Anda di halaman 1dari 17

POIN-POIN

1. SALAM..
2. YTH BAPAK/IBU
3. PUJI SYUKUR…
4. LATAR BELAKANG
- Organisasi PPNI di Indonesia di bentuk tangal 17 maret 1974
- Seiring waktu PPNI berkembang dan tersebar di seluruh Indonesia dan akhirnya di Kabupaten
….terbentuk organisasi ini yaitu pada tanggal 25 mei 2017
5. TUJUAN
- Menciptakan Persatuan dan kesatuan yang kokoh sesame tenaga Keperawatan
- Mengorganisir Kegiatan Perawat di seluruh Kab..
- Menjalin Hubungan yang baik dengan Organisasi lainnya
6. TEMA
a. Topik Tema
- Dalam menghidupkan organisasi di Kab… maka PPNI menyelengarakan Bakti Sosial
Senam Bersama Lansia
b. Tujuan Kegiatan
- Supaya Masyarakat Tahu akan keberadaan PPNI yang sudah terbentuk di kab…
- Meningkatkan Kepedulian kepada Sesama

7. INDIKATOR KEBERHASILAN
100 Orang Lansia
8. WAKTU,TANGGAL DAN TEMPAT
9. SUSUNAN ACARA
10. SUSUNAN KEPANITIAAN
11. REALISASI DANA
12. PENUTUP
13. HARAPAN
POLITEKNIK KESEHATAN RS.Dr.SOEPRAOEN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMIA

Dosen Pembimbing: Bayu Budi Laksono, M.kep

Disusun Oleh:

AGNES DWI NINGTYAS SANTOSO

(15.1.064)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Keperawatan Medikal Bedah II
berjudul ”Asuhan Keperawatan Hipertermi” judul sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Tugas Keperawatan Medikal Bedah II ini susun sebagai salah satu persyaratan untuk
Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah II di Program Studi Keperawatan
Poltekkes Rumkit Tk. II dr. Soepraoen Malang.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas ini, dengan sebaik-baiknya.


Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak,
untuk menyempurnakannya.

Malang, 30 Maret 2017

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama
sirkardian. Mengenai batasan suhu tubuh “normal” terdapat beberapa pendapat.
umumnya, suhu tubuh normal berkisar antara 36,5˚C. Tentunya didalam suhu tubuh
manusia tidak selalu terjadi normal seterusnya, adakalanya suhu tubuh manusia
meningkat dan juga menurun. Suhu tubuh meningkat atau disebut juga hipertermi, adalah
keadaan suhu tubuhseseorang yang meningkat diatas rentang normalnya (NIC NIC,
2007). Sedangkan menurut Potter & Perry,2010 hipertermi adalah peningkatan suhu
tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas
ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C.
Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu
pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu
tersebut.
 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep pengetahuan dan asuhan keperawatan tentang hipertermi ?

 Tujuan

Sebagaimana rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:

 Tujuan Umum

Menerapkan konsep pengetahuan dan asuhan keperawatan tentang Hipertermi

 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan hipertermi


2. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan hipertermi
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan hipertemi
4. Mampu membuat intervensi atau rencana keperawatan pada klien dengan
hipertermi
5. Mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan pada klien dengan
hipertermi
6. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan hipertermi
o Manfaat

 Bagi Profesi perawat

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medical bedah khususnya dengan kasus
hipertermi.

 Klien

Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang cara menangani, merawat,
dan mencegah kasus hipertermi.

 Keluarga

Memberikan pengetahuan serta masukan kepada kelurga tentang cara menangani,


merawat, mencegah kekambuhan dan berkomunikasi kepada anggota keluarga yang
mengalami kasus hipertermi.

 Penulis

Untuk menambah referensi dan kemampuan mengaplikasikan asuhan keperawatan


medika bedah khususnya pada klien dengan kasus hipertermi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Hipertermi

2.1.1 Definisi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan


ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas.
Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan
hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu
hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Menurut Wilkinson (2006) hipertemia merupakan keadaan suhu tubuh seseorang
yang meningkat diatas rentang normalnya. Hipertemi terjadi karena pelepasan pirogen
dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
bersala dari mikrooganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi (Noer,2004).

