Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL DENGAN HIPERTERMI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan

Dosen pengampu : Ibu Indah Soelistiawaty, S.ST,.M.K.M

Disusun oleh :

Nurazizah

21122A053

PRODI D III KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR

Jl. Benteng No.32, Benteng, Kec. Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16620

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas mandiri mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan.

Dalam penyusunan makalah ini saya memperoleh banyak bantuan dari


berbagai pihak, oleh karena itu, saya selaku penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Indah Soelistiawaty,S.TR,.M.K.M selaku dosen pengampu Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan dan semua pihak yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih terdapat berbagai kesalahan, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan pada kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan ..........................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN .....................................................................................................3
2.1 Definisi Hipertermi ......................................................................................3
2.2 Etiologi Hipertermi ......................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala Hipertermi .......................................................................4
2.4 Patofisiologi Hipertermi ...............................................................................5
2.5 Fase-fase Terjadinya Hipertermi ..................................................................5
2.6 Klasifikasi Hipertermi ..................................................................................6
2.7 Komplikasi Hipertermi.................................................................................9
2.8 Penatalaksanaan Hipertermi .........................................................................9
2.9 Pencegahan Hipertermi ..............................................................................10
BAB III
PENUTUP .............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................11
3.2 Saran ...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.S DENGAN HIPERTERMI .......13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia
memperlihatkan Irama sirkadian. Mengenal batasan normal, terdapat
beberapa pendapat. Umumnya berkisar antara 36,5°C atau lebih rendah
pada dini hari sampai 37,5°C pada sore hari,
Suhu normal maksimum (oral) pada jam 06.00 adalah 37,2°C dan
suhu. normal maksimum pada jam 16.00 adalah 37,7°C. Dengan demikian,
suhu tubuh >37,2°C pada pagi hari dan 37,7°C pada sore hari disebut
demam (Gelfand, Andreoli, Lardo). Sebaliknya Bennet & Plum
mengatakan, hipertermi bila suhu >37.2°C.
Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal, oral atau aksila, dengan
perbedaan. kurang lebih 0,5-0,6°C, serta suhu rektal biasanya lebih tinggi.
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai
pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu
nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point
(Busto, Lukmanto, Lardo). Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat
terjadi dalam bentuk hipertermi. Pada hipertermi, mekanisme pengaturan
suhu gagal sehingga produksi panas melebihi pengeluaran panas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan hipertemi?
2. Apa saja tanda dan gejala yang terjadi terhadap hipertemi?
3. Apa saja penyebab dari hipertermi?
4. Apa saja fase-fase terjadinya hipertermi?
5. Apa saja termasuk dalam klasifikasi hipertemi?
6. Apa komplikasi yang terjadi pada hipertemi?
7. Bagaimana penatalaksaan terhadap hipertemi?
8. Bagaimana pencegahan yang dapat di lakukan pada hipertemi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari hipertemi

1
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala terhadap hipertemi
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi penyebab pada hipertemi
4. Untuk mengetahui apa saja fase-fase pada hipertermi
5. Untuk mengetahui apa saja bagian dari hipertemi
6. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada hipertemi
7. Untuk mengetahui penatalaksaan terhadap hipertemi
8. Untuk mengetahui apa saja pencegahan terhadap hipertemi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hipertermi adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh mengingkat
melebihi set point yang bisanya disebabkan kondisi tubuh eksternal yang
menimbulkan panas berlebihan jika dibandingkan kemampuan tubuh untuk
menghilangkan panas seperti pada heat stroke, toksisitas aspirin,
kejang/hipertiroidism (Wong, 1996).
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami/berisiko untuk mengalami kenaikkan suhu tubuh terus menerus
lebih tinggi dari 37,8°C per oral atau 38,8°C per rektal karena faktor
eksternal (Carpenito, 2001).
Hipertermi pada neonatus atau istilah lain untuk keadaan ini adalah
demam sementara atau demam dehidrasi. Peningkatan suhu sampau 38°-
40°C kadang- kadang dijumpai pada bayi berumur 2-3 hari.

