Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar belakang
Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya,
suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah
terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui
aktifitas metabolismenya. Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan
lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan
tubuh dengan massanya.

Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu
lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada
pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab
itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk
mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu
rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat
berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya.
Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada
ketiga unsur tersebut sehingga terjadi hipotermia pada bayi baru lahir.

 Rumusan masalah
 2.1 Apa definisi dari hipotermia?
 2.2 Bagaimana patofisiologi dari hipotermia?
 2.3 Bagaimana etiologi dari hipotermia?
 2.4 Bagaimana klasifikasi dari hipotermia?
 2.5 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hipotermia?
 2.6 Apa saja tanda gejala dari hipotermia?
 2.7 Bagaimana penatalaksanaan hipotermia pada bayi baru lahir?
 2.8 Apa saja komplikasi dari hipotermia?
 Tujuan Penulisan
 3.1 Mengetahui definisi dari hipotermia
 3.2 Mengetahui patofisiologi dari hipotermia
 3.3 Mengetahui etiologi dar ihipotermia
 3.4 Mengetahui klasifikasi dari hipotermia
 3.5 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hipotermia
 3.6 Mengetahui tanda gejala hipotermia
 3.7 Mengetahui penatalaksanaan hipotermia
 3.8 Mengetahui komplikasi dari hipotermia
BAB II
HIPOTERMIA
 Definisi Hipotermia
Hipotermia merupakan keadaan seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami penurunan suhu tubuh dibawah 35,5OC per rectal karena peningkatan
kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal. (Maryunani, 2013)
Hipotermia adalah suhu tubuh kurang dari 36,5 oC pada pengukuran suhu melalui
ketiak. Hipotermia merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan
terjadinya perubahan metabolism tubuh yang berakhir pada kegagalan jantung paru
dan kematian. (Azwar,A. 2008)
Hipotermia adalah bila panas tubuhnya turun sampai >36,5°C (Manuaba dkk,
2009).

 Patofisiologi Hipotermia
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan
suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal.

Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon
untuk menghasilkan panas berupa :

1. Shivering thermoregulation/ Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil


atau gemetar secara involuner akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan
panas.
2. Non-shivering thermoregulation/NST. Merupakan mekanisrne yang
dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf sirnpatis untuk menstimulasi proses
metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak cokl
Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi
panas dan dalam tubuh.
3. Vasokonstriksi perifer. Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern saraf
simpatis, kemudian sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit
utuk berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan ini efektif untuk
mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang
tidak berguna. (Kosim, 2008 : 92)
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses oksidasi dari
lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST ( proses oksidasi
jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utarna dari suatu peningkatan produksi
panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang tahun pertama
kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan sedangkan untuk jalur NST
selanjutnya akan menurun. (Kosim, 2008 : 92)

Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan
trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh
syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan pada
masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai banyak mitokondria,
tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang
mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas. Dengan demikian,
akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak dioksidasi akan terjadi
produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan
lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan aktivitas dari protein
tak berpasangan, sehingga dengan begitu akan menghasilkan panas.
(Kosim,2008:92-93)

Adanya rangsangan dingin yang di bawa ke hipotalamu ssehingga akan timbul


peningkatan produksi dan meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya perubahan
suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan merangsang serabut-
serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin akan
menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR dan O2
ke tempat metabolisme berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh darah dengan
mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk meningkatkan termogenesis.

 Etiologi Hipotermia
Hipotermia dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin
(suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah), atau bayi dalam
keadaan basah atau tidak berpakaian. (Yongki, 2012)

Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik sehingga :

1. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena
lingkungan eksternal lebih dingin dari pada lingkungan didalam uterus.
2. Suplai lemak subkutan yang terbatas area permukaan kulit yang besar
dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan
panas pada lingkungan.
3. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui
konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Penjelasannya sebagai berikut :
Dapat kehilangan panas tubuh nya melalui cara-cara berikut :

1. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada


permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Halini merupakan jalan utama
bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi
tidak segera di keringkan atau terlalu cepat di mandikan dan tubauh nya tidak
segera di keringkan dan di selimuti.
2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melaliu kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin.meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperatur nya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apabila bayi di letakkan di atas benda-bena
tersebut.
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang di lahirkan atau di tempat kan di dalam
ruangan yang dngin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas
juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara
dingin melalui pentilasi atau pendingin ruangan.
4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karna bayi di tempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. bayi
dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersbut menyerap
radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung ).
(Depkes, 2010).
 Klasifikasi Hipotermia
Tabel dan anamnesis :

Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi


a. Suhu tubuh 32-36,4°C
b. Gangguan nafas

c. Denyut
jantung<100x/m
a. Bayi terpapar suhu
lingkungan yang rendah d. Malas minum
b. Waktu timbul kurang
dari 2 hari e. Letargi Hipotermia sedang
a. Bayi terpapar suhu a. Suhu tubuh 32°C Hipotermia berat
lingkungan yang rendah b. Tanda lain hipotermia
b. Waktu timbul kurang sedang
dari 2 hari
c. Kulit teraba keras

d. Napas pelan dan dalam


a. Suhu tubuh
berfluktuasi antara 36-39°C
meskipun berada disuhu
a. Tidak terpapar dengan lingkungan yang stabil
dingin atau panas yang b. Fluktuasi terjadi Suhu tubuh tidak
berlebihan sesudah periode suhu stabil stabil (dugaan sepsis)
(Sumber :Azwar, A. 2008.)

 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipotermia


Faktor- faktor penting yang dianggap berisiko terjadinya hipotermia :

1. Perawatan yang kurang tepat setelah lahir, bayi dipisahkan dari ibunya segera
setelah lahir.
2. Bayi berat lahir rendah dan prematuria
Ini dikarenakan pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum sempurna, permukaan
tubuh bayi relative luas, kemampuan produksi dan menyimpan panas
terbatas.(Azwar,A. 2008)

3. Tempat melahirkan dingin


Bayi kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar

4. Suhu badan selama perjalanan rujukan tidak terjaga,


5. Asfiksia
6. Hipoksia atau penyakit lain. (Muslihatun, 2010)
 Tanda Gejala Hipotermia
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergi shipotanus),
tidak kuat menghisap ASI dan menangis
2. Pernafasan megap-megap dan lambat dan menangis lemah
3. Timbul skrea kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,
tungkai dan lengan
4. Muka bayi berwarna pucat (Dwinda dkk, 2014).
Tanda gejala berdasarkan klasifikasi:

1. Tanda- tanda hipotermia sedang (stres dingin)


2. Aktivitas berkurang, letargis
3. Tangisan lemah
4. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
5. Kemampuan menghisap lemah
6. Kaki teraba dingin
7. Tanda-tanda hipotermia berat (cedera dingin)
8. Sama dengan hipotermia sedang
9. Bibir dan kuku kebiruan
10.Pernafasan lambat
11.Pernafasan tidak teratur
12.Bunyi jantung lambat
13.Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
14.Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia
15.Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
16.Bagian tubuh lainnya pucat
17.utama pada punggung, kaki, dan tangan (skelerema) (Syaifudin dkk, 2010)
 Penatalaksanaan Hipotermia
 Pencegahan hipotermia
1. Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam
2. Rawat bayi kecil diruang yang hangat (tidak kurang 25oC dan bebas dari aliran
angin)
3. Jangan meletakkan bayi di dekat benda yang dingin (misal di jendela)
walaupun bayi di bawah pemancar
4. Pada waktu memindahkan bayi ketempat lain, jaga kehangatan missal dengan
kontak kulit dengan
5. Bayi harus setiap saat diselimuti dalam keadaan apapun, meskipun saat
dilakukan tindakan pemasangan intravena, hanya buka bagian yang diperlukan
6. Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan
7. Ganti popok setiap kali basah
8. Jangan menyentuh bayi dengan tangan dingin
9. Ukur suhu tubuh bayi setiap saat
(Azwar,A. 2008)

Beberapa Cara Menghangatkan Bayi


CARA PETUNJUK PENGGUNAAN
– Untuk semua bayi
– Tempelkan kulit atau permukaan kulit
bayi langsung pada permukaan kulit ibu,
mis. dengan merangkul, menempelkan
pada payudara atau meneteki

