Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Defenisi
Hipotermi adalah keadaan suhu tubuh yang rendah atau berada dibawah normal. (
Maternal & Neonatal Health, Depkes RI, 2005).
Hipotermi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami
penurunan suhu tubuh terus - menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena peningkatan
kerentananterhadap faktor – faktor eksternal. Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan
dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus
36,5-37,5°C dan diukur melalui ketiak dengan termometer
Hipotermi terbagi atas 3 macam, yaitu :
1. Hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36 – 36, 5 0 c
2. Hipotermi sedang yaitu suhu antara 32 – 36 0 c
3. Hipotermi berat yaitu suhu tubuh < 32 0 c
(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 89)

B. Etiologi
Hipotermi dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu
lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau
tidak berpakaian.
(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 89)
Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
1. Jaringan lemak subkutan tipis.
2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
3. BBL tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan.
4. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi
mengalami hipotermi.
5. Evaporasi
6. Konduksi
7. Konveksi
C. Patofisiologi
Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas. Bila
kehilangan panas dalam tubuh lebih besar daripada laju pembentukan panas maka akan
terjadi penurunan suhu tubuh.
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk
menghasilkan panas berupa :
1. Shivering Thermoregulation (ST) yaitu merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil
atau gemetar secara involunter akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
2. Non-shivering thermoregulation (NST) yaitu merupakan mekanisme yang dipengaruhi
oleh stimulasi sistem saraf simpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan
melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan
lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh.
3. Vasokonstriksi perifer yaitu merupakan mekanisme yang distimulasi oleh sistem saraf
simpatis,kemudian sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk
berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran
darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna.

Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan proses oksidasi dari
lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL (neonatus), NST (proses
oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utama dari suatu peningkatan produksi
panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang tahun pertama
kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan
menurun.
(Kosim Sholeh M,dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 91)
D. Pathway Hipotermi

Exogenus pyrogen
(seperti bakteri, virus,
kompleks antigen-antibodi)

Sel Host inflamasi


(seperti : makrofag, netrofil,
sel kupper, makroflag spanik dan alveoler)
Perubahan
Metabolisme

Memproduksi endogen pyrogens

Sinetsis Prostaglandin dalam hipotalamus

Anoreksia,
Nafsu makan menurun
Pusat termuregulator
(neuron preoptik
pada hipotalamus anterior)

Meningkatkan thermostat set point

Resiko kurangnya
Velume cairan Perubahan fisiologi Cemas/kwatir

Diaporisis

Evaporasi meningkat Demam ketidaktahuan ttg. Proses


penyakit

Hipertermia kurangnnya
pengetahuan
E. Tanda dan Gejala Klinis
1. Tanda – tanda hipotermia sedang :

a. Aktifitas berkurang, letargis

b. Tangisan lemah

c. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)

d. Kemampuan menghisap lemah

e. Kaki teraba dingin

2. Tanda – tanda hipotermia berat

a. Sama dengan hipotermia sedang

b. Bibir dan kuku kebiruan

c. Pernafasan lambat

d. Pernafasan tidak teratur

e. Bunyi jantung lambat

f. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik

Tanda – tanda stadium lanjut hipotermia

a. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

b. Bagian tubuh lainnya pucat

c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan

(sklerema) (Saifudin, 2008; 373-374)

Hipotermi ditandai dengan bayi tidak mau minum/menetek, kurang aktif, pucat, takipnoe
atau takikardia, tubuh bayi teraba dingin, sklerema. Sedangkan hipotermi yang
berkepanjangan, akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, distres
respirasi, gangguan keseimbangan asam basa, hipoglikemia, defek koagulasi, dan pada
keadaan yang berat akan menyebabkan kematian.
(Kosim Sholeh M,dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal. 93)
F. Pencegahan
Mencegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
1. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
2. Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bayi sehngga bayi menempel di
dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit
lebih rendah dari puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit
di dada ibu paling sedikit 1 jam.
3. Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian
kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat
kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai
menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak
berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada
saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/ selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan ≥ enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama
setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi
baru lahir.

