DASAR
PENGARUH PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP
MENTAL DAN MORAL ANAK
Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Erniyanti (1605035004)
Prodi :
Pendidikan Fisika
Kelas :
2
ABSTRAK
Seorang anak pertama kali hadir di dunia, hanya kedua orang tuanya yang
ia kenali melalui perasaan batin. Orang tua pun sangat bahagia dikaruniai buah
hati. Dimulai dari lahir, seorang anak selalu tinggal bersama kedua orang tuanya
dalam satu atap. Selama masa pertumbuhannya, mereka belum mempersiapkan
diri dalam hal perpisahan bahkan kata-kata itu belum muncul dalam benak
mereka. Apalagi bagi anak yang selalu berada dalam pangkuan ibunya, ia akan
merasa jauh lebih dekat dengan seorang ibu daripada seorang ayah. Ketika
permasalahan kecil muncul dalam rumah tangga, orang tua tidak menyadari
bahwa sang anak memerhatikan hal tersebut walapun mereka tidak mengerti apa
yang sebenarnya sedang terjadi. Sehingga pilihan perceraian menjadi yang
terakhir dan tak dapat dihindarkan yang mereka anggap dapat menyelesaikan
malalah. Hanya masalah orangtua sajalah yang selesai, namun untuk masalah si
buah hati sampai kapanpun tidak akan pernah selesai. Bagi kebanyakan remaja,
perceraian orangtua membuat batin mereka tertekan, tidak nyaman, menangis,
sakit hati, terganggu,merasa kurangnya perhatian dan kasih sayang dari
orangtuanya, dan lain-lain. Kehidupan mereka sendiri berkisar pada berbagai
masalah khas remaja, seperti narkoba, pergaulan bebas, seks bebas, atau depresi.
Mereka tidak memiliki ruang dan waktu lagi terhadap gangguan percerain
orangtua dalam kehidupan mereka.Bagi seorang anak,remaja,atau usia dewasapun
akan menjadikan kejadian tersebut sebagai bencana yang sangat menekan batin,
membunuh jiwa semangat untuk masa depan, serta menguras rasa cemburu atau
iri terhadap keluarga lain yang bahagia. Namun mereka pasti memiliki suara batin
kuat yang memberitahu mereka untuk menjadi mandiri dan mulai membuat
kehidupan mereka sendiri.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kesempatan agar dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul Pengaruh Perceraian Orang Tua Terhadap Mental Dan
Moral Anak ditulis untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya
Dasar oleh dosen pengampuh mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar, Bapak Drs.
H. Sudjaja, M.Si. Tentunya dalam penulisan makalah ini tidak sepenuhnya
berjalan dengan lancar. Tetapi dengan niat, semangat dan usaha yang sungguh-
sungguh, saya dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut sehingga penulisan
makalah dapat terselesaikan.
Penyusun
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
BAB I
BAB II
Permasalahan ...................................................................................................... 6
BAB III
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 12
B. Saran........................................................................................................ 13
PENDAHULUAN
baik sesuai dengan apa yang telah kita inginkan dari kejauhan hari, namun
ternyata ada beberapa faktor lain yang secara sengaja atau tidak di sengaja
perceraian bukan lagi hal yang asing di Indonesia namun perceraian bisa
Perceraian tidak saja terjadi pada orang-orang kelas bawah tetapi terjadi pada
bukan hanya rakyat biasa tetapi perceraian pun bisa terjadi pada seorang figure
tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Mereka tidak lagi hidup dan tinggal
serumah bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi. Mereka yang telah bercerai
dan yang telah memiliki keturunan, tentu saja perceraian menimbulkan masalah
1 justshared91.blogspot.co.id/2012/01/makalah-pengaruh-perceraian-terhadap.html
6
