PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alat reproduksi manusia merupakan seperangkat organ yang menjalankan fungsi
reproduksi suatu makhluk hidup. Sehingga baik tidaknya sebuah sistem reproduksi akan
bertanggung jawab terhadap kelestarian jenisnya. Demikian pula pada manusia, sistem
genitalia atau sistem reproduksi menjadi bagian penting yang harus diperhatikan
kesehatan serta normal tidaknya fungsi.
Sistem reproduksi merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan hidup suatu generasi. Sistem reproduksi tidak bersifat vital artinya
tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk
tidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut
terancam punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak). Sistem reproduksi
manusia tentunya berbeda pada pria dan wanita. Sistem reproduksi wanita sangat
bertanggungjawab terhadap adanya generasi selanjutnya karena di dalam rahimnya
terjadi perkembangan janin hasil fertilisasi. Hal tersbut didukung dengan adanya organ-
organ penyusun sistem reproduksi yang mempunyai fungsi penting.
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ
reproduksi internal. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons veneris, labia mayora,
labia minora, klitoris, vestibulum dan perineum), sedangkan sistem reproduksi interna
terdiri atas vagina, uterus, serviks, tuba fallopii dan ovarium (Hani dkk, 2011). Masing-
masing organ reproduksi tersebut memiliki fungsi spesifik bagi sistem reproduksi. Proses
fisiologi yang terjadi dalam organ reproduksi tersebut juga spesifik. Salah satu proses
fisiologi yang berperan penting dalam sistem reproduksi adalah pembentukan ovum
melalui proses oogenesis. Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai
sejak dalam kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu
juta oosit primer. Sebagian oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki
masa puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu pada tiap
ovariumnya. Oosit primer ini mengalami masa istirahat (dorman), kemudian proses
oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat reproduksi
wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Alat genitalia wanita bagian luar
a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding
anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm.
Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan
saluran muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan
muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator
ani oleh karena itu dapat dikendalikan
b. Uterus
Uterus atau rahim adalah tempat menempelnya embrio hasil pembuahan
hingga tumbuh dan berkembang menjadi janin yang siap dilahirkan. Pada kondisi
dewasa normal atau tidak sedang terjadi kehamilan, uterus memiliki bentuk
menyerupai buah pir dengan massa kurang lebih 30 gram. Sedangkan ukurannya pada
anak-anak antara 2-3 cm, nullipara (belum pernah hamil dan melahirkan)6-8 cm, serta
multipara 8-9 cm. Uterus mempunyai rongga dengan bagian atas lebih lebar.
Uterus terdiri dari :
1) fundus uteri ( dasar rahim ) bagian uterus yang terletak antara kedua pangkal
saluran telur.
2) korpus uteri. Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berpungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri
disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3) servik uteri. Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis di
sebut,ostium,uteri,internum.
Berikut adalah tiga lapisan yang menyusun dinding uterus:
Perimetrium, bagian terluar uterus yang bersinggungan langsung dengan rongga
perut. Peritoneum tersusun dari jaringan ikat, pembuluh limfe serta saraf.
Myometrium, bagian tengah dan paling tebal. Sesuai dengan namanya,
myometrium didominasi oleh lapisan-lapisan otot polos serta dilengkapi oleh
pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf.
Endometrium, yakni bagian uterus yang berhubungan dengan rongga uterus.
Endomentrium yang mengandung banyak pembuluh darah serta lapisan epitel
yang akan menebal ketika terjadi ovulasi, sebaliknya akan meluruh saat tidak
ada pembuahan atau menstruasi.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga
uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari
osteum tubae internum pada dinding rahim
Tuba fallopi terdiri atas :
- Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum
internum tuba.
- Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan bagian
yang paling sempit.
- Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
- Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut
fimbriae tubae
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Jika dilihat menggunakan mikroskop, maka ovarium dapat dibedakan menjadi
dua bagian;
- Cortex ovarium – Bagian cortex tersusun dari jaringan ikat padat, sabut-sabut
retikuler, tunika albiginea, serta ditutup oleh epitel permukaan. Pada bagian inilah
akan dihasilkan folikel ovarium (calon ovum beserta sel yang mengelilinginya),
corpus luteum, dan corpus albican.
