Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA

DASAR
PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP
MENTAL DAN MORAL ANAK

Disusun oleh :

Disusun Oleh :

Erniyanti (1605035004)

Prodi :

Pendidikan Fisika

Kelas :

Reguler Pagi A 2016


UNIVERSITAS MULAWARMAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

2
ABSTRAK

Seorang anak pertama kali hadir di dunia, hanya kedua orang tuanya yang
ia kenali melalui perasaan batin. Orang tua pun sangat bahagia dikaruniai buah
hati. Dimulai dari lahir, seorang anak selalu tinggal bersama kedua orang tuanya
dalam satu atap. Selama masa pertumbuhannya, mereka belum mempersiapkan
diri dalam hal perpisahan bahkan kata-kata itu belum muncul dalam benak
mereka. Apalagi bagi anak yang selalu berada dalam pangkuan ibunya, ia akan
merasa jauh lebih dekat dengan seorang ibu daripada seorang ayah. Ketika
permasalahan kecil muncul dalam rumah tangga, orang tua tidak menyadari
bahwa sang anak memerhatikan hal tersebut walapun mereka tidak mengerti apa
yang sebenarnya sedang terjadi. Sehingga pilihan perceraian menjadi yang
terakhir dan tak dapat dihindarkan yang mereka anggap dapat menyelesaikan
malalah. Hanya masalah orangtua sajalah yang selesai, namun untuk masalah si
buah hati sampai kapanpun tidak akan pernah selesai. Bagi kebanyakan remaja,
perceraian orangtua membuat batin mereka tertekan, tidak nyaman, menangis,
sakit hati, terganggu,merasa kurangnya perhatian dan kasih sayang dari
orangtuanya, dan lain-lain. Kehidupan mereka sendiri berkisar pada berbagai
masalah khas remaja, seperti narkoba, pergaulan bebas, seks bebas, atau depresi.
Mereka tidak memiliki ruang dan waktu lagi terhadap gangguan percerain
orangtua dalam kehidupan mereka.Bagi seorang anak,remaja,atau usia dewasapun
akan menjadikan kejadian tersebut sebagai bencana yang sangat menekan batin,
membunuh jiwa semangat untuk masa depan, serta menguras rasa cemburu atau
iri terhadap keluarga lain yang bahagia. Namun mereka pasti memiliki suara batin
kuat yang memberitahu mereka untuk menjadi mandiri dan mulai membuat
kehidupan mereka sendiri.

Kata kunci : Dampak perceraian, mental dan moral anak.


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kesempatan agar dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul Pengaruh Perceraian Orang Tua Terhadap Mental Dan
Moral Anak ditulis untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar oleh dosen pengampuh mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar, Bapak Drs.
H. Sudjaja, M.Si. Tentunya dalam penulisan makalah ini tidak sepenuhnya
berjalan dengan lancar. Tetapi dengan niat, semangat dan usaha yang sungguh-
sungguh, saya dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut sehingga penulisan
makalah dapat terselesaikan.

Penulisan makalah tentunya masih banyak kekurangan. Mohon maaf apabila


dalam penulisan materi atau makalah ini ada yang kurang baik dan tidak sesuai,
penjelasan yang mungkin kurang berkenan di hati para pembaca.

Penulis berharap dengan terselesaikannya penulisan makalah ini, para


pembaca dapat mengetahui berbagai macam hal mengenai kependudukan di
Indonesia.

Samarinda, 05 Maret 2017

Penyusun

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iv

BAB I

Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1

BAB II

Permasalahan ...................................................................................................... 6

BAB III

Alternatif Pemecahan Masalah .......................................................................... 9

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 12
B. Saran........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam sebuah hubungan rumah tangga tentunya tidak selamanya berjalan

baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan dari kejauhan hari, namun

ternyata ada beberapa faktor lain yang secara sengaja atau tidak di sengaja

penghambat keharmonisan hubungan keluarga tersebut. Salah satu akibat yang di

timbulkan dengan adnyanya konflik tersebut ialah adanya perceraian, dimana

perceraian bukan lagi hal yang asing di Indonesia namun perceraian bisa

dikatakan sebagai hal yang lumrah dan sudah memasyarakat.

