DOSEN PENGAJAR:
DI SUSUN OLEH:
Kelompok 4
Firna Napu
2A DIII KEPERAWATAN
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadiat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat
karunia-Nya kami dapat selesai menyusun makalah ini. Kami sebagai
penyusun tidak lupa megucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penyusun
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan karya
makalah ini penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun sendiri maupun kepada pembaca umumnya. Apabila terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf dan kami
harapkan kritikan dari Anda untuk membangun kembali karya ini menjadi
sempurna.
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
BAB 1 : PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................................................................ 3
A. Pengertian .................................................................................................................................. 3
B. Perubahan sistem thermogenic ................................................................................................. 3
C. Mekanisme Kehilangan Panas ................................................................................................... 4
D. Respon Bayi Terhadap Hipotermi .............................................................................................. 5
E. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir .......................................................................................... 5
F. Upaya untuk Mencegah Kehilangan Panas (Hipotermi) pada Bayi Baru Lahir ........................ 6
G. Termoregulasi Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah .................................................. 7
BAB III : PENUTUP................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................. iv
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28
hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi
diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus
mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada
ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling
besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem
organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan
hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk
melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus. Pada saat bayi, lahir terdapat
berbagai macam perubahan fisiologis atau adaptasi fisiologis yang bertujuan untuk
memfasilitasi peyesuaian pada kehidupan ekstrauterin (diluar uterus). Pada masa transisi
dari intrauterin (dalam uterus) ke ekstrauterin (luar uterus) tersebut perlu pernafasan
spontan dan perubahan kardiovaskuler, perubahan sistem pengaturan suhu (termogenic)
berserta perubahan lain menjadi organ degan fungsi independen (tidak lagi tergantung
pada ibunya). Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik untuk
dapat menangani bayi yang mengalami kesulitan masa transisi ini.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu termoregulasi pada BBL?
b. Bagaimana perubahan sistem termogenic pada BBL?
c. Bagaiman mekanisme hipotermi?
d. Bagaiman respon bayi terhadap hipotermi?
e. Bagaimana cara menilai hipotermi pada BBL?
f. Bagaiman cara mencegah hipotermi pada BBL?
g. Bagaimana termoregulasi pada BBLR?
1
C. Tujuan
a. Agar dapat mengetahui pengertian termoregulasi pada BBL
b. Agar dapat mengetahui perubahan sistem termogenic pada BBL
c. Agar dapat mengetahui mekanisme hipotermi
d. Agar dapat mengetahui respon bayi terhdapa hipotermi
e. Agar dapat mengetahui cara menilai hipotermi pada BBL
f. Agar dapat mengetahui cara mencegah hipotermi pada BBL
g. Agar dapat mengetahui termoregulasi pada BBLR
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Termoregulasi pada neonatus adalah suatu yang paling penting dan merupakan
aspek menantang dalam perawatan neonatal. Seni mempertahankan suhu lingkungan
tetap netral adalah yang paling mempengaruhi intervensi perawat dalam menangani
bayi full term maupun preterm. Neonatus full term mempunyai kemampuan
menggigil dengan terbatas untuk menghasilkan panas, sedangkan bayi preterm
tidak sama sekali. Selain itu, bayi preterm juga mempunyai respon vasomotor tidak
stabil sehingga tidak dapat berkonstriksi secara adekuat untuk memperlambat
kahilangan panas, serta mempunyai simpanan lemak coklat terbatas, sehingga
tidak dapat menghasilkan panas dengan adekuat melalui jalur metabolik.
Ada dua tipe termogenesis dalam mekanisme homeoterm yaitu, obligatori
dan fakultatif. Termogenesis obligatori adalah proses produksi panas melalui
metabolisme tubuh meliputi pengolahan, pencernaan dan memproses makanan, atau
produksi panas yang dihasilkan melalui BMR (Himms-Hagen, 1989).
Termogenesis fakultatif merupakan proses produksi panas tambahan dalam
merespon paparan suhu dingin atau diet, yang dapat dengan cepat diaktifkan dan
ditekan oleh sistem saraf selama terpapar dingin. Salah satu mekanisme penting pada
termogenesis fakultatif adalah jaringan lemak coklat atau lemak coklat. Jaringan lemak
coklat termasuk dalam homeoterm nonshivering thermogenesis, dimana
metabolisme panas dihasilkan tanpa tanpa adanya kontraksi cepat otot-otot yang
disebut shivering (menggigil). (Argyropoulus et al, 2002).
