1. SALAM..
2. YTH BAPAK/IBU
3. PUJI SYUKUR…
4. LATAR BELAKANG
- Organisasi PPNI di Indonesia di bentuk tangal 17 maret 1974
- Seiring waktu PPNI berkembang dan tersebar di seluruh Indonesia dan akhirnya di Kabupaten
….terbentuk organisasi ini yaitu pada tanggal 25 mei 2017
5. TUJUAN
- Menciptakan Persatuan dan kesatuan yang kokoh sesame tenaga Keperawatan
- Mengorganisir Kegiatan Perawat di seluruh Kab..
- Menjalin Hubungan yang baik dengan Organisasi lainnya
6. TEMA
a. Topik Tema
- Dalam menghidupkan organisasi di Kab… maka PPNI menyelengarakan Bakti Sosial
Senam Bersama Lansia
b. Tujuan Kegiatan
- Supaya Masyarakat Tahu akan keberadaan PPNI yang sudah terbentuk di kab…
- Meningkatkan Kepedulian kepada Sesama
7. INDIKATOR KEBERHASILAN
100 Orang Lansia
8. WAKTU,TANGGAL DAN TEMPAT
9. SUSUNAN ACARA
10. SUSUNAN KEPANITIAAN
11. REALISASI DANA
12. PENUTUP
13. HARAPAN
POLITEKNIK KESEHATAN RS.Dr.SOEPRAOEN
Disusun Oleh:
(15.1.064)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Keperawatan Medikal Bedah II
berjudul ”Asuhan Keperawatan Hipertermi” judul sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Tugas Keperawatan Medikal Bedah II ini susun sebagai salah satu persyaratan untuk
Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah II di Program Studi Keperawatan
Poltekkes Rumkit Tk. II dr. Soepraoen Malang.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama
sirkardian. Mengenai batasan suhu tubuh “normal” terdapat beberapa pendapat.
umumnya, suhu tubuh normal berkisar antara 36,5˚C. Tentunya didalam suhu tubuh
manusia tidak selalu terjadi normal seterusnya, adakalanya suhu tubuh manusia
meningkat dan juga menurun. Suhu tubuh meningkat atau disebut juga hipertermi, adalah
keadaan suhu tubuhseseorang yang meningkat diatas rentang normalnya (NIC NIC,
2007). Sedangkan menurut Potter & Perry,2010 hipertermi adalah peningkatan suhu
tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas
ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C.
Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu
pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu
tersebut.
Rumusan Masalah
Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan medical bedah khususnya dengan kasus
hipertermi.
Klien
Memberikan pengetahuan serta masukan kepada klien tentang cara menangani, merawat,
dan mencegah kasus hipertermi.
Keluarga
Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan
terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat
pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas
oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Faktor penyebabnya:
1. Dehidrasi
2. Penyakit atau trauma
3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
4. Pakaian yang tidak layak
5. Kecepatan metaolisme meningkat
6. Pengobatan/ anesthesia
7. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)
8. Aktivitas yang berlebihan
Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal baik dari oksigen
maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau toksik,
pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama
monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam pada tingkat
termoregulasi di hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada meningkatnya
kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam
metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.
2.1.4 Pathway
2.1.5 Klasifikasi
1. Hipertermia maligna
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang melakukan
aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan
dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 300°C atau lebih
dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin
tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan
menyerap keringat.
1. Hipertermia Neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa
disebabkan oleh:
1) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau paparan oleh suhu
kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga
setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena
hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain
dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan
pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari
langsung dalam waktu yang lama.
3) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24%dari bayi
yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan
menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus
termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan
memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39°C
dilakukan tepid sponged 35°C sampai dengan suhu tubuh mencapai 37°C.
4) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40,5°C atau sedikit lebih rendah, kulit
teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi
perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi
yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal
ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat stroke harus
mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan
sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,5°C kemudian anak segera
dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses
sirkulasi, dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan
berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga
berhubungan dengan cacat genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-
1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun
(sebagian besar usia < 1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE
didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah
sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan).
Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma,
hipertermia (suhu > 41°C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga
terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul
hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE
tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke
dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan
gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi
menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan
tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas
akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan
SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang
dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-
development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap
pusat chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah.
Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS,
tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.
Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan hilangnya
sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.
1) Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C (101 °F)
2) Takikardia
4) Mengigil
5) Dehidrasi
7) Pernafasan cepat
8) Mulut kering
2.1.7 Komplikasi
Pemeriksaan Laboraturium
2.1.9 Penatalaksaan
Penatalaksanaan Keperawatan
6. Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha, leher
bagian belakang
Penatalaksanaan Medis
1. Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas: pengumpulan
data, analias data, merumuskan masalah, analisa masalah.
1. Data subjektik
1. Data subjektif
1. Diagnosa Keperawatan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan
suhu tubuh pasien >37 °C, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.
3. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder terhadap
usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan pusing.
4. Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitasyang berat
yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan panas, dehidrasi, dan mukosa
bibir kering.