Perceraian tidak saja terjadi pada orang-orang kelas bawah tetapi terjadi pada

orang-orang berkelas atas yang mempunyai perekonomian lebih dari cukup,

bukan hanya rakyat biasa tetapi perceraian pun bisa terjadi pada seorang figure

salah satunya artis, musisi, bahkan terjadi pada ustad-ustad.1

Perceraian (divorce) merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi

antara pasangan suami-istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan

tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Mereka tidak lagi hidup dan tinggal

serumah bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi. Mereka yang telah bercerai

dan yang telah memiliki keturunan, tentu saja perceraian menimbulkan masalah

psiko-emosional bagi anak-anak.2

1 justshared91.blogspot.co.id/2012/01/makalah-pengaruh-perceraian-terhadap.html

6
2 Dariyo, Agoes. 2004. Memahami Psikologi Perceraian dalam Kehidupan Keluarga. Jurnal
Psikologi Vol.2 No.2. Hal. 94
Baik suka maupun tidak suka , perceraian merupakan sebuah fakta yang

terjadi antara pasangan suami istri, akibat perbedaan-perbedaan prinsip yang tidak

dapat dipersatukan lagi melalui berbagai cara dalam kehidupan keluarga. Masing-

masing tetap mempertahankan pendirian, keinginan dan kehendak sendiri, tanpa

berupaya untuk mengalah demi tercapainya keutuhan keluarga. Ketidakmauan dan

ketidakmampuan untuk mengakui kekurangan diri sendiri dan atau orang lain,

menyebabkan suatu masalah yang sepele menjadi besar, sehingga berakhir dengan

sebuah perceraian. Walaupun ajaran agama melarang untuk bercerai, akan tetapi

kenyataan seringkali tak dapat dipungkiri bahwa perceraian selalu terjadi pada

pasanganpasangan yang telah menikah secara resmi.

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, perceraian tidak dapat dihentikan dan

terus terjadi, sehingga banyak orang merasa trauma, sakit hati, kecewa, depressi

dan mungkin mengalami gangguan jiwa akibat perceraian tersebut.2

Menurut Adrian (2010 : 11) perceraian bagi anak adalah tanda kematian

keutuhan keluarganya, rasanya separuh diri anak telah hilang, hidup tak akan

sama lagi setelah orangtua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan

dan perasaan kehilangan yang mendalam, perasaan kehilangan, penolakan dan

ditinggalkan akan merusak kemampuan anak berkonsentrasi di sekolah. Dampak

yang bisa terjadi pada anak remaja dari pasangan bercerai, biasanya dari segi

psikis. Seperti perasaan malu, sensitif, rendah diri. Sehingga perasaan tersebut

dapat membuat remaja menarik diri dari lingkungan.3

Perceraian dalam keluarga manapun merupakan peralihan besar dan


2 Dariyo, Agoes. 2004. Memahami Psikologi Perceraian dalam Kehidupan Keluarga. Jurnal
Psikologi Vol.2 No.2. Hal. 94
3 Rosalia, Putri. 2013. Perceraian Orang Tua dan Penyesuaian Diri Remaja. eJournal Psikologi,
Hal 71.
penyesuaian utama bagi anak-anak, mereka akan mengalami reaksi emosi dan

perilaku karena kehilangan satu orang tua. Bagaimana anak bereaksi terhadap

perceraian orangtuanya, sangat dipengaruhi oleh cara orangtua berperilaku

sebelum, selama dan sesudah perceraian. Anak akan membutuhkan dukungan,

kepekaan, dan kasih sayang yang lebih besar untuk membantunya mengatasi

kehilangan yang dialaminya selama masa sulit ini. Mereka mungkin akan

menunjukkan kesulitan penyesuaian diri dalam bentuk masalah perilaku, kesulitan

belajar, atau penarikan diri dari lingkungan sosial.3

Sutiyanto (2005:197) menyebutkan beberapa hal yang menjadi penyebab

perceraian, yaitu : (1) Sudah tidak ada kecocokan, (2) Adanya faktor orang ketiga,

