Anda di halaman 1dari 16

PKMRS

OKTOBER 2019

HIPOTERMIA

OLEH :
Husnul Khatimah (C014182116)

RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Ira Megasari
dr. Fadhilah Syekh Abubakar

SUPERVISOR PEMBIMBING :
dr. Besse Sarmila, M.kes, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui referat berjudul

“HIPOTERMIA“

Disusun Oleh
Husnul Khatimah (C014182116)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik


Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar

Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Ira Megasari dr. Fadhilah Syekh Abubakar

Menyetujui,
Supervisor Pembimbing

dr. Besse Sarmila, M.kes, Sp.A

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Definisi ....................................................................................................................................... 2
C. Etiologi ........................................................................................................................................ 2
D. Mekanisme Kehilangan Panas Bayi Baru Lahir .................................................................... 2
E. Faktor Risiko ............................................................................................................................. 4
F. Patofisiologi ............................................................................................................................... 5
G. Diagnosis .................................................................................................................................... 6
H. Tatalaksana ................................................................................................................................ 7
I. Pencegahan .............................................................................................................................. 11
J. Penutup ....................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 15

iii
HIPOTERMI

A. Latar Belakang
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir atau Neonatus belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan
panas tubuh maka bayi dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi
untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di
dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk
mengalami hipotermia. 1
Termoregulasi atau pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir merupakan aspek yang
sangat penting dan menantang dalam perawatan BBL. Suhu tubuh normal didapatkan dari
keseimbangan antara produksi dan kehilangan panas tubuh, normalnya suhu tubuh berkisar 36,5
o
C – 37,5oC. Banyak faktor yang berperan dalam termoregulasi seperti umur, berat badan, luas
permukaan tubuh, ketebalan subkutan dan kondisi lingkungan. Bayi tidak seperti orang dewasa
dalam beradaptasi dengan perubahan suhu, oleh karena permukaan tubuh bayi yang lebih luas
dibanding orang dewasa, sehingga saat bayi terpapar dingin akan lebih banyak menggunakan
energi dan oksigen untuk mendapatkan kehangatan 2,3,
Bayi diketahui hipotermi ditandai dengan akral dingin, bayi tidak mau minum, kurang
aktif, kutis marmorata, pucat, takipneu atau takikardi. Sedangkan apabila bayi hipotermi
berkepanjangan akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, distress respirasi,
sirkulasi fetal persisten, gagal ginjal akut, enterocolitis nekrotikan dan pada keadaan yang berat
akan menyebabkan kematian. Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu tubuh
bayi, pengukuran suhu sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting deteksi awal adanya
suatu penyakit. 3

B. Definisi

iv
Hipotermia didefinisikan sebagai suhu tubuh dibawah 36,5⁰C. Suhu normal bayi antara
36,5-37,5⁰C. Suhu aksila bisa 0,5- 1,0⁰C lebih rendah dari suhu rektal. Hipotermia dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu hipotermia ringan (stress dingin), hipotermia sedang, dan hipotermia berat.
Batasan stress dingin, suhu antara 36-36,5⁰C. Hipotermia sedang yaitu pada suhu antara 32-36⁰C.
Sedangkan, hipotermia berat apabila suhu kurang dari 32⁰C.2

C. Etiologi
Hipotermia dapat disebabkan oleh karena terpaparnya dengan lingkungan yang dingin
(suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah). Atau bayi dalam keadaan basah
atau tidak berpakaian.1
Temperatur tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas.
Bila kehilangan panas dalam tubuh lebih besar dari pada laju pembentukan panas maka akan terjadi
penurunan temperatur tubuh.4 .

D. Mekanisme Kehilangan Panas Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan
dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi dan kehilangan
panas4-7
1. Penurunan produksi panas. Hal ini dapat disebabkan oleh kegagalan dalam sistem endokrin
dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses peunurunan produksi
panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar-kelenjar tiroid, adrenal, ataupun pituitaria. 3
2. Peningkatan panas yang hilang. Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar,
adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara :
a. Konduksi, yaitu perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara
kedua objek. Kehilangan panas terjadi saat terjadi kontak langsung antara kulit neonatus
dengan permukaan yang lebih dingin. Sumber kehilangan panas terjadi pada neonatus
yang berada pada permukaan / alas yang dingin, seperti pada waktu proses penimbangan.
Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas
benda-benda tersebut .3,1

v
b. Konveksi, yaitu transfer panas terjadi secara sederhana dari selisih temperatur antara
permukaan kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi. Sumber
kehilangan panas disini dapat berupa: inkubator dengan jendela yang terbuka, atau pada
waktu proses transportasi neonatus ke Rumah Sakit.3,1
c. Radiasi, yaitu perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin, misalnya
dari bayi dengan suhu yang hangat dikelilingi suhu lingkungan yang lebih dingin. Sumber
kehilangan panas dapat berupa suhu lingkungan yang dingin , atau suhu inkubator yang
3,1
dingin.
d. Evaporasi, yaitu panas terbuang akibat penguapan, misalnya melalui permukaaan kulit
dan traktus respiratorius. Sumber kehilangan panas dapat berupa neonatus yang basah
3
setelah lahir, atau pada waktu dimandikan.
3. Kegagalan termoregulasi. Biasanya disebabkan kegagalan hypothalamus dalam menjalankan
fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksi intrauterine/saat persalinan/post
partum, defek neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan
mengalami masalah dalam pengaturan suhu dapat menjaadi hipotermi atau hipertermi.3

E. Faktor Risiko
Banyak masalah khusus pada bayi baru lahir yang mempermudah hilangnya panas tubuh
dan menjadi hipotermi yaitu terkait dengan adaptasi yang belum sempurna, misalnya karena
asfiksia, kelahiran prematur, anomali kongenital, yang makin berpotensi menjadikan bayi
hipotermi. Kedua, luas permukaan bayi baru lahir yang lebih luas dibanding orang dewasa
meningkatkan potensi hilangnya panas tubuh bayi. Ketiga, tipisnya epidermis akan

vi
meningkatkan potensi hilangnya panas dengan cara evaporasi karena tipisnya jaringan
subkutaneus bayi. Keempat, respon immatur terhadap suhu dingin sehingga produksi panas
masih kurang optimal pada bayi baru lahir. Faktor diatas lebih sering terjadi pada bayi kurang
2
bulan yang lebih rentan terhadap hipotermi.
Bayi yang mempunyai risiko untuk terjadinya gangguan termoregulasi antara lain:
1. Bayi preterm dan bayi-bayi kecil lainnya yang dihubungkan dengan tingginya rasio luas
permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badannya. 3.
2. BBLR
3. Bayi dengan kelainan bawaan khususnya dengan penutupan kulit yang tidak sempurna,
seperti pada meningomielokel, gastroskisis, omfalokel
4. Bayi baru lahir dengan gangguan saraf sentral, seperti pada perdarahan intracranial, obat-
obatan, asfiksia.3
5. Bayi dengan sepsis .3
6. Bayi dengan tindakan resusitasi yang lama.3
7. Bayi Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) atau Janin Tumbuh Lambat. 3

F. Patofisiologi
Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas. Bila
kehilangan panas dalam tubuh lebih besar dari pada laju pembentukan panas maka akan terjadi
penurunan suhu tubuh 1.
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan suhu tubuh
berubah, menjadi tidak normal. Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan
memberikan respon untuk menghasilkan panas berupa:
1. Shivering thermoregulation/ST. Merupakan mekanisme tubuh berupa menggigil atau
gemetar secara involunter akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas 3.
2. Non-shivering thermoregulation/NST. Merupakan mekanisme yang dipengaruhi oleh
stimulasi sistem saraf simpatis untuk menstimulasi proses metabolic dengan melakukan
oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat
akan meningkatkan produksi panas dari dalam tubuh 3.
3. Vasokonstriksi perifer. Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistem saraf simpatis, kemudian
sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit untuk berkontraksi sehingga