– Untuk menghangatkan bayi dalam


waktu singkat, atay menghangatkan bayi
hipotermi (32-36,4˚C) apabila cara lain
Kontak kulit tidak mungkin dilakukan
– Untuk menstabilkan bayi dengan berat
badan < 2500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan
berkelanjutan bayi dengan berat badan <
1800 g
– Tidak untuk bayi yang sakit
berat(sepsis, gangguan nafas berat)

– Tidak untuk ibu yang menderita


penyakit berat yang tidak dapat merawat
bayinya

– Pada ibu yang sedang sakit, dapat


Kangoro Mother Care (KMC) dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu)
– Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat
1500 g atau lebih
– Untuk pemeriksaan awal bayi, selama
dilakukan tindakan atau menghangatkan
Pemancar panas kembali bayi hipotermi
– Bila tidak tersedia pemancar panas,
dapat digunakan lampu pijar maksimal 60
Lampu penghangat watt dengan jarak 60 cm
– Penghangatan berkelanjutan bayi
Inkubator dengan berat < 1500 g yang tidak dapat
dilakukan KMC
– Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan
napas berat)
– Bila tidak tersedia inkubator, dapat
digunakan boks penghangat dengan
menggunakan lampu pijar maksimal 60
Boks penghangat watt sebagai sumber panas
– Untuk merawat bayi dengan berat <
2500 g yang tidak memerlukan tindakan
diagnostik atau prosedur pengobatan
– Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis,
Ruangan hangat gangguan nafas berat)
(Azwar,A. 2008)

 Penanganan hipotermia bayi baru lahir


1. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan
yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator
atau melalui penyinaran lampu.
2. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di
dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar
bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian
(merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru).
Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan.
3. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika
terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu.
Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
4. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi
ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus
glukosa 10% sebanyak 60-80ml/kg per hari. (Syaifuddin dkk, 2010).
Cara lain adalah disesuaikan dengan tingkatan hipotermia:

1. Hipotermia sedang
2. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih dan hangat
3. Segera hangatkan tubuh dengan metode kanguru
4. Ulangi, sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi menjadi hangat
5. Cegah bayi kehilangan panas
6. Beri ASI sedini mungkin
7. Setelah tubuh bayi menjadi hangat nasehati ibu cara merawat bayi dirumah
8. Pencegahan hipotermia
9. Menyusui secara ekslusif
10.Pencegahan infeksi
11.Anjurkan ibu control bayinya setelah 2 hari
12.Minta ibu untuk mengamati tanda bahaya(mis. Gangguan nafas, kejang) dan
segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut
13.Periksa kdar glukosa darah, bila <45mg/ dL (2.6 mmol/L), tangani
hipoglikemia
14.Nilai tanda bahaya. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal
0.5˚C/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu
setiap jam
15.Bila suhu tidak naik atau terlalu pelan, kurang 0.5˚C/jam, cari tanda sepsis.
(Azwar,A. 2008)

1. Hipotermia berat
2. Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat
3. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metoda kanguru bila perlu ibu dan bayi
berada dalam satu selimut/ kain hangat yang disertai terlebih dahulu
4. Bila selimut dingin segera ganti dengan yang hangat. Cegah bayi kehilangan
panas dengan
5. Memberi tutup kepala / topi bayi
6. Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan hangat
7. Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bayi menginginkan.
8. Segera rujuk kerumah sakit terdekat (Dwienda dkk, 2014)
9. Hindari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi sering
diubah
10.Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dosis rumatan dan selang infus tetap
terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan
11.Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45mg/Dl (2.6
mmol/L), tangani hipotermia.
12.Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam
sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.
13.Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam
penanganan kemungkinan besar sepsis.
14.Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
15.Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum
16.Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI
perah begitu suhu bayi mencapai 35˚C
17.Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5˚C/jam,
berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa
suhu bayi setiap 2 jam.
18.Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan
setiap jam
19.Setelah suhu tubuh bayi normal
20.Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
21.Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam
22.Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap
dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain
yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan
dinasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama dirumah.
Azwar,A. 2008)

Keadaan bayi Frekuensi pengukuran


Bayi sakit Tiap jam
Bayi kecil Tiap 12 jam
Keadaan bayi membaik Sekali sehari

Suhu Inkubator Yang Direkomendasi Menurut Berat dan Umur Bayi

Suhu inkubator (C˚) menurut umur


Berat bayi 35˚C 34˚C 33˚C 32˚C
< 1500 1-10 hari 11hari-3 minggu 3-5 minggu > 5 minggu
1500-
2000g 1-10 hari 11 hari-4 minggu > 4 minggu
2100- 1-2 hari 3 hari-3 minggu > 3 minggu
2500g
> 2500g 1-2 hari > 2 hari
 Pencegahan hipotermia selama transportasi
1. Jaga temperatur selalu stabil sebelum transportasi
2. Catat temperatur dan lakukan usaha-usaha perbaikan
3. Gendong bayi dengan cara mendekatkan ke dada
4. Selimuti dengan baik, cegah jangan sampai terbuka
5. Gunakan inkubator dengan kain penghangat / alas plastik / kasur air yang
dlengkapi alat pengatur suhu
(Sudarti, 2013)

 Komplikasi Hipotermia
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermia yaitu:

1. Hipoglikemi asidosis metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan


metabolism anaerob. Hipoglikemia disebabkan karena pada proses pembakaran
lemak coklat, bayi menggunakan glukosa. Selanjutnya cadangan lemak dan
glukosa tersebut akan habis dengan adanya stres dingin.
2. Kebutuhan oksigen yang meningkat
3. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu
4. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pumonal yang
menyertai hipotermia berat, shock, apnea, perdarahan intra
Hipotermia pada neonatus antara lain bisa menyebabkan gangguan pada sistem
anggota tubuh berikut ini:

1. Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti


mengedip)
2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya
tekanan darah sistolik
3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer(Maryunani,
2013). Hal ini disebabkan karena hipotermi tidak diatasi dengan segera
sehingga terjadi hipoglikemi asidosis metabolik dimana hipoglikemia adalah
kadar glukosa bayi berkurang dan asidosis metabolik adalah meningkatnya
kadar asam dalam darah akibat proses metabolisme oksidasi lemak untuk
memproduksi panas. Hipoglikemia asidosis metabolik bisa mempengaruhi
sistem saraf pusat dan kerja otot. (Nelson dkk, 2000)
BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
1. Hipotermia adalah suhu di bawah 36,5 ºC,
2. Terbagi atas : hipotermia ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC,
hipotermia sedang yaitu antara 32-36ºC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh
<32 ºC. (Yunanto, 2008).
3. Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat,
terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah lahir.
4. Tanda gejalanya adalah menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergis
hipotanus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah, Pernafasan megap-
megap dan lambat dan menangis lemah, Timbul skrema kulit mengeras
berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan, muka
bayi berwarna pucat.
5. Penatalaksanaan hipotermia adalah hangatkan bayi apabila tersedia alat yang
canggih seperti incubator, gunakan incubator sesuai dengan ketentuan.
 Saran
 Untuk Petugas Kesehatan
Memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota
keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipertermi dan
hipotermia sehingga keluarga paham akan hal tersebut. Dengan demikian, keluarga
sudah dipersiapkan untuk melengkapi kebutuhan Keluarga juga akan paham
tentang apa yang harus dilakukan untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh
berlebih.
 Untuk Keluarga
Keluarga juga hendaknya menerima pendidikan kesehatan oleh bidan dengan
responsif. Kerja sama yang baik antara keluarga dan petugas kesehatan akan
membuahkan hasil yang diharapkan tidak akan mengecewakan

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar.Jakarta: JNPK-KR
Depkes. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta:
Kemkes.
Dwienda R, Okta. Dkk.2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi /Balita danAnak Pra sekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepubish
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta: Salemba Medika.
Kosim, Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Manuaba, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta: EGC

Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawa tdaruratan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Trans Info Media
Nelson, dkk. 2000. Ilmu kesehatan anak nelson vol. 1 E/15. Jakarta: EGC

