PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien atau klien adalah individu yang tidak terlepas dari adanya
masalah kesehatan. Bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan, maka
di mungkinkan kebutuhan dasarnya menjadi terganggu salah satunya
adalah masalah dalam hal gangguan pernafasan, Kebutuhan dasar manusia
merupakan fokus dalam asuhan keperawatan, dalam hal ini perawat harus
mempunyai pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien melalui proses keperawatan.
1
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
a. Memahami pengkajian pada pasien dengan hipertermi
b. Memahami diagnosa keperawatan pada pasien dengan
hipertermi
c. Memahami intervensi pada pada pasien dengan hipertermi
d. Memahami implementasi pada pasien dengan hipertermi
e. Memahami evaluasi pada pasien dengan hipertermi
C. Metode Penulisan
a. Metode Wawancara
b. Metode Observasi
2
Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengukur tingkat
keadaan pasien dan mengambil dari catatan medis pasien.
d. Metode Diskusi
D. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Di dalam pendahuluan ini penulis menjelaskan tentang latar
belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika
penulisan.
2. BAB II TINJAUAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan tentang laporan rasional dari kebutuhan
pasien dengan hipertermi yaitu definisi peningkatan suhu tubuh (
hipertermi ), klasifikasi , factor yang mempengaruhi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis dan komplikasi, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan teoritis
hipertermi.
3. BAB III TINJAUAN KASUS
Bab ini memaparkan kasus fiktif dimana lebih menekankan pada
hipertermi yang dialami pasien yang langsung menerapkan asuhan
keperawatan kepada pasien dengan pendekatan proses keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan ,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
4. BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara BAB II
dan BAB III meliputi : jenis kesenjangan yang ditemukan, mengapa
kesenjangan terjadi dan solusi untuk mengatasi kesenjangan yang
terjadi.
5. BAB V PENUTUP
3
Bab ini terdiri dari kesimpulan semua konsep yang dibahas fdan
nantinya dijadikan suatu pemahaman yang ringkas agar inti dari
asuhan keperawatan yang dibuat bias lebih dipahami. Serta saran
yang merupakan masukan untuk penulis kepada laporan
pendahuluan pada konsep teoritis dan asuhan keperawatan yang
dijelaskan.
6. DAFTAR PUSTAKA
Berisi kumpulan referensi atau sumber-sumber informasi yang
digunakan untuk mendukung penulis dan menjadi patokan dasar
pembuatan laporan pendahuluan dan konsep teoritis.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
5
- Peningkatan suhu tubuh
6
3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
7
g. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan
metabolisme 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada
zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme.
Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah
mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu
dengan lapisan lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami
hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam
arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.
h. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme,
mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang
menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan
suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.
i. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus,
dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami
gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi
infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit
berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
j. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya
panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang
lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat
mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara
manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
10
serta deficit neorologis difus dan fokal, nekrosis hepatoseluler dan
syok.
d. Komplikasi
Pengaruh hipertermia terhadap sawar darah otak / BBB adalah
meningkatkan permeabilitas BBB yang berakibat langsung baik
secara partial maupun komplit dalam terjadinya edema celebral
(Ginsberg, et al, 1998). Selain itu hipertermia meningkatkan
metabolism sehingga terjadi lactic acidosis yang mempercepat
kematian neuron (Neuronal injury) dan menambah adanya edema
celebral (Reith, et al, 1996). Edema celebral (ADO regional kurang
dari 20 ml/100 gram/menit) ini mempengaruhi tekanan perfusi otak
dan menghambat reperfusi adekuat dari otak, dimana kita ketahui
edema celebral memprbesar volume otak dan meningkatkan
resistensi celebral. Jika tekanan perfusi tidak cukup tinggi, aliran
darah otak akan menurun karena resistensi celebral. Apabila edema
celebral dapat diberantas dan tekanan perfusi bisa terpelihara pada
tingkat yang cukup tinggi, maka aliran darah otak dapat bertambah
(Hucke, et al, 1991).