vii
terjadi vasokonstriksi. Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit
dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah dengan proses oksidasi dari
lemak coklat (jaringan adiposa coklat). Pada bayi baru lahir, NST (proses oksidasi jaringan lemak
coklat) adalah jalur yang utama dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi
atas paparan dingin. Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan
sedangkan jalur NST selanjutnya akan menurun 3,6
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan trigliserida,
merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh saraf simpatik yang
berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan pada masing-masing adiposit. Masing-masing
sel mempunyai banyak mitokondria, tetapi proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang
mana akan membatasi enzim dalam proses produksi panas. Dengan demikian, akibat adanya
aktifitas dari protein ini, maka apabila lemak dioksidasi akan terjadi produksi panas, dan bukan
energy yang kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan lainna. Noradrenalin akan merangsang proses
lipolysis dan aktivitas dari protein tak berpasangan, sehingga dengan begitu akan menghasilkan
panas 3,6.
Meskipun paparan dingin telah terbukti merupakan salah satu keadaan yang menginisiasi
timbulnya pernafasan pada saat kelahiran, serta dalam beberapa penelitian dilaporkan bahwa
paparan dingin dapat digunakan untuk mengurangi risiko terjadinya kerusakan permanen sel-sel
otak pada bayi-bayi dengan ensefalopati iskemik hipoksik, namun dilain sisi paparan dingini yang
berkepanjangan harus dihindarkan oleh karena dapat menimbulkan efek samping serta gangguan-
gangguan metabolic yang berat. Segera setelah lahir, tanpa penanganan yang baik, suhu tubuh bayi
rata-rata akan turun 0,1⁰C-0,3⁰C setiap menitnya, sedangkan LeBlanc (2002) menyebutkan bahwa
suhu tubuh bayi akan turun 2⁰C dalam setengah jam pertama kehidupan. WHO Consultative
Group on Thermal Control menyebutkan bahwa bayi baru lahir yang tidak mendapatkan
penanganan yang tepat, suhunya akan turun 2⁰C-4⁰C dalam 10-20 menit kemudian setelah
kelahiran 3,7.

G. Diagnosis
Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu, baik suhu tubuh atau kulit bayi.
Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk deteksi awal
8,9
adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan melalui aksilla, rektal atau kulit .
viii
Melalui aksilla merupakan prosedur pengukuran suhu bayi yang dianjurkan, oleh karena
mudah, sederhana dan aman. Tetapi pengukuran melalui rektal sangat dianjurkan untuk dilakukan
pertama kali pada semua bayi baru lahir, oleh karena sekaligus sebagai tes skrining untuk
kemungkinan adanya anus imperforatus. Pengukuran suhu rektal tidak dilakukan sebagai prosedur
pemeriksaan yang rutin kecuali pada bayi-bayi sakit 8,9
Hipotermi ditandai dengan:
• Akral dingin
• Bayi tidak mau minum
• Kurang aktif
• Kutis marmorata
• Pucat
• Takipnea atau takikardi 5,3,8.
Sedangkan hipotermi berkepanjangan, akan menyebabkan:
• Terjadinya peningkatan konsumsi oksigen
• Distress respirasi
• Gangguan keseimbangan asam basa
• Hipoglilkemia
• Defek koagulasi
• Sirkulasi fetal persisten
• Gagal ginjal akut
• Enterocolitis nekrotikan
• Pada keadaan yang berat dapat mengakibatkan kematian 3,5,8.

H. Tatalaksana
Setelah mengetahui bayi hipotermi dari dua kali pengukuran suhu tubuh bayi, berikut
tatalaksananya.
• Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai
topi dan selimuti hangat 3.
• Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan
sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu3.

ix
• Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi yang sering diubah 3.
• Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan
kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK: Perawatan Metode
Kanguru) 3.
• Bila ibu tidak ada:
- Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan alat pemancar panas, gunakan
inkubator dan ruangan hangat, bila perlu 3.
- Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan
pengatur suhu 3.
- Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah 3.
• Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras mengunakan salah satu alternatif cara pemberian minum 3.
Follow up :

• Mintalah ibu mengamati tanda kegawatan (misalnya ganguan napas, kejang, tidak
sadar) dan segera mencari pertolongan 3.
• Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5⁰C/jam, berarti
usaha menghangatkan berhasil, lajutkan memeriksa suhu setiap 2 jam 3.
• Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, <0,5⁰C/jam, cari tanda sepsis.
• Setelah suhu tubuh normal:
- Lakukan perawatan lanjutan 3.
- Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam 3.
• Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak
ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat
dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah 3.

Teknik Perawatan Metode Kanguru


Menurut WHO (2003), Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah perawatan untuk bayi
prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin
contact). Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan

x
keselamatan bayi yang lahir prematur maupun yang aterm.9
Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan dengan 2 cara. Pertama, secara terus menerus
dalam 24 jam atau yang disebut juga dengan secara kontinyu dan kedua secara intermiten atau
dengan cara selang-seling. Perawatan Metode Kanguru disarankan untuk dilakukan secara
kontinyu10.
1. PMK intermiten : Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan perawatan
intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan bantuan alat.
Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika
ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator. PMK
dilakukan dengan durasi minimal satu jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi
lebih stabil, bayi dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk
menjalani PMK kontinu 8,10.
2. PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi harus
dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum (seperti
menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat
dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan
melakukan PMK, pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan
asupan ASI 8,10.

