Anda di halaman 1dari 17

HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR

Asniarah Humayrah Asniarah Humayrah

4 years ago

Advertisements

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus
selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus
mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya. Semakin kecil tubuh
neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio
permukaan tubuh dengan massanya.

Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan
suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum
matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat
membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu
rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan
efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai
lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut sehingga terjadi hipotermia pada bayi baru lahir.

Rumusan masalah

2.1 Apa definisi dari hipotermia?

2.2 Bagaimana patofisiologi dari hipotermia?


2.3 Bagaimana etiologi dari hipotermia?

2.4 Bagaimana klasifikasi dari hipotermia?

2.5 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hipotermia?

2.6 Apa saja tanda gejala dari hipotermia?

2.7 Bagaimana penatalaksanaan hipotermia pada bayi baru lahir?

2.8 Apa saja komplikasi dari hipotermia?

Tujuan Penulisan

3.1 Mengetahui definisi dari hipotermia

3.2 Mengetahui patofisiologi dari hipotermia

3.3 Mengetahui etiologi dar ihipotermia

3.4 Mengetahui klasifikasi dari hipotermia

3.5 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hipotermia

3.6 Mengetahui tanda gejala hipotermia

3.7 Mengetahui penatalaksanaan hipotermia

3.8 Mengetahui komplikasi dari hipotermia

BAB II

HIPOTERMIA

Definisi Hipotermia

Hipotermia merupakan keadaan seorang individu mengalami atau beresiko mengalami penurunan suhu
tubuh dibawah 35,5OC per rectal karena peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal.
(Maryunani, 2013)

Hipotermia adalah suhu tubuh kurang dari 36,5oC pada pengukuran suhu melalui ketiak. Hipotermia
merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolism tubuh
yang berakhir pada kegagalan jantung paru dan kematian. (Azwar,A. 2008)
Hipotermia adalah bila panas tubuhnya turun sampai >36,5°C (Manuaba dkk, 2009).

Patofisiologi Hipotermia

Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan suhu tubuh berubah,
menjadi tidak normal.

Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk menghasilkan
panas berupa :

Shivering thermoregulation/ Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil atau gemetar secara
involuner akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.

Non-shivering thermoregulation/NST. Merupakan mekanisrne yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem


saraf sirnpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan
lemak cokl Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dan
dalam tubuh.

Vasokonstriksi perifer. Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern saraf simpatis, kemudian sistem saraf
perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan
ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak
berguna. (Kosim, 2008 : 92)

Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses oksidasi dari lemak coklat atau
jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST ( proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang
utarna dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang
tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan
menurun. (Kosim, 2008 : 92)

Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan trigliserida, merupakan
jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh syaraf simpatik yang berakhir pada
pembuluh-pembuluh darah balik dan pada masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai
banyak mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang
mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas. Dengan demikian, akibat adanya aktifitas
dan protein ini, maka apabila lemak dioksidasi akan terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya
ikatan fosfat seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan aktivitas
dari protein tak berpasangan, sehingga dengan begitu akan menghasilkan panas. (Kosim,2008:92-93)

Adanya rangsangan dingin yang di bawa ke hipotalamu ssehingga akan timbul peningkatan produksi dan
meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi
ini akan merangsang serabut-serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin akan
menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR dan O2 ke tempat metabolisme
berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh darah dengan mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk
meningkatkan termogenesis.

Etiologi Hipotermia

Hipotermia dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan
rendah, permukaan yang dingin atau basah), atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian.
(Yongki, 2012)

Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik sehingga :

Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena lingkungan eksternal lebih
dingin dari pada lingkungan didalam uterus.

Suplai lemak subkutan yang terbatas area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan
menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan.

Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi,
dan evaporasi.

Penjelasannya sebagai berikut :

Dapat kehilangan panas tubuh nya melalui cara-cara berikut :

Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri. Halini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi
jika saat lahir tubuh bayi tidak segera di keringkan atau terlalu cepat di mandikan dan tubauh nya tidak
segera di keringkan dan di selimuti.

Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melaliu kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
yang dingin.meja, tempat tidur atau timbangan yang temperatur nya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi di letakkan di atas benda-bena
tersebut.

Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
Bayi yang di lahirkan atau di tempat kan di dalam ruangan yang dngin akan cepat mengalami kehilangan
panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara
dingin melalui pentilasi atau pendingin ruangan.

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karna bayi di tempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena
benda-benda tersbut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung ). (Depkes, 2010).

Klasifikasi Hipotermia

Tabel dan anamnesis :

Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi

a. Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah

b. Waktu timbul kurang dari 2 hari

a. Suhu tubuh 32-36,4°C

b. Gangguan nafas

c. Denyut jantung<100x/m

d. Malas minum

e. Letargi
Hipotermia sedang

a. Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah

b. Waktu timbul kurang dari 2 hari

a. Suhu tubuh 32°C

b. Tanda lain hipotermia sedang

c. Kulit teraba keras

d. Napas pelan dan dalam

Hipotermia berat

a. Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan a. Suhu tubuh berfluktuasi antara
36-39°C meskipun berada disuhu lingkungan yang stabil

b. Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabil

Suhu tubuh tidak stabil (dugaan sepsis)

(Sumber :Azwar, A. 2008.)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipotermia

Faktor- faktor penting yang dianggap berisiko terjadinya hipotermia :

Perawatan yang kurang tepat setelah lahir, bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir.

Bayi berat lahir rendah dan prematuria


Ini dikarenakan pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum sempurna, permukaan tubuh bayi relative
luas, kemampuan produksi dan menyimpan panas terbatas.(Azwar,A. 2008)

Tempat melahirkan dingin

Bayi kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar

Suhu badan selama perjalanan rujukan tidak terjaga,

Asfiksia

Hipoksia atau penyakit lain. (Muslihatun, 2010)

Tanda Gejala Hipotermia

Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergi shipotanus), tidak kuat menghisap
ASI dan menangis

Pernafasan megap-megap dan lambat dan menangis lemah

Timbul skrea kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan

Muka bayi berwarna pucat (Dwinda dkk, 2014).

Tanda gejala berdasarkan klasifikasi:

Tanda- tanda hipotermia sedang (stres dingin)

Aktivitas berkurang, letargis

Tangisan lemah

Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)

Kemampuan menghisap lemah

Kaki teraba dingin

Tanda-tanda hipotermia berat (cedera dingin)

Sama dengan hipotermia sedang

Bibir dan kuku kebiruan


Pernafasan lambat

Pernafasan tidak teratur

Bunyi jantung lambat

Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik

Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia

Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

Bagian tubuh lainnya pucat

utama pada punggung, kaki, dan tangan (skelerema) (Syaifudin dkk, 2010)

Penatalaksanaan Hipotermia

Pencegahan hipotermia

Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam

Rawat bayi kecil diruang yang hangat (tidak kurang 25oC dan bebas dari aliran angin)

Jangan meletakkan bayi di dekat benda yang dingin (misal di jendela) walaupun bayi di bawah pemancar

Pada waktu memindahkan bayi ketempat lain, jaga kehangatan missal dengan kontak kulit dengan

Bayi harus setiap saat diselimuti dalam keadaan apapun, meskipun saat dilakukan tindakan pemasangan
intravena, hanya buka bagian yang diperlukan

Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan

Ganti popok setiap kali basah

Jangan menyentuh bayi dengan tangan dingin

Ukur suhu tubuh bayi setiap saat

(Azwar,A. 2008)

Beberapa Cara Menghangatkan Bayi

CARA PETUNJUK PENGGUNAAN

Kontak kulit – Untuk semua bayi


– Tempelkan kulit atau permukaan kulit bayi langsung pada permukaan kulit ibu, mis. dengan
merangkul, menempelkan pada payudara atau meneteki

– Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atay menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4˚C)
apabila cara lain tidak mungkin dilakukan

Kangoro Mother Care (KMC) – Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan < 2500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan < 1800 g

– Tidak untuk bayi yang sakit berat(sepsis, gangguan nafas berat)

– Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya

– Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu)

Pemancar panas – Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g atau lebih

– Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan atau menghangatkan kembali bayi
hipotermi

Lampu penghangat – Bila tidak tersedia pemancar panas, dapat digunakan lampu pijar maksimal
60 watt dengan jarak 60 cm

Inkubator – Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat < 1500 g yang tidak dapat dilakukan
KMC

– Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)

Boks penghangat – Bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan boks penghangat dengan
menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas

Ruangan hangat – Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 g yang tidak memerlukan tindakan
diagnostik atau prosedur pengobatan

– Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan nafas berat)


(Azwar,A. 2008)

Penanganan hipotermia bayi baru lahir

Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan
adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.

Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan bayi
melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan
bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian
(merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru). Sebaiknya ibu menggunakan
pakaian longgar berkancing depan.

Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang
digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.

Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering
mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80ml/kg per hari. (Syaifuddin
dkk, 2010).

Cara lain adalah disesuaikan dengan tingkatan hipotermia:

Hipotermia sedang

Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih dan hangat

Segera hangatkan tubuh dengan metode kanguru

Ulangi, sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi menjadi hangat

Cegah bayi kehilangan panas

Beri ASI sedini mungkin

Setelah tubuh bayi menjadi hangat nasehati ibu cara merawat bayi dirumah

Pencegahan hipotermia

Menyusui secara ekslusif

Pencegahan infeksi

Anjurkan ibu control bayinya setelah 2 hari


Minta ibu untuk mengamati tanda bahaya(mis. Gangguan nafas, kejang) dan segera mencari
pertolongan bila terjadi hal tersebut

Periksa kdar glukosa darah, bila <45mg/ dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia

Nilai tanda bahaya. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0.5˚C/jam, berarti usaha
menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap jam

Bila suhu tidak naik atau terlalu pelan, kurang 0.5˚C/jam, cari tanda sepsis. (Azwar,A. 2008)

Hipotermia berat

Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat

Segera hangatkan tubuh bayi dengan metoda kanguru bila perlu ibu dan bayi berada dalam satu
selimut/ kain hangat yang disertai terlebih dahulu

Bila selimut dingin segera ganti dengan yang hangat. Cegah bayi kehilangan panas dengan

Memberi tutup kepala / topi bayi

Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan hangat

Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bayi menginginkan.

Segera rujuk kerumah sakit terdekat (Dwienda dkk, 2014)

Hindari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi sering diubah

Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dosis rumatan dan selang infus tetap terpasang dibawah
pemancar panas, untuk menghangatkan cairan

Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45mg/Dl (2.6 mmol/L), tangani hipotermia.

Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh
kembali dalam batas normal.

Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam penanganan
kemungkinan besar sepsis.

Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:

Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian
minum
Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI perah begitu suhu bayi
mencapai 35˚C

Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5˚C/jam, berarti upaya menghangatkan
berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.

Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam

Setelah suhu tubuh bayi normal

Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi

Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam

Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan
bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi
dapat dipulangkan dan dinasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama dirumah.

Azwar,A. 2008)

Keadaan bayi Frekuensi pengukuran

Bayi sakit Tiap jam

Bayi kecil Tiap 12 jam

Keadaan bayi membaik Sekali sehari

Suhu Inkubator Yang Direkomendasi Menurut Berat dan Umur Bayi

Berat bayi Suhu inkubator (C˚) menurut umur

35˚C 34˚C 33˚C 32˚C

< 1500 1-10 hari 11hari-3 minggu 3-5 minggu > 5 minggu

1500-2000g 1-10 hari 11 hari-4 minggu > 4 minggu


2100-2500g 1-2 hari 3 hari-3 minggu > 3 minggu

> 2500g 1-2 hari > 2 hari

Pencegahan hipotermia selama transportasi

Jaga temperatur selalu stabil sebelum transportasi

Catat temperatur dan lakukan usaha-usaha perbaikan

Gendong bayi dengan cara mendekatkan ke dada

Selimuti dengan baik, cegah jangan sampai terbuka

Gunakan inkubator dengan kain penghangat / alas plastik / kasur air yang dlengkapi alat pengatur suhu

(Sudarti, 2013)

Komplikasi Hipotermia

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermia yaitu:

Hipoglikemi asidosis metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan metabolism anaerob. Hipoglikemia
disebabkan karena pada proses pembakaran lemak coklat, bayi menggunakan glukosa. Selanjutnya
cadangan lemak dan glukosa tersebut akan habis dengan adanya stres dingin.

Kebutuhan oksigen yang meningkat

Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu

Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pumonal yang menyertai hipotermia berat,
shock, apnea, perdarahan intra

Hipotermia pada neonatus antara lain bisa menyebabkan gangguan pada sistem anggota tubuh berikut
ini:

Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti mengedip)

Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan darah sistolik
Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen

Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer(Maryunani, 2013). Hal ini disebabkan
karena hipotermi tidak diatasi dengan segera sehingga terjadi hipoglikemi asidosis metabolik dimana
hipoglikemia adalah kadar glukosa bayi berkurang dan asidosis metabolik adalah meningkatnya kadar
asam dalam darah akibat proses metabolisme oksidasi lemak untuk memproduksi panas. Hipoglikemia
asidosis metabolik bisa mempengaruhi sistem saraf pusat dan kerja otot. (Nelson dkk, 2000)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hipotermia adalah suhu di bawah 36,5 ºC,

Terbagi atas : hipotermia ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC, hipotermia sedang yaitu
antara 32-36ºC, dan hipotermia berat yaitu suhu tubuh <32 ºC. (Yunanto, 2008).

Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan
suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam
pertama, setelah lahir.

Tanda gejalanya adalah menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergis hipotanus, tidak kuat
menghisap ASI dan menangis lemah, Pernafasan megap-megap dan lambat dan menangis lemah, Timbul
skrema kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan, muka
bayi berwarna pucat.

Penatalaksanaan hipotermia adalah hangatkan bayi apabila tersedia alat yang canggih seperti incubator,
gunakan incubator sesuai dengan ketentuan.

Saran

Untuk Petugas Kesehatan

Memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya bahwa
bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipertermi dan hipotermia sehingga keluarga paham akan hal
tersebut. Dengan demikian, keluarga sudah dipersiapkan untuk melengkapi kebutuhan Keluarga juga
akan paham tentang apa yang harus dilakukan untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh berlebih.

Untuk Keluarga
Keluarga juga hendaknya menerima pendidikan kesehatan oleh bidan dengan responsif. Kerja sama
yang baik antara keluarga dan petugas kesehatan akan membuahkan hasil yang diharapkan tidak akan
mengecewakan

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta: JNPK-KR

Depkes. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta: Kemkes.

Dwienda R, Okta. Dkk.2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi /Balita dan Anak Pra sekolah
untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepubish

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.

Kosim, Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Manuaba, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta: EGC

Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawa tdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Trans Info Media

Nelson, dkk. 2000. Ilmu kesehatan anak nelson vol. 1 E/15. Jakarta: EGC

Syaifuddin, dkk.2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sudarti dan Fauziah A. (2013). Asuhan neonatus risiko tinggi dan keperawatan.Yogayakarta: Nuha
Medika.

Wiknjosastro Gulardi H., dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR.

Yongki, dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Nuha
Medika

Advertisements

Bagikan ini:

HIPOTERMI

8 September 2017
In "MIDWIFE"

IKTERUS NEONATORUM

8 September 2017

In "MIDWIFE"

Cephal Hematom

2 December 2015

In "MIDWIFE"

Categories: MIDWIFE

Leave a Comment

Asniara Humayrah

Back to top

Advertisements

Anda mungkin juga menyukai