Anda di halaman 1dari 19

KEGAWATDARURATAN KELAUTAN

MAKALAH HIPOTERMIA CIDERA PAPARAN DINGIN

NAMA : CHLARISA MANGALA


NIM : 1714201123

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO

29
1
2023

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi adalah anak dengan rentang usia 0- 12 bulan. Masa bayi merupakan

bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

lingkungan. Indikator kesehatan suatu bangsa masih di lihat dari tinggi atau

rendahnya angka kematian bayi (Maryuni 2013). Selama periode neonatal,

kehidupan di dalam dan di luar rahim berubah dan organ menjadi matang. Di

bulan pertama kehidupan, bayi rentan gangguan kesehatan, itu dapat

menimbulkan berbagai gangguan kesehatan (RI, Kementerian Kesehatan, 2014).

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Di Indonesia (2015)

penyebab utama kematian adalah komplikasi asfiksia neonatus, berat badan lahir

rendah dan infeksi. Hipotermia adalah kondisi suhu tubuh di bawah normal.

Adapun suhu normal bayi adalah 36,5 0C–37,50C. Adanya ketidak seimbangan

panas bayi baru lahir akan berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-

faktor penyebab, dan juga disertai dengan tanda-tanda hipotermia, seperti bayi

menggigil, aktivitas berkurang, tangisan melemah, kaki teraba dingin (Rukiyah

& Yulianti, 2012) Suhu lingkungan bayi sewaktu didalam kandungan sebesar

36°C-37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang

umumnya lebih rendah. Segera setelah bayi dilahirkan suhu bayi baru lahir akan

29
2
turun. Bayi yang masih basah bisa kehilangan panas cukup banyak untuk

membuat suhu tubuhnya turun sampai sebanyak 2-4ºC. Karena dalam keadaan

basah maka bayi akan

kehilangan sebagian besar panas tubuhnya melalui penguapan (evaporasi)

dari permukaan kulit yang basah, sentuhan tubuh bayi dengan benda-banda

yang dingin (konduksi), terpapar dengan udara disekitar lingkungan

(konveksi) atau sentuhan dengan benda-benda yang bersuhu lebih rendah

disekitarnya (radiasi). Jika bayi tidak segera diberi penanganan agar dapat

mempertahankan suhu tubuhnya akan mengalami hipotermi. Hipotermi

memiliki dampak yang sangat parah pada BBL. Bayi dengan cedera dingin

dan hipotermi akan menghadapi risiko yang lebih tinggi terkena infeksi,

penguningan (jaundice) serta pulmonaria haemorhage (perdarahan paru-

paru). BBL dengan hipotermi akan lebih besar kemungkinan meninggal

dibandingkan dengan BBL yang tidak mengalami hipotermia. Hipotermi

dapat menyebabkan kesakitan bahkan kematian pada bayi BBLR. Salah satu

solusi pencegahan hipotermi pada BBLR dengan melakukan perawatan

metode kanguru dengan prinsip melakukan skin to skin contact sehingga bayi

tetap hangat. Hal ini bertujuan untuk memberikan lingkungan hangat pada

bayi dan meningkatkan hubungan ibu dengan bayinya. Salah satu tindakan

pencegahan hipotermia pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan

menghangatkan tubuh bayi, yaitu dengan merawat secara konvensional di

dalam inkubator, namun teknologi inkubator relatif mahal. Salah satu yang

29
3
lebih efisien adalah metode kanguru dengan melakukan kontak langsung

antara kulit bayi dengan kulit ibu. Untuk itu diperlukan perhatian khusus

dalam memberikan pelayanan kesehatan neonatus terutama pada hari-hari

pertama kehidupannya yang sangat rentan karena banyak perubahan yang

terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim

kekehidupan di luar rahim. Mengingat secara fisiologis bayi belum mampu

menyesuaikan dengan lingkungan baru setelah dilahirkan, dukungan

lingkungan agar bayi tetap terjaga kehangatannya sangat diperlukan. Bayi

baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada orang dewasa,

sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu. Pada 30 menit pertama

bayi dapat mengalami penurunan suhu 3 - 4 °C. Pada ruangan dengan suhu

20-25 °C suhu kulit bayi turun sekitar 0,3 °C per menit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan rumusan masalah

dari penelitian ini adalah “Gambaran Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir Setelah

Diberikan Metode Kanguru di Klinik Utama Budi Mulia?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Gambaran Suhu tubuh Bayi Baru Lahir di

Klinik Utama Budi Mulia.

