Anda di halaman 1dari 14

Pendahuluan

Di negara berkembang, termasuk Indonesia, tinggmya morbiditas dan mortalitas bayi berat
lahir rendah (BBLR) masih menjadi masalah utama. Penyebab utama morbiditas dan
mortalitas BBLR di negara berkembang adalah asfiksia, sindrom gangguan napas, infeksi,
serta komplikasi hipotermia. Hipotermia dapat menimbulkan penyulit infeksi, gagal ginjal,
serangan apnu, dll yang mengakibatkan kematian.
Di Indonesia, sekitar 70% persalinan terjadi di pedesaan dan ditolong oleh dukun bayi.
Mungkin pula ditolong oleh mertua, anggota keluarga yang lain, atau tetangga. Faktor utama
yang memberikan peluang terjadinya kematian neonatus di rumah adalah kegagalan untuk
mengenal faktor risiko tinggi pada kehamilan, persalinan, periode neonatus, dan tidak
merujuk pada saat yang tepat. Upaya perawatan BBLR dengan praktik "metode botol panas
dan bedong" serta praktik tradisional lainnya yang bersifat pendekatan supernatural, terbukti
tidak dapat membantu. Bahkan, sering kali memberikan dampak buruk terhadap kondisi fisik
bayi, seperti kasus luka bakar akibat "teknologi botol panas" dan "teknologi pemanasan
dengan lampu petromaks.
Hipotermia pada neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh yang
disebabkan oleh berbagai keadaan, terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan
penurunan suhu ruangan. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal sangat penting
untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi baru lahir, terutama bagi bayi prematur.
Pengaturan suhu tubuh tergantung pada faktor penghasil panas dan pengeluarannya, sedang
produksi panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan aktivitas metabolisme dari sel-
sel tubuh waktu istirahat.
Suhu normal adalah suhu tubuh yang menjamin kebutuhan oksigen bayi secara individual
dapat terpenuhi, pada kulit bayi: 36-36,5C; pada aksila: 36,5-37C; dan pada rektum 36,5-
37,5C. Istilah hipotermia secara umum digambarkan sebagai suhu tubuh kurang dari 35C.
Dengan diketahuinya bahaya hipotermia, terutama pada neonatus, maka untuk meningkatkan
keselamatan neonatus prematur yang dirawat digunakan inkubator sederhana untuk
pemanasan. Ini merupakan hal yang mengesankan dalam usaha untuk mengontrol
keseimbangan panas yang mudah terganggu pada neonatus prematur.
Penurunan suhu ruangan, kekurangan lemak subkutan dan hipoglikemia pada bayi berpotensi
menimbulkan keadaan hipotermia, terutama pada bayi prematur7. Suhu ruangan dan
kelembaban yang lebih tinggi dari keadaan normal perlu dipertahankan, terutama pada bayi
prematur. Suhu tubuh yang dipertahankan sebesar 36-36,2C yang didapatkan dari
mempertahankan suhu lingkungan antara 32-34C pada bayi prematur, dapat
mempertahankan kelangsungan hidup bayi.
Penilaian suhu bayi dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain melalui rektum,
oesofagus, dan membran timpani. Namun, yang paling sering dilakukan adalah melalui
rektum, kulit, dan aksila. Pengukuran suhu melalui rektal adalah pengukuran suhu tubuh yang
lebih sesuai, sedangkan suhu pada aksila biasanya lebih rendah dari rektum, namun dapat
terbaca lebih tinggi bila brown fat terangsang.


Definisi
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Suhu tubuh bayi baru lahir
turun dibawah adalah 36,5 C. Keadaan seperti ini menyebabkan efek klinis yang merugikan
mulai dari stress metabolik ringan sampai kematian. WHO mengkategorikan hipotermia
menjadi tiga, yaitu:
Stres dingin 36 36,4C
Hipotermia Sedang 32 35,9 C
Hipotermia Berat < 32 C
Etiologi
BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan
kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas:
1. Penurunan produksi panas
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal
metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada
keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria.

2. Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas.
Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara:
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena
setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi
yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselirnuti.
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih
rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila
bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari
kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dan suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan
panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

3. Kegagalan termoregulasi
Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam
menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksia intrauterin/ saat
persalinan/post partum, defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/ anestesi)
dapat menekan respons neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis
akan mengalami masalah dalam pengaturan suhu dapat rnenjadi hipotermi atau hipertermi.
Klasifikasi
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:
1. Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2C sesudah lahir. Suhu tubuh
akan menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan
diatur sebaik-baiknya. Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR,
hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak
segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah
lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2. Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6-12 jam.
Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator
yang tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang
akan lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya.
Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki
dingin. Terapinya ialah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang
suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya
dapat diawasi dengan teliti.
3. Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu
lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan
pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi
tukar, penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta
hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan
pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan suhu
tubuh pada bayi yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali
karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu sekitar 32C, tranfusi tukar
harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
4. Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin
(lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria,
suhu berkisar antara 29,5--35pC, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada
tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan
subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan
perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan,
antibiotik, pemberian larutan glukosa 10%, dan kortikosteroid.

Patofisiologi
Pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan 37 C ( 36,5 C 37 C) yang diatur oleh
SSP (sistem termostat) yang terletak di hipotalamus. Perubahan suhu akan mempengaruhi sel
sel yang sangat sensitif di hipotalamus( chemosensitive cells).Pengeluaran panas dapat
melalui keringat, dimana kelenjar kelenjar keringat dipengaruhi serat serat kolinergik
dibawah kontrol langsung hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit yang meingkat akibat
adanya vasodilatasi pembeluh darah dan ini dikontrol oleh saraf simpatik. Adanya ransangan
dingin yang di bawa ke hipotalamus sehingga akan timbul peningkatan produksi panas
melalui mekanime yaitu nonshivering thermogenesis dan meningkatkan aktivitas otot. Akibat
adanya perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan merangsang
serabut serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin akan
menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR dan O2 ke tempat
metabolisme berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh darah dengan mengalihkan darah
dari kulit ke organ untuk meningkatkan termogenesis.
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan suhu tubuh
berubah, menjadi tidak normal.
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk
menghasilkan panas berupa :
1. Shivering thermoregulation/ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil atau gemetar secara involuner akibat dari
kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
2. Non-shivering thermoregulation/NST
Merupakan mekanisrne yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf sirnpatis untuk
menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat.
Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dan
dalam tubuh.
3. Vasokonstriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern saraf simpatis, kemudian sistem saraf perifer
akan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi.
Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya
panas yang tidak berguna.
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses oksidasi dari lemak
coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST ( proses oksidasi jaringan lemak
coklat) adalah jalur yang utarna dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai
reaksi atas paparan dingin. Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami
peningkatan sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan menurun.
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan trigliserida,
merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh syaraf simpatik yang
berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan pada masing-masing adiposit. Masing-
masing sel mempunyai banyak mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri
dari protein tak berpasangan yang mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas.
Dengan demikian, akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak dioksidasi akan
terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan
lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan aktivitas dari protein tak
berpasangan, sehingga dengan begitu akan menghasilkan panas.

1. Faktor Predisposisi
- Bayi berat lahir rendah
- Bayi asfiksia
- Bayi preterm dan bayi-bayi kecil lainnya yang dihubungkan dengan tingginya rasio
luas permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badannya.
- Bayi dengan kelainan bawaan khususnya dengan penutupan kulit yang tidak
sempurna, seperti pada meningomielokel, gastroskisis, omfalokel.
- BBL dengan gangguan saraf sentral, seperti pada perdarahan intrakranial, obat-
obatan.
- Bayi dengan sepsis
- Bayi dengan tindakan resusitasi yang lama
- Bayi IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) atau Janin Tumbuh Lambat
- Bayi dengan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm
- Bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit keriput



Tanda dan Gejala
Hipotermia Sedang
- Suhu tubuh pada bayi sekitar3636,4 derajat celcius
- Bayi tidak mau minum / menetek
- Bayi tampak lesu atau mengantuk
- Aktifitas berkurang, letargis
- Tangisan lemah
- Kemampuan menghisap lemah
- Akral dingin
- Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata)
- Dapat disertai adanya gerakan pada bayi yang kurang normal

Hipotermia Berat
- suhu tubuh kurang dari 36 derajat celcius
- seluruh tubuh teraba dingin
- disertai salah satu tanda sebagai berikut seperti mengantuk atau letargis atau
terdapat bagian tubuh bayi yang berwarna merah dan mengeras (sklerema).
- Aktifitas berkurang
- Bibir dan kuku kebiruan
- Pernafasan lambat
- Pernafasan tidak teratur
- Bunyi jantung lambat

