Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MATERNITAS

PERUBAHAN FISIOLOGIS SISTEM THERMOGENIC


PADA BAYI BARU LAHIR

DOSEN PENGAJAR:

Lisdiyanti usman, Sst, M.kes

DI SUSUN OLEH:

Kelompok 4

Firna Napu

Inda Aprilia Abas

Nadia Rahma Fitri Lambiu

2A DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadiat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat
karunia-Nya kami dapat selesai menyusun makalah ini. Kami sebagai
penyusun tidak lupa megucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penyusun
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan karya
makalah ini penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun sendiri maupun kepada pembaca umumnya. Apabila terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf dan kami
harapkan kritikan dari Anda untuk membangun kembali karya ini menjadi
sempurna.

Gorontalo, februari 2020

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
BAB 1 : PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................................................ 3
A. Pengertian .................................................................................................................................. 3
B. Perubahan sistem thermogenic ................................................................................................. 3
C. Mekanisme Kehilangan Panas ................................................................................................... 4
D. Respon Bayi Terhadap Hipotermi .............................................................................................. 5
E. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir .......................................................................................... 5
F. Upaya untuk Mencegah Kehilangan Panas (Hipotermi) pada Bayi Baru Lahir ........................ 6
G. Termoregulasi Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah .................................................. 7
BAB III : PENUTUP................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................. iv

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28
hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi
diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus
mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada
ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling
besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem
organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan
hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk
melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus. Pada saat bayi, lahir terdapat
berbagai macam perubahan fisiologis atau adaptasi fisiologis yang bertujuan untuk
memfasilitasi peyesuaian pada kehidupan ekstrauterin (diluar uterus). Pada masa transisi
dari intrauterin (dalam uterus) ke ekstrauterin (luar uterus) tersebut perlu pernafasan
spontan dan perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem pengaturan suhu (termogenic)
berserta perubahan lain menjadi organ degan fungsi independen (tidak lagi tergantung
pada ibunya). Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk
dapat menangani bayi yang mengalami kesulitan masa transisi ini.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu termoregulasi pada BBL?
b. Bagaimana perubahan sistem termogenic pada BBL?
c. Bagaiman mekanisme hipotermi?
d. Bagaiman respon bayi terhadap hipotermi?
e. Bagaimana cara menilai hipotermi pada BBL?
f. Bagaiman cara mencegah hipotermi pada BBL?
g. Bagaimana termoregulasi pada BBLR?

1
C. Tujuan
a. Agar dapat mengetahui pengertian termoregulasi pada BBL
b. Agar dapat mengetahui perubahan sistem termogenic pada BBL
c. Agar dapat mengetahui mekanisme hipotermi
d. Agar dapat mengetahui respon bayi terhdapa hipotermi
e. Agar dapat mengetahui cara menilai hipotermi pada BBL
f. Agar dapat mengetahui cara mencegah hipotermi pada BBL
g. Agar dapat mengetahui termoregulasi pada BBLR

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian

Termoregulasi pada neonatus adalah suatu yang paling penting dan merupakan
aspek menantang dalam perawatan neonatal. Seni mempertahankan suhu lingkungan
tetap netral adalah yang paling mempengaruhi intervensi perawat dalam menangani
bayi full term maupun preterm. Neonatus full term mempunyai kemampuan
menggigil dengan terbatas untuk menghasilkan panas, sedangkan bayi preterm
tidak sama sekali. Selain itu, bayi preterm juga mempunyai respon vasomotor tidak
stabil sehingga tidak dapat berkonstriksi secara adekuat untuk memperlambat
kahilangan panas, serta mempunyai simpanan lemak coklat terbatas, sehingga
tidak dapat menghasilkan panas dengan adekuat melalui jalur metabolik.
Ada dua tipe termogenesis dalam mekanisme homeoterm yaitu, obligatori
dan fakultatif. Termogenesis obligatori adalah proses produksi panas melalui
metabolisme tubuh meliputi pengolahan, pencernaan dan memproses makanan, atau
produksi panas yang dihasilkan melalui BMR (Himms-Hagen, 1989).
Termogenesis fakultatif merupakan proses produksi panas tambahan dalam
merespon paparan suhu dingin atau diet, yang dapat dengan cepat diaktifkan dan
ditekan oleh sistem saraf selama terpapar dingin. Salah satu mekanisme penting pada
termogenesis fakultatif adalah jaringan lemak coklat atau lemak coklat. Jaringan lemak
coklat termasuk dalam homeoterm nonshivering thermogenesis, dimana
metabolisme panas dihasilkan tanpa tanpa adanya kontraksi cepat otot-otot yang
disebut shivering (menggigil). (Argyropoulus et al, 2002).
Produksi panas secara fakultatif lebih efektif untuk pertahanan neonatus
dan penyesuaian diri terhadap dingin dalam homeoterm secara umum (Cannon, et al,
2004). Selama tahun pertama kehidupan, peranan termogenesis shivering meningkat,
sedangkan termogenesis non-shivering menurun.

B. Perubahan sistem thermogenic


Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami
stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar
yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat

3
kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi
harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin
lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi
kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga
upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada BBlL.

C. Mekanisme Kehilangan Panas


Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
- Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan
panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi
lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah
bayi dimandikan.
- Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat tidur atau
timbangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat proses
konduksi.
- Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan dalam ruang yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga dapat terjadi
jika ada tiupan kipas angin, aliran udara atau penyejuk ruangan.
- Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dan temperatur tubuh bayi. Bayi akan
mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin
tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.

4
D. Respon Bayi Terhadap Hipotermi
Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan
saraf pusat, distimulir sistem saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh kelenjar
adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme untuk
memproduksi panas.

E. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir


a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
- Bayi tidak mau minum atau menetek
- Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
- Tubuh bayi teraba dingin
- Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras(Skleremia)

b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)


- Aktifitas berkurang, letargis
- Tangisan lemah
- Kulit berwarna tidak rata
- Kemampuan menghiisap lemah
- Kaki teraba dingin

c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)


- Sama dengan hipotermi sedang
- Bibir dan kuku kebiruan
- Pernafasan lambat
- Pernafasan tidak teratur
- Bunyi jantung lambat
- Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolic

d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi


- Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
- Bagian tubuh lainnya pucat

5
- Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan tangan
(Sklerema)

F. Upaya untuk Mencegah Kehilangan Panas (Hipotermi) pada Bayi Baru


Lahir
Kehilangan panas tubuh bayi dapat dihindarkan melalui upaya-upaya berikut ini :
- Keringkan bayi secara seksama.
Segera setelah lahir, segera keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk
mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan tubuh
bayi. Hal ini juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai
pernapasan.

- Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk atau
kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut atau kain hangat,
kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan
bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka
untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau
selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.

- Tutupi kepala bayi.


Pastikan bahwa bagian kepala bayi ditutupi setiap saat. Bagian kepala bayi
memiliki luas permukaan yang cukup besar sehingga bayi akan dengan cepat
kehilangan panas tubuh jika bagian kepalanya tidak tertutup.

- Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.


Memeluk bayi akan membuat bayi tetap hangat dan merupakan upaya
pencegahan kehilangan panas yang sangat baik. Anjurkan ibu untuk sesegera
mungkin menyusukan bayinya setelah lahir. Pemberian ASI, sebaiknya dimulai
dalam waktu satu jam setelah bayi lahir (lihat bagian pemberian ASI di bagian
selanjutnya dalam bab ini).

6
- Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI. Lakukan penimbangan
setelah bayi mengenakan pakaian. Karena bayi baru lahir mudah mengalami
kehilangan panas tubuh, (terutama jika tidak berpakaian) sebelum melakukan
penimbangan, selimuti tubuh bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.
Timbang selimut atau kain secara terpisah, kemudian kurangi berat selimut atau kain
tersebut dan total berat bayi saat memakai selimut tadi. Jangan memandikan bayi
setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir. Tunda untuk memandikan bayi hingga
sedikitnya enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama
kehidupannya dapat mengarah pada kondisi hipotermia dan sangat membahayakan
keselamatan bayi.

- Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.


Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya, segera setelah lahir bayi
harus ditempatkan bersama ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi
bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap
hangat, mendorong upaya untuk menyusui dan mencegah bayi terpapar infeksi.

G. Termoregulasi Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah


a. Peranan Hipotalamus
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan
hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang
terletak pada hipotalamus. Pada bayi baru lahir pusat pengatur suhu tubuhnya
belum berfungsi dengan sempurna, sehingga mudah terjadi penurunan suhu
tubuh, terutama karena lingkungan yang dingin.

b. Pengatur Panas
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya
keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi
panas. Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu
hipotalamus.Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi baru
lahir akan berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor
penyebab hilangnya panas karena lingkungan.

7
Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra uterin
yang hangat ke lingkungan ekstra uterin ynag relatif lebih dingin. Hal tersebut
menyebabkan penurunan suhu tubuh 200-300C, terutama hilangnya panas karena
evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera
dikeringkan. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi dingin yang akan
menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas.
Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan dengan metabolisme
dan penggunaan oksigen. Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal,
penggunaan oksigen dan metabolisme minimal, karena itu suhu tubuh harus
dipertahankan untuk keseimbangan panas.
Bayi cukup bulan dalam keadaan tanpa pakaian dapat bertahan pada suhu
lingkungan sekitar 320-340C. Sedangkan batas pada orang dewasa 260-280C.
Oleh karena itu bayi baru lahir normal memerlukan suhu lingkungan yang lebih
hangat dan suhu lingkungan tersebut harus dipelihara dengan baik.
Pada bayi baru lahir lemak subkutannya lebih sedikit dan epidermis lebih tipis
dibandingkan pada orang dewasa. Pembuluh darah pada bayi sangat mudah
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan semua ini dibawah pengaruh
hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu.
Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan sehingga akan
mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi panjang badan bayi,
perbandingan permukaan tubuh dengan berat badan dari usia bayi, yang semua
ini dapat mempengaruhi batas suhu normal. Pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) jaringan adiposa sedikit dan kelenturan menurun sehingga
memerlukan suhu lingkungan yang lebih panas untuk mencapai suhu yang
normal. Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan
merespon dengan meningkatkan oksigen dan memperbesar metabolisme
sehingga akan meningkatkan produksi panas. Bila bayi berada ditempat terbuka
dengan lingkungan yang dingin dapat menyebabkan habisnya cadangan
glikogen dan menyebabkan asidosis.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi baru lahir yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya salah satunya
adalah dalam termoregulasinya, sangat rentan dengan kejadian hipotermi. Maka dari itu
sangat diperlukan perhatian khusus misalnya dengan menjaga kondisi suhu dan
keseimbngan panas tubuh bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi yang dapat lebih
membahayakan kondisi bayi. Bounding attachment juga memiliki peranan penting
disamping pemberian ASI.

B. Saran
Kondisi bayi yang sangat rentan membutuhkan perhatian yang lebih dari pada orang
dewasa. Maka dari itu, jaga kondisi tubuh bayi agar tetap hangat untuk menjaga panas
tubuhnya supaya tidak terjadi hipotermi.

9
DAFTAR PUSTAKA
https://lphalusinasi.blogspot.com/2011/06/makalah-termoregulasi-pada-bayi-baru.html

https://yulianingsihlisa.blogspot.com/2015/02/makalah-asuhan-neonatus-i-sistem.html

iv

Anda mungkin juga menyukai