2. Tujuan Khusus Mengetahui Suhu Tubuh Bayi Setelah Diberikan Metode

Kanguru di Klinik Utama Budi Mulia

D. Manfaat Penelitian

29
4
1. Bagi Responden Sebagai tambahan pengetahuan tentang stabilitas suhu tubuh

bayi baru lahir, dan dapat mencegah kematian pada bayi.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai indicator untuk meningkatkan pelayanan dan

deteksi dini bayi dengan stabilitas suhu tubuh, untuk mencegah morbiditas

dan kematian bayi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipotermi

1. Pengertian Hipotermia

Hipotermia adalah suatu kondisi suhu tubuh yang berada di bawah

rentang normal tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Menurut

Saifuddin dalam((Dwienda, Maita, Saputri, & Yulviana, 2017) Hipotermia

adalah suatu kondisi turunnya suhu sampai di bawah 300 C, sedangkan

Hipotermia pada bayi baru Lahir merupakan kondisi bayi dengan suhu

dibawah 36,50C, terbagi ke dalam tiga jenis hipotermi, yaitu Hipotermi

ringan atau Cold Stress dengan rentangan suhu antara 36-36,50C, selanjutnya

hipotermi sedang, yaitu suhu bayi antara 32-36,50C dan terakhir yaitu

hipotermi berat dengan suhu.

2. Penyebab Hipotermia

a. Kerusakan Hipotalamus

b. Berat Badan Ekstrem

29
5
c. Kekurangan lemak subkutan

d. Terpapar suhu lingkungan rendah

e. Malnutrisi

f. Pemakaian pakaian tipis

g. Penurunan laju metabolisme

h. Transfer panas ( mis. Konduksi, konveksi, evavorasi, radiasi)

i. Efek agen farmakologi.

3. Klasifikasi Hipotermia

a. Hipotermia Sedang Merupakan hipotermi akibat bayi terpapar suhu

lingkungan yang rendah, waktu timbulnya hipotermi sedang adalah

kurang dari 2 hari dengan ditandai suhu 320C-360C, bayi mengalami

gangguan pernapasan, denyut jantung kurang dari 100x/menit, malas

minum dan mengalami letargi selain itu kulit bayi akan berwarna tidak

merata atau disebut cutis marmorata, kemampuan menghisap yang

dimiliki bayi lemah serta kaki akan teraba dingin.

b. Hipotermi Berat Hipotermi ini terjadi karena bayi terpapar suhu

lingkungan yang rendah cukup lama akan timbul selama kurang dari 2

hari dengan tanda suhu tubuh bayi mencapai 320C atau kurang, tanda lain

seperti hipotermi sedang, kulit bayi teraba 10 keras, napas bayi tampak

pelan dan dalam , bibir dan kuku bayi akan berwarna kebiruan,

29
6
pernapasan bayi melambat, pola pernapasan tidak teratur dan bunyi

jantung melambat.

c. Hipotermi dengan Suhu tidak stabil Merupakan gejala yang timbul tanpa

terpapar dengan suhu dingin atau panas yang berlebihan dengan gejala

suhu bisa berada pada rentang 36-390C meskipun dengan suhu ruangan

yang stabil (Dwienda et al., 2014).

4. Gejala dan Tanda Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) gejala dan

tanda hipotermia yaitu :

1. Mayor

1) Kulit teraba dingin

2) Menggigil

3) Suhu tubuh di bawah nilai normal (Normal 36,50C-37,50C)

2. Minor 9

1) Akrosianosis

2) Bradikardi ( Normal 120-160 x/menit)

3) Dasar kuku sianotik

4) Hipoglikemia

5) Hipoksia

6) Pengisian kapiler > 3 detik

7) Konsumsi oksigen meningkat

8) Ventilasi menurun

9) Piloereksi

29
7
10) Takikardi

11) Vasokontriksi perifer

12) Kutis memorata ( pada neonatus)

5. Komplikasi Hipotermi

Hipotermia memberikan berbagai akibat pada seluruh sistem dalam

tubuh seperti diantaranya peningkatan kebutuhan akan oksigen,

meningkatnya produksi asam laktat, kondisi apneu, terjadinya penurunan

kemampuan pembekuan darah dan kondisi yang paling sering adalah

hipoglikemia. Pada bayi yang lahir dengan prematur, kondisi dingin dapat

menyebabkan terjadinya penurunan sekresi dan sintesis surfaktan, bahkan

membiarkan bayi dingin dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas

(Anik, 2013).

6. Penanganan bayi hipotermi

a. Bayi yang telah mengalami hipotermi memiliki risiko besar untuk terjadi

kematian, sehingga ketika terjadi hipotermi maka tindakan yang harus

dilakukan pertama adalah hangatkan bayi dengan penyinaran atau

inkubator.

b. Selanjutnya cara yang mudah dan bisa dilakukan oleh setiap orang yaitu

dengan metode kanguru, yaitu metode dengan memanfaatkan panas tubuh

dari ibu. Bayi ditelungkupkan di dada ibu sehingga terjadi kontak

langsung dengan kulit ibu. Untuk menjaga kehangatan maka bayi dan ibu

29
8
harus berada dalam satu pakaian atau bahkan selimut, sehingga suhu bayi

tetap hangat di dekapan ibu.

c. Apabila setelah dilakukan tindakan tersebut, bayi tetap masih dingin,

maka selimuti bayi dan ibu dengan pakaian atau selimut yang telah

disetrika terlebih dahulu, dilakukan secara berulang sampai suhu tubuh

bayi kembali hangat.

d. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya akan mengalami hipoglikemia,

sehingga ibu harus memberikan bayinya ASI sedikit-sedikit tetapi sering.

Bila bayi tidak mau menghisap atau reflek hisapnya lemah, maka

diberikan infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari(Anik, 2013).

29
9
30
0
BAB III
JURNAL

Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan @ JDK 2022


DOI: 10.20527/dk.v10i3.144 eISSN: 2541-5980; pISSN: 2337-8212
Received July 2022; Accepted Nov 2022
Manajemen Hipotermia Menggunakan Pembungkus Polyethylene Plastic Pada Bayi
Prematur di Ruang Neonatal Intensif Care Unit: Studi Kasus

Victoria Furtuna Winarto1, Kadek Ayu Erika2, Rahma Syamsul Bahri3,


Rahmania4, Suni Hariati5, Asriaty6
1,3,4
Mahasiswa, Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin
Dosen, Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin
2,5

6
Perawat NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
*Email Korespondensi : kadek20_uh@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Bayi prematur rentan terhadap hipotermia segera setelah lahir karena luas permukaan tubuh yang
besar dan ketidakmatangan fisiologis mekanisme termoregulasi seperti penyimpanan lemak coklat yang terbatas dan
kadar thermogenin yang rendah. Intervensi yang dapat diberikan pada bayi dengan hipotermia yaitu dengan
menggunakan bundle khusus pada bayi yang mengalami hipotermia berupa penggunaan penghangat, bungkus plastik,
matras termal, penggunaan inkubator, peningkatan suhu ruangan, serta penggunaan topi dan selimut yang telah
dihangatkan. Tujuan: Untuk mengevaluasi manajemen hipotermia pada bayi prematur dengan penggunaan
pembungkus polyethylene plastic. Metode: Menggunakan desain studi kasus deskriptif dengan single case design
untuk menggambarkan penggunaan pembungkus polyethylene plastic pada bayi yang mengalami hipotermia. Subjek
dalam studi kasus ini adalah bayi E yang lahir premature dengan usia gestasi 30 minggu di level IIB ruang perawatan
Neonatus Intensif Care Unit (NICU) RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pengumpulan data dilakukan
dengan observasi pada bayi dan dokumentasi. Penyajian data menggunakan tabel dan gambar grafik disertai narasi
untuk menjelaskan hasil yang didapatkan dari studi kasus. Hasil: Bayi E mengalami hipotermia dengan suhu 35.9°C
kemudian setelah diberikan intervensi terjadi peningkatan suhu secara bertahap pada 1 jam pertama dan pada 1 jam
berikutnya sampai suhu bayi mencapai normal yaitu 36.6°C. Kesimpulan: Penggunaan pembungkus polyethylene
plastic pada bayi prematur yang mengalami hipotermia dapat membantu meningkatkan suhu bayi hingga mencapai
nilai normal.

Kata Kunci: Hipotermia, Pembungkus polyethylene plastic, Prematur.

ABSTRACT
Background: Premature babies are prone to hypothermia immediately after birth because of their large body surface
area and physiological immaturity of thermoregulation mechanisms such as limited storage of brown fat and low
levels of thermogenin. Interventions that can be given to babies with hypothermia are by using a special bundle for
babies who experience hypothermia in the form of using warmers, plastic wrap, thermal mattresses, using incubators,
increasing room temperature, and using warmed hats and blankets. Aim: To evaluate the management of
hypothermia in preterm infants using polyethylene plastic wrap. Methods: Using a descriptive case study with single
case design to describe the use of polyethylene plastic wrap in infants who experience hypothermia. The subject in
this case study was baby E who was born prematurely with a gestational age of 30 weeks at level IIB in the Neonatal
Intensive Care Unit (NICU) at Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar. Data collection was carried out by
observation on the baby and documentation. Presentation of data using tables and graphic images accompanied by
narration to explain the results obtainedfrom the case study. Results: Baby E was hypothermic with a temperature of
35.9°C then after being given the intervention there was a gradual increase in temperature in the first 1 hour and in
the next 1 hour until the baby’s temperature reached normal, namely 36.6°C. Conclusion: The use of polyethylene
plastic wrap in premature babies who experience hypothermia can help increase the baby’s temperature until it
reaches normal values

Key, Polyethylene plastic wrapping, Preterm.


Cite this as: Winarto, V.F., dkk. Manajemen Hipotermia Menggunakan Pembungkus Polyethylene Plastic Pada Bayi Prematur di
Ruang Neonatal Intensif Care Unit: Studi Kasus. Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan. 2022;10(3): 291-297.

29
1
DOI: 10.20527/dk.v10i3.144

29
2
Winarto, V.F., dkk. Manajemen Hipotermia Menggunakan
Pembungkus ...

PENDAHULUAN dari bahan yang sede rhana sampai


Bayi prematur merupakan bayi yang bahan campuran yaitu mulai dari kayu,
lahir hidup dengan usia gestasi < 37 bahan metal, besi atau bahan plexiglass.
minggu dan biasanya dikuti dengan Inkubator dirancang sedemikian rupa
berat badan lahir < 2500 gram (1). Di sehingga dapat menciptakan kondisi
kawasan Asia Tenggara, sekitar 52% optimal dalam hal suhu, kelembaban,
kematian balita disumbang oleh kelancaran pemberian oksigen, dan
kematian pada masa neonatus. cairan untuk kelangsungan hidup
Penyebab tersering kematian neonatus seorang bayi. Rata-rata perubahan suhu
adalah prematuritas, asfiksia lahir, dan bayi prematur dengan hipotermia yang
infeksi neonatus (2). Dari data World di lakukan perawatan di inkubator
Health Organization (WHO) tahun dinding tunggal disertai sungkup adalah
2018, Indonesia masuk dalam 10 negara 36,9°C.
dengan jumlah kelahiran prematur
terbesar yaitu urutan kelima dengan Penelitian sebelumnya menunjukkan
angka kelahiran prematur 675.700 bayi bahwa bayi yang lahir dengan berat
(3). Bayi prematur rentan terhadap sangat rendah dengan usia gestasi rata-
hipotermia segera setelah lahir karena rata 30 minggu yang dibungkus
luas permukaan tubuh yang besar dan polyethylene plastic efektif mencegah
ketidakmatangan fisiologis mekanisme hipotermia selama proses transportasi
termoregulasi seperti penyimpanan (8). Sedangkan, penelitian ini berfokus
lemak coklat yang terbatas dan kadar pada bayi berat badan lahir sangat
thermogenin yang rendah (4). Salah satu rendah dengan usia gestasi 30 minggu
factor risiko bayi mengalami hipotermia yang sedang dalam perawatan di ruang
yaitu bayi dengan usia kehamilan < 28 NICU. Berdasarkan uraian diatas,
minggu (5). penulis bertujuan untuk mengevaluasi
manajemen hipotermia pada bayi
Salah satu intervensi yang dapat prematur dengan penggunaan
diberikan pada bayi dengan hipotermia pembungkus polyethylene plastic di
yaitu bayi dibungkus plastik level IIB ruang NICU RSUP Dr.
polyethylene. Kantong atau Wahidin Sudirohusodo Makassar.
pembungkus plastik efektif dan aman
untuk mencegah terjadinya hipotermia METODE
pada bayi prematur. Bayi dengan usia
kehamilan < 28 minggu, suhu awal dan Penelitian ini merupakan studi kasus
pasca stabilisasi secara signifikan lebih deskriptif dengan metode single case
tinggi daripada suhu bayi yang tidak design untuk menggambarkan
dibungkus. Kenaikan suhu ini teratasi penggunaan pembungkus polyethylene
dalam satu atau dua jam setelah plastic pada bayi yang mengalami
bungkus plastik dibuka. Kenaikan suhu hipotermia. Subjek dalam studi kasus
juga ditemukan pada bayi yang berusia ini adalah bayi E yang lahir premature
antara 28 hingga 34 minggu. dengan usia gestasi 30 minggu di level
Penggunaan plastik IIB ruang perawatan Neonatus Intensif
mengurangi kejadian hipotermia tetapi Care Unit (NICU) RSUP Dr.Wahidin
tidak mengurangi kejadian Sudirohusodo Makassar. Pengumpulan
kematian sehingga data dilakukan dengan observasi pada
dampak jangka panjang terhadap bayi dan dokumentasi. Penyajian data
kematian (6). Intervensi lain yang dapat menggunakan tabel dan gambar grafik
diberikan untuk mencegahan hipotermia disertai narasi untuk menjelaskan hasil
yang dilakukan di ruang NICU yaitu yang didapatkan dari studi kasus. Pada
dengan perawatan inkubator (7). studi kasus ini, bayi E dengan
Inkubator merupakan alat dapat terbuat 29 perawatan hari ke tujuh mengalami
3
Winarto, V.F., dkk. Manajemen Hipotermia Menggunakan
Pembungkus ...

bradipnea dan desaturasi oksigen Intervensi selanjutnya bayi dibungkus


sehingga dilakukan tindakan awal yaitu dengan polyethylene plastic berukuran
menaikkan fraksi oksigen 5% dari 25% 30 cm*50 cm lalu dilakukan
menjadi 30%. Selain itu, bayi E juga pemantauan setiap 15 menit selama 1
mengalami hipotermia dengan suhu jam pertama dan setiap jam untuk jam
35.9°C, selanjutnya intervensi yang berikutnya. Pemberian polyethylene

Tabel 1. Riwayat Kasus

Karakteristik Pasien

Usia 7 hari

Jenis Kelamin Laki-laki

Diagnosa Medis Prematur + Berat Badan Lahir Sangat Rendah

Diagnosa Hipotermia

Keperawatan

Riwayat Kesehatan Bayi mengalami Respiratory Distress in Newborn (RDN) saat lahir

dengan berat 1200 gram dan panjang badan 38 cm.

Terapi Obat Meropenem 24 mg

Dexamethasone 0.3 mg

Furosemide 1,2 mg

Terapi Medis Terpasang CPAP dengan FiO2 25% , Flow 8L/m, PEEP 7 cmH2O

Terpasang OGT

Terpasang bed side monitor

Suku Bugis

Keterangan : Continous Positive Airway Pressure (CPAP), Fraksi Oksigen (FiO2), Positive End-
Expiratory Pressure (PEEP), Orogastric Tube (OGT)

diberikan berupa manajemen hipotermia plastic pada bayi dilakukan hingga suhu
dengan menaikkan suhu inkubator bayi mencapai normal kurang lebih
0,4°C secara bertahap. Suhu awal selama 3 jam.
inkubator dari 33.6°C menjadi 34°C
kemudian menjadi 34.4°C.Setelah itu HASIL DAN PEMBAHASAN
popok dan linen bayi diganti untuk
mencegah kehilangan panas lebih lanjut. 29
4
Winarto, V.F., dkk. Manajemen Hipotermia Menggunakan
Pembungkus ...

dalam inkubator yang dibungkus plastic menjadi 35.9°C. Kemudian suhu


polyethylene dilakukan pemantauan inkubator dinaikkan
suhu tiap 15 menit dan didapatkan menit ke 180 tanpa menaikkan suhu
kenaikan suhu 0,2°C pada 15 menit inkubator disertai heart rate
pertama sehingga suhu bayi menjadi 130*/menit, respiratory rate 34x/menit,
36.1°C. Namun, pada 15 menit dan saturasi oksigen 96%. Intervensi
berikutnya suhu bayi menetap di 36.1°C yang perlu dilanjutkan yaitu
dan setelah satu jam suhu bayi menurun pemantauan tanda-tanda vital,
lagi menjadi 34.4°C. Lalu dilakukan
pemantauan kembali, suhu bayi naik secara
Tabel 2. Hasil Pemantauan Tanda-tanda vital, Saturasi Oksigen, Glukosa Darah Sewaktu
Rabu, 6 Juli 2022
Hasil Pemantauan Waktu (Wita)
08.00 09.00 10.00 11.00 12.00
Tanda-tanda vital
Heart Rate
146^/menit 124^/menit 123^/menit 126^/menit 130x/menit
Respiratory Rate 36x/menit 28x/menit 23 x/menit 34x/menit 34x/menit
Suhu 36.5°C 35.9°C 35.9°C 36.1°C 36.6°C
Saturasi Oksigen 92% 86% 92% 94% 96%

Glukosa Darah Sewaktu 85 mg/dl - - 95 mg/dl -


29
5
Winarto, V.F., dkk. Manajemen Hipotermia Menggunakan
Pembungkus ...

pemantauan warna dan suhu kulit bayi, berkontribusi terhadap kejadian


serta perawatan bayi di incubator hipotermia seperti oksigen yang bayi
Dari tabel diatas, menunjukkan terima tidak dihangatkan dan
pemantauan yang dilakukan pada pasien dilembabkan di sebagian besar NICU,
yaitu tanda-tanda vital setiap jam mulai ruangan mungkin tidak termonetral
dari bayi mengalami hipotermia hingga untuk bayi prematur, penghangat radiasi
suhu mencapai normal yaitu 36.6°C serta tidak tersedia secara memadai,
dilakukan pemeriksaan glukosa darah pemantauan terus menerus dan asuhan
sewaktu dan didapatkan nilai normal keperawatan yang memadai karena
yaitu 95 mg/dl. rasio perawat terhadap pasien di bawah
standar di sebagian besar tempat
Bayi E lahir prematur dengan berat terutama selama jam kerja (12).
badan lahir sangat rendah mengalami
hipotermia dirawat dalam inkubator dan Selain itu, status maturitas kehamilan
dibungkus polyethylene plastic. dan berat badan lahir rendah (<2500
Penggunaan polyethylene plastic gram) secara signifikan meningkatkan
sebagai salah satu tindakan dalam risiko hipotermia di antara bayi baru
manajemen hipotermia bermanfaat lahir. Risiko hipotermia di antara
untuk mengurangi evaporasi pada neonatus prematur adalah bawaan
permukaan tubuh bayi. Setelah dalam fisiologi mereka yang membatasi
diberikan intervensi, bayi E kapasitas untuk termogenesis
menunjukkan suhu tubuh stabil dan dibandingkan dengan bayi cukup bulan
tanda- tanda vital dalam rentang normal. (13). Pada kasus ini, bayi memiliki berat
Hal ini sejalan dengan penelitian badan lahir sangat rendah yaitu 1200
Trevisanuto, dkk., (2018) penggunaan gram. Hal ini bisa menjadi salah satu
plastic bag/wrap efektif memberikan faktor bayi mengalami hipotermia
perlindungan epidermal pada tubuh bayi dimana bayi memiliki suhu 35.9°C.
karena luas tubuh yang terpapar dari Untuk menangani hipotermia yang
udara luar berkurang sehingga evaporasi dialami, bayi diberikan intervensi
pada bayi juga berkurang (9). Adapun berupa membungkus badan bayi dengan
jenis plastik yang digunakan adalah plastik polyethylene. Penggunaan
polyethylene, efektif mengurangi polyethylene plastic dianggap sebagai
pelepasan panas pada tubuh bayi, salah satu intervensi utama dalam
karena polyethylene plastic memiliki pencegahan hipotermia pada bayi
sifat fleksibel kedap air dan kedap udara prematur dengan berat badan lahir
serta warna plastik yang transparan rendah yang mengalami dehidrasi dan
memudahkan pemantauan pada bayi kehilangan panas melalui konveksi (11).
(10). Bayi baru lahir yang dibungkus
menggunakan polyethylene plastic dapat
Bayi prematur sangat rentan terhadap mengurangi hilangnya panas dan
hipotermia karena memiliki luas kelembaban dengan menciptakan iklim
permukaan yang relatif besar mikro di sekitar tubuh bayi. Hal lain
dibandingkan dengan beratnya, yang perlu diperhatikan yaitu menjaga
sehingga terjadi ketidakseimbangan suhu lingkungan dalam batas 36,537,5
antara pelepasan panas (berkaitan °C untuk meminimalkan konsumsi
dengan berat badan) dan kehilangan oksigen dan kalori oleh tubuh serta
panas (luas permukaan), kulit bayi yang menghindari penggunaan pakaian atau
tipis dan mudah kehilangan panas, bayi linen yang basah karena dapat
hanya memiliki sedikit lemak subkutan memengaruhi perpindahan panas tubuh
untuk menahan panas, serta memiliki bayi (15). Selain itu, intervensi lain
kapasitas terbatas untuk menghasilkan yang diberikan pada bayi adalah dengan
panas (11). Ada beberapa faktor yang 29 menaikkan suhu inkubator dari 33.6°C
6
Winarto, V.F., dkk. Manajemen Hipotermia Menggunakan
Pembungkus ...