Sedangkan menurut Dorland (2006) hipertemia/febris/demam adalah peningkatan


suhu tubuh diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik seperti ovulasi,
sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga berat, sampai lesi sistem syaraf pusat atau
infeksi oleh mikroorganisme atau ada penjamu proses noninfeksi seperti radang atau
pelepasan bahan-bahan tertentu seperti leukimia. demam diasosiasikan sebagai bahan dari
respon fase akut, gejala dari suatu penyakit dan perjalan patologis dari suatu penyakit
yang mengakibatkan kenaikan set-point pusat pengaturan suhu tubuh (Sugarman,2005).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertemia adalah


keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu
untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang normalnya suhu
tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C.

2.1.2 Etiologi

Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat
pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas
oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.

Faktor penyebabnya:

1. Dehidrasi
2. Penyakit atau trauma
3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
4. Pakaian yang tidak layak
5. Kecepatan metaolisme meningkat
6. Pengobatan/ anesthesia
7. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)
8. Aktivitas yang berlebihan

2.1.3 Proses Terjadinya

Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal baik dari oksigen
maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik,
pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama
monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat
termoregulasi di hipotalamus.

Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada meningkatnya
kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam
metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.

Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-


elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme di
hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan caiaran
elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan
keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

2.1.4 Pathway
2.1.5 Klasifikasi

Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas:

1. Hipertermia maligna

Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.


Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal
dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka
sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus
normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.

1. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan
aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan
dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300°C atau lebih
dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin
tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan
menyerap keringat.

1. Endocrine Hyperthermia (EH)

Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang


dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering
dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus,
phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang
diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen
leukosit).

Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.

1. Hipertermia Neonatal

Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa
disebabkan oleh:

1) Dehidrasi

Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu
kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga
setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena
hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain
dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan
pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.

2) Overheating

Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari
langsung dalam waktu yang lama.

3) Trauma lahir

Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi
yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan
menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus
termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan
memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39°C
dilakukan tepid sponged 35°C sampai dengan suhu tubuh mencapai 37°C.

4) Heat stroke

Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40,5°C atau sedikit lebih rendah, kulit
teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi
perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi
yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal
ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus
mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan
sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,5°C kemudian anak segera
dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses
sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.

5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)

Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan
berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga
berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-
1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun
(sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE
didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah
sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan).
Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma,
hipertermia (suhu > 41°C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga
terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul
hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE
tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke
dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan
gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi
menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.

6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan
tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas
akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan
SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang
dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-
development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap
pusat chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah.
Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS,
tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.
Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya
sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.

2.1.6 Manifestasi Klinis

1) Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C (101 °F)

2) Takikardia

3) Hangat pada sentuhan

4) Mengigil

5) Dehidrasi

6) Kehilangan nafsu makan

7) Pernafasan cepat

8) Mulut kering

2.1.7 Komplikasi

1. Kerusakan sel-sel dan jaringan


2. Kematian

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboraturium

 Pemeriksaan darah lengkap: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko


infeksi
 Pemeriksan urine
 Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien hypoid
 Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl
 Iji torniquet

2.1.9 Penatalaksaan

Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:

1. Observasi keadaan umu pasien

Rasional: mengetahui perkembangan keadaan umum dari psien

2. Observasi tanda-tanda vital

Rasional: mengetahui perubahan tanda-tanda vital dari pasien

3. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis

Rasional: membantu mempermudah penguapan panas

4. Anjurkan pasien banyak minum

Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi sewaktu panas

5. Anjurkan pasien banyak istirahat

Rasional: meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh

6. Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
bagian belakang

Rasional: mempercepat dalam penurunan produksi panas

7. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian,


penanganan,dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya

Rasional: meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien dan keluarganya

Penatalaksanaan Medis

1. Beri obat penurun panas seperti paracetamol,asetaminofen

Rasional: membantu dalam penurunan panas

2.1.10 Asuhan Keperawatan Hipertermi

1. Pengkajian

Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas: pengumpulan
data, analias data, merumuskan masalah, analisa masalah.

1. Data subjektik

 Pasien mengeluh panas


 Pasien mengatakan badannya teraa lemas/lemah

1. Data subjektif

 Suhu tubuh >37 °C


 Takikardia
 Mulut bibir kering

1. Diagnosa Keperawatan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan
suhu tubuh pasien >37 °C, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.
3. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder terhadap
usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan pusing.
4. Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitasyang berat
yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan panas, dehidrasi, dan mukosa
bibir kering.
5. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan,


tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasakan analisa
pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/ keperawatannya. Tahap awal
perencanaan adalah priorotas masalah. Prioritas masalah berdasarkan mengancam jiwa
pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas.

1. Prioritas masalah

Hipertermi

1. Tujuan

Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi teratasi

1. Kriteria hasil
2. Menunjukkan penurunan suhu tubuh
3. Akral pasien tidak teraba hangat/panas
4. Pasien tampak tidak lemas
5. Mukosa bibir lembab
6. Rencana tindakan

No. INTERVENSI RASIONAL


Mengetahui perkembangan
1. Observasi keadaan umum pasien
keadaan umum dari pasien
Mengetahui perubahan tanda-
2. Observasi tanda-tanda vital
tanda vital pasien
Anjurkan pasien untuk banyak Mencegah terjadinya dehidrasi
3.
minum sewaktu panas
Anjurkan pasien untuk banyak Meminimalisir produksi panas
4.
istirahat yang diproduksi oleh tubuh
Anjurkan pasien untuk memakai Membantu mempermudah
5.
pakaian yang tipis penguapan panas
Beri kompres hangat di beberapa Mempercepat dalam penurunan
6.
bagian produksi panas
Beri Health Education ke pasien
dan keluarganya mengenai Meningkatkan pengetahuan dan
7. pengertian, penanganan, dan pemahaman dari pasien dan
terapi yang diberikan tentang keluarganya
penyakitnya
Kolaborasi/delegatif dalam
Membantu dalam penurunan
8. pemberian obat sesuai indikasi,
panas
contohnya: paracetamol

1. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dengan melaksanaan


berbagi strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah diberikan.

1. Evaluasi
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan bali terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu:

 Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal


 Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
 Pasien tampak tidak lemas
 Mukosa bibir lembab

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

 Asuhan Keperawatan Hipertermi

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Nama mahasiswa :

NIM :

PENGKAJIAN

Dilaksanakan tgl : 27 Maret 2017

Ruang : Teratai

No kamar/ TT : 201116

1. Biodata

Nama : Tn. A

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Ijen nirwana Green Leaf D7, no 5.

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Status perkawinan : Menikah

Tgl. MRS : 27 Maret 2017

Diagnosa medis : DHF

No. reg : 201116

Keluarga yang mudah dihubungi

Nama : Ny. A

Pekerjaan : Guru

Alamat : Ijen Nirwana Green Leaf D7, no 5.

Hubungan Keluarga : Suami


Keluhan

1. Alasan masuk rumah sakit :

Demam, pusing cekot-cekot mual muntah nafsu makan menurun dari 7 hari yang lalu.

1. Keluhan saat pengkajian :

px mengatakan demam, pusing cekot-cekot, mual muntah dan nafsu makan menurun
sejak dari 7 hari yang lalu.

1. Riwayat penyakit sekarang :

Px mengatakan demam pusing cekot-cekot mual muntah dan nafsu makan menurun sejak
7 hari yang lalu,sebelunya px sudah berobat ke pukesmas terdekat dan rak kunjung
sembuh-sembuh kemudian px datang ke UGD RS dr soepraoen malang dan kemudian
mendapatkan perawatan diruangan TERATAI pada tanggal 27 maret 2017.

4. Riwayat penyakit masa lalu :

Pasien mngatakan tidak pernh MRS seblomnya dan hanya mempunyai penyakit masa lalu
seperti batuk pilek biasa.

1. Riwayat kesehatan keluarga :

Px mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi, DM, Jantung, dll.
Dan tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, SCABIES, dll.

6. Riwayt Psikososial Spiritul :


7. Psikologis

Citra diri : Px terlihat Gelisah, dan cemas.

Ideal diri : px merasa tidak bisa berkumpul dengan teman-temanya.

1. Sosial

Hubungan px dengan perawat kooperatif.

Hubungan px dengan keluarga baik.

1. Spiritual

px beribadah selama sakit.

7. Pola Aktifitas Sehari-hari (di rumh & di RS ) :

No KEBIASAAN DIRUMAH DIRUMAH SAKIT


Dirumah px makan Di Rs px mengatakan makan
3x/hari dengan 3x/hari dengan kompisisi bubur
1. Makan
komposisi nasi dan lauk ayam hanya 2 suapan setiap kali
pauk di makan habis. makan.
Di rumah px mengatakan
Di Rs Px mengatakan minum air
2. Minum minum air putih 9 gelas
putih ± 1,5 liter/hari.
perhari.
Di rumah px mengatakan
BAB 1x/hari, dengan
Di Rs px mengatakan tidak bisa
3. Eliminasi BA.B konsistensi lembek, bau
BAB.
khas fecces, warna
kuning.
Di rumah px mengatakan
Di Rs px mengatakan BAK 4-
BAK 4-5x/hari
4. Eliminasi BAK 5x/hari dengan konsistensi warna
dengan konsistensi
kuning, bau khas urine.
warna kuning, bau khas
Urine.
Di rumah px mengatakan
Di Rs px mengatakan tidak bisa
Istirahat malam cukup
5. Istirahat/tidur tidur karena nyeri pada kepalah dan
kaku pada tengkuk
20.00-04.00 wib
Aktifitas /latihan/

Di rumah px rajin
Di rs px hanya berbaring ditempat
6. Olahraga olaraga senam aerobic
tidur.
setiap hari minggu.

Lain-lain

Pemeriksaan fisik :

1. Kesadaran :

Samnolen

1. Tanda-tanda vital : °c Respirasi : 20x/menit

Denyut nadi : 94x/menit TB / BB : 55 kg

Tensi darah : 130/90 mmhg

Suhu : 39°c

1. Pemeriksaan Kepala dan Leher :

Kepala : Nyeri pada kepalah,nyeri tekan,tidak ada lesi tidak ada lesi.

Rambut : Normal, rambut lurus, warna hitam dan bersih.

Wajah : wajah nampak grimace

Mata : simetris kanan, dan kiri, tidak anemis.

Hidung : Simetris kanan dan kiri, hidung nampak bersih dan tidak ada secret, tidak
ada lesi dan nyeri tekan.

Telinga : kedua telingga simetris kanan dan kiri nampak bersih tidak aada lesi dan
nyeri tekan.

Mulut & tenggorokan : Mukasa bibir nampak kering, tidak ada lesi, tidak sianosis tidak
ada gangguan penelanan dan bicara

Leher : Nyeri tekan pada leher, bentuk leher normal, tidak terdapat benjolan, tidak
ada lesi, dan tidak nampak pembengkakan pada kelenjar thiroid.

1. pemeriksaan Integumen/kulit dan kuku :

Tugor kulit normal elastis 1 detik, kuku nampak bersih.

1. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak

Payudarah kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi dan nyeri tekan. Kuku nampak bersih
tugor kulit elastis.

1. Pemeriksaan Thorak/Dada :

Thorax : (Inspeksi) bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak ada gerakan nafas
tambahan.
Paru : (Inspeksi,Perkusi,Palpasi,Auskultasi)

Tidak ada nyeri tekan tidak ada lesi, suara nafas versikuler.

Jantung : (Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi)

Bentuk dada normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, bunyi jantung pekak.

1. Pemeriksaan Abdomen(Inspeksi, Perkusi, Palpasi, Auskultasi)

Bentuk abdomen flat/rata, terdapat nyeri tekan d ulu hati, tidak ada lesi, bising usus
24x/menit, suara perut hipertimpani.

1. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya (bila diperlukan)

Genetalia
:………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………

Anus : ………………………………………………………………………..

……………………………………………………………………….

i Pemeriksaan Muskulo (Ekstremitas) :

ektermitas atas : kanan normal, kiri 4 terpasan inf.

Ektermitas bawah : kanan normal, kiri normal

1. Pemeriksaan Neurologi :

GCS : 4/5/6

1. Pemeriksaan Penunjang medis :

Tanggal 27 Maret 2017

1. Penatalaksanan / Therapi

Malang, ……………….

Perawat

ANALISA DATA

1. Proses infeksi Hipertermi


DS: Klg pasien mengatakan
pasien demam selama 7
hari
DO:

Kulit teraba hangat

Pusing cekot-cekot

TTV
.
TD: 130/90 mmhg

N: 94 x/menit

RR: 23 x/menit

S: 39° C

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama / Usia : Tn. A/40 tahun Dx / No.Reg : DHF/


201116

No Tgl Dx Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Hipetermi berhubungan
dengan perjalanan
penyakit

1. Monitor suhu tubuh

2. Monitor warna kulit dan suhu


Setelah dilakukan tindakan
tubuh.
asuhan keperawatan selama
2×24 jam diharapkan suhu
3. Berikan kompres dingin pada
tubuh dalam rentang normal
aksila dan lipatan paha, seka deng
(36ᵒC-37ᵒC) dengan kriteria
air hangat.
hasil:
4. Kolaborasi pemberian antipir
1. Tidak ada perubahan
sesuai anjuran
warna kulit
5. Kolaborasi pemberian cairan
2. Suhu tubuh tidak melebihi
intravena
37ᵒC
6. Anjurkan pasien menggunak
pakaian yang tipis

CATATAN KEPERAWATAN

Nama / Usia : Tn. A/40 tahun Dx / No.Reg : Meningitis/


201116

NO
DX.
NO. TGL. JAM TINDAKAN KEPERAWATAN T.T.
KEP
I 08.00 wib

1) Memonitor suhu tubuh

2) Memonitor warna kulit dan suhu tubuh.

3) Memberikan kompres dingin pada


aksila dan lipatan paha, seka dengan air
hangat.

4) Melakukan kolaborasi pemberian


antipiretik sesuai anjuran

5) Melakukan kolaborasi pemberian


cairan intravena

6) Menganjurkan pasien menggunakan


pakaian yang tipis
FORMAT CATATAN PRKEMBANGAN

Nama / Usia : Tn. A/40 tahun Dx / No.Reg : Meningitis

CATATAN PERKEMBANGAN

S:

TANGGAL/ Klg pasien mengatakan pasien masih demam.


NO. DX.
JAM O :Kulit teraba hangat
KEP TTD.
28 maret 2017 TTVTD: 130/80 mmhg
I
14.00 wib N: 94 x/menit RR: 21 x/menit

S: 38,ᵒ C

A :Masalah teratasi sebagain

P : lanjutkan intervensi no. 1-4

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hipertemia adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan
tubuh tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas.
Rentang normalnya suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C. Secara umum
penyebab hipertermi yaitu: Dehidrasi, Penyakit atau trauma, Ketidakmampuan atau
menurunnya kemampuan untuk berkeringat, Pakaian yang tidak layak, Kecepatan
metaolisme meningkat, Pengobatan/ anesthesia, Terpajan pada lingkungan pada
lingkungan panas (jangka panjang), Aktivitas yang berlebihan. Hipertermi disebut juga
demam serta dapat menyerang siapa saja dari bayi hingga dewasa.

4.2 Saran

Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit
hipertemi maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak
berlanjut ke arah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada orang tua agar menjaga atau
menghindarkan anak-anak dari bahan – bahan yang menyebabkan hipertemi.
DAFTAR PUSTAKA

Attas, Andi Wahyuningsih. 2012. “Pengelolaan Pasien Pasca Henti Jantung di Intensive
Care Unit”.Jakarta: Jurnal Majalah Kedokteran Terapi Intensif. Vol, 2 No,2:94-98

Doegoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih Bahasa: Huriwati
Hartanto. Jakarta: EGC

Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”. Skripsi. Pendidikan
MIPA. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universias Muhammadiyah
Palembang

Noer, Sjaifoellah. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta: Gaya Baru

Siswantara, Dwi. TT. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Masalah Hipertermi”.
www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_pada_P
asien_dengan_Masalah_Hipertermi Diakses pada 29 Maret 2017 pukul 14.04 am

Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai