Anda di halaman 1dari 4

TUGAS FISIKA KESEHATAN

THERMOREGULASI

Dosen Pembimbing :

Disusun oleh:

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SEMARANG
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
MAGELANG
2023
A. Prinsip Kerja Thermometer

Prinsip kerja termometer biasanya menggunakan sifat pemuaian zat cair. Jadi,


pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat bertambahnya suhu zat.
Pada dasarnya Termometer ini dapat mendeteksi suhu menggunakan sensor. Saat
suhu meningkat maka tegangan pada output sensor termometer akan berubah.
Jadi, prinsip kerja termometer yaitu menggunakan pemuaian zat cair (air
raksa/alkohol) ketika suhu meningkat.

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan – perubahan lingkungan, akan tetapi
dapat menciptakan suhu tubuhnya dengan cara mengurangi energi. Suhu tubuh
bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal lebih
dingin dari lingkungan pada uterus. Suplai subkutan yang terbatas dan area
permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi
mudah menghantarkan panas pada lingkungan. Trauma dingin (hipotermi) pada
bayi baru lahir dalam hubungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat
mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat (Setiyani et al., 2016).

B. Transformasi Panas

Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami mhipotermia. Bayi dengan
hipotermia beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian.
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan absah atau
tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang
relatif hangat. Walaupun demikian suhu bayi tiudak boleh menjadi hipertermia
(suhu tubuh lebih dari 37,5 0 C).
a) Mekanisme Kehilangan Panas
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara – cara (JNPK-KR,
2014):
1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal
ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau
terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat
tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh
bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan pada benda – benda tersebut.
3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dinginakan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran
udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui
ventilasi/ pendingin ruangan.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi . Bayi dapat kehilangan panas dengan
cara ini karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas
tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

b) Efektivitas Penurun Panas

Efektivitas pemberian kompres penurun panas pada anak adalah dengan


melakukan kompres hangat untuk menurunkan panas. Hal ini berkaitan dengan
prisip kerja panas yang dapat menimbulkan efek relaksasi. Pada kasus
peningkatan suhu tubuh. Kompres panas mampu merangsang pelebaran pembuluh
darah. Pembuluh darah yang melebar akibat suhu yang hangat akan
mempermudah proses pengeluaran panas dari tubuh. Oleh karena itu kompres
hangat merupakan metode yang paling tepat dalam menurunkan demam.
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma Wardani, P., Comalasari, I., & Puspita, L. (2019). Pengaruh Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) Terhadap Perubahan Suhu Tubuh pada Bayi Baru
Lahir. Wellness and Healthy Magazine, 1(1), 71–76.
http://wellness.journalpress.id/index.php/wellness/
Marmi, & Rahardjo, K. (2014). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Pustaka Pelajar.
Marmi, & Rahardjo, K. (2018). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah (VI). Pustaka Pelajar.
Maryunani, A. (2016). Manajemen Kebidanan Terlengkap (Pertama). CV. Trans
Info Medika.
Metha, J. M. (2018). Gambaran Suhu Bayi Baru Lahir 6 Jam Pasca Kelahiran
Sebelum Dan Sesudah Dimandikan Selama 5 Menit. Jurnal Proteksi
Kesehatan, 4(2), 139–145. https://doi.org/10.36929/jpk.v4i2.41
Mugadza, G., Zvinavashe, M., & et. (2016). Early breastfeeding initiation
( EBFI ). International Journal of Nursing and Midwifery, 8(10), 81–85.
https://doi.org/10.5897/IJNM2016.0244
Munawaroh, M., & Sejati, A. R. (2018). Pengaruh Penundaan Pemotongan Tali
Pusat Terhadap Lama Lahir Plasenta, Lama Puput Tali Pusat Dan
Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Di Rb Anny Rahardjo Dan Rb
Rosnawati Jakarta Timur. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1), 53–57.
https://doi.org/10.37012/jik.v10i1.16
Olii, N., & Hiola, T. (2020). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap
Perubahan Suhu Badan Bayi Baru Lahir. Jurnal Ilmiah Bidan, 7(2), 8–14.
https://ejurnal.poltekkes-manado.ac.id/index.php/jidan/article/view/1158

Anda mungkin juga menyukai