Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Hipotermi pada neonatus merupakan kejadian umum di seluruh dunia. Di rumah sakit Ethiopia, 67% bayi dengan berat badan lahir rendah dan beresiko tinggi dari luar rumah sakit yang dimasukkan ke dalam unit perawatan khusus adalah bayi yang hipotermia. Sama halnya dengan India, angka kematian karena hipotermia mencapai dua kali lipat angka kematian bayi yang tidak mengalami hipotermia. Ada bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa hipotremia pasca kelahiran yang cepat sangat berbahaya bagi bayi baru lahir karena dapat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian. Menurut data dari organisasi kesehatan dunia ( WHO ), pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara berkembanga. Lebih dari 2/3 kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena berat badan lahir <2500 gram. Menurut WHO, 17% dari 25 juta persalinan pertahun adalah BLBR dan hampir semuanya terjadi pada negara berkembang. Sekelompok peneliti dari Inggris yang tergabung dalam Department

International Development pernah melakukan penelitian terhadap 10.946 bayi pada tahun 2004. Sekitar bulan ketiaf tahun 2006 lalu, ditemukan bahwa bayi normal yang langsung diletakkan di dada ibunya minimal 30 menit, pada usia 20 menit dan akan merangkak sendiri ke payudara ibu. Sementara itu, pada usia 50 menit, dengan susah payah dia akan merangkak dan menemukan puting susu ibunya untuk menyusu. Sejalan dengan penelitian tersebut, para dokter Eropa dan Amerika Serikat kini giat mengkampanyekan pemberian asi pada bayi baru lahir , proses tersebut dinamakan inisiasi dini. Bahkan Dr. Utami Roesli, dokter spesialis anak dan aktivis ASI berpendapat apabila inisiasi dini didukung oleh semua pihak terkait, termasuk tenaga kesehatan , kemungkinan akan mampu mencegah kematia bayi sebelum usia 28 hari. Pada dasarnya, hipotermia pada bayi disebabkan belum sempurnanya pengaturan suhu tubuh bayi, dan

pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan bayi baru lahir yang benar. Di Indonesia sendiri kasus bayi meninggal karena hipotermia masih relatif tinggi. Kematian bayi baru lahir umumnya disebabkan oleh asfiksia, infeksi , dan hepotermi. Komalasari (2007) mengemukakan bahwa di Indonesia pada periode 2005 2007 ,penurunan angka kematian neonatal yakni kematian bayi umur <1 bulan masih rendah yaitu dari 28,8 per 1000 kelahiran hidup menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup,sedangkan di Propinsi Bali merupakan daerah yang memiliki angka kematian bayi yang rendah di bandingkan dengan propinsi lain di Indonesia. Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) yang bekerjasama dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) provinsi Bali angka kematian bayi pada tahun 2007 tercatat 39,5 per 1000 kelahiran hidup menjadi 14 per 1000 kelahiran hidup tahun 2008. Sedangkan untuk balita juga menurun menjadi 19 pada tahun 20072008 dari 44 pada tahun 2006. Berdasarkan data tahun 2008, angka kematian bayi di propinsi Bali sebesar 7,8 per 1.000 kelahiran hidup atau lebih rendah dari angka nasional sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup dimana sekitar 0,5% kematian bayi disebabkan karena hipotermia (Abadi,2009). Berdasarkan data yang didapatkan di ruang NICU IRD bayi RSUP Sanglah jumlah bayi yang mengalami hipotermi didapatkan data dari 3 bulan terakhir (Desember 2009-Februari 2010) dari58 bayi yang dirawat sekitar 8 orang (13,7%) pernah mengalami hipotermi, akan tetapi kematian bayi akibat hipotermi tidak ada. Menurut dr Imral Chair SpA(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesiadan Ketua I Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) dalam seminar Orientasi Metode Kanguru yang diselenggarakan Forum Promosi Kesehatan Indonesia, bayi prematur maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan rendah, terutama di bawah 2.000 gram, terancam kematian akibat hipotermia yaitu penurunan suhu badan di bawah 36,5C di samping asfiksia (kesulitan bernapas) dan infeksi.