2 Dariyo, Agoes. 2004. Memahami Psikologi Perceraian dalam Kehidupan Keluarga. Jurnal
Psikologi Vol.2 No.2. Hal. 94
Baik suka maupun tidak suka , perceraian merupakan sebuah fakta yang
terjadi antara pasangan suami istri, akibat perbedaan-perbedaan prinsip yang tidak
dapat dipersatukan lagi melalui berbagai cara dalam kehidupan keluarga. Masing-
ketidakmampuan untuk mengakui kekurangan diri sendiri dan atau orang lain,
menyebabkan suatu masalah yang sepele menjadi besar, sehingga berakhir dengan
sebuah perceraian. Walaupun ajaran agama melarang untuk bercerai, akan tetapi
kenyataan seringkali tak dapat dipungkiri bahwa perceraian selalu terjadi pada
terus terjadi, sehingga banyak orang merasa trauma, sakit hati, kecewa, depressi
Menurut Adrian (2010 : 11) perceraian bagi anak adalah tanda kematian
keutuhan keluarganya, rasanya separuh diri anak telah hilang, hidup tak akan
sama lagi setelah orangtua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan
yang bisa terjadi pada anak remaja dari pasangan bercerai, biasanya dari segi
psikis. Seperti perasaan malu, sensitif, rendah diri. Sehingga perasaan tersebut
perilaku karena kehilangan satu orang tua. Bagaimana anak bereaksi terhadap
kepekaan, dan kasih sayang yang lebih besar untuk membantunya mengatasi
kehilangan yang dialaminya selama masa sulit ini. Mereka mungkin akan
perceraian, yaitu : (1) Sudah tidak ada kecocokan, (2) Adanya faktor orang ketiga,
suami istri, yaitu : (1) Masalah keperawanan, (2) Ketidaksetiaan salah satu
keturunan, (5) Salah satu dari pasangan hidup meninggal dunia, dan (6) Perbedaan
harmonisan kedua orang tua, namun karena hal ini jugalah yang membuat
intensitas dalam keluarga menjadi merosot dan akhirnya komunikasi antara orang
tua dan anak terputus dan mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam
8
3 Rosalia, Putri. 2013. Perceraian Orang Tua dan Penyesuaian Diri Remaja. eJournal Psikologi,
Hal 71.
4 Ajrina, Ayercha. 2015. Dampak perceraian Orang Tua Terhadap Perilaku Sosial Anak. Sosiologi, Jurnal S-1 Sosiologi Vol.3 No.3, Hal.5
5 Setiadi, Elly M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Jakarta : Kencana. Prenada Media Group
Setelah rusaknya sebuah keluarga, keluarga tidak bisa lagi menjadi tempat
merupakan awal dari seorang anak berperilaku, memiliki etika yang mengandung
jiwa dan pendidikan anak, terutama anak usia Sekolah Dasar dan remaja.
Diantaranya dapat menyebabkan anak bersikap pendiam dan rendah diri, nakal
yang berlebihan, prestasi belajar rendah dan merasa kehilangan. Walaupun tidak
pada semua kasus demikian tapi sebagian besar menimbulkan dampak yang
negatif terhadap perkembangan jiwa anak dan juga berpengaruh terhadap proses
dan semua biaya hidupnya yang seharusnya menjadi tanggung jawab bapak tetapi
prestasi lebih baik dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga tidak sempuma
yang orang tua nya bercerai. Dampak perceraian orang tua juga terlihat secara
nyata bagi anak-anak usia sekolah Dasar seperti pendiam, pemalu, tidak lagi ceria
dan prestasi belajarnya menurun. Sekolah Dasar seperti pendiam, pemalu, tidak
5 Setiadi, Elly M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Jakarta : Kencana. Prenada Media Group
6 Herimanto. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
7 Yusuf, M. 2014. Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak. Jurnal Al-Bayan Vol. 20 N0. 29, Hal 40
Setiap terjadinya perceraian orang tua sudah barang tentu berdampak negatif
terhadap proses pendikan dan perkembangan jiwa anak, di karenakan anak usia
sekolah dasar pada umumnya masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian
penuh dari kedua orang tua. Perceraian orang tua merupakan problema yang
