Anda di halaman 1dari 3

MEKANISME KEHILANGAN PANAS PADA TUBUH BAYI

Mekanisme termoregulasi atau pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
berfungsi dengan sempurna, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas
pada tubuh bayi agar tidak mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat rentan
terhadap kesakitan dan kematian. Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun di dalam ruangan yang
realtif hangat.
Mekanisme kehilangan panas bayi baru lahir terjadi melalui:
1. Evaporasi
Evaporasi adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas
terjadi karena menguapnya cairan pada permukaan tubuh bayi. Kehilangan panas
tubuh melalui penguapan dari kulit tubuh yabg basah ke udara, karen bayi baru lahir
diselimuti oleh air/cairan ketuban/amnion. Proses ini terjadi apabila BBL tidak segera
dikeringkan setelah lahir.

2. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan
benda atau permukaan yang temperaturnya lebih rendah. Misalnya, bayi ditempatkan
langsung pada meja, perlak, timbangan, atau bahkan di tempat dengan permukaan
yang terbuat dari logam.

3. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh bayi terpapar udara
atau lingkungan bertemperatur dingin. Kehilangan panas badan bayi melalui aliran
udara sekitar bayi yang lebih dingin. Misalnya, bayi dilahirkan di kamar yang pintu
dan jendela terbuka, ada kipas/AC yang dihidupkan.
4. Radiasi
Radiasi adalah pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih dingin di dekat tubuh
bayi. Kehilangan panas badan bayi melalui pemancaran/radiasi dari tubuh bayi ke
lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin. Misalnya, suhu kamar bayi/kamar bersalin
di bawah 25ºC, terutama jika dinding kamarnya lebih dingin karena bahannya dari
keramik/marmer, sehingga panas tubuh bayi memancar ke ruangan yang lebih dingin.

Cara mencegah kehilangan panas pada tubuh bayi


1. Keringkan Bayi dengan seksama
Pastikan untuk mengeringkan tubuh bayi setelah lahir untuk mencegah kehilangan
panas yang disebakan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi
dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu.

2. Selimuti bayi dengan atau kain bersih dan hangat


Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat. ganti handuk atau
kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut
atau kain yang hangat dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap
panas tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang baru.

3. Selimuti bagian kepala bayi


Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi
memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir.
Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.

5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir


Karena bayi haru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika
tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti dengan
kain atau selimut bersih dan kering, Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat
hayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan kesehatan bayi baru lahir.

6. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat


Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di
tempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi
bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.

SUMBER
Damayanti, I. P., Maita, L., Triana, A., & Afni, R. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir . Yogyakarta: Deepublish .
Sarnah , Firdayanti, & Rahma, A. S. (2020). Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny
“H” dengan Hipotermi di Puskesmas Jumpandang Baru. jurnal Midwifery, Vol. 2(1),
1-9.

Anda mungkin juga menyukai