Diagnosis
Ukur temperatur dengan menggunakan termometer, letakkan di aksilla ( rektal hanya
dilakukan satu kali untuk menghilangkan adanya kemungkinan anus imperforata) butuh 3
menit. Proses kehilangan panas telah dijabarkan diatas. Ada buku yang menuliskan bahwa
apabila kaki bayi hangat dan berwarna pink maka dikatakan normal. Apabila kaki dingin dan
abdomen hangat maka dikatakan cold stress, dan apabila kaki dan abdomen dingin maka
hipotermi.
Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit bayi.
Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk deteksi
awal adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau
kulit. Melalui aksila merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang dianjurkan, oleh
karena mudah, sederhana dan aman. Tetapi pengukuran melalui rektal sangat dianjurkan
untuk dilakukan pertama kali pada semua BBL, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining
untuk kemungkinan adanya anus imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan
sebagai prosedur pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit.

Penatalaksanaan
Hipotermia Sedang
Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada.
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi
dan selimuti dengan selimut hangat.
Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan
kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK: Perawatan Metode
Kanguru).
Bila ibu tidak ada:
o Beri bayi baju hangat dan topi, dan tutupi dengan selimut hangat;
o Hangatkan kembali bayi dengan rnenggunakan alat pemancar panas, gunakan
inkubator dan ruangan hangat, bila perlu;
o Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan
mengunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur
suhu;
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu,
berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan napas,
kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2,6 mmol/L), tangani
hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani gangguan
napasnya.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5C/ jam, berarti
usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam:
Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5C/jam, cari tanda sepsis.
Setelah suhu tubuh normal:
o Lakukan perawatan lanjutan
o Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak
ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat
dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.

Hipotermia Berat
Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan
sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu.
Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi
dan selimuti dengan selimut hangat.
Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 30
kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat eksipirasi), lakukan manajemen
Gangguan napas.
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus tetap
terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL (2,6
mmol/L),tangani hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak
sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu
tubuh kembali dalam batas normal.
Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.
Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
o Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum
o Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI
peras begitu suhu bayi mencapai 35C.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5
o
C/ jam,
berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa
suhu bayi setiap 2 jam.
Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan
setiap jam.
Setelah suhu tubuh bayi normal:
o Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
o Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap
dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatar di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu
bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.