5. Perencanaan
1. Prioritas masalah
Hipertermi
1. Tujuan
1. Kriteria hasil
2. Menunjukkan penurunan suhu tubuh
3. Akral pasien tidak teraba hangat/panas
4. Pasien tampak tidak lemas
5. Mukosa bibir lembab
6. Rencana tindakan
1. Pelaksanaan
1. Evaluasi
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan bali terhadap asuhan keperawatan yang diberikan, yaitu:
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama mahasiswa :
NIM :
PENGKAJIAN
Ruang : Teratai
No kamar/ TT : 201116
1. Biodata
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Nama : Ny. A
Pekerjaan : Guru
Demam, pusing cekot-cekot mual muntah nafsu makan menurun dari 7 hari yang lalu.
px mengatakan demam, pusing cekot-cekot, mual muntah dan nafsu makan menurun
sejak dari 7 hari yang lalu.
Px mengatakan demam pusing cekot-cekot mual muntah dan nafsu makan menurun sejak
7 hari yang lalu,sebelunya px sudah berobat ke pukesmas terdekat dan rak kunjung
sembuh-sembuh kemudian px datang ke UGD RS dr soepraoen malang dan kemudian
mendapatkan perawatan diruangan TERATAI pada tanggal 27 maret 2017.
Pasien mngatakan tidak pernh MRS seblomnya dan hanya mempunyai penyakit masa lalu
seperti batuk pilek biasa.
Px mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi, DM, Jantung, dll.
Dan tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, SCABIES, dll.
1. Sosial
1. Spiritual
Di rumah px rajin
Di rs px hanya berbaring ditempat
6. Olahraga olaraga senam aerobic
tidur.
setiap hari minggu.
Lain-lain
Pemeriksaan fisik :
1. Kesadaran :
Samnolen
Suhu : 39°c
Kepala : Nyeri pada kepalah,nyeri tekan,tidak ada lesi tidak ada lesi.
Hidung : Simetris kanan dan kiri, hidung nampak bersih dan tidak ada secret, tidak
ada lesi dan nyeri tekan.
Telinga : kedua telingga simetris kanan dan kiri nampak bersih tidak aada lesi dan
nyeri tekan.
Mulut & tenggorokan : Mukasa bibir nampak kering, tidak ada lesi, tidak sianosis tidak
ada gangguan penelanan dan bicara
Leher : Nyeri tekan pada leher, bentuk leher normal, tidak terdapat benjolan, tidak
ada lesi, dan tidak nampak pembengkakan pada kelenjar thiroid.
Payudarah kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi dan nyeri tekan. Kuku nampak bersih
tugor kulit elastis.
1. Pemeriksaan Thorak/Dada :
Thorax : (Inspeksi) bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak ada gerakan nafas
tambahan.
Paru : (Inspeksi,Perkusi,Palpasi,Auskultasi)
Tidak ada nyeri tekan tidak ada lesi, suara nafas versikuler.
Bentuk dada normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, bunyi jantung pekak.
Bentuk abdomen flat/rata, terdapat nyeri tekan d ulu hati, tidak ada lesi, bising usus
24x/menit, suara perut hipertimpani.
Genetalia
:………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………
Anus : ………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………….
1. Pemeriksaan Neurologi :
GCS : 4/5/6
1. Penatalaksanan / Therapi
Malang, ……………….
Perawat
ANALISA DATA
Pusing cekot-cekot
TTV
.
TD: 130/90 mmhg
N: 94 x/menit
RR: 23 x/menit
S: 39° C
CATATAN KEPERAWATAN
NO
DX.
NO. TGL. JAM TINDAKAN KEPERAWATAN T.T.
KEP
I 08.00 wib
CATATAN PERKEMBANGAN
S:
S: 38,ᵒ C
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertemia adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan
tubuh tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas.
Rentang normalnya suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C. Secara umum
penyebab hipertermi yaitu: Dehidrasi, Penyakit atau trauma, Ketidakmampuan atau
menurunnya kemampuan untuk berkeringat, Pakaian yang tidak layak, Kecepatan
metaolisme meningkat, Pengobatan/ anesthesia, Terpajan pada lingkungan pada
lingkungan panas (jangka panjang), Aktivitas yang berlebihan. Hipertermi disebut juga
demam serta dapat menyerang siapa saja dari bayi hingga dewasa.
4.2 Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat
mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit
hipertemi maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak
berlanjut ke arah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada orang tua agar menjaga atau
menghindarkan anak-anak dari bahan – bahan yang menyebabkan hipertemi.
DAFTAR PUSTAKA
Attas, Andi Wahyuningsih. 2012. “Pengelolaan Pasien Pasca Henti Jantung di Intensive
Care Unit”.Jakarta: Jurnal Majalah Kedokteran Terapi Intensif. Vol, 2 No,2:94-98
Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih Bahasa: Huriwati
Hartanto. Jakarta: EGC
Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”. Skripsi. Pendidikan
MIPA. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universias Muhammadiyah
Palembang
Noer, Sjaifoellah. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta: Gaya Baru
Siswantara, Dwi. TT. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Masalah Hipertermi”.
www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_pada_P
asien_dengan_Masalah_Hipertermi Diakses pada 29 Maret 2017 pukul 14.04 am
Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika