Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN NEONATUS BAYI DAN BALITA


(Neonatus Resiko Tinggi)

DOSEN PENGAMPU
Devi Darwin, S.ST., M.Keb

DI SUSUN OLEH

Winda Veliana Kontop


(022021010)

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA PALOPO

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah yang berjudul “Neonatus Resiko Tinggi” dapat selesai seperti waktu yang
telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan  penyusun, makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas. Makalah ini membahas tentang
“Neonatus Resiko Tinggi”.
Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.

Palopo, September 2022

     Penyusun   

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Neonatus dengan resiko tinggi..............................................................2
B. Hipotermi..............................................................................................3
C. Hipoglekemi.........................................................................................5
D. Tetanus neonatorium............................................................................7
E. Penyakit yang di derita ibu selama kehamilan.....................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan fungsi.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu
atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika
menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan
berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu neonatus dengan resiko tinggi?
2. Apa saja kategori neonatus dengan resiko tinggi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu neonatus resiko tinggi
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kategori neonatus resiko
tinggi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Neonatus dengan resiko tinggi


Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di
luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di
bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsi.
B. Hipotermi
1. Pengertian Hipotermi

Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh bayi kurang dari
36,5º C dari suhu optimal. Menurut Sarwono (2002), gejala awal
hipotermia apabila suhu < 36oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 32oC – 36oC). Disebut hipotermia kuat bila suhu
tubuh <32oC. Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5oC, yang
terbagi atas hipotermia
ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36,5oC, hipotermia sedang yaitu suh
u  antara 36oC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh < 32oC.
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penya
kit yang berakhir dengan kematian. Hipotermia menyebabkan terjadinya 
penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan metabolik anerobik, 
meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan
berlanjut dengan kematian.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir :
 Radiasi dari objek ke panas bayi
Contoh: timbang bayi dingin tanpa alas
 Evaporasi karena menguap cairan yang melekat pada kulit
Contoh: air ketuban bayi baru lahir, tidak cepat dikeringkan

2
 Konduksi panas tubuh diambil dari suatu permukaan yang
melekat di tubuh
Contoh: pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti
 Konveksi penguapan dari tubuh ke udara
Contoh: angin disekitar tubuh bayi baru lahir.

Sarwono (2002), mengklasifikasikan tanda dan gejala hipotermia pada


neonatus seperti dibawah ini :
1. Gejala hipotermia bayi baru lahir
a. Bayi tidak mau minum
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Dalam keadaan berat,denyut jantung bayi menurun dan kulit tubu
h  bayi mengeras (sklerema)
2. Tanda-tanda hipotermia sedang (Stres dingin)
a. Aktivitas berkurang, letargis
b. Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kaki teraba dingin

3. Tanda-tanda hipotermia berat (Cedera dingin)


a. Sama dengan hipotermia sedang
b. Bibir dan kuku kebiruan
c. Pernafasan lambat
d. Pernafasan tidak teratur
e. Bunyi jantung lambat
f. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
4. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia
a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarma merah terang
b. Bagian tubuh lainnya pucat

3
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema).
2. Komplikasi

Hipotermia dapat menyebabkan komplikasi, seperti peningkatan


konsumsi oksigen, produksi asam laktat, apneu, penurunan kemampuan
pembekuan darah dan yang paling sering terlihat hipoglikemia. 
Pada bayi premature, stress dingin dapat menyebabkan penurunan
sekresi dan sintetis surfaktan. Membiarkan bayi dingin meningkatkan
mortalitas dan morbiditas.
3. Penanganan serta Pencegahan Hipotermia Bayi Baru Lahir

Kesempatan untuk bertahan hidup pada BBL ditandai dengan


keberhasilan usahanya dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh.
Untuk itu, BBL haruslah dirawat dalam lingkungan suhu netral (Neutral
Thermal Environment/NTE). NTE adalah rentang suhu eksternal, dimana
metabolisme dan konsumsi oksigen berada pada tingkat minimum, dalam
lingkungan tersebut bayi dapat mempertahankan suhu tubuh normal.
Namun, pada bayi-bayi yang mengalami hipotermia maka harus
ditangani secara cepat dan tepat. Penanganan hipotermia pada bayi,
yaitu :
1) Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali
meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera
menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran
lampu. Penyinaran di inkubator menggunakan lampu 60 wat
dengan jarak minimal 60 cm dari bayi dan juga penghangatan
kembali dengan metode yang sesuai (dalam incubator pemanasan
perlahan 0.5-1ºC /Jam).
2) Metode kangguru kontak kulit antara ibu dan bayi yang
berlangsung sejak dini secara terus menerus dan
berkesinambungan kalau mungkin selama 24 jam. Bayi diletakkan
diantara kedua payudara ibu dengan posisi tegak/vertikal saat ibu

4
berdiri dan duduk atau tengkurap/miring saat ibu berbaring/tidur.
Bayi mengenakan penutup kepala, baju ibu berfungsi sebagai
penutup badan bayi.
Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap
orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi
diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung
ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan
bayi harus berada dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat
guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu
menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
3) Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat
yang disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi
tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi
hangat.
4) Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi
harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak
menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per
hari.
5) Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi
stabil. Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga
dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
C. Hipoglekemi
1. Pengertian Hipoglekemi
Hipoglekemia adalah glukosa darah 60 mg/dl atau kurang. Hipoglekemia
yang dapat muncul segera setelah kelahiran dan pada IDM berhubungan
dengan meningkatnya insulin dalam darah. Oleh karena itu,
direkomendasikan bahwa terapi segera untuk kadar glukosa serum
dibawah 47mg/dl sampai 50 mg/dl. Dimplementasikan pada bayi. 
Kadar glukosa maternal yang tinggi selama kehidupan fetal merangsang
terus-menerus sel tersebut pada bayi untuk memproduksi insulin.Keadaan
kadar hipoglekemia ini berkepanjangan mendorong sekresi insulin fetal

5
kemudian menimbulkan pertumbuhan berlebihan dan deposisi lemak yang
kemungkinan merupakan penyebab bayi besar makrosomik. Ketika
glukosa nenonatus hilang mendadak saat kelahiran maka, produksi insulin
yang terus-menerus segera memecah glukosa yang beredar dalam
hipoglekemia dalam 1 ½ sampai 4 jam terutama pada bayi yang ibunya
menderita diabetes. Penurunan mendadak kadar glukosa darah dapat
menyebabkan kerusakan neologis serius atau kematian.
IDM memiliki khas bayi yang ibunya menderita diabetes lanjut mungkin
kecil usia gestasi , mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine atau
cukup untuk usia gestasi karena keterlamlambatan vascular maternal.
Terdapat peningkatan abnomali pada IDM. Selaian kepekaan yang tinggi
terhadap hipoglekimia, hiperbilirubenemia, hipogmanesemia (cordero, dkk
1998 ). Meskipun besar bayi ini dapat dilahirkan sebelum akibat
komplikasi maternal atau bertambahnya ukuran fetus.
Pada umur minggu pertama sebagian besar bayi menderita hipoglekimia
neonatus sementara sebagai akibat prematuritas atau retardasi. Melewati
masa bayi baru lahir pegangan untuk penyebab hipoglekimia terus
menerus atau berulang dapat diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium awal.
Pencegahan hipoglekimia nenoatus dan pengaruh pengaruh yang diakibatk
an pada perkembangan sistem saraf sentral adalah sangat penting pada
masa bayi baru lahir.
2. PENATALAKSANAAN
a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu
dimonitor dalam 3 hari pertama :
 Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam. Ulangi tiap
6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal
dalam 2 kali pemeriksaan.
 Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani
hipoglikemia.

6
 Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari
penanganan hipoglikemia selesai
b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :
 Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1
ml/menit.
 Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-
8 mg/kg/menit).
(Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18
mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc,
bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10
g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari)
Atau cara lain dengan GIR
 Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%,
bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.
 Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan
dengan GIR.
c. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA :
a) ASI teruskan
b) Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
c) Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
 Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani
hipoglikemi.
 Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum.
 Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal.
D. Tetanus Neonatorium
1. Pengertian tetanus neonatorium
Tetanus neonatorium adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru
lahir yang disebabkan karena hasil klostarium tetani. Tetanus neonatorium
menyebabkan kematian pada bayi yang tinggi di Negara berkembang
karena pemotongan tali yang masih banyak menggunakan alat-alat

7
tradisional. Masuknya kuman tetanus klostriudium tetani sebagian besar
melalui tali pusat. 
Masa inkubasinya sekitar 3 hari sampai 10 hari, dan makin pendek masa
inkubasinya penyakit makin fatal. Tetanus neonatorium menyebabkan
kerusakan pada pusat motorik, jaringan otak, pusat pernafasan dan
jantung.
Fase – fase kejang tetanus neonatorium :
a. kejang parsial
Kejang parsial adalah kesadaran utuh walaupun mungkin berubah;
focus disatu bagian tetapi dapat menyebar kebagian lain.
 Parsial sederhana
   Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral),
sensorik (merasakan, membaui, mendengar sesuatu yang
abnormal), autonomic (takikardia,bradikardia,takipnu,
kemerahan, rasa tidak enak di epigastrium), psikik (disfagia,
gangguan daya ingat).
 Biasanya berlangsung kurang dari 1 menit.
 Parsial kompleks
Dimulai sebagai kejang parsial sederhana; berkembang menjadi
perubahan kesadaran yang disertai oleh :
 Gejala motorik, sensorik, otomatisme (mengecap-ngecapkan
bibir,mengunyah, menarik-narik baju.
 Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang
menjadi kejang generalisata.
 Biasanya berlangsung 1-3 menit
b. Kejang generalisata
Hilangnya kesadaran, tidak ada awitan fokal, bilateral dan simetrik,
tidak ada aura.
 Tonik-klonik
Spasme tonik-klonik otot; inkontinensia urin dan alvi; menggigit
lidah; fase pascaiktus.