2.2 Etiologi
Penyebab Hipertermi Dapat terjadi pada:
1. Bayi yg menyusui dengan suplementasi cairan yg kurang.
2. Bayi yg ditempatkan di lingkungan panas, seperti
• Inkubator
• Ayunan bayi dekat pemanas
• Terpapar sinar matahari
3. Infeksi:
• Infeksi local
• Infeksi sistemik
4. Perpindahan lingkungan.
5. Rendahnya kemampuan untuk berkeringat
6. Bayi dengan pakaian tebal di tempat panas
7. Dalam perjalanan dengan kendaraan yg panas
8. Di ruang tertutup terkena langsung sinar matahari

3
9. Bayi berada di lingkungan yang sangat panas, terpapar sinar matahari,
berada di inkubator atau di bawah pemancar panas.
10. Kenaikan suhu yang meningkat umumnya disebabkan oleh infeksi
kuman baik virus maupun bakteri.
11. Bayi yang berusia sekitar 6 minggu 12 bulan terkena demam akibat
infeksi saluran pernafasan, Infeksi telinga, dehidrasi, Imunisasi.
12. Bayi kegerahan
Ada yang disertai Toksik
• Kondisi pucat/kebiruan
• Sesak nafas
• Takipnea dan takikhardi
• Sulit di tenangkan
• Letargi
• Tidak kenal orang tua
• Menurun drastis kontak mata

2.3 Tanda dan Gejala Hipertermi


1. Suhu tampak bayi 38°-40°C
2. Denyut jantung >160x/menit
3. Frekuensi pernapasan >60x/menit
4. Tanda-tanda dehidrasi:
• Malas minum
• Berat badan menurun
• Mata dan ubun-ubun besar cekung
5. Turgor kulit dan mulut kering dan berkurang
6. Oliguria
7. Letargi
8. Iritabel
9. Bayi tampak gelisah
10. Lesu
11. Takipnea sebagai usaha untuk mengeluarkan panas
12. Takikardia

4
13. Peninggian suhu tubuh, dapat disertai dengan:
• Peningkatan kadar protein serum
• Peningkatan kadar protein natrium
• Peningkatan kadar hematokrit

2.4 Patofisiologi
Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan
suhu tubuh normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua
biasanya mengalami sengatan panas yang tidak terkait aktifitas karena
gangguan kehilangan panas dan kegagalan mekanisme homeostatik. Seperti
pada hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap serangan panas
berhubungan dengan penyakit dan perubahan fisiologis.

2.5 Fase-Fase Terjadinya Hipertermi


Fase 1: Fase awal
1. Peningkatan denyut jantung
2. Penigkatan laju dan kedalaman pernapasan
3. Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi
4. Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi
5. Rambut kulit berdiri
6. Pengeluaran keringat berlebih
7. Peningkatan suhu tubuh
Fase II: Proses demam
1. Kulit terasa hangat/panas
2. Peningkatan nadi & laju pemapasan
3. Dehidrasi ringan sampai berat
4. Proses menggigil lenyap
5. Mengantuk, kejang akibat iritasi sel saraf
6. Mulut kering
7. Bayi tidak mau minum
8. Lemas

5
Fase III: Pemulihan
1. Kulit tampak merah dan hangat.
2. Berkeringat
3. Menggigil ringan
4. Kemungkinan mengalami dehidrasi

2.6 Klasifikasi Hipertermi


1. Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.
Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang
diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi
peningkatan kalsium Intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi
kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus
normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
b. Exercise-Induced hyperthermia (EIΗ)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang
melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang
panas. Pencegahan. dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik
terutama bila dilakukan pada suhu 30°C atau lebih dengan
kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150
ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakalan yang berwarna
terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih
jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa.
Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia
antara lain hipertiroidisme. diabetes mellitus, phaeochromocytoma,
insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang
diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang
pembentukan pirogen leukosit).

6
2. Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a. Hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga
kehidupan bisa disebabkan oleh:
1. Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan
atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini
merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan
trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena
hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya
didapatkan tanda lain dari Infeksi seperti leukositosis/leucopenia,
CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan,
dan riwayat persalinan prematur/resiko Infeksi.
2. Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi
terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
3. Trauma Lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada
24% dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun
pada 1-3hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi
berupa kejang. Tatalaksana dara pada hipertermia pada neonatus
termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas
semua baju bayi dan memindahkan bayi ketempat dengan subu
ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39°C dilakukan tepid
sponged 35°C sampai dengan suhu tubuh mencapau 37°C.
4. Heat Stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh 40.5°C atau lebih
rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf
pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan
pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram, Komplikasi
yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia,
hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak

7
dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan
intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan
sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,5°C
kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu
dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi, dan
memperbaiki gangguan metabolik yang ada.
5. Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat
penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar
yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetic
dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin.
Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai
dengan 15 tahun (sebagian besar usia < 1 tahun dengan median
usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus
atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh
(misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan
febris ringan). Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi
pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan
hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi
sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus
yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan
fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
6. Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang
mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian
yang mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan
febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat
berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada
bayi usia 2-4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk
menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa. bayi terjadi mal-
development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga
berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan

8
pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor
resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap
SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi
tidur bayi tertelungkup. Hipertermia diduga berhubungan dengan
SIDS karena dapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat
pernafasan sehingga berakhir dengan apnea.

2.7 Komplikasi Hipertermi


Hipertermia dapat merupakan tanda sepsis. Bila kondisi bayi tidak membaik
setelah 3 hari kemungkinan sepsis.
• Gangguan elektrolit dan cairan
• Bila di diamkan akan berlanjut ke hipernatremia, yaitu peningkatan suhu
41-44°C dengan tanda dan gejala:
a. Kulit panas dan kering.
b. Kulit kemerahan
c. Pucat
d. Stuper
e. Koma
f. Kejang dan kematian, karena kerusakan otak

2.8 Penatalaksanaan Hipertermi


1. Bila suhu diduga karena paparan yang berlebihan:
• Bila bayi belum pernah diletakkan di dalam alat penghangat:
➢ Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25-
28°C).
➢ Lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu.
➢ Periksa suhu aksiler setiap jam sampi tercapai suhu dalam batas.
normal.
➢ Bila suhu sangat tinggi (>39°C), bayi dikompres atau
dimandikan selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 4°C
lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

9
• Bila bayi pernah diletakkan di bawah pemancar panas atau
inkubator:
➢ Turunkan suhu alat penghangat, bila bayi di dalam inkubator.
➢ Air suhu dalam batas normal
➢ Lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit
kemudian beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat ang
digunakan.
➢ Periksa suhu bayi setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas
normal.
➢ Periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan
sesuaikan pengatur suhu
2. Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan:
• Terapi untuk kemungkinan besar sepsis.
• Letakkn bayi di ruang dengan suhu lingkungan normal (25-28°C).
• Lepas pakalan bayi sebagian atau seluruhnya.
• Bila suhu sangat tinggi (lebih 39°C), bayi dikompres atau
dimandikan 10-15 menit dalam air yang suhunya 4°C lebih rendah
dari suhu tubuh.