Dengan demikian daerah perbatasan lesi vaskuler itu bisa mendapat
sirkulasi kolateral yang cukup aktif, kemudian darah akan mengalir
secara pasif ketempat iskemik oleh karena terdapatnya pembuluh
darah yang berada dalam keadaan vasoparalisis. Melalui
mekanisme ini daerah iskemik sekeliling pusat yang mungkin
nekrotik (daerah penumbra) masih dapat diselamatkan, sehingga
lesifaskuler dapat diperkecil samapi daerah pusat yang kecil saja
yang tidak dapat diselamatkan lagi / nekrotik (Hucke, et al, 1991)
Apabila sirkulasi kolateral tidak dimaanfaatkan untuk menolong
daerah perbatasan lesi iskemik, maka daerah pusatnya yang sudah
nekrotik akan meluas, sehingga lesi irreversible mencangkup juga
daerah yang sebelumnya hanya iskemik saja yang tentunya
berkorelasi dengan cacat fungsional yang menetap, sehungga
dengan mencegah atau mengobati hipertermia pada fase akut stroke
berarti kita dapat mengurangi ukuran infark dan edema celebral
11
yang berarti kita dapat memperbaiki kesembuhan fungsional
(Hucke, et al, 1991)
5. Pemeriksaan Diagnostik
Jenis dan parameter pemeriksaan diagnostic
a. Darah lengkap : WBC, Hb, PLT, HCT
b. Widal
c. Photo thorax
6. Penatalaksanaan Medis
a. Non medis/ keperawatan
1) Pemberian kompres
2) Rehidrasi cairan
3) Observasi warna kulit dan suhu
4) Berikan kompres hangat
5) Berikan penjelasan tentang penyebab demamnya
6) Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang tipis dan mudah
menyerap keringat
7) Anjurkan klien minum air putih 6-8 gelas/hari
b. Medis
1) Farmakologi : Antipiretik
Antipiretik Contoh obatnya : Paracetamol
Dosis nya berapa : Paracetamol 250 mg
2) Pemeriksaan laboratorium
12
3) Pemeriksaan Radiologi
Photo thorax
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengkajian dasar dalam proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan tentang penderita agar dapat
mengidentifikasi kebutuhan serta masalahnya :
a. Data Subjektif
Data didapat dari apa yang dirasakan pasien atau keluarga pasien
saat pengkajian dilakukan.
b. Data Objektif
- Kulit Merah
- Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
- Frekuensi napas meningkat
- Kejang atau konvulsi
- Kulit teraba hangat
- Takikardia
- Takipnea
2. Diagnosa
a. Diagnosa Aktual
14
Diagnosa aktual adalah suatu diagnosa keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis yang harus di validasi oleh
perawat karena adanya batasan karakteristik mayor. Jenis
keperawatan tersebut memiliki empat komponen : dimulai dari
label, defenisi, karakteristik dan faktor yang berhubungan. Syarat
untuk menegakkan diagnosa keperawatan harus ada 3 komponen
penting antara lain : Problem (masalah), Etiologi (penyebab) dan
Symptom (PES).
b. Diagnosa Risiko
Diagnosa keperawatan risiko menggambarkan penilaian klinis
dimana individu maupun kelompok lebih rentan mengalami
masalah yang sama di bandingkan orang lain di dalam situasi yang
sama atau serupa. Syarat untuk menegakkan diagnosa resiko ada
unsur PE (Problem and Etiologi ) dan untuk penggunaan batasan
karakteristik yaitu “resiko dan resiko tinggi “ tergantung dari
tingkat kerentanan/keparahan suatu masalah. Dan faktor yang
terkait untuk diagnosa keperawatan resiko merupakan faktor yang
sama dengan keperawatan aktual seperti yang sudah dibahas
sebelumnya di diagnosa keperawatan aktual.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. (Gordon, 1994).
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat
lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang
diprakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif.
(McCloskey & Bulechek, 1994). Untuk mengevaluasi rencana
tindakan keperawatan, maka ada beberapa komponen yang perlu
diperhatikan :
a. Menentukan prioritas masalah
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon
klien yang actual atau potensial yang memerlukan suatu tindakan.
Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu system
15
untuk menentukan diagnose yangn akan diambil tindakan pertama
kali. Salah satu system yang bisa digunakan adalah hirarki
Kebutuhan manusia.
b. Menentukan kriteria hasil ( outcomes )
Tujuan klien dan tujuan keperawatan adalah standar atau ukuran
yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau
ketrampilan perawat.
Tujuan klien : merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu
perilaku klien, keluarga, atau kelompok yang dapat diukur setelah
intervensi keperawatan di berikan.
Tujuan Keperawatan : Adalah pernyataan yang menjelaskan suatu
tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan
kewenangan perawat.
Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART :
16
yang dilaksanakan oleh perawat, adapun rencana tindakan yang
dilakukan yaitu :
- Rencana Tindakan Mandiri : yaitu suatu kegiatan yang
dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya, seperti mengkaji pasien atau
keluarga, merumuskan diagnosis keperawatan,
mengidentifikasi tindakan keperawatan, mengevaluasi
respon klien
- Rencana Tindakan Kolaborasi : yaitu suatu kegiatan yang
memerlukan kerja sama dari tenaga kesehatan lain (misal:
ahli gizi, fisioterapi, dan dokter).
- Rencana Tindakan Delegatif : berhubungan dengan
pelaksanaan rencana tindakan medis atau instruksi dari
tenaga medis.
4. Implementasi
17
tersebut. Implementasi tindakan keperawatan dibedakan menjadi 3
kategori, yaitu:
Hal lain yang tidak kalah penting pada tahap implementasi adalah
mengevaluasi respon atau hasil dari tindakan keperawatan serta
mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan berikut
respon atau hasilnya.
5. Evaluasi
18
WOC Hipertermi
Pengeluaran endotoksin
Merangsang Hipotalamus
Proses in amasi
Respon tubuh
Hiperthermi
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 30 juni 2017 pukul 10.00 di
Ruang Cilinaya RSUD MANGUSADA dengan metode observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi ( rekam medis ).
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas pasien
Pasien Penanggung
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Orang tua pasien mengajak anaknya ke IGD RSUD Mangusada
pada tanggal 29 juni 2017 dengan keluhan panas sejak 5 hari
yang lalu disertai pusing, batuk.
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pada saat 30 juni 2017 ibu pasien mengeluh anaknya Panas
pusing dan batuk.
20
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengeluh anaknya panas disertai pusing sejak 5
hari yang lalu sempat melakukan pemeriksaan ke poli anak
pada tanggal 24 juni 2017. Pasien kontrol setiap 3 hari sekali.
Kemudian pada tanggal 29 juni 2017 orang tua pasien
mengajak pasien datang ke IGD RSUD Mangusada dengan
keluhan panas anaknya tak kunjung turun disertai pusing, sesak
dan batuk. Di IGD pasien dipasang IVFD glukosa 5% 20 tpm
dan diberi O2. Pasien didiagnosa oleh dokter Bp. Kemudian
disarankan untuk rawat inap di ruang cilinaya. Pada saat
pengkajian tanggal 30 juni 2017 pasien dikeluhkan panas
disertai pusing, dan batuk. Tanda-tanda vital : TD : 110/80
mmHg, S: 38,7ºc, N: 88 x/menit, RR: 28x/menit. Terapy yang
diberikan diruangan :
- IVFD Dex 5% 20 tpm
- PCT 4x cth II/ tab 3x250 mg
- Ampicilin injeksi 3x750 mg
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya tidak pernah dirawat
inap sebelumya
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan
c. Pola Kebiasaan
21
Sebelum Pengkajian : Orang tua pasien mengatakan anaknya biasa
makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk
pauk.
22
berpakaian pasien dibantu oleh keluarga atau
perawat.