(3) Sudah tidak adanya komunikasi. Sedangkan Dariyo (2008:167)

menambahkan, bahwa beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian

suami istri, yaitu : (1) Masalah keperawanan, (2) Ketidaksetiaan salah satu

pasangan, (3) Tekanan kebutuhan ekonomi keluarga, (4) Tidak mempunyai

keturunan, (5) Salah satu dari pasangan hidup meninggal dunia, dan (6) Perbedaan

prinsip, ideologi atau agama. 4

Problema yang terjadi seperti perceraian hanya berawal dari ketidak

harmonisan kedua orang tua, namun karena hal ini jugalah yang membuat

intensitas dalam keluarga menjadi merosot dan akhirnya komunikasi antara orang

tua dan anak terputus dan mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam

pembinaan nilai moral anak.5

8
3 Rosalia, Putri. 2013. Perceraian Orang Tua dan Penyesuaian Diri Remaja. eJournal Psikologi,
Hal 71.
4 Ajrina, Ayercha. 2015. Dampak perceraian Orang Tua Terhadap Perilaku Sosial Anak. Sosiologi, Jurnal S-1 Sosiologi Vol.3 No.3, Hal.5

5 Setiadi, Elly M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Jakarta : Kencana. Prenada Media Group

Setelah rusaknya sebuah keluarga, keluarga tidak bisa lagi menjadi tempat

untuk memperjelas nilai moral yang harus dipegang bahkan sebaliknya

menambah kebingunan nilai moral bagi anak.5


Pendidikan tentang moral sangatlah penting bagi seorang anak, karena moral

merupakan awal dari seorang anak berperilaku, memiliki etika yang mengandung

nilai-nilai dan norma-norma dalam berperilaku, baik maupun buruk.6


Perceraian mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan

jiwa dan pendidikan anak, terutama anak usia Sekolah Dasar dan remaja.

Diantaranya dapat menyebabkan anak bersikap pendiam dan rendah diri, nakal

yang berlebihan, prestasi belajar rendah dan merasa kehilangan. Walaupun tidak

pada semua kasus demikian tapi sebagian besar menimbulkan dampak yang

negatif terhadap perkembangan jiwa anak dan juga berpengaruh terhadap proses

pendidikan anak itu sendiri.


Pada umumnya anak-anak yang keluarganya bercerai ikut bersama ibunya,

dan semua biaya hidupnya yang seharusnya menjadi tanggung jawab bapak tetapi

menjadi tanggung jawab si ibu. Anak-anak dari keluarga sempurna memiliki

prestasi lebih baik dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga tidak sempuma

yang orang tua nya bercerai. Dampak perceraian orang tua juga terlihat secara

nyata bagi anak-anak usia sekolah Dasar seperti pendiam, pemalu, tidak lagi ceria

dan prestasi belajarnya menurun. Sekolah Dasar seperti pendiam, pemalu, tidak

lagi ceria dan prestasi belajarnya menurun.7

5 Setiadi, Elly M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Jakarta : Kencana. Prenada Media Group
6 Herimanto. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
7 Yusuf, M. 2014. Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak. Jurnal Al-Bayan Vol. 20 N0. 29, Hal 40

Setiap terjadinya perceraian orang tua sudah barang tentu berdampak negatif

terhadap proses pendikan dan perkembangan jiwa anak, di karenakan anak usia

sekolah dasar pada umumnya masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian

penuh dari kedua orang tua. Perceraian orang tua merupakan problema yang

cukup besar bagi anak- anaknya terutama bagi anak-anak yang masih sekolah

dasar, sebab anak-anak pada usia ini masih sangat membutuhkan kasih sayang

kedua orang tuanya. Suasana rumah tangga memberi pengaruh terhadap

perkembangan dan pendidikan anak usia Sekolah Dasar. Suasana keluarga yang

berantakan dapat menyebabkan anak tidak dapat belajar dengan baik bahkan

membawa pengaruh yang negatif terhadap perkembangan jiwa anak dalam masa

pertumbuhannya, karena pribadi si anak umumnya terjadi melalui pengalaman

yang didapat diwaktu kecil. Pengalaman yang diperoleh anak di waktu kecil baik

pengalaman pahit maupun menyenangkan semuanya memberi pengaruh dalam

kehidupan anak nantinya. Zakiah Drajad menyebutkan ada beberapa hal tanggung

Jawab orang tua terhadap anak-anaknya :

a. Memperkenalkan nikmat dan karunia Allah


b. Membimbing anaknya dalam pengalaman ilmu agama
c. Memberi nama bagi anak
d. Memperjelas nasab ( keturunan )
e. Selalu mendoakan kepada anaknya.7

7 Yusuf, M. 2014. Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak. Jurnal Al-Bayan Vol. 20 N0. 29, Hal 40

10
BAB II
PERMASALAHAN

Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya bertengkar

atau memutuskan untuk bercerai. Takut dan kehilangan adalah perasaan yang

selalu ada di benak mereka. Takut kehilangan seorang ayah atau ibu, bahkan takut

berpisah dengan saudara kandungnya sendiri ( kakak atau adik). Takut kehilangan

kasih sayang dan perhatian orang tuanya yang akan berpisah.