- Medula ovarium – Medula terletak lebih dalam daripada bagian cortex. Bagian
medula terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung banyak pembuluh
darah. Selain itu, pada medulla juga terdapat pembuluh limfe, saraf, serta otot
polos.
Selain menghasilkan ovum, ovarium juga memproduksi hormon sehingga
tergolong juga ke dalam kelenjar endokrin. Berikut penjelasan mengenai hormone
ovarial;
- Kram perut
- Payudara terasa kencang
- Kembung
- Perubahan suasana hati
- Mudah marah
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Nyeri punggung bawah.
Rata-rata wanita mengalami fase ini selama 3-7 hari. Namun, sebagian lainnya
bisa saja memiliki periode yang lebih lama.
2. Fase folikuler
Fase folikuler dimulai pada hari pertama haid (terjadi tumpang tindih
dengan fase menstruasi), dan berakhir ketika Anda berovulasi. Pada awalnya,
hipotalamus mengirimkan sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon
perangsang folikel (FSH). Hormon ini dapat merangsang indung telur untuk
menghasilkan 5-20 kantong kecil yang disebut dengan folikel. Setiap folikel ini
mengandung sel telur yang belum matang. Namun, hanya sel telur paling sehatlah
yang pada akhirnya akan matang. Akan tetapi, dalam kasus yang lebih jarang,
seorang wanita bisa saja memiliki dua sel telur yang matang. Selanjutnya, sisa
folikel tersebut akan diserap kembali ke dalam tubuh. Folikel yang matang dapat
memicu lonjakan estrogen untuk menebalkan lapisan rahim sehingga tercipta
lingkungan yang kaya nutrisi bagi embrio untuk tumbuh. Fase folikel ini rata -rata
berlangsung selama 16 hari, namun dapat pula berkisar antara 11 -27 hari.
3. Fase ovulasi
- Terjadi sedikit peningkatan suhu basal tubuh (suhu rendah tubuh selama
istirahat berkisar antara 35-36?).
- Vagina mengeluarkan cairan yang lebih tebal dan bertekstur seperti putih
telur.
Ovulasi terjadi pada hari ke-14 jika Anda memiliki siklus haid 28 hari
(tepat di tengah siklus menstruasi Anda). Fase ini berlangsung sekitar 24 jam.
Setelah sehari, sel telur pun akan mati atau larut jika tidak dibuahi.
4. Fase luteal
Setelah folikel melepaskan sel telurnya, zat ini berubah menjadi korpus
luteum. Korpus luteum dapat melepaskan hormon, terutama progesteron dan
beberapa estrogen. Peningkatan hormon ini membuat lapisan rahim menebal, dan
siap untuk ditanami sel telur yang telah dibuahi.
Jika Anda hamil, tubuh akan menghasilkan human chorionic
gonadotropin (HCG) yang dapat membantu menjaga korpus luteum maupun
lapisan rahim tetap tebal. Sementara, jika Anda tidak hamil, maka korpus luteum
akan menyusut dan diserap. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar
estrogen dan progesteron yang memicu menstruasi.
Fase luteal berlangsung selama 11-17 hari, namun umumnya terjadi selama
14 hari. Itulah 4 fase yang terjadi pada siklus menstruasi wanita.
BAB III
PENUTUP
A. PENUTUP
Sistem reproduksi merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung
jawab terhadap kelangsungan hidup suatu generasi. Sistem reproduksi tidak
bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati.
Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan
generasi makhluk hidup tersebut terancam punah, karena tidak dapat dihasilkan
keturunan (anak). Sistem reproduksi manusia tentunya berbeda pada pria dan
wanita. Sistem reproduksi wanita sangat bertanggungjawab terhadap adanya
generasi selanjutnya karena di dalam rahimnya terjadi perkembangan janin hasil
fertilisasi. Hal tersbut didukung dengan adanya organ-organ penyusun sistem
reproduksi yang mempunyai fungsi penting.
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar
14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004). Menstruasi adalah perdarahan vagina
secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi
normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklus
maupun lama siklus menstruasi (Greenspan, 1998).