1.2.

Rumusan Masalah Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah bagaiamannakah hipotermi pada bayi baru lahir ?

1.3.

Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan hipotermi pada bayi baru lahir.

1.4.

Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah :

1.

Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang hipotermi pada bayi baru lahir

2.

Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang hipotermi pada bayi baru lahir.

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. 1.2.

Hipotermia pada Bayi Baru Lahir Definisi Hipotermia adalah suatu kondisi di mana mekanisme tubuh mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 C. Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 C. Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh. (Rukiyah dkk, 2010:283 ).

Bayi Hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 C (Suhu axila). Gejala awal hipotermi apabila suhu awal <36 C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32 C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer ) yang dapat mengukur sampai 25 C. Hipotrmia dapat terjadi dengan cepat pada bayi yang sangat kecil atau bayi yang diresusitasi atau dipisahkan dari ibu, dalam kasus-kasus ini suhu dapat cepat turun <35C ( Sarwono, 2006 : 288). Hipotermi pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 C, yang terbagi atas : hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 C, hipotermi sedang yaitu antara 32-36C, dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32 C. (Yunanto, 2008:40).

1.3.

Klasifikasi Hipotermi pada Bayi Baru Lahir Menurut (Yunanto, 2008:42) penurunan suhu tubuh dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Anamnesa a. Bayi terpapar suhu a. lingkungan yang rendah b. Waktu timbulnya b. c.

Pemeriksaan

Klasifikasi

Suhu tubuh 32 C Hipotermia sedang 36,4 C Gangguan napas Denyut jantung <100 kali permenit

kurang dari 2 hari

d.

Malas minum

e. letargi

a.

bayi

terpapar

suhu a. Suhu tubuh < 32 C Tanda hipotermia

Hipotermia berat

lingkungan yang rendah b. b. waktu

timbulnya sedang c. Kulit teraba keras d. Napas pelan dan dalam

kurang dari 2 jam

1.4.

Diagnosis Menurut (Yunanto,2008:41) diagnosis hipotermi dapat ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit bayi. Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan pengukuranya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit. Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang dianjurkan, oleh karena mudah, sederhana dan aman. Tetapi pengukuran melalui rektal sangat dianjurkan untuk dilakukan pertama kali pada semua BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining untuk kemungkinan adanya anus imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagai prosedur pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.

1.5.

Etiologi Perinatal ada;ah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intera uterin ke kehidupan ekstra uterin selama 28 hari. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir dimasa perinatal yang cepat berlangsung adalah sistem pernapasan, sirkulasi, dan kemampuan menghasilkan sumber glukosa. (Rukiyah dkk, 2010:2). Penyebab terjadinya hipotermi pada BBL di masa perinatal yaitu:

a. b. c. d. e.

jaringan lemak subkutan tipis, perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar, bayi baru lahir tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan, asfiksia yang hebat, resusitasi yang ekstensif,

f. g. h. i.

lambat sewaktu mengeringkan bayi, distress pernapasan, sepsis, pada bayi prematur atau bayi kecilmemiliki cadangan glukosa yang sedikit. Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh:

a) b) c) d) e)

Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak kedinginan Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.

f)

Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.

g)

Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi brown fat, misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia. Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekelilingi bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara tepat,terutama pada masa stabilisasi yaitu:612 jam pertama setelah lahir. Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL jumlah glukosa akan turun dalam waktucepat. BBL yang tidak dapat mencerna glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati. Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara : (1) melalui penggunaanASI, (2) melalui penggunaan cadangan glikogen, (3) melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak. (Rukiyah dkk, 2010:283).

1.6.