G. Mekanisme hilangnya panas pada BBL


Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan :
1. Radiasi yaitu perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin, misalnya
dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih dingin.
Sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator
yang dingin.
2. Konduksi yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara
kedua objek. Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit BBL
dengan permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada BBL yang
berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti pada waktu proses penimbangan.
3. Konveksi yaitu transfer panas yang terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara
permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin dipermukaan tubuh bayi. Sumber
kehilangan panas disini dapat berupa : inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada
waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit.
4. Evaporasi yaitu panas yang terbuang akibat penguapan, melalui permukaan kulit dan
traktus respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat berupa BBL yang basah setelah
lahir, atau pada waktu dimandikan.
(Kosim Sholeh M, dkk, 2008, Buku Ajar Neonatologi, IDAI, Jakarta, hal.89)

H. Akibat - akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi


Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi yaitu :
1. Hipoglikemi
2. Asidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme anaerob.
3. Kebutuhan oksigen yang meningkat.
4. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
5. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai
hipotermi berat.
6. Shock.
7. Apnea

I. Pencegahan Hipotermi
Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga
direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan
maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001).
Alat-alat Inkubator untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-
bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu
lingkungan 30°C. Radiant Warner adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil
atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan
probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara
manual). Pengelolaan Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa pengelolaan bayi
hipotermi :
1. Bayi cukup bulan
a. Letakkan BBL pada Radiant Warner.
b. Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi.
c. Tutup kepala.
d. Bungkus tubuh segera.
e. Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat
disusukan.
2. Bayi sakit
a. Seperti prosedur di atas.
Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil.
3. Bayi kurang bulan (prematur)
a. Seperti prosedur di atas.
Masukkan ke inkubator dengan servo controle atau radiant warner dengan servo
controle.
4. Bayi yang sangat kecil
a. Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5 °C. Tutup kepala. -
Kelembaban 40-50%. Dapat diberi plastik pada radiant warner.
b. Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36, 5°C.
c. Dengan dinding double. Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat
tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan).
d. Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. Temperatur lingkungan
yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi.
J. Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi
Untuk mencegah hipotermi menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa untuk
mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah : Mengeringkan bayi
segera setelah lahir. Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat :
1. Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.
2. Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk
yang kering dan bersih.
3. Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti
(Metode Kangguru).
4. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang pooting
reflex dan bayi memperoleh kalori dengan :
a. Menyusui bayi.
b. Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau
pipet.
c. Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.
5. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan.
6. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.
7. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan
bayi lahir sampai suhu tubuh normal.

Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu / keluarga dan penolong persalinan
harus menunda memandikan bayi :
a. Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat,
memandikan bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi,
gunakan air hangat.
b. Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir
2000 gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan
umum membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat
menghisap ASI dengan baik.
K. Penanganan Hipotermi
1. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus
dilakukan adalah segera menghangatkan bayi didalam inkubator atau melalui penyinaran
lampu.
2. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap,
yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi
senantiasa hangat.
3. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih
dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai
tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.
4. Metode lain untuk menghangatkan neonatus yang hipotermi adalah metode kanguru.
Metode kanguru ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi
yang lahir dengan berat badan rendah. Metode kanguru menyediakan situasi dan kondisi
yang mirip dengan rahim ibu, sehingga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik
dengan dunia luar. Keuntungan yang terdapat dalam metode kanguru bagi perawatan bayi
baru lahir adalah sbb :
a. Meningkatkan hubungan emosi ibu – anak
b. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernafasan bayi
c. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik
d. Mengurangi stres pada ibu dan bayi
e. Mengurangi lama menangis pada bayi
f. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi
g. Meningkatkan produksi ASI
h. Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan dirumah sakit
i. Mempersingkat masa rawat dirumah sakit.

Kriteria bayi untuk metode kanguru :


a. Bayi dengan berat badan ≤ 2000 gram dan suhu badan dibawah normal.
b. Refleks dan kordinasi siap dan menelan yang baik.
c. Perkembangan selama di inkubator baik
d. Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukunga dalam keberhasilan
Langkah-langkah Metode kanguru :
a. Mempersiapkan daerah bersih yaitu ibu membersihkan daerah dada dan perut dengan
cara mandi 2 - 3 kali sehari. Tangan dan kaki harus selalu bersih dan kuku dipotong
secara berkala. Baju kanguru dan popok bayi harus bersih.
b. Bayi diletakkan dalam dekapan ibu sedemikian rupa sehinggga terjadi kontak
langsung antara kulit ibu dan kulit bayinya. Dengan demikian ibu tidak memakai BH
agar kontak terus menerus antara ibu dan bayi yang mengakibatkan suhu bayi tetap
optimal yakni pada suhu 36,500 C – 37,500 C.
c. Posisi bayi dalam keadaan tegak. Untuk menjaga kenyamanan ibu dan bayi
sedemikian rupa sehingga saat ibu dalam posisi berdiri, bayi tegak, ibu dalam posisi
duduk bayi juga tegak. Begitu juga ibu dalam posisi berbaring, bayi juga tegak
berbaring sesuai posisi ibu.
d. Bayi tetap mengenakan popok untuk tidak mengotori ibu saat bayi BAB. Memakai
topi agar tidak kedinginan. Jika dihubungkan dengan program pemberian ASI metode
ini membantu bayi dekat dengan sumber ASI sehingga frekuensi menyusui lebih
sering.

Anda mungkin juga menyukai