Pencegahan
Ruang melahirkan yang hangat
Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan, harus cukup hangat dengan suhu
ruangan antara 25
o
C-23
o
C serta bebas dari aliran arus udara melalui jendela, pintu, ataupun
dan kipas angin. Selain itu saran resusitasi lengkap yang diperlukan untuk pertolongan BBL
sudah disiapkan, serta harus dihadiri paling tidak 1 orang tenaga terlatih dalam resusitasi
BBL sebagai penanggung jawab pada perawatan BBL.
Pengeringan segera
Segera setelah lahir, bayi dikeringkan kepala dan tubuhnya, dan segera mengganti kain yang
basah dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian diletakkan di permukaan yang hangat
seperti pada dada atau perut ibunya atau segera dibungkus dengan pakaian hangat. Kesalahan
yang sering dilakukan adalah, konsentrasi penolong kelahiran terutama pada oksigenasi dan
tindakan pompa jantung pada waktu resusitasi, sehingga rnelupakan kontrol terhadap paparan
dingin yang kemungkinan besar terjadi segera setelah bayi dilahirkan.Keringkan bayi mulai
dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering.
Kontak kulit dengan kulit
Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah hilangnya panas
pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Dada atau perut ibu, merupakan
tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk rnendapatkan lingkungan suhu yang tepat. Apabila
oleh karena sesuatu hal melekatkan BBL ke dada atau ke perut ibunya tidak dimungkinkan,
maka bayi yang telah dibungkus dengan kain hangat dapat diletakkan dalam dekapan lengan
ibunya. Metode perawatan kontak kulit dengan kulit (Skin to skin contact / Kangoroo mother
care / KMC / perawatan bayi lekat) dalam perawatan bayi selanjutnya sangat dianjurkan
khususnya untuk bayi-bayi kecil, oleh karena dari beberapa penelitian dilaporkan adanya
penurunan secara bermakna angka kesakitan dan angka kematian bayi-bayi kecil.
Pemberian ASI
Pemberian ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam -jam pertama kehidupan
BBL. Pemberian ASI dini dan dalam jumlah yang mencukupi kini sangat menunjang
kebutuhan nutrisi, serta akan berperan dalam proses termoregulasi pada BBL.
Tidak segera memandikan bayi
Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak setelah 6 am) yaitu
setelah keadaan bayi stabil. Oleh karena tindakan memandikan bayi segera setelah lahir, akan
menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Mekoneum, darah, atau sebagian
verniks, dapat dibersihkan pada waktu tindakan mengeringkan bayi. Sisa verniks yang masih
rnenernpel di tubuh bayi tidak perlu dibuang, selain tindakan tersebut akan menyebabkan
iritasi kulit juga verniks tersebut masih bermanfaat sebagai pelindung panas tubuh bayi, dan
akan direabsorbsi dalam hari-hari pertama kehidupan bayi.
Rawat Gabung
Bayi-bayi yang dilahirkan di rumah ataupun yanng dilahirkan di rumah sakit, seyogyanya
dijadikan satu, dalam tempa tidur yang sama dengan ibunya, selama 24 jam penuh dalam
ruangan yang cukup hangat (minimal 25C). Hal ini akan sangat menunjang pemberian ASI
on demand, serta mengurangi risiko terjadinya infeksi nosokomial pada bayi-bayi yang lahir
di rumah sakit.
Transportasi hangat
Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit, atau ke bagian lain di lingkungan rumah
sakit seperti di ruang rawat bayi atau di NICU, sangat penting untuk selalu menjaga
kehangatan bayi selama dalarn perjalanan. Apabila memungkinkan, adalah merujuk bayi
bersarnaan dengan ibunya dalam perawatan bayi lekat, oleh karena hal ini merupakan cara
yang sederhana dan aman.
Resusitasi hangat
Pada waktu melakukan resusitasi, perlu menjaga agar tubuh bayi tetap hangat. Hal ini sangat
penting, oleh karena bayi-bayi yang mengalami asfiksia, tubuhnya tidak dapat menghasilkan
panas yang cukup efisien schingga mempunyai risiko tinggi menderita hipotermia.
Pada waktu melakukan resusitasi di rumah sakit, memberikan lingkungan yang hangat dan
kering, dengan meletakkan bayi di bawah alat pemancar panas, merupakan salah satu dari
rangkaian prosedur standar resusitasi BBL.
Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat
Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran serta perawatan bayi (dokter, bidan,
perawat, dukun bayi dan lain-lain), perlu dilatih dan diberikan pemahaman tentang prinsip-
prinsip serta prosedur yang benar tentang rantai hangat. Keluarga dan anggota masyarakat
yang mempunyai bayi di rumah, perlu diberikan pengetahuan dan kesadaran tentang
pentingnya menjaga agar bayinya selalu tetap hangat.

Perawatan dengan Pemanas Radian
Pastikan bahwa suhu ruangan tempat pemanas radian digunakan minimal 22 C.
Bersihkan kasur dan platform, dan tutupi kasur dengan lembaran seprai bersih.
Nyalakan pemanas dan atur suhu sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat (biasanya
antara 36 C dan 37,5 C). Ketika diketahui sebelumnya bahwa bayi akan masuk ke
unit perawatan khusus bayi baru lahir, nyalakan pemanas untuk menghangatkan
terlebih dahulu seprai dan kasur sehingga awalnya bayi tidak berbaring pada
permukaan yang dingin.
Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan bayi diberi baju atau tertutup kecuali jika
bayi perlu telanjang atau dilepaskan bajunya sebagian untuk pengamatan atau
prosedur.
Letakkan hanya satu bayi di bawah tiap pemanas radian.
Ubah posisi bayi dengan sering ketika di bawah pemanas, jika memungkinkan.
Jika bayi mendapatkan cairan IV atau perasan ASI, tingkatkan volume cairan dan/atau
susu 10% dan volume harian total per hari selama bayi dibawah pemanas radian.
Periksa suhu pemanas dan ruangan setiap jam, dan sesuaikan pengaturan suhu
berdasarkan hal tersebut.
Berikan bayi kepada ibunya segera setelah bayi tidak lagi membutuhkan prosedur dan
terapi yang sering.