menjadi 34°C. Penggunaan inkubator pemantauan tanda-tanda vital bayi,


dinding tunggal disertai sungkup saturasi oksigen dan kadar gula darah
mampu meningkatkan suhu tubuh pada bayi selama dalam perawatan intensif
bayi prematur dengan hipotermia
dibandingkan tidak menggunakan KETERBATASAN
incubator (13). Penelitian lain Keterbatasan dalam studi kasus ini yaitu
menunjukkan bahwa perawatan bayi dilakukan pada subjek ini terbatas,
dengan inkubator memiliki akurasi yang disarankan agar temuan penelitian ini
tepat untuk menstabilkan kondisi bayi didukung dengan penelitian lain yang
yang lahir prematur karena memiliki dilakukan dengan jumlah sampel yang
memiliki kestabilan suhu yang optimal lebih besar dan pemantauan yang lebih
dan dapat dipantau secara berkala (14). komprehensif.
Manajemen hipotermi dengan ETIKA PENELITIAN
menggunakan bundle khusus pada bayi
yang mengalami hipotermia berupa Etika penelitian yang diterapkan oleh
penggunaan penghangat, bungkus penulis adalah autonomy, beneficience
plastik, matras termal, penggunaan dan confidentiality. Studi kasus ini telah
inkubator, peningkatan suhu ruangan, mendapat ijin dari RSUP Dr. Wahidin
serta penggunaan topi dan selimut yang Sudirohusodo Makassar
telah dihangatkan mampu meningkatkan dengan No.
suhu tubuh bayi (18). Pada bundle ini 1455/UN4.18.8/TA.05.24/2022.
juga menekankan dokumentasi suhu
yang akurat pada titik waktu yang KONFLIK KEPENTINGAN
ditentukan. Pedoman resusitasi saat ini
Tidak ada konflik kepentingan dengan
merekomendasikan untuk mengurangi
siapapun.
kehilangan panas pada bayi berat lahir
rendah yaitu dengan menempatkan bayi UCAPAN TERIMA KASIH
di bawah pancaran penghangat,
mengeringkan kulit, menempatkan bayi Penulis mengucapkan terima kasih
di atas selimut kering yang sudah kepada para perawat NICU RSUP Dr.
dihangatkan juga harus melepas linen Wahidin Sudirohusodo Makassar yang
yang basah (19). telah memfasilitasi selama proses
pengumpulan data.
Dalam hal ini, penggunaan pembungkus
polyethylene plastic pada bayi prematur PENUTUP
yang mengalami hipotermia dapat
membantu meningkatkan suhu bayi Kesimpulan dari studi kasus ini adalah
hingga mencapai nilai normal. Bayi E penggunaan pembungkus polyethylene
yang lahir prematur 30 minggu plastic sebagai salah satu manajemen
diberikan polyethylene plastic efektif hipotermia pada bayi prematur mampu
meningkatkan suhu pada bayi. Sejalan meningkatkan suhu bayi hingga
dengan penelitian Nimbalkar, et al., mencapai suhu normal yaitu 36.6°C.
(2018) mendukung penggunaan kantong REFERENSI
plastik untuk meningkatkan
termoregulasi pada semua bayi 1. Adejuyigbe EA, Anand P, Ansong
prematur <34 minggu (20). Penggunaan D, Anyabolu CH, Arya S, Assenga
pembungkus polyethylene plastic pada E, et al. Impact of continuous
bayi prematur usia 30 minggu Kangaroo Mother Care initiated
merupakan salah satu manajemen immediately after birth (iKMC) on
hipotermia dalam menjaga suhu bayi survival of newborns with birth
menjadi stabil dan pentingnya 29 weight between 1.0 to < 1.8 kg:
7
Winarto, V.F., dkk. Manajemen Hipotermia Menggunakan
Pembungkus ...

Study protocol for a randomized Deaths From Hypothermia in Sub-


controlled trial. Trials. 2020;21(1):1 Saharan Africa: Call for Essential
—13. Technologies Tailored to the
2. WHO. Newborn health in the Context. Front Public
South-East Heal.
Asia Region [Internet]. WHO. 2022;10(April):1-10.
2022. Available 8. Hu XJ, Wang L, Zheng RY, Lv TC,
from: Zhang YX, Cao Y, et al. Using
https://www.who.int/ polyethylene plastic bag to
southeastasia/health- prevent
topics/newborn-health moderate hypothermia during
3. WHO. Preterm birth [Internet]. transport in very low birth weight
WHO.
2018. Available infants: A
from: randomized trial. J Perinatol
https://www.who.int/news-room/ [Internet]. 2017;38(4):332-6.
fact- sheets/detail/preterm-birth Available from:
4. Singh T, Skelton H, Baird J, http://dx.doi.org/10.1038/s41372-
Padernia AM, Maheshwari R, Shah 017- 0028-0
D, et al. Infants, Improvement in 9. Trevisanuto D, Testoni D, de
thermoregulation outcomes Almeida MFB. Maintaining
following the implementation of a normothermia: Why and how?
thermoregulation bundle for Semin Fetal Neonatal Med.
preterm. J Pediatr Child Heal. 2018;23(5):333-9.
2022;58:1201-8. 10. Casman, Ernawati, Saragih D.
5. Urubuto F, Agaba F, Choi J, Efektifitas Skin Wrap dalam
Dusabimana R, Teteli R, Kumwami Mencegah Hipotermia pada
M, et al. Prevalence, risk factors Kelahiran Bayi Prematur: Studi
and outcomes of neonatal Literatur. J Kesehat Holist. 2(2):13-
hypothermia at admission at a 22.
tertiary neonatal unit, Kigali, 11. Anggeriyane E, Noorhasanah E,
Rwanda-a Nurhayati I. The Effectiveness of
The Kangaroo Mother Care for Low
cross-sectional study. J Matern Birth Weight Baby in
Neonatal Med [Internet]. Maintaining
2021;34(17):2793-800. Available Thermoregulation Stabilization: a
from: Case Study. J Pendidik keperawatan
https://doi.org/ Indones. 2021;7(2):151-8.
10.1080/14767058.2019.16 71334 12. Demtse AG, Pfister RE, Nigussie
6. Asmarini T, Rustina Y. AK, McClure EM, Ferede YG,
POLIETILEN Tazu Bonger Z, et al. Hypothermia
MENCEGAH in Preterm Newborns: Impact on
Survival. Glob Pediatr Heal.
HIPOTERMIA 2020;7.
NEONATUS PREMATUR PADA 13. Nyandiko WM, Kiptoon P, Lubuya
PROSES TRANSPORTASI DI FA. Neonatal hypothermia and
RUMAH SAKIT. J Telenursing. adherence to World Health
2021;3(1):229-37. Organisation thermal care
7. Brambilla Pisoni G, Gaulis C, Suter guidelines among newborns at Moi
S, Teaching and Referral Hospital,
Rochat MA, Makohliso S, Roth- Kenya. PLoS One. 2021;16(3
Kleiner M, et al. Ending Neonatal 29
8
Winarto, V.F., dkk. Manajemen Hipotermia Menggunakan
Pembungkus ...

March):1-11.
14. Valizadeh L, Mahallei M, Safaiyan
A, Ghorbani F, Peyghami M. The
effect of plastic cover on regulation
of vital signs in preterm infants: A
randomized cross-over clinical trial.
Iran J Neonatol. 2017;8(2):24-30.
15. Skrzetuska E, Puszkarz AK, Pycio
Z, Krucinska I. Assessment of the
impact of clothing structures for
premature babies on biophysical
properties. Materials (Basel).
2021;14(15).
16. Padila, Agustien I. Suhu Tubuh
Bayi Prematur di Inkubator Dinding
Tunggal dengan Inkubator Dinding
Tunggal Disertai Sungkup. J
Keperawatan Silampari.
2019;2(2):113-22.
17. Zakiah, Noor NBZ, Setiawati E.
Efektifitas Peningkatan Suhu Tubuh
Pada Perawatan Metode Kangguru
Dengan Perawatan Inkubator Di
Blud Rs H. Boejasin Pelaihari
Tanah Laut Tahun 2013. J Skala
Kesehat. 2017;5(1):1-6.
18. Wang L, Liu ZJ, Liu FM, Yu YH,
Bi SY, Li B, et al. Implementation
of a temperature bundle improves
admission hypothermia in very-low-
birth-weight infants in China: a
multicentre study. Britis Med J.
2022;11(2).
19. Mccall EM, Alderdice F, Halliday
HL, Vohra S, Johnston L.
Interventions to prevent
hypothermia at birth in preterm
and/or low birth weight infants.
Cochrane Database Syst Rev.
2018;2018(2).
20. Nimbalkar SM, Khanna AK, Patel
D V., Nimbalkar AS, Phatak AG.
Efficacy of polyethylene skin
wrapping in preventing
hypothermia in preterm neonates
(<34 Weeks): A parallel group non-
blinded randomized control trial. J
Trop Pediatr. 2018;1-8.

29
9

Anda mungkin juga menyukai