Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TENTANG PERMASALAHAN WANITA DALAM

DIMENSI SOSIAL SINGLE PARENT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan KB


Dosen Pengampu : Ibu Indah Soelistiawaty, S.ST., MKM

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Dila Apriliany
Imelda Rahayu
Najla andraeni
Ressa Nurcahyani

PRODI D3 KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN BAKTI INDONESIA BOGOR
Jl. Benteng, no.32, Benteng, RT/04, RW/01, Kec, Ciampea, Kab.Bogor.ID 16620

2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini, Kami mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Ibu Indah
Soelistiawaty, S.ST., MKM selaku dosen pengampu mata kuliah Kesehatan
Reproduksi dan KB.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,


oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang
dan lebihnya mohon maaf, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Bogor, 20 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Definisi Single parent................................................................................3
2.2 Penyebab single parent..............................................................................4
2.3 Pola asuh....................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................9
3.1 Kesimpulan................................................................................................9
3.2 Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu mendambakan kehidupan yang harmonis dengan dipenuhi


rasa cinta dan kasih sayang antar anggota keluarga. Anggota keluarga yang
damai, tenteram dan bahagia merupakan tujuan setiap individu dalam
menjalani kehidupan pernikahannya. Pernikahan memungkinkan pembagian
dalam hal konsumsi dan pekerjaan. Pada kebanyakan orang pernikahan
dianggap sebagai cara terbaik untuk menjamin keteraturan dalam
membesarkan anak. Perubahan terhadap kehidupan berkeluarga membawa
perubahan dalam rencana hidup, hak, tanggung jawab, keterikatan dan
loyalitas. Hal ini menunjukkan di dalam keluarga setiap individu memegang
peranan yang penting.
Keluarga merupakan lembaga paling utama serta paling bertanggung
jawab di tengah masyarakat dalam menjamin kesejahteraan sosial dan
kelestarian biologis anak manusia, karena ditengah keluargalah anak manusia
dilahirkan, serta dididik sampai menjadi dewasa (Hamid, 2002: 5). Hal ini
dikarenakan keluarga mempunyai peran yang besar serta fungsi yang penting
meskipun keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Single parent
tunggal adalah seseorang yang tidak menikah atau yang berpisah yang telah
memutuskan sebagai orang tua tunggal dalam rumah tangga.
Seseorang yang dapat menjadi orang tua tunggal atau single parent akibat
adanya perceraian, kematian salah satu pasangan, hamil di luar nikah,
perilaku hidup bebas, PSK, ditelantarkan suami/istri tanpa cerai, dan juga
akibat memiliki anak dengan cara adopsi meskipun tanpa menikah. (Lestari
TW.dkk) Penyebab terjadinya single parent yaitu perceraian, orang tua
meninggal, orang tua masuk penjara, kerja luar daerah atau luar negri dan
pergaulan bebas. (Maripadang S, 2017)

1
Dampak permasalahan yang dapat memicu terjadi pada orang tua atau
single parent, antara lain ia menjadi hidup sendiri, muncul perasaan cemas
dan kurang aman, kurang mampu mengatasi kehidupan anak, harus
mencukupi kebutuhan pokok keluarga sendiri, harus memberi perlindungan
dan keselamatan dalam keluarga, naluri biologis dan psikologis yang tidak
terpenuhi, dan juga permasalahan hamil diluar nikah. (Lestari TW.dkk)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu single parents?


2. Apa saja penyebab terjadinya single parents?
3. Dampak apa saja yang akan terjadi?
4. Bagaimana bisa dikatakan berhasil menjadi single parents?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui lebih jelas tentang single parents


2. Meberitahu bahwa sebenarnya single parents itu bisa berhasil
3. Mengetahui apa saja yang akan tejadi jika menjadi single parents

