29
1
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi adalah anak dengan rentang usia 0- 12 bulan. Masa bayi merupakan
bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap
lingkungan. Indikator kesehatan suatu bangsa masih di lihat dari tinggi atau
kehidupan di dalam dan di luar rahim berubah dan organ menjadi matang. Di
penyebab utama kematian adalah komplikasi asfiksia neonatus, berat badan lahir
rendah dan infeksi. Hipotermia adalah kondisi suhu tubuh di bawah normal.
Adapun suhu normal bayi adalah 36,5 0C–37,50C. Adanya ketidak seimbangan
panas bayi baru lahir akan berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-
faktor penyebab, dan juga disertai dengan tanda-tanda hipotermia, seperti bayi
& Yulianti, 2012) Suhu lingkungan bayi sewaktu didalam kandungan sebesar
36°C-37°C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang
umumnya lebih rendah. Segera setelah bayi dilahirkan suhu bayi baru lahir akan
29
2
turun. Bayi yang masih basah bisa kehilangan panas cukup banyak untuk
membuat suhu tubuhnya turun sampai sebanyak 2-4ºC. Karena dalam keadaan
dari permukaan kulit yang basah, sentuhan tubuh bayi dengan benda-banda
disekitarnya (radiasi). Jika bayi tidak segera diberi penanganan agar dapat
memiliki dampak yang sangat parah pada BBL. Bayi dengan cedera dingin
dan hipotermi akan menghadapi risiko yang lebih tinggi terkena infeksi,
dapat menyebabkan kesakitan bahkan kematian pada bayi BBLR. Salah satu
metode kanguru dengan prinsip melakukan skin to skin contact sehingga bayi
tetap hangat. Hal ini bertujuan untuk memberikan lingkungan hangat pada
bayi dan meningkatkan hubungan ibu dengan bayinya. Salah satu tindakan
dalam inkubator, namun teknologi inkubator relatif mahal. Salah satu yang
29
3
lebih efisien adalah metode kanguru dengan melakukan kontak langsung
antara kulit bayi dengan kulit ibu. Untuk itu diperlukan perhatian khusus
terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim
baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada orang dewasa,
bayi dapat mengalami penurunan suhu 3 - 4 °C. Pada ruangan dengan suhu
B. Rumusan Masalah
dari penelitian ini adalah “Gambaran Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir Setelah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Gambaran Suhu tubuh Bayi Baru Lahir di
D. Manfaat Penelitian
29
4
1. Bagi Responden Sebagai tambahan pengetahuan tentang stabilitas suhu tubuh
deteksi dini bayi dengan stabilitas suhu tubuh, untuk mencegah morbiditas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Hipotermia
rentang normal tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Menurut
Hipotermia pada bayi baru Lahir merupakan kondisi bayi dengan suhu
ringan atau Cold Stress dengan rentangan suhu antara 36-36,50C, selanjutnya
hipotermi sedang, yaitu suhu bayi antara 32-36,50C dan terakhir yaitu
2. Penyebab Hipotermia
a. Kerusakan Hipotalamus
29
5
c. Kekurangan lemak subkutan
e. Malnutrisi
3. Klasifikasi Hipotermia
minum dan mengalami letargi selain itu kulit bayi akan berwarna tidak
lingkungan yang rendah cukup lama akan timbul selama kurang dari 2
hari dengan tanda suhu tubuh bayi mencapai 320C atau kurang, tanda lain
seperti hipotermi sedang, kulit bayi teraba 10 keras, napas bayi tampak
pelan dan dalam , bibir dan kuku bayi akan berwarna kebiruan,
29
6
pernapasan bayi melambat, pola pernapasan tidak teratur dan bunyi
jantung melambat.
c. Hipotermi dengan Suhu tidak stabil Merupakan gejala yang timbul tanpa
terpapar dengan suhu dingin atau panas yang berlebihan dengan gejala
suhu bisa berada pada rentang 36-390C meskipun dengan suhu ruangan
4. Gejala dan Tanda Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) gejala dan
1. Mayor
2) Menggigil
2. Minor 9
1) Akrosianosis
4) Hipoglikemia
5) Hipoksia
8) Ventilasi menurun
9) Piloereksi
29
7
10) Takikardi
5. Komplikasi Hipotermi
hipoglikemia. Pada bayi yang lahir dengan prematur, kondisi dingin dapat
(Anik, 2013).
a. Bayi yang telah mengalami hipotermi memiliki risiko besar untuk terjadi
inkubator.
b. Selanjutnya cara yang mudah dan bisa dilakukan oleh setiap orang yaitu
langsung dengan kulit ibu. Untuk menjaga kehangatan maka bayi dan ibu
29
8
harus berada dalam satu pakaian atau bahkan selimut, sehingga suhu bayi
maka selimuti bayi dan ibu dengan pakaian atau selimut yang telah
Bila bayi tidak mau menghisap atau reflek hisapnya lemah, maka
diberikan infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari(Anik, 2013).