8
 Absence
o Sering salah didiagnosa sebagai melamun
o Menatap kosong, kepala sedikit lunglai, kelopak mata
bergetar, atau berkedip secara cepat; tonus postural tidak
hilang.
o Berlangsung beberapa detik.
 Mioklonik
Kontraksi mirip-syok mendadak yang terbatas dibeberapa otot
atau tungkai; cenderung singkat.
 Atonik
Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur
tubuh.
 Klonik
Gerakan menyentak,repetitive,tajam,dan lambat.
 Tonik
o difleksi lengan dan ekstensi tungkai.
o Mata dan kepala mungkin berputar kesatu sisi
o Dapat menyebabkan henti napas
2. Tanda-tanda gejala tetanus neonatorium
Tanda klinis dari tetanus neonatorium yaitu :
a) bayi tiba – tiba panas dan tidak mau minum
b) gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering kejang disertai
sianosis.
c) ekstermitas terulur dan kaku, dahi berkerut
d) alis mata terangkat.
e) sudut mulut tertarik ke bawah.
3. Penatalaksanaanya yang dapat diberikan :
a) Membersihkan jalan nafas
b) Melonggarkan pakaian bayi
c) Memasukkan tong spatel yang dibungkus kasa dalam mulut bayi.
d) Menciptakan lingkungan yang tenang.

9
e) Memberikan asi sedikit demi sedikit saat bayi tidak kejang.
E. Penyakit yang diderita ibu selama kehamilan
1. Anemia dalam kehamilan
Anemia ialah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin
atau jumlah eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).
Ukuran haemoglobin normal :
 Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
 Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram

Tingkat pada anemia :


 Kadar Hb 8 gram – 10 gram disebut anemia ringan
 Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut anemia sedang
 Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat
Pada kehamilan jumlah darah bertambah banyak, yang disebut
hidremia dan hipervolemia pertambahan dari sel-sel darah kurang, bila
dibanding dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran
darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagia berikut :
Plasma 30 %, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Proses bertambahnya jumlah darah dalam kehamilan sudah mulai sejak
kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32-36 minggu.
Seorang wanita hamil yang memiliki Hb < 11gr% dapat disebut penderia
anemia dalam kehamilan. Pemeriksaan hemoglobin harus menjadi
pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada
pemeriksaan pertama pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan
akhir.
2. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas
a) Keguguran
b) Partus prematurus
c) Partus lama karena inersia uteri

10
d) Perdarahan post Jartum karena atonia uteri
e) Syok
f) Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
g) Anemia yang sangat berat adalah Hb dibawah 4 gr% terjadi payah
jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan,
bahkan bisa fatal
3. Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi
Hasil konsepsi (janin, placenta, darah) membutuhkan zat besi dalam
jumlah untuk pembuatan butir-butir darah merah besar dan
pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10
dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan
bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa, dan sum-
sum tulang. Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb
tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi
pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan zat besi.
Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap konsepsi adalah :
1. Kematian mudigah (Keguguran)
2. IUFD
3. Prematuritas
4. Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
5. Dapat terjadi cacat-bawaan
4. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
a) Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah
anemia akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan
karena kurangnya masukan unsur besi dalam makanan karena
gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau
banyaknya besi keluar dari badan, misalnya karena perdarahan.
Kebutuhan zat besi bertambah dalam kehamilan, terutama dalam
trimester terakhir. Apabila masuknya zat besi tidak ditambah, maka

11
akan mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan
kembar
Pencegahan : Didaerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang
tinggi sebaiknya wanita hamil diberi sulfasferosus cukup 1 tablet
sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak
protein dan sayur –sayur yang banyak mengandung mineral dan
vitamin.
b) Anemia megaloblastik (29,0%)
Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Terjadi akibat
kekurangan asam folat, jarang sekali akibat karena kekurangan
Vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Penanganan :
 Pemberian asam folat, biasanya bersamaan dengan pemberian
Sulfas ferosus
 Diet makanan yang bergizi (tinggi kalori dan protein)
Ditemukan pada wanita yang tidak mengkonsumsi sayuran segar atau
kandungan protein tinggi.
5. Anemia hipoplastik (8,0%)
Di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah
merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan darah
tepi lengkap, pemeriksaan pungsi sternal, pemeriksaan retikulosit, dan
lain-lain. Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan, mungkin
pengobatan yang paling baik yaitu tranfusi darah, yang perlu sering
diulang.
6. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang
langsung cepat dari pembuatannya. Misalnya disebabkan karena malaria,
racun ular. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil. Apabila
ia hamil maka anemianya biasanya menjadi lebih berat. Sebaliknya
mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada
wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Gejala utama adalah

12
anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan,
serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya,
bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan
obat-obatan penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal
ini memberi hasil. Maka darah berulang dapat membantu penderita ini.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.
Beberapa keadaan neonatus dengan resiko tinggi:
B. Saran

Diharapkan pembaca dapat memperoleh manfaat dari makalah yang kami


sajikan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca unuk
perbaikan makalah kami berikutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. ASUHAN NEONATUS BAYI DAN ANAK
BALITA, Salemba Medika
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar KEPERAWATAN MATERNITAS, EGC: Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai