) Kulit terasa hangat / panas
3) Peningkatan nadi & laju pernapasan
4) Dehidrasi ringan sampai berat
5) Proses menggigil lenyap
6) Mengantuk , kejang akibat iritasi sel saraf
6
7) mulut kering
8) bayi Tidak mau minum
9) lemas
c. Fase III : pemulihan
1) Kulit tampak merah dan hangat
2) Berkeringat
3) Menggigil ringan
4) Kemungkinan mengalami dehidrasi
C. Pencegahan
1.Kesehatan lingkungan.
2.penyediaan air minum yang memenuhi syarat.
3.Pembuangan kotoran manusia pada tempatnya.
4.Pemberantasan lalat.
5.Pembuangan sampah pada tempatnya.
6.Pendidikan kesehatan pada masyarakat.
7.Pemberian imunisasi lengkap kepada bayi.
8.Makan makana yang bersih dan sehat
9.Jangan biasakan anak jajan diluar

D. Penanganan
Penanganan hipertermia pada dengue hemorrhagic fever (DHF) berupa tindakan
medik dan tindakan keperawatan. Menurut Padila (2013) penatalaksanaan medik
hipertermia pada DHF, yaitu terdiri dari :

1) Penatalaksanaan medik tanpa renjatan, yaitu memberikan minum yang banyak


(11/2-2 liter/hari), memberikan obat antipiretik untuk menurunkan panas, jika kejang,
maka dapat diberi luminal (antionvulsan), berikan infus jika terus muntah dan
hematokrit meningkat.

2) Penatalaksanaan medik dengan renjatan, yaitu pasang infus RL, jika dengan infus
tidak ada respon, maka berikan plasma expander (20-30 ml/kg BB) dan transfusi jika
Hb dan Ht menurun.

Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), penatalaksanaan keperawatan pada
pasien hipertermia pada dengue hemorrhagic fever terdiri dari manajemen hipertermia
dan regulasi temperatur. Penatalaksanaan keperawatan yang paling utama adalah
manajemen hipertermia. Untuk mendukung manajemen hipertermia juga dilakukan
tindakan keperawatan yaitu regulasi temperatur. Jadi terdapat dua aspek
penatalaksanaan keperawatan kasus hipertermia pada DHF yaitu :
1. Manajemen hipertermia

a) Observasi yaitu mengidentifikasi penyebab hipertermia, monitor suhu tubuh,

monitor kadar elektrolit, monitor haluaran urine, dan monitor komplikasi akibat
hipertermia.

b) Terapeutik, yaitu menyediakan lingkungan yang dingin, longgarkan atau lepaskan


pakaian, basahi dan kipasi permukaan tubuh, berikan cairan oral, ganti linen setiap
hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis, lakukan pendinginan eksternal
seperti kompres dingin, berikan oksigen jika perlu.

7
c)Edukasi yaitu, menganjurkan tirah baring pada pasien.
d) Kolaborasi yaitu mengkolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit intravena jika
diperlukan.

2. Regulasi temperature

a) Observasi yaitu, memonitor suhu sampai stabil (36,5 - 37,5o C), monitor tekanan
darah, frekuensi, pernapasan dan nadi, dan monitor warna dan suhu kulit.

b) Terapeutik yaitu, meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat.

c) Kolaborasi yaitu, mengkolaborasikan pemberian antipiretik.

Antipiretik adalah golongan obat dengan target untuk menurunkan temperature

8
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
: Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus bila
mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan penyakit) atau dipengarhui
oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik). Hipertermi disebabkan
oleh infeksi, suhu lingkungan yang terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi
dan suhu lingkungan yang terlalu panas.Untuk pencegahan hipertermi bisa dengan
cara slalu menjaga kesehatan lingkungan, penyediaan air minum yan
memenuhu syarat,pembuangan kotora manusia pada tempatnya,pemberantasan lalat ,
pembuangan sampah pada tempatnya, pendidikan kesehatan pada masyarakat,
pemberian iminisasi lengkap pada bayi,makan-makanam yang bersih dan
sehat,makan- makan yang bersih dan sehat.
B. Saran
Saran-sara yang kami sampaikan sehubungan dengan tulisan makalah ini
sebagai berikut : Hipertermi bukankah suatu penyakit yang ringan tetapi hipertermi
merupakan salah satu penyakit dengan faktor resiko tinggi khususnya pada
bayi.Untuk itu di sini bidan harus tanggap terhadap gejala dan keluhan apa yang
dikeluhkan klien nantinya.Karena apabila hipertermi tidak segera ditangani akan
menjadi kejang dan bisa mengakibatkan kematian khususnya pada bayi. Selain itu
bidan harus turun tangan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
hipertermi mulai dari gejala maupun tanda kemudian cara mengatasinya serta
pencegahan terhadap hipertermi

9
DAFTAR PUSTAKA

Pangesti, N. A., & Atmojo, B. S. R. (2020). Penerapan Kompres Hangat Dalam Menurunkan
Hipertermia Pada Anak Yang Mengalami Kejang Demam Sederhana. Nursing Science
Journal (NSJ), 1(1), 29-35.

http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/P17210196009/9._BAB_1_.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6417/f.%20BAB%20II.pdf?sequenc

https://www.academia.edu/9192731/Hipertermi

10

Anda mungkin juga menyukai