Di masyarakat mereka yang menjadi korban perceraian timbul rasa malu

terhadap teman-temannya, pasti ia akan berpikir bahwa teman-temannya akan

membicarakan hal itu di sekolah maupun diluar sekolah atau jadi sering untuk

menyendiri. Dengan ketakutan, kekhawatiran, kesedihan, kemarahan,

ketidaknyamanan, dan kecemburuan yang dirasakan akan sangat mengganggu

konsentrasi belajar anak. Prestasi anak di sekolah akan menurun baik dalam

bidang akademik maupun non-akademik.

Bagi kebanyakan remaja, masalah yang ditimbulkan cenderung ke batin dan

pikiran. Batin yang dipenuhi dengan tekanan, serta pikiran-pikiran negatif selalu

muncul yang akhirnya tidak dapat mereka kendalikan. Secara fisik tidak begitu

terluka, namun psikis dan kepribadiannya sangatlah terluka dan berantakan.

Bahkan secara perlahan, sebagai pelarian yang buruk anak-anak akan

terjerumus dalam pergaulan bebas, seperti : seks bebas, narkoba, mabuk-mabukan,

memakai obat-obatan terlarang, atau hal-hal negatif lainnya yang dapat merugikan

dirinya sendiri maupun orang lain.


Keadaan tersebut jelas akan mempengaruhi psikologi remaja untuk

keberlangsungan kehidupannya, ada beberapa kebutuhan utama remaja yang

penting untuk dipenuhi yaitu:

1. Kebutuhan akan adanya kasih sayang


2. Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok
3. Kebutuhan untuk berdiri sendiri
4. Kebutuhan untuk berprestasi
5. Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain
6. Kebutuhan untuk dihargai
7. Kebutuhan untuk memperoleh palsafah hidup yang utuh

Kehidupan mereka sendiri berkisar pada berbagai masalah khas remaja yang

sangat nyata, seperti bagaimana menyesuaikan diri dengan teman sebaya, apa

yang harus dilakukan dengan seks atau narkoba, ataupun isu-isu kecil tetapi

sangat penting, seperti jerawat, baju yang akan dikenakan, atau guru yang tidak

disenangi. Remaja sudah merasa cukup sulit mengendalikan kehidupan mereka

sendiri sehingga pasti tidak ingin diganggu dengan kehidupan orangtua yang

mengungkapkan perceraian. Mereka tidak memiliki ruang atau waktu lagi

terhadap gangguan perceraian orangtua dalam kehidupan mereka.

Selain itu, remaja secara psikologis sudah berbeda dari sebelumnya.

Meskipun masih bergantung pada orangtua, saat ini mereka memiliki suara batin

kuat yang memberitahu mereka untuk menjadi mandiri dan mulai membuat

kehidupan mereka sendiri. Tetap bergantung tidak sesuai lagi untuk rasa aman dan

kesejahteraan diri mereka.

Seorang anak yang sebelum menjadi korban perceraian lebih nyaman dan

tentram jika berada di rumah, apalagi dikelilingi oleh keluarga yang lengkap.

Namun, semua kenyamanan itu tidak didapat lagi setelah sering terjadinya cek-

12
cok antara orangtua, menjelang dan paska perceraian. Sebuah rumah yang

seharuskan dijadikan sebagai tempat belajar, beradaptasi, sosialisasi, serta

bermain tidaklah efektif lagi jika bagaikan kapal yang hancur dihantam angin

badai yang begitu dasyat di tengah lautan. Apalagi untuk belajar, untuk bermain

saja sangatlah tidak menyenangkan. Hanya akan menambah duka.