Manfaat PMK bagi bayi 10,11

WHO dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa manfaat Perawatan Metode Kanguru:
• Suhu tubuh bayi lebih stabil daripada yang dirawat di inkubator
• Pola pernafasan bayi menjadi lebih teratur (mengurangi kejadian apnea periodik)
• Denyut jantung lebih stabil
• Pengaturan perilaku bayi lebih baik, misalnya frekuensi menangis bayi
• berkurang dan sewaktu bangun bayi lebih waspada
• Bayi lebih sering minum ASI dan lama menetek lebih panjang serta peningkatan produksi ASI
• Pemakaian kalori lebih kurang, Kenaikan berat badan lebih baik
• Waktu tidur bayi lebih lama
• Hubungan lekat bayi-ibu lebih baik serta berkurangnya kejadian infeksi

xi
• Efisiensi anggaran10,11
Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru :
1. Persiapan
Sebelum ibu mampu melakukan PMK dilakukan latian untuk adaptasi selama lebih
kurang 3 hari. Saat melakukan latihan ibu diajarkan juga personal hygiene yaitu dibiasakan
mencuci tangan, kebersihan kulit bayi (tidak dimandikan hanya dengan baby oil),
kebersihan tubuh ibu dengan mandi sebelum melakukan PMK. Serta diajarkan tanda-tanda
bahaya seperti10,11 :
a. Kesulitan bernafas (dada tertarik ke dalam, merintih)
b. Bernafas sangat cepat atau sangat lambat
c. Serangan henti nafas (apnea) sering dan lama
d. Bayi terasa dingin, suhu bayi di bawah normal walaupun telah dilakukan penghangatan
e. Sulit minum, bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti minum
atau muntah
f. Kejang
g. Diare
h. Sklera/kulit menjadi kuning 10,11
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan PMK perlu diperhatikan yaitu10,11 :
Posisi bayi
• Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada ibu.
• Posisi bayi dijaga dengan kain panjang atau pengikat lainnya.
• Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi).
• Ujung pengikat tepat berada dibawah kuping bayi.
• Tungkai bayi haruslah dalam posisi “kodok”, tangan harus dalam posisi fleksi.
• Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak tergelincir.
• Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut menutupi dada si bayi.
• Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu. Dengan
cara ini bayi dapat melakukan pernafasan perut.
Berikut adalah cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju Kanguru, misalnya
saat akan disusui :

xii
• Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher sampai punggung bayi.
• Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya agar kepala bayi
tidak tertekuk dan tak menutupi saluran nafas ketika bayi berada pada posisi tegak.
• Tempatkan tangan lainnya dibawah pantat bayi.10,11

I. Pencegahan
1. Ruang melahirkan yang hangat. Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan,
harus cukup hangat dengan suhu ruangan antara 25⁰C-28⁰C serta bebas dari aliran arus
udara melalui jendela, pintu, ataupun dari kipas angin. Selain itu, sarana resusitasi
lengkap yang diperlukan untuk pertolongan bayi baru lahir sebagai penanggung jawab
pada perawatan bayi baru lahir 8.
2. Pengeringan segera setelah lahir. Bayi dikeringkan kepala dan tubuhnya, dan segera
mengganti kain yang basah dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian diletakkan di
permukaan yang hangat seperti pada dada atau perut ibunya atau segera dibungkus
dengan pakaian hangat 8.
3. Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektif untuk mencegah hilangnya
panas pada bayi baru lahir, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Metode perawatan

xiii
kontak kulit dengan kulit (Skin to skin cantact/Kangoroo mother care/perawatan bayi
lekat 8.
4. Pemberian ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam-jam pertama kehidupan
bayi baru lahir 8.
5. Tidak segera memandikan/menimbang bayi. Paling tidak memandikan bayi dapat
dilakukan setelah 6 jam yaitu setelah keadaan bayi stabil. Oleh karena tindakan
menmandikan bayi segera setelah lahir, akan menyebabkan terjadinya pnurunan suhu
tubuh bayi. Mekonium, darah, atau sebagian verniks, dapat dibersihkan pada waktu
tindakan mengeringkan bayi. Sisa verniks yang masih menempel di tubuh bayi tidak perlu
dibuang, selain tindakan tersebut menyebabkan iritasi kulit, juga verniks tersebut masih
bermanfaat sebagai pelindung panas tubuh bayi, dan akan direabsorbsi dalam hari-hari
pertama kehidupan bayi8.
6. Pakaian dan selimut bayi yang adekuat. Hal ini juga meliputi topi, karena kehilangan
panas dapat terjadi melalui kepala bayi. Pakaian dan selimut seyogyanya cukup longgar,
sehingga memungkinkan adanya lapisan udara diantara permukaannya sebagai
penyangga panas yang cukup efektif, menurunkan risiko terjadinya pneumonia dan
penyakit infeksi saluran nafas lainnya, karena untuk memungkinkan paru bayi
mengembang sempurna pada saat bernapas 8.
7. Rawat gabung. Sebaiknya ibu dan bayi disatukan dalam tempat tidur yang sama, selama
24 jam penuh dalam ruangan yang cukup hangat (minimal 25⁰C) agar menunjang
pemberian ASI on demand, serta mengurangi risiko terjadinya infeksi nosokomial pada
bayi-bayi yang lahir di rumah sakit 8.
8. Transportasi hangat. Jika ada indikasi rujukan, maka sangat penting untuk selalu menjaga
kehangatan bayi selama dalam perjalanan 8.
9. Resusitasi hangat. Hal ini sangat penting, oleh karena bayi-bayi yang mengalami asfiksia,
tubuhnya tidak dapat menghasilkan panas yang cukup efisien sehingga mempunyai risiko
tinggi hipotermia. Pastikan lingkungan yang hangat dan kering dengan meletakkan bayi
dibawah alat pemancar panas.8
10. Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat. Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran,
perlu dilatih dan diberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip serta prosedur yang benar
tentang rantai hangat. Keluarga dan anggota masyarakat yang mempunyai bayi di rumah,

xiv
perlu diberikan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga hangat agar
bayinya tetap hangat 8.

J. Penutup
Hipotermia adalah suhu dibawah 36,5⁰C. Suhu normal bayi antara 36,5-37,5⁰C. Suhu
aksila bisa 0,5- 1,0⁰C lebih rendah dari suhu rektal. Hipotermia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
hipotermia ringan (stress dingin), hipotermia sedang, dan hipotermia berat. Batasan stress dingin,
suhu antara 36-36,5⁰C. Hipotermia sedang yaitu pada suhu antara 32-36⁰C. Sedangkan, hipotermia
berat apabila suhu kurang dari 32⁰C.
Hipotermia dapat disebabkan oleh karena terpaparnya dengan lingkungan yang dingin
(suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah). Atau bayi dalam keadaan basah
atau tidak berpakaian.
Terjadinya hipotermi karena:penurunana produksi panas, Peningkatan panas yang hilang:
Konduksi, Konveksi, Radiasi dan Evaporasi. Serta Kegagalan termoregulasi.

xv
Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial


Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2010:
7-9.
2. F, Alison; D Weber. 2019. Avery’s Neonatology Board Review. New York : Elsevier.
199p.
3. M. Sholeh kosim , dkk. “BAB VI: Termoregulasi”, Yunanto A, dalam Buku Ajar
Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI, 2012: 89-95.
4. Departemen of Pediatric World Health Organization Collaborating Center for Training
and Research in Newborn Care. Essential newborn nursing for small hospitals .New
Delhi. 2005. P13-23
5. Rutter N. Temperature control and Disorder dalam : Rennie JM. Roberton’s Texbook of
Neonatology Edisi 4. Philadelphia : Elsevier. 2005. 267-279
6. Lee NNY, Chan YT, Davis DP, Lau E, Yip DCP et al. Brown adipose tissue: evaluation
with TI and Tc Sestamibi dual tracer SPECT. Annals of Nuclear medicine. 2004.547-549
7. Mc Cullough L, Aurora S. Diagnosis and Treatment of Hypothermia. American Family
Physician . 2004. 70,12, 2325-2332.
8. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. eds. “CHAPTER 5. Temperature
Regulation”, Eyal FG, in Neonatology, Management, Procedures, On-Call Problems,
Diseases, and Drugs. 5th ed. New York : Lange Medical Books / McGraw-Hill, 2008: 38
– 42.
9. Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. “BAGIAN XI: Janin dan Bayi Neonatus, BAB 79: Bayi
Baru Lahir” dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol 1. Jakarta : EGC, 2000: 535.
10. World Health Organization. 2003. Kangaroo Mother Care A Practical Guide. Geneva:
Department of Reproductive Health and Research WHO.
11. Deswita, Besral, Yeni Rustina. (2011). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap
Respons Fisiologis Bayi Prematur. Jurnak Kesehatan Masyarakat Nasional. Volume 5,
Nomor 5, April 2011.

xvi

Anda mungkin juga menyukai