Perawatan dalam Inkubator
Pastikan bahwa semua petugas yang terlibat dalam perawatan ini mampu menggunakan
inkubator dengan benar, memantau suhu bayi, dan menyesuaikan suhu inkubator untuk
mempertahankan lingkungan suhu netral (NTE).Inkubator memerlukan pasokan listrik yang
tidak terputus, petugas terlatih untuk pemeliharaan dan perbaikan, serta ketersediaan suku
cadang untuk perbaikan.Perhatikan lokasi inkubator di ruang bayi. Inkubator harus jauh dari
jendela yang tidak bisa ditutup rapat. Suhu ruangan harus tepat dan tiupan angin
minimal.Catatan: Jika inkubator terkena sinar matahari langsung atau lampu fototerapi
digunakan, pemantauan suhu neonatus dan penyesuaian suhu inkubator perlu sering
dilakukan untuk mencegah pemanasan yang berlebihan. Jika neonatus memerlukan
perawatan dalam inkubator, penting untuk menganjurkan orang tua bayi berkunjung dan
memeluknya sesering mungkin, dan memanfaatkan kontak kulit dengan kulit agar suhunya
stabil.Suhu neonatus harus dipantau secara berkala, setiap 4 jam atau sesuai instruksi dokter
untuk mempertahankan suhu tubuh 36,5 37,5C. Lubang jendela inkubator sedapat
mungkin harus digunakan saat melakukan perawatan neonatus, dan tidak dengan membuka
pintu inkubator yang lebih besar.

SUHU INKUBATOR

BERAT LAHIR SUHU INKUBATOR (
O
C) MENURUT UMUR
35
o
C 34
o
C 33
o
C 32
o
C
<1500 g 1-10 hari 11hari- 3 minggu 3-5 minggu >5 minggu
1500-2000 g 1-10 hari 11 hari 4 minggu >4 minggu
2100 2500 g 1-2 hari 3 hari 3 minggu >3 minggu
>2500 g 1-2 hari > 2 hari

Cara Perawatan dalam Inkubator :
Tentukan suhu yang tepat untuk inkubator berdasarkan usia dan berat badan bayi.
Hangatkan inkubator sampai suhu yang diinginkan sebelum meletakkan bayi di
dalamnya.
Bersihkan kasur dan tutupi dengan lembaran seprai bersih.
Pastikan bahwa reservoir air inkubator kosong; bakteri yang berbahaya dapat
berkembang dalam air dan menginfeksi bayi. Membiarkan reservoir kering tidak akan
mempengaruhi fungsi inkubator.
Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan bayi diberi baju atau tertutup kecuali jika
bayi perlu telanjang atau dilepaskan bajunya sebagian untuk pengamatan atau
prosedur.
Letakkan hanya satu bayi dalam tiap inkubator.
Tutup kap secepat mungkin setelah meletakkan bayi di dalamnya, dan pertahankan
jendela inkubator tetap tertutup setiap saat guna mempertahankan kehangatan
inkubator.
Periksa suhu inkubator setiap jam selama delapan jam pertama, dan kemudian setiap
tiga jam.
Jika suhu inkubator tidak sesuai dengan pengesetan suhu, inkubator dapat tidak
berfungsi dengan benar; sesuaikan pengatur suhu sampai suhu yang diinginkan
tercapai di bagian dalam inkubator, atau gunakan metode lain untuk menghangatkan
bayi.
Ukur suhu bayi setiap jam selama delapan jam pertama, dan kemudian setiap tiga jam:
Jika suhu bayi kurang dan 36,5 C atau lebih dan 37,5 C, sesuaikan suhu inkubator
berdasarkan suhu tersebut;
Jika suhu bayi tetap kurang dan 36,5 C atau lebih dan 37,5 C meskipun inkubator
dipertahankan pada pengaturan yang direkomendasikan, atasi suhu tubuh yang tidak
normal.
Berikan bayi kepada ibu segera setelah bayi tidak lagi membutuhkan perawatan
khusus dan prosedur serta terapi yang sering.
Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI
sedikitsedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa
10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermia: hipoglikemia karena kekurangan
cadangan glikogen. Asidosis metabolik disebabkan vasokonstriksi perifer dengan
metabolisme anaerobik dan asidosis. Hipoksia dengan kebutuhan oksigen yang meningkat,
gangguan pembekuan, dan perdarahan pulmonal dapat menyertai hipotermia berat. Schok
dengan akibat penurunan tekanan arteri sistemik, penurunan volume plasma, dan penurunan
cardiac output. Apnea dan perdarahan intra ventrikuler.

Distress respirasi
Gangguan keseimbangan asam basa
Hipoglikemia
Defek koagulasi
Sirkulasi fetal persisten
Gagal ginjal akut
Enterokolitis nekrotikan
Kegawatan Pernapasan
Asidosis respiratori dan metabolic
Ikterik

Anda mungkin juga menyukai