cukup besar bagi anak- anaknya terutama bagi anak-anak yang masih sekolah
dasar, sebab anak-anak pada usia ini masih sangat membutuhkan kasih sayang
perkembangan dan pendidikan anak usia Sekolah Dasar. Suasana keluarga yang
berantakan dapat menyebabkan anak tidak dapat belajar dengan baik bahkan
membawa pengaruh yang negatif terhadap perkembangan jiwa anak dalam masa
yang didapat diwaktu kecil. Pengalaman yang diperoleh anak di waktu kecil baik
kehidupan anak nantinya. Zakiah Drajad menyebutkan ada beberapa hal tanggung
7 Yusuf, M. 2014. Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak. Jurnal Al-Bayan Vol. 20 N0. 29, Hal 40
10
BAB II
PERMASALAHAN
Anak merupakan korban yang paling terluka ketika orang tuanya bertengkar
atau memutuskan untuk bercerai. Takut dan kehilangan adalah perasaan yang
selalu ada di benak mereka. Takut kehilangan seorang ayah atau ibu, bahkan takut
berpisah dengan saudara kandungnya sendiri ( kakak atau adik). Takut kehilangan
membicarakan hal itu di sekolah maupun diluar sekolah atau jadi sering untuk
konsentrasi belajar anak. Prestasi anak di sekolah akan menurun baik dalam
pikiran. Batin yang dipenuhi dengan tekanan, serta pikiran-pikiran negatif selalu
muncul yang akhirnya tidak dapat mereka kendalikan. Secara fisik tidak begitu
memakai obat-obatan terlarang, atau hal-hal negatif lainnya yang dapat merugikan
Kehidupan mereka sendiri berkisar pada berbagai masalah khas remaja yang
sangat nyata, seperti bagaimana menyesuaikan diri dengan teman sebaya, apa
yang harus dilakukan dengan seks atau narkoba, ataupun isu-isu kecil tetapi
sangat penting, seperti jerawat, baju yang akan dikenakan, atau guru yang tidak
sendiri sehingga pasti tidak ingin diganggu dengan kehidupan orangtua yang
Meskipun masih bergantung pada orangtua, saat ini mereka memiliki suara batin
kuat yang memberitahu mereka untuk menjadi mandiri dan mulai membuat
kehidupan mereka sendiri. Tetap bergantung tidak sesuai lagi untuk rasa aman dan
Seorang anak yang sebelum menjadi korban perceraian lebih nyaman dan
tentram jika berada di rumah, apalagi dikelilingi oleh keluarga yang lengkap.
Namun, semua kenyamanan itu tidak didapat lagi setelah sering terjadinya cek-
12
cok antara orangtua, menjelang dan paska perceraian. Sebuah rumah yang
bermain tidaklah efektif lagi jika bagaikan kapal yang hancur dihantam angin
badai yang begitu dasyat di tengah lautan. Apalagi untuk belajar, untuk bermain
bebas. Sebenarnya ada anak-anak yang tetap mendekatkan diri kepada ALLAH
SWT, sadar akan resiko jika bertindak menyimpang, sabar, tegar, berusaha untuk
selalu kuat, semangat, tidak putus asa untuk tetap mencapai masa depan yang
terkadang walaupun status orang tuanya sudah bercerai tetapi masih tetap saja
bertengkar, saling benci dan menyalahkan. Mereka bisa melakukan hal itu karna
mereka tidak memendam rasa benci dan tetap menyayangi orangtuanya. Anak-
anak seperti itulah yang patut dicontoh dan dijadikan sebagai teladan dalam
masyarakat.
BAB III
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Perceraian tentu disebabkan oleh orang tua itu sendiri sebaiknya orang tua
kenapa mereka bisa bercerai, berikut ada beberapa poin yang bisa
adalah berat bagi setiap anggota keluarga termasuk orang tua. Perceraian terjadi di
banyak keluarga sehinnga beri motivasi anak agar tidak malu menghadapi
pergaulan di lingkungan sosialnya, orang tua bercerai sama sekali bukan karena
alasan anak. Karena anak merasa sangat terpukul sekali apabila merasa karena
merekalah orang tua bercerai. Katakan kepada mereka fakta tentang penyebab
perceraian dengan kata-kata yang tidak vulgar dan menjelekan salah satu orang
tua, yakinkan bahwa mereka masih memiliki orang tua yang masih menyayangi.
Walaupun diantara mereka tidak lagi tinggal serumah dengannya, katakan maaf
kepada mereka apabila anda mudah marah, sangat kritis dan cepat naik darah.
mengontrol diri lebih baik dan berusaha mengenali teman-teman dekat tempat
mereka biasa mengadu dan bercerita. Karena umumnya remaja lebih percaya
Namun perlu di ingat sebaik apapun upaya untuk menangani perceraian dan
berbagai hal yang sudah dilakukaan, pengaruh terhadap perceraian akan selalu
membekas pada diri seorang anak dan akan mempengaruhi kepribadian menjelang
14
dewasa. Bahkan ketika pertengkaran hebat dan permasalahan orang tua sudah
Selain itu, solusi yang dapat saya berikan untuk anak-anak korban sebuah
emosi yang baik, serta memiliki gambaran diri positif juga mampu menjalin
hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain. Hal ini dikarenakan remaja
dituntut untuk dapat mengontrol dan menempatkan sikap dan perilakunya serta
menentukan pilihan untuk masa depannya, dengan begitu dia akan menjadi remaja
yang mampu menyesuaikan diri dengan baik ataupun tidak pada kondisi yang
dapat diberikan oleh orangtua yang bercerai adalah mencoba menenteramkan hati
mereka tidak perlu merasa harus ikut bertanggung jawab atas perceraian
orangtuanya. Hal lain yang perlu dilakukan oleh orangtua yang akan bercerai
salah satu pihak yang sedang cekcok serta jangan sekali-sekali melibatkan mereka
dalam proses perceraian tersebut. Hal lain yang dapat membantu anak-anak adalah
mencarikan orang dewasa lain seperti bibi atau paman, yang untuk sementara
dapat mengisi kekosongan hati mereka setelah ditinggal ayah atau ibunya.
Maksudnya, supaya anak-anak merasa mendapatkan topangan yang memperkuat
mereka dalam mencari figur pengganti ayah ibu yang tidak lagi hadir seperti
Rasa kecewa terhadap perceraian orang tua, dapat hilang perlahan saat anak
bisa melihat dan merasakan orang tuanya tetap menyayanginya, dan tetap
menjalin komunikasi yang hangat dengan sang anak. Tanamkan pada anak, bahwa
meskipun orang tuanya tidak lagi bersama, dan anak tidak tinggal bersama
dengannya, namun anak tetap memiliki orang tua yang utuh yang tetap dekat dan
sayang padanya.
Tetap arahkan anak dalam bergaul. Jaga komunikasi dan keterbukaan dengan
anak. Selalu libatkan anak saat mengambil keputusan, termasuk saat orang tua
hendak menikah lagi dengan orang lain. Mendengarkan pendapat dan berdiskusi
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perceraian (divorce) merupakan suatu peristiwa perpisahan secara resmi
hidup dan tinggal serumah bersama, karena tidak ada ikatan yang resmi.
2.
Perceraian dalam keluarga manapun merupakan peralihan besar dan
dan perilaku karena kehilangan satu orang tua. Anak akan membutuhkan
pendiam dan rendah diri, nakal yang berlebihan, prestasi belajar rendah
dengan melakukan penyesuaian diri yang dilakukan oleh anak itu sendiri
dan bantuan yang paling penting yang dapat diberikan oleh orangtua yang
menyikapi atau mengambil alih serta mengawasi anak, agar terhindar dari
dewasa.
4. Diharapkan anak yang mengalami problematika perceraian ini, tidak
18
DAFTAR PUSTAKA
Ajrina, Ayercha. 2015. Dampak perceraian Orang Tua Terhadap Perilaku Sosial
Herimanto, Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Justshared91.blogspot.co.id/2012/01/makalah-pengaruh-perceraian-terhadap.html
Rosalia, Putri. 2013. Perceraian Orang Tua dan Penyesuaian Diri Remaja.
Setiadi, Elly M, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Jakarta : Kencana.
Yusuf, M. 2014. Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Anak. Jurnal Al-