4 years ago
Advertisements
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus
selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus
mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya. Semakin kecil tubuh
neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio
permukaan tubuh dengan massanya.
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan
suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum
matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat
membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu
rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan
efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai
lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut sehingga terjadi hipotermia pada bayi baru lahir.
Rumusan masalah
Tujuan Penulisan
BAB II
HIPOTERMIA
Definisi Hipotermia
Hipotermia merupakan keadaan seorang individu mengalami atau beresiko mengalami penurunan suhu
tubuh dibawah 35,5OC per rectal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal.
(Maryunani, 2013)
Hipotermia adalah suhu tubuh kurang dari 36,5oC pada pengukuran suhu melalui ketiak. Hipotermia
merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolism tubuh
yang berakhir pada kegagalan jantung paru dan kematian. (Azwar,A. 2008)
Hipotermia adalah bila panas tubuhnya turun sampai >36,5°C (Manuaba dkk, 2009).
Patofisiologi Hipotermia
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan suhu tubuh berubah,
menjadi tidak normal.
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk menghasilkan
panas berupa :
Shivering thermoregulation/ Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil atau gemetar secara
involuner akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
Vasokonstriksi perifer. Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern saraf simpatis, kemudian sistem saraf
perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan
ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak
berguna. (Kosim, 2008 : 92)
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses oksidasi dari lemak coklat atau
jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST ( proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang
utarna dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang
tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan
menurun. (Kosim, 2008 : 92)
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan trigliserida, merupakan
jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh syaraf simpatik yang berakhir pada
pembuluh-pembuluh darah balik dan pada masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai
banyak mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang
mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas. Dengan demikian, akibat adanya aktifitas
dan protein ini, maka apabila lemak dioksidasi akan terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya
ikatan fosfat seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan aktivitas
dari protein tak berpasangan, sehingga dengan begitu akan menghasilkan panas. (Kosim,2008:92-93)
Adanya rangsangan dingin yang di bawa ke hipotalamu ssehingga akan timbul peningkatan produksi dan
meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi
ini akan merangsang serabut-serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin akan
menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR dan O2 ke tempat metabolisme
berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh darah dengan mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk
meningkatkan termogenesis.
Etiologi Hipotermia
Hipotermia dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan
rendah, permukaan yang dingin atau basah), atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian.
(Yongki, 2012)
Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena lingkungan eksternal lebih
dingin dari pada lingkungan didalam uterus.
Suplai lemak subkutan yang terbatas area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan
menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan.
Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi,
dan evaporasi.
Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri. Halini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi
jika saat lahir tubuh bayi tidak segera di keringkan atau terlalu cepat di mandikan dan tubauh nya tidak
segera di keringkan dan di selimuti.
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melaliu kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
yang dingin.meja, tempat tidur atau timbangan yang temperatur nya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi di letakkan di atas benda-bena
tersebut.
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
Bayi yang di lahirkan atau di tempat kan di dalam ruangan yang dngin akan cepat mengalami kehilangan
panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara
dingin melalui pentilasi atau pendingin ruangan.
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karna bayi di tempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena
benda-benda tersbut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung ). (Depkes, 2010).
Klasifikasi Hipotermia
b. Gangguan nafas
c. Denyut jantung<100x/m
d. Malas minum
e. Letargi
Hipotermia sedang
Hipotermia berat
a. Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan a. Suhu tubuh berfluktuasi antara
36-39°C meskipun berada disuhu lingkungan yang stabil
Perawatan yang kurang tepat setelah lahir, bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir.
Asfiksia
Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergi shipotanus), tidak kuat menghisap
ASI dan menangis
Timbul skrea kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan
Tangisan lemah
utama pada punggung, kaki, dan tangan (skelerema) (Syaifudin dkk, 2010)
Penatalaksanaan Hipotermia
Pencegahan hipotermia
Rawat bayi kecil diruang yang hangat (tidak kurang 25oC dan bebas dari aliran angin)
Jangan meletakkan bayi di dekat benda yang dingin (misal di jendela) walaupun bayi di bawah pemancar
Pada waktu memindahkan bayi ketempat lain, jaga kehangatan missal dengan kontak kulit dengan
Bayi harus setiap saat diselimuti dalam keadaan apapun, meskipun saat dilakukan tindakan pemasangan
intravena, hanya buka bagian yang diperlukan
(Azwar,A. 2008)
– Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atay menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4˚C)
apabila cara lain tidak mungkin dilakukan
Kangoro Mother Care (KMC) – Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan < 2500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan < 1800 g
– Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya
– Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu)
Pemancar panas – Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g atau lebih
– Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan atau menghangatkan kembali bayi
hipotermi
Lampu penghangat – Bila tidak tersedia pemancar panas, dapat digunakan lampu pijar maksimal
60 watt dengan jarak 60 cm
Inkubator – Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat < 1500 g yang tidak dapat dilakukan
KMC
Boks penghangat – Bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan boks penghangat dengan
menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas
Ruangan hangat – Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 g yang tidak memerlukan tindakan
diagnostik atau prosedur pengobatan
Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan
adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan bayi
melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan
bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian
(merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru). Sebaiknya ibu menggunakan
pakaian longgar berkancing depan.
Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang
digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering
mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80ml/kg per hari. (Syaifuddin
dkk, 2010).
Hipotermia sedang
Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih dan hangat
Ulangi, sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi menjadi hangat
Setelah tubuh bayi menjadi hangat nasehati ibu cara merawat bayi dirumah
Pencegahan hipotermia
Pencegahan infeksi
Periksa kdar glukosa darah, bila <45mg/ dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia
Nilai tanda bahaya. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0.5˚C/jam, berarti usaha
menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap jam
Bila suhu tidak naik atau terlalu pelan, kurang 0.5˚C/jam, cari tanda sepsis. (Azwar,A. 2008)
Hipotermia berat
Segera hangatkan tubuh bayi dengan metoda kanguru bila perlu ibu dan bayi berada dalam satu
selimut/ kain hangat yang disertai terlebih dahulu
Bila selimut dingin segera ganti dengan yang hangat. Cegah bayi kehilangan panas dengan
Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan hangat
Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bayi menginginkan.
Hindari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi sering diubah
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dosis rumatan dan selang infus tetap terpasang dibawah
pemancar panas, untuk menghangatkan cairan
Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45mg/Dl (2.6 mmol/L), tangani hipotermia.
Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh
kembali dalam batas normal.
Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam penanganan
kemungkinan besar sepsis.
Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum
Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI perah begitu suhu bayi
mencapai 35˚C
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5˚C/jam, berarti upaya menghangatkan
berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam
Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan
bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi
dapat dipulangkan dan dinasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama dirumah.
Azwar,A. 2008)
< 1500 1-10 hari 11hari-3 minggu 3-5 minggu > 5 minggu
Gunakan inkubator dengan kain penghangat / alas plastik / kasur air yang dlengkapi alat pengatur suhu
(Sudarti, 2013)
Komplikasi Hipotermia
Hipoglikemi asidosis metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan metabolism anaerob. Hipoglikemia
disebabkan karena pada proses pembakaran lemak coklat, bayi menggunakan glukosa. Selanjutnya
cadangan lemak dan glukosa tersebut akan habis dengan adanya stres dingin.
Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pumonal yang menyertai hipotermia berat,
shock, apnea, perdarahan intra
Hipotermia pada neonatus antara lain bisa menyebabkan gangguan pada sistem anggota tubuh berikut
ini:
Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti mengedip)
Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan darah sistolik
Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer(Maryunani, 2013). Hal ini disebabkan
karena hipotermi tidak diatasi dengan segera sehingga terjadi hipoglikemi asidosis metabolik dimana
hipoglikemia adalah kadar glukosa bayi berkurang dan asidosis metabolik adalah meningkatnya kadar
asam dalam darah akibat proses metabolisme oksidasi lemak untuk memproduksi panas. Hipoglikemia
asidosis metabolik bisa mempengaruhi sistem saraf pusat dan kerja otot. (Nelson dkk, 2000)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Terbagi atas : hipotermia ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC, hipotermia sedang yaitu
antara 32-36ºC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh <32 ºC. (Yunanto, 2008).
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan
suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam
pertama, setelah lahir.
Tanda gejalanya adalah menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergis hipotanus, tidak kuat
menghisap ASI dan menangis lemah, Pernafasan megap-megap dan lambat dan menangis lemah, Timbul
skrema kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan, muka
bayi berwarna pucat.
Penatalaksanaan hipotermia adalah hangatkan bayi apabila tersedia alat yang canggih seperti incubator,
gunakan incubator sesuai dengan ketentuan.
Saran
Memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya bahwa
bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipertermi dan hipotermia sehingga keluarga paham akan hal
tersebut. Dengan demikian, keluarga sudah dipersiapkan untuk melengkapi kebutuhan Keluarga juga
akan paham tentang apa yang harus dilakukan untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh berlebih.
Untuk Keluarga
Keluarga juga hendaknya menerima pendidikan kesehatan oleh bidan dengan responsif. Kerja sama
yang baik antara keluarga dan petugas kesehatan akan membuahkan hasil yang diharapkan tidak akan
mengecewakan
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta: JNPK-KR
Depkes. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Kemkes.
Dwienda R, Okta. Dkk.2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi /Balita dan Anak Pra sekolah
untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepubish
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Kosim, Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Manuaba, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta: EGC
Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawa tdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Trans Info Media
Nelson, dkk. 2000. Ilmu kesehatan anak nelson vol. 1 E/15. Jakarta: EGC
Syaifuddin, dkk.2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sudarti dan Fauziah A. (2013). Asuhan neonatus risiko tinggi dan keperawatan.Yogayakarta: Nuha
Medika.
Wiknjosastro Gulardi H., dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.
Yongki, dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Nuha
Medika
Advertisements
Bagikan ini:
HIPOTERMI
8 September 2017
In "MIDWIFE"
IKTERUS NEONATORUM
8 September 2017
In "MIDWIFE"
Cephal Hematom
2 December 2015
In "MIDWIFE"
Categories: MIDWIFE
Leave a Comment
Asniara Humayrah
Back to top
Advertisements