Mekanisme Hilangnya Panas pada Bayi Baru Lahir Menurut ( Yunanto, 2008:44 ) BBL dapat mengalami dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga

keseimbanganantara produksi panas dan kehilangan panas yaitu: 1. Penurunan produksi panas. Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitari. 2. Peningkatan panas yang hilang Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara: 1) Konduksi Perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedan suhu antara kedua obyek. Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit BBL dengan permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadipada BBL yang berada pada permukaan/alas yang dingin, seperti pada waktu proses penimbangan. 2) Konveksi Transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih suhu antara permukaankulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Sumber kehilangan panas disini dapat berupa: inkubator dengan jendela yang terbuka,atau pada waktu proses transportasi BBL ke rumah sakit. 3) Radiasi Perpindahan suhu dari suatu objek yang dingin, misalnya dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi lingkungan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin atau suhu inkubator yang dingin. 4) Evaporasi Panas terbuang akibat penguapan, melalui permukaan kulit dan traktus repiratoris. Sumber kehilangan panas dapat berupa BBL yang basah setelah lahir,atau pada waktu dimandikan.

3.

Kegagalan Termoregulasi Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksia intrauterin/saat persalinan/post partum, defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/anestesi) dapat menekan respons neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam pengaturan suhu dapat menjadi hipotermi atau hipertermi.

1.7. a. b. c. d. e. f. g. h. i. 1.8.

Akibat yang dapat Ditimbulkan Hipotermi Hipoglikemia-sidosis metabolik Karena vasokontriksi perifer dengan metabolisme anaerob Kebutuhan oksigen yang meningkat Metabolisme meningkat sehingga metabolisme terganggu Gangguan pembekuan darah sehingga meningkatkan pulmonal yang menyertai hipotermi berat Shock Apnea Perdarahan Intra Ventrikuler Hipoksemia, dan berlanjut dengan kematian Ciri-ciri Hipotermi pada Bayi Baru Lahir Normal Menurut (Rukiyah dkk, 2010:287) beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain :

a. b. c. d. e.

Bayi menggigil (walau biasanya ciri ini tidak mudah terlihat pada bayi kecil) Kulit anak terlihat belang-belang, merah campur putih atau timbul bercak-bercak. Anak terlihat apatis atau diam sajad. Gerakan bayi kurang dari normal. Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan ujung-ujung jarinya.

1.9.

Penanganan Hipotermia Secara Umum untuk Bayi Baru Lahir Ada prinsip dasar untuk mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir,yaitu.

a)

Mengeringkan bayi segera setelah lahir Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya masih belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermia seringkali tidak terdeteksi oleh ibu atau keluarga bayi atau penolong persalinan. Untuk mencengah terjadinya serangan dingin setiap bayi lahir harus segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat.dimulai dari kepala kemudian seluruh tubuh bayi. Handuk yang basah harus diganti dengan handuk lain yang kering dan hangat.

b)

Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut,diberi tepi atau tutup kepala,kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.

c)

Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang rooting refleks dan bayi mendapat kalori.

d) e) f) g)

Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu merujuk. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Menurut (Yunanto, 2008:45) kesempatan untuk bertahan hidup pada BBL ditandai dengan keberhasilan usahanya dalam mencegah hilangnya panas dari tubuh.Untuk itu, BBL haruslah dirawat dalam lingkungan suhu netral. Menurut (Rukiyah dkk, 2010:290) bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam incubator atau melalui penyinaran lampu. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh setiap ibu adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat,

tubuh ibudan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai metoda kangguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia , sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kgper hari.

1.10.

Metode Kanguru untuk Merawat Bayi Hipotermi Menurut (www.agustinayanto.com/2008) Metode kanguru atau perawatan bayil ekat

ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan hipotermi baik selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah. Perawatan bayi dengan metode kanguru bisa digunakan sebagai pengganti perawatan dengan inkubator. Caranya, dengan mengenakan popok dan tutup kepala pada bayi yang baru lahir. Kemudian, bayi diletakkan di antara payudara ibu dan ditutupi baju ibu yang berfungsi sebagai kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu berdiri atau duduk,dan tengkurap atau miring ketika ibu berbaring. Hal ini dilakukan sepanjang hari oleh ibu atau pengganti ibu (ayah atau anggota keluarga lain). Suhu optimal didapat lewat kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin contact). Suhu ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah. Kontak erat dan interaksi ibu-bayi akan membuat bayi merasa nyaman dan aman, serta meningkatkan perkembanganpsikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan sensoris dari ibu ke bayi. Keuntungan yang di dapat dari metode kanguru bagi perawatan bayi yaitu. a. b. c. d. e. f. Meningkatkan hubungan emosi ibu anak Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan pernafasan bayi. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik. Mengurangi strea pada ibu dan bayie. Mengurangi lama menangis pada bayi. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi. Meningkatkan produksi asi.

g. h.

Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit Kriteria bayi untuk metode kanguru:

a. b. c. d. e.

Bayi dengan berat badan 2000 g Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai. Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik. Perkembangan selama di inkubator baik. Kesiapan dan keikut sertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan. Cara Melakukan Metode Kanguru

a. b.

Beri bayi pakaian, topi, popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak sedikit mendongak.

c.

Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu,dan bayi diletakkan di antara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.

d.

Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi , dapat digunakan handuk atau kain lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi.

e.

Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri,duduk, jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur, posisi ibu setengah duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa bantal dibelakang punggung ibu

f. g.

Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi,pemantauan bayi, cara pamberian asi, dan kebersihan ibu dan bayi.

BAB III

PENUTUP

1.1.

Simpulan Hipotermi pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 C, yang terbagi atas : hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 C, hipotermi sedang yaitu antara 32-36C, dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32 C. (Yunanto, 2008:40). Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

1. 2. 3. 4. 5.

Jaringan lemak subkutan tipis. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit. Bayi baru lahir tidak ada respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang berisiko tinggi mengalami hipotermia.

6. 7. 8. 9.

Bayi dipisahkan dari ibunya segera mungkin setelah lahir. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur. Tempat melahirkan yang dingin. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernapasan, hipoglikemia perdarahan intra kranial. Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu :

1. 2. 3. 4.

Radiasi Konduksi Konveksi Evaporasi Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermia,yaitu :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Suhu tubuh bayi turun dari normalnya. Bayi tidak mau minum atau menetek. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja. Tubuh bayi teraba dingin. Dalam keadaan berat denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh mengeras (sklerema). Kulit bayi berwarna merah muda dan terlihat sehat.

7. 8. 9.

Bayi lebih diam dari biasanya. Hilang kesadaran Pernapasannya cepat.

10. Denyut nadinya melemah. 11. Gangguan penglihatan. 12. Pupil mata melebar (dilatasi) dan tidak bereaksi. Ada prinsip dasar untuk mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir,yaitu 1. 2. Mengeringkan bayi segera setelah lahir Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut,diberi tepi atau tutup kepala,kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu. 3. Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang rooting refleks dan bayi mendapat kalori. 4. 5. 6. 7. Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu merujuk. Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri. Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian.Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.

1.2.

Saran Hipotermi pada bayi baru lahir dapat lebih mudah ditangani dan bahkan dicegah apabila ada kerja sama yang baik antara petugas kesehatan dan anggota keluarga. Bidan seharusnya terus memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipotermi sehingga keluarga paham akan hal tersebut. Dengan demikian, keluarga sudah dipersiapkan untuk

melengkapi kebutuhan( misalnya topi bayi ) untuk digunakan bayi saat setelah lahir. Kelurga juga akan paham tentang apa yang harus dilakukan untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh berlebih. Anggota keluarga juga hendaknya menerima pendidikan kesehatan oleh bidan dengan responsif. Kerja sama yang baik antara keluarga dan petugas kesehatan akan membuahkan hasil yang diharapkan tidak akan mengecewakan.

Daftar Pustaka Getty.2011.Bila Bayi Alami Hipotermia. Jakarta : http://lifestyle.okezone.com (diakses tanggal 15 Oktober 20011 jam 17.00 WIB) Ronaldo.2009.Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak (terjemahan). Jakarta (halaman 90-91) Saifudin,Abdul Bari,George Adriaansz,Gulardi Hanifa Wiknjosastro,Djoko Waspodo.2009.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta (halaman372-374). Wiknjosastro,Gulardi H,George Adriaansz,Omo Abdul Madjid,R.Soerjo Hardjono,J.M.Seno Adjie.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta( Halaman 123-126)

Anda mungkin juga menyukai