Syaifuddin, dkk.2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sudarti dan Fauziah A. (2013). Asuhan neonatus risiko tinggi dan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suhu normal pada neonatus berkisar antara 360C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal
hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C). Disebut
hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi
oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis
anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori
tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake
kalori.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah definisi dari hipotermi?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat menyebabkan terjadinya hipotermi?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipotermi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari hipotermi.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya hipotermi.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan hipotermi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hipotermia adalah keadaan ketika seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
penurunan suhu tubuh terus menerus di bawah 35,500C per rektal karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor eksternal (Lynda Jual,26).
Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi dan
neonatus adalah 36,5°C-37°C (suhu axila) Adapun gejala hipotermi, apabila suhu <36°C atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah
mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36°C).disebut hipotermia berat bila suhu <32°C

B. Klasifikasi
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas:

a) Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1-2oC sesudah lahir. Suhu tubuh akan menjadi
normal kembali sesudah bayi berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan diatur sebaik- baiknya.
Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia, resusitasi yang lama,
ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera dibungkus setelah lahir, terlalu cepat
dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan pemberian morfin pada ibu yang sedang
bersalin.

b) Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6--12 jam.
Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang tidak
cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan lahir, yaitu
diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya ialah lemah,
gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin. Terapinya ialah dengan
segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah diatur menurut kebutuhan
bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti.

c) Hipoterroia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu lingkungan
yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernapasan
dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar, penyakit jantung
bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia. Pengobatannya ialah dengan
mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan
sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang mendapattranfusi tukar harus
dilakukan beberapa kali karena hipotermia harus diketahui secepatnya. Bila suhu sekitar 32oC,
tranfusi tukar harus dihentikan untuk sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal
kembali.

d) Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin (lebih dari
12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu berkisar antara
29,5-35pC, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada tangan, kaki, dan muka seolah-
olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami
komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan
secara perlahan-lahan, antibiotik, pemberian larutan glukosa 10%, dankortikosteroid.

C. Etiologi
Penyebab Utama
Kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya mengeringkan bayi
secepat mungkin. Resiko untuk terjadinya hipotermia.
a) Perawatan yang kurang tepat setelah bayi lahir
b) Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir.
c) Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur
d) Tempat melahirkan yang dingin (putus rantai hangat).
e) Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernafasan, hipoglikemia
perdarahan intra kranial.

D. Faktor Pencetus
Faktor pencetus terjadinya hipotermia :
a) Factor lingkungan.
Hiportermia dapat terjadi dengan agak cepat pada neonates, khusunnya mereka yang dilahirkan
dalam ruangan ber-AC atau mereka yang terpapar dengan suhu ruangan sebelum cairan ketuban
mongering. Bayi Imature atau sakit harus dipertahankan pada suatu lingkungan termonetral,
suatu factor kritis untuk kehidupannya. Bayi yang lebih besar, anak – anak , dan dewasa
semuanya dapat menjadi hipotermia jika terpapar factor angin sejuk suhu rendah atau rendaman
dengan kehilangan panas yang cepat.
b) Syok.
Suhu tubuh dapat menurun drastis selama keadaan syok.
c) Infeksi
Hipotermia lebih mungkin terjadi pada bayi dibandingkan anak-anak yang lebih tua.
d) Gangguan endokrin metabolic.
Suhu tubuh subnormal atau gangguan pengaturan suhu kadang- kadang terjadi pada gangguan ini
contohnya aciduria pada kelainan bawaan ini mengalami hipotermia sebagai bagian keadaan
metaboliknya yang sedikit.

e) Kurang gizi, energi protein( KKP) .


Pada anak –anak dengan kwashiorkor, suhu tubuh dapat menurun dibawah 35C walaupun suhu
lingkungan yang tinggi.Resiko ini tertinggi selama minggu pertama perawatan di rumah sakit.