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Single parent

Single parent tunggal adalah seseorang yang tidak menikah atau yang
berpisah yang telah memutuskan sebagai orang tua tunggal dalam rumah
tangga. Seseorang yang dapat menjadi orang tua tunggal atau single parent
akibat adanya perceraian, kematian salah satu pasangan, hamil di luar nikah,
perilaku hidup bebas, PSK, ditelantarkan suami/istri tanpa cerai, dan juga
akibat memiliki anak dengan cara adopsi meskipun tanpa menikah. (Lestari
TW,dkk, 2017) Single parent adalah suatu keadaan dimna seorang perempuan
menduduki dua status sekaligus, sebagai ibu yang merupakan jabatan
alamiah, dan sebagai ayah. Orangtua yang tanpa pasangan dapat mengisikan
waktu atau seleruh hidupnya untuk merawat anak sendirian. (Maripadang S,
2017).
Orangtua tunggal (single parent) adalah proses pengasuhan anak yang
hanya ada salah satu orangtua, yaitu ayah atau ibu. Pada umumnya keluara
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya. Namun dalam kehidupan nyata
sering dijumpai keluarga dimana salah satu orangtuanya tidak ada lagi.
Keadaan ini menimbulkan apa yang disebut dengan keluarga dengan single
parent. Menurut Hurlock pengertian single parent adalah orangtua yang telah
menduda atau menjanda entah bapak atau ibu, mengasumsikan tanggung
jawab untuk memelihara anak-anak setelah kematian pasangannya, perceraian
atau kelahiran anak diluar nikah.

Hammer & Turner menyatakan bahwa:


"A single parent family consist of one

parentwith dependent children living in the same household"

3
Sementara itu, Sager, dkk menyatakan bahwa orang single parent adalah
orangtua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran,
dukungan dan tanggung jawab pasangannya. Sejalan dengan pendapat Sager.
dkk. Perlmutter dan Hall menyatakan bahwa single parent adalah: "Parents
without partner who continue to raise their children"
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga single
parent adalah keluarga yang hanya terdiri satu orangtua yang dimana mereka
secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan,
tanggung jawab pasangannya dan hidup bersama dengan anak-anaknya
dalam satu rumah.

2.2 Penyebab single parent


Orang tua tunggal atau single parent adalah seorang ayah atau seorang ibu
yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus ibu rumah
tangga.
1. Penyebab.
a Perpisahan karena perceraian.
Perceraian dapat terjadi jika antara suami dan istri tidak terdapat lagi
kecocokan, perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak mampu
menemukan jalan keluar, selain itu persoalan ekonomi, pekerjaan,
perbedaan prinsip hidup juga dapat memicu keretakan di dalam rumah
tangga.

b Perpisahan karena kematian.


Bila salah satu pasangan meninggal dunia, maka istri atau suami yang
ditinggalkan akan menjadi orang tua tunggal dalam mengurus semua
masalah rumah tangga.

c Kehamilan di luar nikah.


Pola pergaulan bebas sebelum menikah atau karena kasus perkosaan
dapat berdampak pada kehamilan yang tidak diharapkan, sehingga
menyebabkan perempuan harus membesarkan anak tanpa pasangan.

d Bagi seorang perempuan atau laki-laki yang tidak mau menikah,


kemudian mengadopsi anak orang lain.

4
e Ditelantarkan atau ditinggal suami tanpa dicerai.
Dapat terjadi pada pria yang tidak memiliki tanggung jawab dengan
menelantarkan/meninggalkan keluarga tanpa ada kepastian bagai mana
kelanjutan hubungan mereka nanti.

2. Dampak orang tua tunggal bagi perkembangan anak.


a. Tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik sehingga anak
kurang dapat berinteraksi dengan lingkungan, menjadi minder, dan
menarik diri.
b. Pada anak orang tua tunggal dengan ekonomi rendah, biasanya asupan
nutrisi tidak seimbang sehingga menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan terganggu.
c. Orang tua tunggal kurang dapat menanamkan adat-istiadat dan murung
dalam keluarga, sehingga anak kurang dapat bersopan santun dan tidak
meneruskan budaya keluarga, serta mengakibatkan kenakalan karena
adanya ketidakselarasan dalam keluarga.
d. Di bidang pendidikan, orang tua tunggal sibuk untuk mencari nafkah
sehingga pendidikan anak kurang sempurna dan tidak optimal.
e. Dasar pendidikan agama pada anak orang tua tunggal biasanya kurang
sehingga anak jauh dari nilai agama.
f. Orang tua tunggal kurang dapat melindungi anaknya dari gangguan orang
lain. Hal ini, jika terjadi dalam waktu yang lama, akan menimbulkan
kecemasan atau gangguan psikologis anak yang sangat memengaruhi
perkembangan anak.
3. Dampak orang tua tunggal terhadap ibu
a. Beban ekonomi, seorang ibu yang orang tua tunggal akan menanggung
beban ekonomi keluarga sepeninggal suaminya. Hal ini akan menambah
beban dan tanggung jawab ibu di samping tanggung jawabnya dalam
mendidik dan membesarkan anak-anak.
b. Peran ganda, perempuan dengan orang tua tunggal harus berperan baik
sebagai ibu, pendidik, kepala rumah tangga sekaligus pencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

