Anda di halaman 1dari 3

2. Risiko Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir a.

Pengertian Risiko Hipotermia pada BBL Risiko hipotermia


pada bayi baru lahir adalah suhu kondisi ketika suhu tubuh berisiko mengalami kegagalan
termogulasi yang dapat mengakibatkan suhu tubuh berada dibawah rentang normal (Maryunani,
2013). Suhu tubuh rendah dapat disebabkan karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu
lingkungan yang rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau
tidak mengenakan pakaian (Sudarti, Endang Khoirunnisa., 2010). Pada setiap bayi baru lahir berisiko
mengalami risiko hipotermia pada saat baru dilahirkan. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016
risiko hipotermi didefinisikan suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh

b. Penyebab Risiko Hipotermi pada BBL Penyebab hipotermi pada bayi baru lahir menurut
Maryunani, 2013 dapat disebabkan oleh: 15 1. Evaporasi, dimana evaporasi merupakan kehilangan
panas ke udara ruangan melalui kulit yang basah atau selaput mukosa. Evaporasi terjadi apabila bayi
lahir tidak segera dikeringkan. 2. Konduksi terjadi apabila bayi diletakkan di tempat dengan alas
dingin, seperti pada waktu menimbang bayi. 3. Radiasi, terjadi jika panas berpindah dari bayi ke
benda padat lainnya tanpa melalui kontak langsung. 4. Konveksi, dapat terjadi apabila bayi berada
dalam ruangan dengan aliran udara melalui pintu dan jendela terbuka. Dalam hal ini, konveksi
merupakan kehilangan panas dari kulit bayi ke udara yang bergerak.

Menurut Maryunani, 2013 adapun tanda dan gejala risiko hipotermi pada bayi BBL yaitu: 1)
Pengukuran suhu tubuh neonates (bayi baru lahir) dan BBLR mungkin tidak dapat dideteksi secara
dini adanya stress dingin, karena neonates dan BBL akan menggunakan simpanan energinya untuk
mempertahankan suhu tubuhnya. 2) Tanda awal risiko hipotermia: a) Kaki terasa dingin. b)
Kemampuan mengisap rendah atau tidak bisa menyusu. c) Letargi atau menangis lemah. d)
Perubahan warna kulit dari pucat dan sianosis menjadi kutis marmorata atau plethora. e) Takipnea
dan takikardia. 3) Tanda hipotermia menetap, antara lain tanda berikut berlanjut: a) Letargi. b)
Apnea dan bradikardia. c) Resiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia, asidosis metabolik, sesak
nafas, dan faktor pembekuan yang abnormal (DIC, perdarahan intrave

Abstrak

Hipotermi dapat terjadi pada BBLR yang Berdampak pada Mordibitas dan
Mortalitas.Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran Penerapan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) Untuk Mencegah Termoregulasi Pada BBLR di Kecamatan Batunadua Kota
PadangsidimpuanTahun 2019.Metode yang digunakan studi kasus dengan jumlah subjek
penelitian 2 subjek.Dengan pendekatan asuhan keperawatan yaitu pengkajian,diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.Pelaksanaan untuk menstabilkan suhu tubuh bayi yang dilakukan adalah
intervensi non farmakologi yaitu dengan penerapan metode IMD.Intervensi pendukung yang
dilakukan adalah monitor suhu tubuh pasien, menggunakan alat pengukur suhu tubuh,
bebaskan pakaian pasien dari lingkungan yang dingin, bebaskan pasien dari pakaian dingin dan
basah, berikan pemanas pasif seperti selimut, penutup kepala dan lain-lain. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada peningkatan suhu tubuh, setelah pemberian metode IMD
Hipotermi adalah suhu tubuh di bawah 36,5oC. Bayi baru lahir rentan berisiko mengalami
penurunan suhu tubuh menjadi 35-35,5ºC dalam 15-30 menit karena kecerobohan perawatan di
ruang bersalin. Ruang bersalin seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara yang dingin di
dekat bayi (yang berasal dari AC), atau petugas tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan
baik segera setelah dilahirkan (Rohsiswatmo, 2014:368).
PENGERTIAN

Hipotermi adalah suhu tubuh di bawah 36,5oC. Bayi baru lahir rentan berisiko mengalami
penurunan suhu tubuh menjadi 35-35,5ºC dalam 15-30 menit karena kecerobohan perawatan di
ruang bersalin. Ruang bersalin seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara yang dingin di
dekat bayi (yang berasal dari AC), atau petugas tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan
baik segera setelah dilahirkan (Rohsiswatmo, 2014:368)

ETIOLOGI

Banyak faktor yang menyebabkan suhu tidak stabil pada bayi BBLR. Faktor faktor tersebut
diantaranya kehilangan panas karena permukaan tubuh yang relatif luas, lemak subkutan yang
kurang (terutama lemak coklat), tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit, tidak
adekuatnya aktivitas otot dan imatur pusat pengaturan suhu di otak. Risiko tinggi hipotermi
berhubungan dengan imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan oleh sebab
itu suhu tubuhnya harus dipertahankan (Maryunani, 2013:168- 169)

Bayi prematur cenderung memiliki suhu yang abnormal disebabkan oleh produksi panas yang buruk
dan peningkatan kehilangan panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabkan
tidak adanya jaringan adiposa coklat (yang mempunyai aktivitas metabolik yang tinggi), pernafasan
yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan yang rendah.
Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaan tubuh yang relatif besar dan tidak
adanya lemak subkutan, tidak adanya pengaturan panas bayi sebagian disebabkan oleh panas
immature dari pusat pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan untuk memberikan respon
terhadap stimulus dari luar. Pada minggu pertama dari kehidupan, bayi prematur memperlihatkan
fluktuasi (naik turunnya) nyata dalam suhu tubuh dan hal ini berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan (Maryunani, 2013:49)

Asuhan yang diberikan bertujuan untuk mengatasi hipotermi, mencegah komplikasi berupa
hipoglikemia, dan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Asuhan yang diberikan antara lain : 1. Cuci
tangan sebelum dan sesudah menyentuh bayi 2. Membedong dengan kain hangat 3. Observasi
eliminasi bayi 4. Gantikan pakaian atau popok bayi tiap kali basah 5. Anjurkan kepada ibu untuk
memberikan ASI pada bayinya secara on demand 6. Anjurkan pada ibu untuk mengkomsumsi
makanan dengan gizi seimbang 7. Ajarkan pada ibu tehnik dan posisi menyusui yang baik dan benar
8. Observasi tanda-tanda vital setiap pagi dan sore 9. Timbang BB bayi setiap hari Hasil evaluasi
setelah dilakukan asuhan adalah bayi tidak mengalami komplikasi , hipotermi telah teratasi yang
ditandai dengan suhu bayikembali normal, keadaan bayi sudah membaik dan telah pulang kerumah,
keadaan berlangsung normal, pada kunjungan rumah selama 2 kali kunjungan, bayi dalam keadaan
normal.

Anda mungkin juga menyukai