23
Sesudah Pengkajian : Pasien mengungkapkan keluhannya pada
keluarga dan tim kesehatan
d. Pemeriksaan fisik
24
GCS :M=6
V=5
E=4
N = 88 x/ menit
S = 38,7 0 C
RR = 28 x/ menit
25
10. Thorax
- Paru – paru : I = bentuk simetris, tidak tampak
tarikan intra cutan
P= vocal fremitus dex lebih bergetar
dari sin
P= Sonor
A= Vesikuler
P = Redup
P = tympani
26
15. Anus : tidak ada hemorroid, tidak ada
gangguan BAB, dan keadaan bersih
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksan laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
- Photo Thorax
2. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
Ibu pasien mengeluhkan anaknya - Keadaan umum : lemah
- Akral teraba hangat
panas disertai pusing
- Kesadaran :
composmentis
- Hasil ttv :
TD=110/80,
S=38,7OC,
N=88x/mnt,
RR=28x/mnt
27
3. Analisa data
Analisa Data Pasien An. A dengan Hipertermi
Di Ruang Cilinaya RSUD Badung
Tanggal 30 Juni 2017
DS DO KESIMPULAN
- Ibu pasien - Keadaan umum : Hipertermi
mengeluhkan lemah
anaknya panas - Akral teraba
disertai pusing hangat
- Kesadaran :
composmentis
- Hasil ttv :
TD=110/80,
S=38,7OC,
N=88x/mnt,
RR=28x/mnt
Hipertermi
5. Analisa Masalah
P = Hipertermi
E = infeksi penyakit
Proses Terjadinya
29
B. PERENCANAAN
30
- Suhu pasien
tubuh memburuk.
dalam 3. Kompres air
rentang hangat mampu
normal 3. Beri membantu
36,5 o C kompres air pelebaran
– 37,0o C hangat pembuluh
darah sehingga
aliran darah
bertambah dan
panas tubuh
semakin cepat
dibuang ke
udara.
4. Ajarkan 4. Dapat
keluarga mempercepat
pasien untuk tindakan
member penurunan
kompres air suhu tubuh.
hangat
5. Kolaborasi 5. Paracetamol
pemberian adalah obat
paracetamol dalam
golongan
antipiretik
yang berfungsi
sebagai
penurun panas.
31
PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI
- Mengajarkan keluarga Ds : -
11.30 pasien beri kompres Do : Keluarga pasien
air hangat bersikap kooperatif
32
- Melakukan tindakan
12.00 kolaborasi pemberian Ds : Orang tua pasien
paracetamol tab 3x250 mengatakan anaknya
mg tidak ada masalah
dalam meminum
obat, selalu tepat
waktu
Do : -
14.00 - Mengobservasi
keadaan umum pasien
Ds : -
- Melakukan tindakan Do : Panas pasien
16.00 kolaborasi pemberian tidak turun
paracetamol tab 250
mg
33
20.00 - Melakukan tindakan Ds : Orang tua pasien
kolaborasi pemberian mengatakan anaknya
paracetamol tab 250 tidak ada masalah
mg dalam meminum
obat, selalu tepat
waktu
Do : -
20.30 - Mengobservasi Ds : -
keadaan umum pasien Do : Pasien tampak
lemah
34
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Respon
/Jam
1 1 Juli 2017 Hipertermi berhubungan - Mengobservasi Ds : -
09.00 dengan proses penyakit keadaan umum pasien Do : Pasien tampak
ditandai dengan kenaikan lemah
suhu tubuh diatas rentang
09.30 normal - Mengukur tanda-tanda Ds : Orang tua pasien
Vital pasien mengatakan anaknya
panas
Do :
S : 38 ºc
N : 94 x/menit
RR : 26 x/ menit
TD : 100/70 mmHg
14.00 - Mengobservasi Ds : -
keadaan umum pasien Do : Pasien tampak
lemah
35
panas
Do :
S : 39 ºc
N : 118 x/menit
RR : 28 x/ menit
TD : 110/70 mmHg
20.30 - Mengobservasi Ds : -
keadaan umum pasien Do : Pasien tampak
lemah
36
Vital pasien mengatakan anaknya
sudah tidak panas lagi
Do :
S : 36 ºc
N : 76 x/menit
RR : 20 x/ menit
TD : 100/70 mmHg
37
Ds : -
14.30 - Mengobservasi Do : Pasien tampak
keadaan umum pasien baik
20.30 - Mengobservasi Ds : -
keadaan umum pasien Do : Pasien tampak
baik
38
EVALUASI
Catatan Perkembangan Keperawatan Pada Pasien An.A Dengan Hipertermi Di
Ruang Cilinaya RSUD Mangusada Badung Tanggal 30 Juni s/d 2 Juli 2017
A : Masalah belum
teratasi.Tujuan no 1,2,3,5
belum tercapai.