5
c. Hubungan dalam interaksi sosial, perempuan dengan status janda atau
yang tidak dinikahi di masyarakat terkadang mendapat perlakuan kurang
menyenangkan seperti, dikucilkan, dicemooh, atau diejek, sehingga
perlakuan seperti ini akan mengganggu interaksi sosial perempuan orang
tua tunggal dengan lingkungannya.
4. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh orang tua tunggal.
a. Keterbukaan.
Menyandang status orang tua tunggal (janda/duda) sebenarnya bukanlah
suatu hal yang harus ditutup-tutupi. Ketika masyarakat menilai status itu
dengan prasangka negatif, sebagian orang justru bisa menunjukkan
bahwa menjadi orang tua tunggal justru bukan sesuatu yang buruk.

b. Mengisi waktu.
Kehilangan pasangan hidup bisa menimbulkan rasa kesepian dan rasa
kesendirian yang mendalam biasanya muncul ketika dia sedang dilanda
masalah. Untuk menghindari perasaan itu, orang tua tunggal harus
mampu mengisi waktunya dengan hal-hal yang lebih bermanfaat.

c. Membuka diri untuk masa depan.


Berbagi cerita dengan orang-orang yang bernasib sama adalah salah satu
terapi yang bisa dilakukan untuk mengurangi tekanan psikologis.
Kegiatan ini juga dilakukan oleh mereka yang tidak siap menjalani
statusnya sebagai orang tua tunggal (janda/duda). Melalui komunitas
berbagi ini mereka dapat membuka diri untuk pergaulan meski tetap
masih memilih-milih teman.

5. Ciri keluarga orang tua tunggal yang berhasil.


a. Menerima tantangan yang ada selaku orang tua tunggal dan berusaha
melakukan peran dengan sebaik-baiknya.
b. Pengasuhan anak merupakan prioritas utama.
c. Disiplin diterapkan secara konsisten dan demokratis, orang tua tidak
kaku dan tidak longgar.
d. Menekankan pentingnya komunikasi terbuka dan pengungkapan
perasaan.

6
e. Mengakui kebutuhan untuk melindungi anak-anaknya.
f. Membangun dan memelihara tradisi dan ritual dalam keluarga.
g. Percaya diri selaku orang tua dan independen.
h. Berwawasan luas dan beretika positif.
i. Mampu mengelola waktu dan kegiatan keluarga.
6. Karakter dalam keluarga orang tua tunggal yang prima.
a. Adanya kualitas waktu yang dihabiskan bersama dalam anggota
keluarga.
b. Memberikan perhatian lebih, termasuk dalam hal-hal kecil, seperti
meninggalkan pesan yang melukiskan perhatian dari orang tua.
c. Keluarga yang prima adalah keluarga yang saling komitmen satu sama
lainnya.
d. Menghormati satu sama lain, contohnya dengan mengucapkan atau
mengekspresikan rasa sayang kepada anak-anak, mengucapkan terima
kasih pada saat anak-anak selesai melakukan tugas yang diberikan.
e. Kemampuan berkomunikasi penting dalam membangun keluarga yang
prima
f. Kondisi krisis dan stress dianggap sebagai tahapan kesempatan untuk
terus

2.3 Pola asuh


Pengasuhan/ Pola asuh Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola berarti corak, model, sistem, cara
kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh memiliki arti menjaga
(merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih dan
sebagainya) dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan
atau lembaga. Namun pandangan para ahli psikologi dan sosiologi berkata lain.
Pola asuh dalam pandangan Singgih D. Gunarsa sabagai gambaran yang
dipakai orangtua untuk mengasuh (merawat, menjaga, mendidik) anak.
Sedangkan Chabib Thoha mengatakan, pola asuh adalah suatu cara terbaik
yang dapat ditempuh orangtua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dan
rasa tanggung jawab kepada anak

7
Bentuk-Bentuk Pola Asuh

a. Pola Asuh Otoriter.