Produksi panas secara fakultatif lebih efektif untuk pertahanan neonatus
dan penyesuaian diri terhadap dingin dalam homeoterm secara umum (Cannon, et al,
2004). Selama tahun pertama kehidupan, peranan termogenesis shivering meningkat,
sedangkan termogenesis non-shivering menurun.
3
kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi
harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin
lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi
kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga
upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada BBlL.
4
D. Respon Bayi Terhadap Hipotermi
Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan
saraf pusat, distimulir sistem saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh kelenjar
adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme untuk
memproduksi panas.
5
- Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan tangan
(Sklerema)
- Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk atau
kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut atau kain hangat,
kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan
bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka
untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau
selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.
6
- Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI. Lakukan penimbangan
setelah bayi mengenakan pakaian. Karena bayi baru lahir mudah mengalami
kehilangan panas tubuh, (terutama jika tidak berpakaian) sebelum melakukan
penimbangan, selimuti tubuh bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.
Timbang selimut atau kain secara terpisah, kemudian kurangi berat selimut atau kain
tersebut dan total berat bayi saat memakai selimut tadi. Jangan memandikan bayi
setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir. Tunda untuk memandikan bayi hingga
sedikitnya enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama
kehidupannya dapat mengarah pada kondisi hipotermia dan sangat membahayakan
keselamatan bayi.
b. Pengatur Panas
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya
keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi
panas. Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu
hipotalamus.Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi baru
lahir akan berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor
penyebab hilangnya panas karena lingkungan.
7
Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra uterin
yang hangat ke lingkungan ekstra uterin ynag relatif lebih dingin. Hal tersebut
menyebabkan penurunan suhu tubuh 200-300C, terutama hilangnya panas karena
evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera
dikeringkan. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi dingin yang akan
menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas.
Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan dengan metabolisme
dan penggunaan oksigen. Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal,
penggunaan oksigen dan metabolisme minimal, karena itu suhu tubuh harus
dipertahankan untuk keseimbangan panas.
Bayi cukup bulan dalam keadaan tanpa pakaian dapat bertahan pada suhu
lingkungan sekitar 320-340C. Sedangkan batas pada orang dewasa 260-280C.
Oleh karena itu bayi baru lahir normal memerlukan suhu lingkungan yang lebih
hangat dan suhu lingkungan tersebut harus dipelihara dengan baik.
Pada bayi baru lahir lemak subkutannya lebih sedikit dan epidermis lebih tipis
dibandingkan pada orang dewasa. Pembuluh darah pada bayi sangat mudah
dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan semua ini dibawah pengaruh
hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu.
Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan sehingga akan
mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi panjang badan bayi,
perbandingan permukaan tubuh dengan berat badan dari usia bayi, yang semua
ini dapat mempengaruhi batas suhu normal. Pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) jaringan adiposa sedikit dan kelenturan menurun sehingga
memerlukan suhu lingkungan yang lebih panas untuk mencapai suhu yang
normal. Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan
merespon dengan meningkatkan oksigen dan memperbesar metabolisme
sehingga akan meningkatkan produksi panas. Bila bayi berada ditempat terbuka
dengan lingkungan yang dingin dapat menyebabkan habisnya cadangan
glikogen dan menyebabkan asidosis.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya salah satunya
adalah dalam termoregulasinya, sangat rentan dengan kejadian hipotermi. Maka dari itu
sangat diperlukan perhatian khusus misalnya dengan menjaga kondisi suhu dan
keseimbngan panas tubuh bayi untuk mencegah terjadinya hipotermi yang dapat lebih
membahayakan kondisi bayi. Bounding attachment juga memiliki peranan penting
disamping pemberian ASI.
B. Saran
Kondisi bayi yang sangat rentan membutuhkan perhatian yang lebih dari pada orang
dewasa. Maka dari itu, jaga kondisi tubuh bayi agar tetap hangat untuk menjaga panas
tubuhnya supaya tidak terjadi hipotermi.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://lphalusinasi.blogspot.com/2011/06/makalah-termoregulasi-pada-bayi-baru.html
https://yulianingsihlisa.blogspot.com/2015/02/makalah-asuhan-neonatus-i-sistem.html
iv