39
.hipertermi sudah teratasi
P : Lanjutkan tindakan
keperawatan 1, 2
A : Masalah teratasi
40
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibahas tentang kesenjangan antara konsep teori yang ada
dengan pernyataan yang teradi dalam kasus, argumentasi atas kesenjangan
yang terjadi dan solusi pemecahan masalah yang diambil untuk mengatasi
masalah yang terjadi saat memberikan asuhan keperawatan pada klien An.
A dengan Hipertermi di ruang cilinaya RSUD Mangusada tanggal 30 juni
2017 s/d 2 Juli 2017. Pembahasan Meliputi :
1. PENGKAJIAN :
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan
dilaksanakan pada klien An. A melalui beberapa tehnik yaitu observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi ( Rekam medis dengan
hipertermi. Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh diatas rentang
normal dimana pasien mengalami panas, pusing sejak 5 hari yang lalu,
sebelum masuk rumah sakit.
2. DIAGNOSA :
Diagnosa keperawatan adalah sebuah acuan keperawatan untuk
membuat rencana keperawatan yang tepat. Disini kami membuat diagnose
keperawatan hipertermi. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan suhu tubuh diatas rentang normal.
3. PERENCANAAN :
Pada perencanaan terdiri dari diagnose keperawatan dan rencana
keperawatan. Untuk prioritas diagnose keperawatan yang ditulis berdasrkan
masalah utama pada asuhan keperawatan An. A yang menjadi prioritas
utama adalah hipertermi. Penyusunan rencana keperawatan meliputi
langkah-langkah menentukan tujuan yang mengacu pada masalah dan tuuan
khusus yang yang mengacu pada penyebab, menentukan kriteria evaluasi,
menentukan rencana intervensi, serta membuat rasional atas intervensi yang
dilakukan. Perencanaan pada diagnose hipertermi berhubungan dengan
proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh pasien diatas rentang normal (
38ºc )
41
4. PELAKSANAAN :
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan sebagai sosialisasi dari
perencanaan dimana tellah disesuaikan dengan kondisi pasien dan
kebutuhan pasien akan pelayanan keperawtan. Pelaksanaan tindakan
keperawatan disesuaikan dengan waktu dan kondisi klien. Penulis
melakukan pengkajian pada tanggal 30 juni 2017 s/d 2 juli 2017 sesuai
dengan rencana keperawatn yang dibuat.
5. EVALUASI :
Evaluasi yang dilakukan merupakan langkah akhir dari proses
keperawatan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien.
A : Masalah belum
teratasi.Tujuan no 1,2,3,5
belum tercapai
42
A : Masalah belum teratasi.
Tujuan no 1,2,3,5 belum
tercapai
P : Lanjutkan tindakan
keperawatan 1, 2
A : Masalah teratasi
43
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Hipertermi merupakan peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal yaitu
diatas 37,5ºc. Kondisi ini dapat terjadi ketika tubuh mengalami kegagalan
dalam mengatur suhu atau tidak dapat mengimbangi antara produksi panas
dengan panas yang dikeluarkan tubuh, sehingga suhu tubuh terus mengalami
peningkatan. Demam adalah peningkatan suhu tubuh di atas 37,5 derajat
celcius. Peningkatan suhu tubuh terjadi akibat adanya perubahan pada sensor
tubuh terhadap panas Masalah hipertermi merupakan masalah kebutuhan dasar
manusia.
SARAN
Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan ini dapat membantu dalam
membuat asuhan keperawatan tentang hipertermi dan memperbanyak
pengetahuan dari berbagai refrensi lainnya.
44
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba.
45