Pola asuh otoriter adalah pola asuh orangtua yang lebih mengutamakan
pembentukan kepribadian anak dengan cara menetapkan standar mutlak
harus dituruti, dan biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.

b. Pola Asuh Demokratis.


Pola asuh demokratis adalah pola asuh orangtua yang menerapkan
perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan
cara memprioritaskan kepentingan anak yang bersikap rasional atau
pemikiran-pemikiran.

c. Pola Asuh Permisif.


Pola asuh permisif adalah pola asuh orangtua pada anak dalam rangka
membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang
sangat longgar dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk
melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orangtua. Adapun
kecenderungan orangtua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila
sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh
mereka. Biasanya sifat-sikap yang dimiliki orangtua adalah hangat
sehingga sering kali disukai oleh anak.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Orangtua tunggal (single parent) adalah proses pengasuhan anak yang


hanya ada salah satu orangtua, yaitu ayah atau ibu. Single parent tunggal
adalah seseorang yang tidak menikah atau yang berpisah yang telah
memutuskan sebagai orang tua tunggal dalam rumah tangga. Seseorang yang
dapat menjadi orang tua tunggal atau single parent akibat adanya perceraian,
kematian salah satu pasangan, hamil di luar nikah, perilaku hidup bebas, PSK,
ditelantarkan suami/istri tanpa cerai, dan juga akibat memiliki anak dengan
cara adopsi meskipun tanpa menikah. (Lestari TW,dkk, 2017)

Dampak single parents bagi orang tua terutama ibu adalah beban ekonomi,
beban ganda, hubungan dalam interaksi sosial. Hal-hal yang perlu dilakukan
oleh orang tua tunggal : Keterbukaan, mengisi waktu, membuka diri untuk
masa depan.

Pengasuhan/ Pola asuh Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola berarti corak, model, sistem,
cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh memiliki arti
menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu,
melatih dan sebagainya) dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan)
satu badan atau lembaga. Macam-macam pola asuh: otoriter, demokrasi,
permisif.

3.2 Saran

1. Berpikir Positif: Meskipun sulit, tetaplah berpikir positif. Buang rasa


bersalah dan kekhawatiran akan masa depan yang belum pasti. Fokus pada
kebahagiaan dan kesejahteraan anak.
2. Berikan Pemahaman kepada Anak: Jelaskan situasi dengan lembut kepada
anak. Pastikan mereka memahami bahwa Anda akan selalu ada untuk
mereka.

9
3. Penuhi Kebutuhan Finansial: Kelola keuangan dengan bijaksana.
Prioritaskan kebutuhan anak dan diri Anda sendiri. Jika memungkinkan,
cari dukungan finansial dari keluarga atau program bantuan.
4. Libatkan Orang Terdekat: Ajak keluarga atau teman dekat untuk
membantu mengasuh anak. Jangan ragu meminta bantuan ketika
diperlukan.
5. Atur Waktu untuk “Me Time” Bersama Anak: Meskipun sibuk, luangkan
waktu untuk bersama anak. Aktivitas sederhana seperti membaca buku
bersama atau bermain di taman dapat memperkuat ikatan emosional.
6. Terapkan Aturan Rumah: Konsisten dalam memberlakukan aturan dan
disiplin. Anak perlu batasan yang jelas untuk merasa aman dan terarah.
7. Luangkan Waktu untuk Merawat Diri: Jangan lupakan diri sendiri.
Istirahat yang cukup, makan sehat, dan menjaga kesehatan mental sangat
penting.

10
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari dan Andhyantoro, “Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa


Kebidanan Dan Keperawatan”, Jakarta 2012

Imas Ajeng Ridowati dan Widodo, S.Pd., M.Pd., “ Analisis Pola Asuh Orangtua
(Ibu Single Parent) Dalam Membentuk Disiplin Anak Usia 4-6 Tahun Di
Desa Mranggen Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri”, Pendidikan
Luar Sekolah. (2015)

Problematika menurut KBBI”, https://kbbi.web.id/problematik.html, diakses


tanggal 1 April 2019.

Kurnia Dwi Cahyani, "Masalah Dan Kebutuhan Orang Tua Tunggal Sebagai
Kepala Keluarga", E-Journal Bimbingan dan Konseling, 8, (2016), 157

11

Anda mungkin juga menyukai