Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERUBAHAN TERMOREGULASI DAN PERUBAHAN PADA


ADAPTASI PADA KEKEBALAN TUBUH

OLEH:

1. LISMA
2. MAGDALENA
3. MARDIANTI
4. MARDINA ARIF
5. NURFADILLAH
6. NURBAETI
7. NURDIA
8. SRI MARWA YANTI
9. MUZDALIFAH.Z

DIII KEBIDANAN SEMESTER 4


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS ST FATIMAH MAMUJU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Mamuju, mei  2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehidupan bayi yang baru lahir paling kritis yaitu saat masa transisi dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Salah satu hal yang menjadi
masalah saat dialami bayi pada masa transisi ini adalah hipotermia.
Termoregulasi merupakan salah satu hal yang penting dalam homeostatis.
Termoregulasi adalah proses yang melibatkan mekanisme homeostatis yang
mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal, yang dicapai dengan
mempertahankan keseimbangan antara panas yang dihasilkan dalam tubuh dan
panas yang dikeluarkan (Brooker, 2008).
Manusia adalah makhluk endotermik dimana suhu tubuhnya relatif konstan
terhadap perubahan suhu disekitarnya. Sistem termoregulasi diatur fisiologis
yang terintregasi dari respon sistem efferent dan sentral. Reseptor sensitif suhu
terdapat pada kulit dan membran mukosa yang selanjutnya akan berintregasi
menuju spinal cord dan berakhir di hipotalamus anterior yang merupakan
pusat control sistem termoregulasi

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian termoregulasi
2. Bagaimana termoregulasi pada manusia
3. Bagaimana termoregulasi pada bayi baru lahir
4.
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERRUBAHATERMOREGULASI/ ADAPTASI
TERMOREGULASI DARI INTRA UTERI KE EKSTRA UTERI

1. PENGERTIAN TERMOREGULASI
Termoregulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan antara
produksi panas dan hilangnya panas dalam rangka menjaga suhu tubuh
dalam keadaan normal salah satu masalah khusus pada bayi terutama bayi
premature adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh
normal. Banyak factor yang berperan dalam termoregulasi seperti umur,
berat badan  luas permukaan tubuh dan kondisi lingkungan. Gangguan
termoregulasi dapat berupa hipotermi dan hipertermia.

Hipotermia dapat disebabkan karena terpapar lingkungan yang dingin


(suhu lingkungan lebih rendah, permukaan dingn atau basah) atau bayi
dalam keadaan basah atau tidak berpakaian. Hipertermia dapat disebabkan
oleh karena terpapar dengan lingkungan panas (suhu lingkungan panas,
paparan sinar matahari atau paparan panas yang berlebihan dari incubator
atau alat pemancar panas. Radiant warmer)\
Banyak masalah khusus pada bayi baru lahir yang terkait dengan
adaptasi yang belum sempurna, misalnya karena asfiksia, kelahiran
prematur, anomali kongenital ,  serta hipotermia ataupun hipertermia yang
dapat berkembang kearah kegawatan.  Sehingga hipotermi ataupun
hipertermi merupakan salah satu keadaan yang harus dicermati dalam
perawatan bayi baru lahir.
Temperatur tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas
terhadap kehilangan panas. Bila kehilangan panas dalam tubuh lebih besar
dari pada laju pembentukan panas maka akan terjadi penurunan temperatur
tubuh. Begitu juga sebaliknya bila pembentukan panas dalam tubuh lebih
besar dari pada kehilangan panas, timbul panas di dalam tubuh dan
temperatur tubuh akan meningkat.
Termoregulasi merupakan salah satu cara tubuh untuk mengatur
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas yang terjadi di dalam
tubuh atau mengatur sistem adaptasi tubuh terhadap perubahan suhu

2. ADAPTASI TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR


Suhu bayi setelah lahir dapat turun dengan cepat sekitar 1-2ºC
disebabkan karena bayi baru lahir sedang mengalami adaptasi
termoregulasi dimana sebelumnya di intrauterin suhu relatif stabil
dikisaran 37ºC tetapi setelah di ekstra uterin suhu lingkungan
cenderung fluktuatif serta mekanisme kehilangan panas dapat
memperlambat proses adaptasi tersebut.
Adaptasi Termoregulasi Termoregulasi intrauterine janin akan berjalan
dengan pasif, tidak akan memakai kalori dan oksigen janin. Pada saat
lahir, suhu tubuh bayi akan sama dengan suhu tubuh ibunya. Faktor
yang meningkatkan kehilangan panas pada bayi baru lahir antara lain :
1) Rasio permukaan tubuh dengan berat badan lebih besar.
2) Kehilangan cairan transdermal.
3) Insulasi buruk akibat kulit tipis dan pembuluh darah di permukaan.
4) Keterbatasan merubah posisi tubuh.

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat


mekanisme yaitu :
a.      Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi
aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
b.      Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih
rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara
ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
c.       Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur
atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apalagi bayi
diletakkan diatas benda-benda tersebut.
d.      Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan
panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan
tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi
tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi
yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan
dan diselimuti.
Luas permukaan tubuh yang besar dan sirkulasi yang relative buruk
dapat terlihat ketika bayi berkeringat atau mengiggil hal ini menandakan
bahwa kemampuan bayi untuk mengatur suhu tubuhnya masih
tergolong buruk. Disamping itu, dingin yang berlebihan juga dapat
menyebabkan kerja jantung yang berlebihan juga dan dapat
menyebabkan “prickly heat” bintik-bintik kemerahan yang disebut
milliria. Menurut Maryunani (2010) Pencegahan kehilangan panas pada
bayi baru lahirdapat dilakukan dengan :
1) Menghangatkan suhu lingkungan atau mengatur lingkungan pada
suhu yang konsistensi yaitu antara 36,5°C sampai 37,5°C.
2) Pasang alat penghangat “radiant warmer” untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi secara evaporasi.
3) Kehilangan panas juga terjadi akibat kandungan air dalam udara dan
kulit bayi sehingga bayi perlu di beri pakaian yang hangat dan
segera mengganti ketika pakaian bayi basah.
4) Pemakaian oksigen yang tidak dihangatkan dan tidak dilembabkan

Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan cara;


menggigil, aktifitas otot dan termogenesis (produksi panas tanpa
menggigil). Sehingga dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan
mengakibatkan  peningkatan penggunaan oksigen oleh neonatus. Oleh
karena itu kehilangan panas pada  neonatus berdampak pada hipogilikemi,
hipoksia dan asidosis.
B. PERUBAHAN PADA ADAPTASI KEKEBALAN TUBUH DARI
INTRA KE EKSTRA UTERI
Perkembangan system imunitas pada bayi juga mengalami
proses penyesuaian dengan perlindungan oleh kulit
membran mukosa. Fungsi saluran nafas ,pembentukan
koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan
kimia oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan
kekebalan alami pada tingkat sel oleh sel darah akan
membuat terjadinya system kekebalan melalui pemberian
kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan sejalan
dengan perkembangan usia (jane Ball,1999).
Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan
infeksi yaitu:
1. Kulit dan membrane mukosa yang melindungi diri dari
invasi mikro-organisme
2. Elemen sel pada system imunologi yang menghasilkan
jenis-jenis sel yang mampu menyerang fatogen seperti
neurofil,menosit,ensinofil
3. Susunan spesifik dari antibody ke antigen, proses ini
membutuhkan pemaparan dari agen asing sehingga anti
body dapat di hasilkan.

Bayi umumnya tidak dapat menghasilkan


IG(immunoglobin) sendiri sampai usia 2 bulan. Bayi
menerima dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi
plasenta dan ASI. Bila ibu memiliki anti body
terhadap penyakit menular tertentu, anti body tersebut
mengalir ke bayi melalui plasenta. Diantara anti body
tersebut mungkin adalah anti body terhadap
gondok ,difteri, dan campak. Imunitas pasif ini
berakhir dalam beberapa minggu sampai beberapa
tahun.

Anda mungkin juga menyukai