Namun, tidak semua anak korban percerain terjerumus dalam pergaulan

bebas. Sebenarnya ada anak-anak yang tetap mendekatkan diri kepada ALLAH

SWT, sadar akan resiko jika bertindak menyimpang, sabar, tegar, berusaha untuk

selalu kuat, semangat, tidak putus asa untuk tetap mencapai masa depan yang

cerah, walaupun pada kenyataannya keluarga mereka terpecah belah dan

terkadang walaupun status orang tuanya sudah bercerai tetapi masih tetap saja

bertengkar, saling benci dan menyalahkan. Mereka bisa melakukan hal itu karna

mereka tidak memendam rasa benci dan tetap menyayangi orangtuanya. Anak-

anak seperti itulah yang patut dicontoh dan dijadikan sebagai teladan dalam

masyarakat.
BAB III
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Perceraian tentu disebabkan oleh orang tua itu sendiri sebaiknya orang tua

bisa mengkomunikasikan pada anak dan juga memberikan sebuah penjelasan

kenapa mereka bisa bercerai, berikut ada beberapa poin yang bisa

dikomunikasikan orang tua kepada anak : Komunikasikan bahwa perceraian

adalah berat bagi setiap anggota keluarga termasuk orang tua. Perceraian terjadi di

banyak keluarga sehinnga beri motivasi anak agar tidak malu menghadapi

pergaulan di lingkungan sosialnya, orang tua bercerai sama sekali bukan karena

alasan anak. Karena anak merasa sangat terpukul sekali apabila merasa karena

merekalah orang tua bercerai. Katakan kepada mereka fakta tentang penyebab

perceraian dengan kata-kata yang tidak vulgar dan menjelekan salah satu orang

tua, yakinkan bahwa mereka masih memiliki orang tua yang masih menyayangi.

Walaupun diantara mereka tidak lagi tinggal serumah dengannya, katakan maaf

kepada mereka apabila anda mudah marah, sangat kritis dan cepat naik darah.

Katakan bahwa anda juga mencoba mengatasi peristiwa perceraian dengan

mengontrol diri lebih baik dan berusaha mengenali teman-teman dekat tempat

mereka biasa mengadu dan bercerita. Karena umumnya remaja lebih percaya

perkataan temannya ketimbang orangtua yang dianggap bermasalah.

Namun perlu di ingat sebaik apapun upaya untuk menangani perceraian dan

berbagai hal yang sudah dilakukaan, pengaruh terhadap perceraian akan selalu

membekas pada diri seorang anak dan akan mempengaruhi kepribadian menjelang

14
dewasa. Bahkan ketika pertengkaran hebat dan permasalahan orang tua sudah

selesai dengan baik.

Selain itu, solusi yang dapat saya berikan untuk anak-anak korban sebuah

perceraian yaitu dengan melakukan sebuah penyesuaian diri. Penyesuaian diri

yang berkelanjutan akan membawa remaja pada proses pembelajaran yang

sebenarnya. Ditandai mampunya mengatasi masalah yang terjadi dengan kontrol

emosi yang baik, serta memiliki gambaran diri positif juga mampu menjalin

hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain. Hal ini dikarenakan remaja

dituntut untuk dapat mengontrol dan menempatkan sikap dan perilakunya serta

menentukan pilihan untuk masa depannya, dengan begitu dia akan menjadi remaja

yang mampu menyesuaikan diri dengan baik ataupun tidak pada kondisi yang

diingikan oleh lingkungannya.

Beberapa psikolog menyatakan bahwa bantuan yang paling penting yang

dapat diberikan oleh orangtua yang bercerai adalah mencoba menenteramkan hati

dan meyakinkan anak-anak bahwa mereka tidak bersalah. Yakinkan bahwa

mereka tidak perlu merasa harus ikut bertanggung jawab atas perceraian

orangtuanya. Hal lain yang perlu dilakukan oleh orangtua yang akan bercerai

adalah membantu anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan tetap menjalankan

kegiatan-kegiatan rutin di rumah. Jangan memaksa anak-anak untuk memihak

salah satu pihak yang sedang cekcok serta jangan sekali-sekali melibatkan mereka

dalam proses perceraian tersebut. Hal lain yang dapat membantu anak-anak adalah

mencarikan orang dewasa lain seperti bibi atau paman, yang untuk sementara

dapat mengisi kekosongan hati mereka setelah ditinggal ayah atau ibunya.
Maksudnya, supaya anak-anak merasa mendapatkan topangan yang memperkuat

mereka dalam mencari figur pengganti ayah ibu yang tidak lagi hadir seperti

ketika belum ada perceraian.