f) Obat-obatan.
Sedasi berat akibat obat- obataan dapat menimbulkan suhu tubuh sub normal seperti alcohol,
narkotik, barbiturate, fenotiazin, atropine, over dosis asetaminofen.
E. Tanda dan gejala hipotermia bayi baru lahir
Gejala hipotermia bayi baru lahir
a) Bayi tidak mau minum/ menetek.
b) Bayi tampak lesu atau mengantuk.
c) Tubuh bayi teraba dingin.
d) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi mengeras(sklerema)
Tanda- tanda hipotermiasedang :
a) Aktifitas berkurang, letargis.
b) Tangisan lemah.
c) Kulit berwarna tidak rata.
d) Kemampuan menghisap lemah.
e) Kaki teraba dingin.
f) Jika hipotermia berlanjut akan timbulcidera dingin
Tanda- tanda hipotermia berat.
a) Aktifitas berkurang, letargis,
b) Bibir dan kuku kebiruan.
c) Pernafasan lambat.
d) Bunyi jantung lambat.
e) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolic.
f) Resiko untuk kematian bayi

Tanda - tanda stadium lanjut hipotermia


a) Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
b) Bagian tubuh lainnya pucat
c) Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan.

A. Penatalaksanaan Hipotermia.
Segera hangatkan bayi, apabila terdapat alat yang canggih seperti inkubaator dan Infant warm
yang gunakan sesuai ketentuan. Adapun prosedur pemakaian Inkubator adalah :
sebagai berikut.
1. Sebelum bayi dimasukan kedalam inkubator, bersihkan bayi dengan handuk dan pakaikan kain
pakaian bayi.
2. Hidupkan pemanas inkubator bayi dan biarkan sekitar
3 menit untuk memastikan bahwa suhu didalamnya sesuai.
3. Masukan bayi ke dalam inkubator.
4. Jalankan software pada PC client kemudian masukan identitas bayi seperti nama, nama Ibu,
Jam/Tgl lahir.
5. 2-3 jam sekali ada peringatan untuk memberi susu
bayi. Jika peringatan ini muncul, maka perawat akan langsung menuju inkubator dan
memberi susu.
6. Jika bayi menangis maka akan ada warning pada PC
client lalu perawat akan menghampiri inkubator
kemudian memeriksanya apakah lapar, BAB, mengompol, atau tidak nyaman.
7. Setelah diketahui penyebabnya, perawat kemudian
memencet tombol opsi untuk feedback ke PC clientnya. Sehingga kegiatan ini pun terekam.
8. Pada PC server, dokter/pihak manajemen hanya
mengontrol data rekaman dari semua aktifitas bayi
dalam 1 hari kemudian dibandingkan dengan data
eferensi perawatan bayi normal. Sehingga hasil
akhirnya bayi tersebut dapat dikategorikan bayi sehat atau tidak.

1. HipotermiaSedang
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,bersih, dapat hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru bila ibu dan bayi beradadalam satu selimut
atau kain hangat yang disertrika terlebih dahulu. B ila selimut atau kain mulai
mendingin, s e g e r a ganti dengan selimut/ kain yang hangat.
3) Ulangi sampai panas tubuh ibu mendingin, segera ganti dengan selimut /kain yang hangat.
Mencegah bayi kehilangan panasdengancara :
2. Memberi tutup kepala/ topi bayi.
1. Mengganti kain/ popok bayi yang basah dengan yang kering dan hangat.
2. Hipotermi Berat
1) Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering,b ersih, dan hangat
2) Segera hangatkan tubuh bayi dengan metode kanguru, bila perlu ibu dan bayiberada
dalamsatuselimut atau kain hangat.
3) Bila selimut atau kain mulai mendingin. Segera ganti dengan selimut atau lainnya hangat
ulangisampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi .
Mencegah bayi kehilangan panasde nga ncara :
1. Memberi tutup kepala/ topi kepala.
2. Mengganti kain/ pakaian/ popok yang basah dengan yang kering atau hangat
4) Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia. Karena itu ASI sedini mungkindapat lebih
sering selama bayi menginginkan. B ila terlalu lemah hingga tidak dapat atau tidak kuat
menghisap ASI. BeriASIdengan menggunakan NGT. Bila tidak tersedia alat NGT. Beri infus
dextrose 10% sebanyak 60 ±80ml/kg/liter.
5) Segera rujuk di RS terdekat.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian.
Pemeriksaan Fisik.
1) Daya tahan tubuh rendah.
2) Bentuk tubuh.
3) Fungsi organ tubuh.
A. Pengaturan Suhu Tubuh belum stabil
a. Hipotermi : karena lemak sub kutan tipis, permuukaan tubuh luas, produksi panas berkurang.
b. Hipertermi : mekanisme produksi keringat belum stabil (jika terjadi karena adanya infeksi).
B. System pencernaan.
C. System pernafasan.
D. System Hematopoetik.
E. Ginjal.
F. System saraf pusat.
4) Tanda – Tanda fisik premature dan neurologis : Dubowitz Score.

B. Masalah Keperawatan
1. Hipotermi
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resti kejang
5. Kurang pengetahuan (ibu)

C. Diagnosa Keperawatan.
1) Hipotermi b.d terbatasnya regulasi kompensasi metabolik sekunder akibat usia
2) Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah sekunder akibat hipotermi
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat cidera termal
4) Resti kejang b.d kekurangan cadangan glikogen
5) Kurang pengetahuan (ibu) b.d kondisi bayi baru lahir dan cara mempertahankan suhu tubuh bayi

D. Intervensi
Diagnosa
1. Hipotermi b.d terbatasnya regulasi kompensasi metabolik sekunder akibat usia

1) Kaji factor penunjang


2) Kurangi atau hilangkan sumber penyebab kehilanngan panas
- Evaporasi
Dalam kamar bersalin, keringkan dengan cepat bagian kulit dan rambut dengan handuk hangat
dan tempatkan bayi pada lingkungan yang hangat.
Pada saat memandikan berikan lingkungan yang hangat, Mandikan dan keringkan bayi di dalam
ruangan untuk mengurangi evaporasi
- Konveksi
Kurangi aliran udara di dalam ruangan kamar bersalin.
Hindari aliran udara pada bayi (pendingin ruangan, kipas, jendela)
- Konduksi
Hangatkan semua peralatan yang digunakan dalam perawatan ( stetoskop, alat timbangan, tangan
perawat, pakaian, linen tempat tidur, tempat tidur bayi)
- Radiasi
Tempatkan bayi disamping ibu di dalam ruang bersalin.
Kurangi benda di dalam ruangan yang dapat mengabsorbsi panas (logam).
Tempatkan tempat tidur bayi isollete sejauh mungkin dari dinding (luar) atau jendela jika
memungkinkan.
Hangatkan incubator.
3) Pantau suhu tubuh bayi baru lahir
Pengkajian suhu aksila
Lakukan pemeriksaan setiap 30 menit sampai kondisi bayi stabil, kemudian lakukan setiap 4-8
jam
Jika suhu kurang dari 36,3 C
1. Bungkus bayi dengan menggunakan 2 selimut.
2. Pasang topi rajutan.
3. Kaji sumber lingkungan yang menyebabkan kehilangan panas.
4. Jika keadaan hipotermia tetap berlangsung 1 jam laporkan pada dokter.
5. Kaji adanya komplikasi stress dingin : hipoksia, asidosis respiratorik, hipoglikemi,
ketidakseimbanga cairan dan elektrolit, penurunan berat badan.
2. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran darah sekunder akibat
hipotermi
Intervensi:
1) Anjurkan agar bayi diberi baju hangat
2) Berikanterpi O2 sesuai kebutuhan
3) Hindari factor pencetus hipotermi
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat cidera termal
Intervensi:
1) Kaji tanda-tanda bayi kekurangan nutrisi
2) Berikan terapi cairan IV D 1O%
3) Kolaborasi dengan tim Gizi untuk pemberian diit
4) Anjurkan agar ibu sering memberikan asi

2. Resti kejang b.d kekurangan cadangan glikogen


Intervensi:
1) Tempat tidur harus empuk
2) Pantau selalu jika ada tanda-tanda kearah kejang
3. Kurang pengetahuan (ibu) b.d kondisi bayi baru lahir dan cara mempertahankan suhu tubuh bayi
Intervensi :
1) Berikan health-edukation pada keluarga tentang hal-hal yang mencetuskan hipotermi
2) Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan yang di berikan

DAFTAR PUSTAKA

Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1991
Melson, Kathryn A & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second Edition,
Springhouse Corporation, Springhouse Pennsylvania, 1994

Wong, Donna L., Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth
Edition,Mosby-Year Book Inc., St. Louis Missouri, 1990

Anda mungkin juga menyukai