29
9
30
0
BAB III
JURNAL
6
Perawat NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
*Email Korespondensi : kadek20_uh@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Bayi prematur rentan terhadap hipotermia segera setelah lahir karena luas permukaan tubuh yang
besar dan ketidakmatangan fisiologis mekanisme termoregulasi seperti penyimpanan lemak coklat yang terbatas dan
kadar thermogenin yang rendah. Intervensi yang dapat diberikan pada bayi dengan hipotermia yaitu dengan
menggunakan bundle khusus pada bayi yang mengalami hipotermia berupa penggunaan penghangat, bungkus plastik,
matras termal, penggunaan inkubator, peningkatan suhu ruangan, serta penggunaan topi dan selimut yang telah
dihangatkan. Tujuan: Untuk mengevaluasi manajemen hipotermia pada bayi prematur dengan penggunaan
pembungkus polyethylene plastic. Metode: Menggunakan desain studi kasus deskriptif dengan single case design
untuk menggambarkan penggunaan pembungkus polyethylene plastic pada bayi yang mengalami hipotermia. Subjek
dalam studi kasus ini adalah bayi E yang lahir premature dengan usia gestasi 30 minggu di level IIB ruang perawatan
Neonatus Intensif Care Unit (NICU) RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pengumpulan data dilakukan
dengan observasi pada bayi dan dokumentasi. Penyajian data menggunakan tabel dan gambar grafik disertai narasi
untuk menjelaskan hasil yang didapatkan dari studi kasus. Hasil: Bayi E mengalami hipotermia dengan suhu 35.9°C
kemudian setelah diberikan intervensi terjadi peningkatan suhu secara bertahap pada 1 jam pertama dan pada 1 jam
berikutnya sampai suhu bayi mencapai normal yaitu 36.6°C. Kesimpulan: Penggunaan pembungkus polyethylene
plastic pada bayi prematur yang mengalami hipotermia dapat membantu meningkatkan suhu bayi hingga mencapai
nilai normal.
ABSTRACT
Background: Premature babies are prone to hypothermia immediately after birth because of their large body surface
area and physiological immaturity of thermoregulation mechanisms such as limited storage of brown fat and low
levels of thermogenin. Interventions that can be given to babies with hypothermia are by using a special bundle for
babies who experience hypothermia in the form of using warmers, plastic wrap, thermal mattresses, using incubators,
increasing room temperature, and using warmed hats and blankets. Aim: To evaluate the management of
hypothermia in preterm infants using polyethylene plastic wrap. Methods: Using a descriptive case study with single
case design to describe the use of polyethylene plastic wrap in infants who experience hypothermia. The subject in
this case study was baby E who was born prematurely with a gestational age of 30 weeks at level IIB in the Neonatal
Intensive Care Unit (NICU) at Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar. Data collection was carried out by
observation on the baby and documentation. Presentation of data using tables and graphic images accompanied by
narration to explain the results obtainedfrom the case study. Results: Baby E was hypothermic with a temperature of
35.9°C then after being given the intervention there was a gradual increase in temperature in the first 1 hour and in
the next 1 hour until the baby’s temperature reached normal, namely 36.6°C. Conclusion: The use of polyethylene
plastic wrap in premature babies who experience hypothermia can help increase the baby’s temperature until it
reaches normal values
29
1
DOI: 10.20527/dk.v10i3.144
29
2
Winarto, V.F., dkk. Manajemen Hipotermia Menggunakan
Pembungkus ...
Karakteristik Pasien
Usia 7 hari
Diagnosa Hipotermia
Keperawatan
Riwayat Kesehatan Bayi mengalami Respiratory Distress in Newborn (RDN) saat lahir
Dexamethasone 0.3 mg
Furosemide 1,2 mg
Terapi Medis Terpasang CPAP dengan FiO2 25% , Flow 8L/m, PEEP 7 cmH2O
Terpasang OGT
Suku Bugis
Keterangan : Continous Positive Airway Pressure (CPAP), Fraksi Oksigen (FiO2), Positive End-
Expiratory Pressure (PEEP), Orogastric Tube (OGT)
diberikan berupa manajemen hipotermia plastic pada bayi dilakukan hingga suhu
dengan menaikkan suhu inkubator bayi mencapai normal kurang lebih
0,4°C secara bertahap. Suhu awal selama 3 jam.
inkubator dari 33.6°C menjadi 34°C
kemudian menjadi 34.4°C.Setelah itu HASIL DAN PEMBAHASAN
popok dan linen bayi diganti untuk
mencegah kehilangan panas lebih lanjut. 29
4
Winarto, V.F., dkk. Manajemen Hipotermia Menggunakan
Pembungkus ...
March):1-11.
14. Valizadeh L, Mahallei M, Safaiyan
A, Ghorbani F, Peyghami M. The
effect of plastic cover on regulation
of vital signs in preterm infants: A
randomized cross-over clinical trial.
Iran J Neonatol. 2017;8(2):24-30.
15. Skrzetuska E, Puszkarz AK, Pycio
Z, Krucinska I. Assessment of the
impact of clothing structures for
premature babies on biophysical
properties. Materials (Basel).
2021;14(15).
16. Padila, Agustien I. Suhu Tubuh
Bayi Prematur di Inkubator Dinding
Tunggal dengan Inkubator Dinding
Tunggal Disertai Sungkup. J
Keperawatan Silampari.
2019;2(2):113-22.
17. Zakiah, Noor NBZ, Setiawati E.
Efektifitas Peningkatan Suhu Tubuh
Pada Perawatan Metode Kangguru
Dengan Perawatan Inkubator Di
Blud Rs H. Boejasin Pelaihari
Tanah Laut Tahun 2013. J Skala
Kesehat. 2017;5(1):1-6.
18. Wang L, Liu ZJ, Liu FM, Yu YH,
Bi SY, Li B, et al. Implementation
of a temperature bundle improves
admission hypothermia in very-low-
birth-weight infants in China: a
multicentre study. Britis Med J.
2022;11(2).
19. Mccall EM, Alderdice F, Halliday
HL, Vohra S, Johnston L.
Interventions to prevent
hypothermia at birth in preterm
and/or low birth weight infants.
Cochrane Database Syst Rev.
2018;2018(2).
20. Nimbalkar SM, Khanna AK, Patel
D V., Nimbalkar AS, Phatak AG.
Efficacy of polyethylene skin
wrapping in preventing
hypothermia in preterm neonates
(<34 Weeks): A parallel group non-
blinded randomized control trial. J
Trop Pediatr. 2018;1-8.
29
9