2.9 Pencegahan Hipertermi


1. Menutup kepala bayi dengan topi
2. Menggunakan pakaian yang bersih dan kering
3. Memakaikan selimut bayi dengan kain yang hangat
4. Ruangan hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C)
5. Bayi selalu dalam keadaan kering
6. Tidak menempatkan bayi di arah hembusan angin dari jendela /
pintu/pendingin ruangan
7. Sebelum memandikan bayi perlu disiapkan baju, handuk, dan air hangat
8. Setelah dimandikan bayi segera dikeringkan dengan handuk dan
dipakaikan baju.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan
hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan
penyakit) atau dipengarhui oleh panas ekstemal (lingkungan) atau intemal
(metabolik). Hipertermi disebabkan oleh infeksi, suhu lingkungan yang
terlalu panas atau campuran dari gangguan infeksi dan suhu lingkungan
yang terlalu panas. Untuk pencegahan hipertermi pada neonatus bisa dengan
cara menutup kepala bayi dengan topi, menggunakan pakaian yang bersih
dan kering. memakalkan selimut bayi dengan kain yang hangat, ruangan
hangat (suhu kamar tidak kurang dari 25°C), bayi selalu dalam keadaan
kering, tidak menempatkan bayi di arah hembusan angin dari jendela / pintu
/ pendingin ruangan. Sebelum memandikan bayi pertu disiapkan baju,
handuk, dan air hangat. Setelah dimandikan bayi segera dikeringkan dengan
handuk dan dipakaikan baju.
3.2 Saran
Saya menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan, untuk itu baik kritik, saran dan masukan yang membangun
sangat kami harapkan pada makalah kami ini agar dapat lebih baik lagi
untuk penulisan makalah selanjutnya. Selain itu diharapkan mahasiswa/i
khususnya di bidang kesehatan terutama kebidanan agar dapat lebih
mengetahui, memahami dan mempelajari tentang kegawatdaruratan
persalinan dengan Hipertermi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Habel, A. 1990. Ilmu Penyakit Anak. Bina Rupa Aksara: Jakarta.


Sudarti dan Afroh Fauzan. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak Balita. Nuha Medika: Yogyakarta.
Siti, Febi, Hamidah. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,
Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran
dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Endang Buda dan Sih Sajekti. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi dan Balita. Akbid Griya Husada Surabaya.

12
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.S dengan Hipertermi
Tanggal/jam pengkajian: 18 Desember 2023 / 10:00 WIB
I. PENGKAJIAN
1. Identitas bayi:
Nama : Dikky
Umur/Tgl lahir : 2 hari/ 16 Desember 2023
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke :1
2. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. H
Umur : 25th Umur : 28th
Suku bangsa : Indonesia. Suku bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai Swasta
Penghasilan :- Penghasilan : 5.000.000/bulan
Alamat Rumah : Kp. Maribaya Alamat Rumah : Kp. Maribaya
Ds.Pangaur Kec. Jasinga-Bogor Ds.Pangaur Kec. Jasinga-Bogor
1. Keluhan Utama
Ibu cemas karena sejak + 2 jam yang lalu bayinya gelisah terus, belum
buang air kecil dan buang air besar sejak kemarin, serta badannya panas
setelah di jemur selama 25 menit pada pagi hari tadi.
2. Riwayat antenatal
a. Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya secara rutin/ANC
rutin yaitu kebidanan 3X, kepuskesmas 2X, jadi selama
kehamilannya ia memeriksakan kehamilannaya sebanyak 5X.
b. Mendapat imunisasi TT lengkap.
c. Obat-obat yang pernah diminum Fe, kalk, Vit.C, Vit B6, Vit B1.
d. Keluhan selama hamil
TM I : Mual muntah di pagi hari
TM II : Tidak ada
TM III : Sering kencing

13
e. Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun
obat-obatan.
f. Tidak ada penyakit menular. Contohnya: hepatitis, AIDS, Typoid,
PMS
g. Tidak ada penyakit menurun. Contohnya : DM, Hipertensi
h. Tidak ada penyakit menahun. Contohnya: TBC, Ashma
i. UK: 40 minggu.
j. Selama hamil ibu tidak ada pantangan terhadap makanan, minuman,
ibu tidak mengkonsumsi jamu-jamuan maupun obat-obatan.
3. Riwayat Intranatal
Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 17 September 2016, pukul
22.00 WIB sudah mengeluarkan lendir bercampur darah. Ketuban
pecah pada tanggal 18. September pukul 11.00 wib dengan warna
jernih, bau khas, tidak bercampur mekonium. Bayi lahir pada pukul
11.30 WIB ditolong oleh bidan, persalinan secara spontan, jenis
kelamin laki-laki, bayi lahir dengan letak belakang kepala selama
persalinan tidak ada penyulit. Plasenta lahir secara spontan 10 menit
setelah bayi lahir.
Lama persalinan:
Kala 1: 12 jam
Kala II: 30 menit
Kala III: 10 menit
Kala IV: 2 jam.
Obat yang diberikan: Oksitosin 10µ IM.
4. Riwayat Neonatal
a. Bayi lahir secara : Spontan
b. AS : 7-10
c. BB : 3000 gram
d. LD : 34 cm
e. LK : 34 cm
f. PB : 50 cm
g. Makanan : ASI saja

14
5. Riwayat Nifas
Ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak ada pantangan dalam
makanan dan minuman tertentu.
6. Riwayat Tumbuh kembang.
Bayi lahir dengan BB 3000 gram, PB: 50 cm, LD: 32 cm, LK: 35 cm,
Reflek: Suching+. Rooting+. Moro+, Plantar +.
7. Riwayat Imunisasi BBL:
Hepatitis B
Polio 1 pertama
BCG
8. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi:
Sebelum sakit : Sesering mungkin Min. 2 jam sekali. Selama sakit
Minum ASI satu kali.
b. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB: 3-4 X sekali warna kuning kecoklatan,
konsistensi lunak, bau khas, tidak ada pus/ darah.
BAK: 6-8 X sehari, warna jernih, tidak ada darah/pus.
Selama sakit
BAB : belum BAB
BAK : belum BAK
c. Pola Istirahat
Sebelum sakit : siang + malam +18 jam
Selama sakit : belum tidur.
d. Pola hygiene

Sebelum sakit Selama sakit:


Mandi : 2X sehari Mandi : belum mandi
Ganti baju : 2X sehari Ganti baju : 1X sehari
Ganti popok : 10-12X sehari Ganti popok : 1X sehari

15
9. Data Psikososial.
Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan petugas kesehatan terjalin
dengan baik.
10. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Nadi : 130 X/menit.
Respirasi 65 X/menit
Suhu axila :37,7" Celsius.
b. Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal
hematom.
c. Mata
Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih keabu-abuan,
palpebra tidak odema
d. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, ada pernafasan
cuping hidung.
e. Mulut
Bibir : simetris, tidak ada bibir dan palatum sumbing, warna pucat,
tidak ada chelosis, tidak ada luka.
Lidah : bersih, tidak glositis, warna marah jambu.
Gusi : warna merah jambu, tidak gingivitis.
f. Leher
Simetris, tidak ada pembesaran tyroid/vena jugularis/kelenjar
limfe, tidak ada webbed neck.
g. Dada
Simetris, bunyi jantung teratur dan jelas, tidak ada
ronchi/wheezing/mur-mur.
h. Abdomen
Simetris, tidak ada luka pada umbilikal, tidak ada odema, tidak ada
tanda-tanda infeksi pada tali pusat tidak ada hepotomegali.

16
i. Anogetalia
Bersih, 2 buah testis sudah turun diskrotum, tidak ada kelainan pada
genetalia, dan teraba lubang anus.
j. Ektrimitas atas dan bawah
Kanan dan kiri simetris, tidak ada odema, tidak ada lesi/ luka, tidak
ada gangguan pergerakan, tidak ada polidaktil/sindaktil.
k. Punggung
Simetris, bersih tidak ada luka/lesi, tidak ada spina bifida
11. Pemeriksaan Refleks
a. Suching+
b. Rooting+
c. Moro+
d. Plantar+

12. Status Gizi


a. Sebelum sakit b. Selama sakit
1. BB : 3000 gram 1. BB : 2980 gram
2. PB : 50 cm 2. PB : 50 cm
3. LD : 34 cm 3. LD : 34 cm
4. LK : 34 cm 4. LK : 34 cm

13. Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA

DATA DASAR DIAGNOSA


DS : Diagnosa: Bayi usia 2 hari dengan
Ibu cemas karena sejak + 2 jam yang Hipertermi
lalu bayinya gelisah terus, belum
buang air kecil dan buang air besar
sejak kemarin, serta badannya panas