Rasa kecewa terhadap perceraian orang tua, dapat hilang perlahan saat anak

bisa melihat dan merasakan orang tuanya tetap menyayanginya, dan tetap

menjalin komunikasi yang hangat dengan sang anak. Tanamkan pada anak, bahwa

meskipun orang tuanya tidak lagi bersama, dan anak tidak tinggal bersama

dengannya, namun anak tetap memiliki orang tua yang utuh yang tetap dekat dan

sayang padanya.

Tetap arahkan anak dalam bergaul. Jaga komunikasi dan keterbukaan dengan

anak. Selalu libatkan anak saat mengambil keputusan, termasuk saat orang tua

hendak menikah lagi dengan orang lain. Mendengarkan pendapat dan berdiskusi

mengenai kehidupan dapat membuat anak tetap merasa dianggap ada.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perceraian (divorce) merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi

antara pasangan suami-istri dan mereka berketetapan untuk tidak

menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Mereka tidak lagi

hidup dan tinggal serumah bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi.
2.
Perceraian dalam keluarga manapun merupakan peralihan besar dan

penyesuaian utama bagi anak-anak, mereka akan mengalami reaksi emosi

dan perilaku karena kehilangan satu orang tua. Anak akan membutuhkan

dukungan, kepekaan, dan kasih sayang untuk membantunya mengatasi

kehilangan yang dialaminya selama masa sulit ini.


3. Perceraian mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

perkembangan jiwa dan pendidikan anak, terutama anak usia Sekolah

Dasar dan remaja. Diantaranya dapat menyebabkan anak bersikap

pendiam dan rendah diri, nakal yang berlebihan, prestasi belajar rendah

dan merasa kehilangan.


4. Upaya mengatasi gangguan mental maupun perilaku pada anak yaitu

dengan melakukan penyesuaian diri yang dilakukan oleh anak itu sendiri

dan bantuan yang paling penting yang dapat diberikan oleh orangtua yang

bercerai adalah mencoba menenteramkan hati dan meyakinkan anak-anak

bahwa mereka tidak bersalah.


B. Saran
1. Seharusnya pihak orang tua dapat mempertimbangkan kembali untuk

mengambil keputusan untuk melakukan perceraian, mereka harus

memilih antara mengikuti ego mereka untuk bercerai atau menjaga

psikologi anak yang akan ditimbulkan akibat perceraian tersebut.


2. Jika perceraian tidak dapat di hidari, peran orang tua yang harus bisa

menyikapi atau mengambil alih serta mengawasi anak, agar terhindar dari

segala kegiatan yang bisa merusak masa depan anak.


3. Orang tua sebaiknya memperbanyak kegiatan yang positif agar dapat

mengembangkan potensi anak dan berikan pengarahan ketika anak

dewasa.
4. Diharapkan anak yang mengalami problematika perceraian ini, tidak

terjerumus ke hal-hal yang negatif dengan melakukan hal yang tidak

bermanfaat seperti mabuk-mabukan, seks, narkoba dan sebagainya.

Namun, lebih menuju ke hal positif dengan mendekatkan diri kepada

Allah SWT untuk selalu mendoakan kedua orang tuanya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ajrina, Ayercha. 2015. Dampak perceraian Orang Tua Terhadap Perilaku Sosial

Anak. Sosiologi, Jurnal S-1 Sosiologi Vol.3 No.3, Hal.5

Dariyo, Agoes. 2004. Memahami Psikologi Perceraian dalam Kehidupan

Keluarga. Jurnal Psikologi Vol.2 No.2. Hal. 94

Herimanto, Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Justshared91.blogspot.co.id/2012/01/makalah-pengaruh-perceraian-terhadap.html

Rosalia, Putri. 2013. Perceraian Orang Tua dan Penyesuaian Diri Remaja.

eJournal Psikologi, Hal 71

Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Jakarta : Kencana.

Prenada Media Group

Yusuf, M. 2014. Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak. Jurnal Al-

Bayan Vol. 20 N0. 29, Hal 40

Anda mungkin juga menyukai