17
setelah di jemur selama 25 menit pada
pagi hari tadi.
DO :
TTV :
1. Nadi 130 X/menit.
2. Respirasi: 60 X/menit.
3. Suhu axsila 37,7° C
Pemeriksaan Fisik:
1. Suhu axila :37.7" C
2. Pernafasan bayi: 65 X /menit.
3. Ada pernafasan cuping hidung.
DS : Masalah : Bayi Gelisah
Ibu mengatakan bahwa sejak kemarin
siang bayinya gelisah terus dan
badannya panas setelah di jemur pada
pagi hari
DO :
Bayi tampak gelisah, dan pucat.

III. IMPLEMENTASI
DIAGNOSA Tgl/Jam TINDAKAN
Bayi usia 2 18 Desember 1. Membina hubungan saling percaya antara
hari dengan 2023 10:30 klien/keluarga dengan petugas kesehatan.
Hipertermi WIB 2. Mengkaji suhu bayi dengan menggunakan
termometer aksila.
3. Memindahakan bayi pada ruangan yang
lebih sejuk yaitu pada suhu antara 26"- 28°
Celcius hingga suhu bayi kembali normal.
4. Mengkompres bayi dengan kain basah
hangat hingga panas menurun dan suhu
menjadi normal.

18
5. Memberikan informasi dan edukasi tentang
cara menjemur bayi yang efektif yaitu:
a. Jemur bayi pada waktu yang paling
efektif yaitu pada pukul 07.00- 08.00
Wib dan pada pukul 15.00- 16.00 Wib
selama 15 menit.
b. Ingat jaga agar mata bayi terhindar dari
pancaran langsung sinar matahari karena
hal ini dapat merusak lensa mata bayi.
c. Usahakan agar seluruh tubuh bayi
mendapat pancaran sinar. Dengan cara
membolak-balik tubuh terutama pada
bagian punggungnya.
d. Jaga agar bayi tidak kediginan.
e. Menganjurkan ibu untuk sesering
mungkin memberikan ASI kepada
bayinya
6. Mencegah terjadinya dehidarsi dengan
sesegera mungkin memberikan ASI pada
bayinya.
7. Motivasi ibu untuk kunjungan ulang 2 hari
lagi
MASALAH Tgl/Jam TINDAKAN
Bayi gelisah 18 Desember 1. Menganjurkan ibu tetap memberikan ASI
2023 11:00 dengan cara memeras susu
WIB 2. Memastikan keadaan yang nyaman untuk
bayi beristirahat

19
IV. EVALUASI

DIAGNOSA Tgl/Jam EVALUASI

Bayi usia 2 18 Desember S: Ibu mengatakan bahwa ia telah mengerti


hari dengan 2023 10:30 tentang keadaan anaknya. Ibu mau untuk
Hipertermi WIB melaksanakan semua nasihat- nasihat dan
anjuran yang telah diberikan oleh bidan.
O:Ibu dapat mengulangi semua penjelasan yang
telah diberikan dengan baik dan lancar
A:Masalah teratasi sebagian
P: Anjurkan pada ibu untuk datang 2 hari atau
sewaktu-waktu bila suhu tubuh bayinya
meningkat lagi.
DIAGNOSA Tgl/Jam EVALUASI

Bayi Gelisah 18 Desember S : Ibu mengatakan bahwa ia telah mengerti


2023 11:00 penyebab peningkatan suhu bayinya. Ia juga
WIB telah merasa tenang dengan keadaan bayinya.
O : 1. Ibu dapat mengulangi semua penjelasan
yang telah diberikan dengan baik dan
lancar.
2. ibu tampak lebih tenang dan tidak
bertanya-tanya lagi.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Anjurkan pada ibu untuk datang 2 hari atau
sewaktu-waktu bila suhu tubuh bayinya
meningkat lagi.

20

Anda mungkin juga menyukai