1. Evaporasi
Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat
terjadi kehilangan panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juag terjadi pada bayi yang terlalu
cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2. Konduksi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang
dingin. Meja, tempat tidur, atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-
benda tersebut.
Contoh :
- Menimbang bayi tanpa alas timbangan
- Tangan penolong yang dingin saat memegang BBL
- Menggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa BBL
3. Konveksi
Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi
yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan
panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan
udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
Contoh :
- Membiarkan atau menempatkan BBL di dekat jendela
- Membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin
4. Radiasi
Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara
ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung). Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dinginn
(Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda)
Contoh :
- BBL dibiarkan dalam ruangan ber AC
- BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang
2. Letakkan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada
atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih
rendah dari puting payudara ibu.
disadur dari diktat "Asuhan Kebidanan Ibu Melahirkan", oleh Bid. Hj. Sunar Jaiz, AMKeb, SKM.
STIKES BINA GENERASI 2010-2011
https://ummiubay.blogspot.com/2012/02/mekanisme-kehilangan-panas-bayi-baru.html
Hipotermia pada Bayi Baru Lahir : Gejala –
Penyebab – Penanganan dan Pencegahan
written by Tri Astuti, ST March 16, 2017
Hipotermia merupakan sebuah kondisi ketika bayi yang baru lahir mengalami penurunan
suhu hingga dibawah 35 derajat Celsius. Suhu tubuh normal manusia adalah sekitar 37
derajat Celcius. Hipotermia pada bayi yang baru lahir bisa membuat nyawa bayi terancam
sehingga harus mendapatkan perawatan segera. Hipotermia akan menyebabkan suhu tubuh
bayi kehilangan panas tubuh dengan cepat, dibandingkan pada bayi yang lahir sehat dan
normal. Saat suhu tubuh menurun dengan cepat maka bisa menyebabkan syaraf dan berbagai
organ tubuh bayi tidak normal atau bahkan gagal fungsi. Dampak yang paling sering terjadi
adalah gagal jantung, sistem pernafasan dan kemudian bisa memicu kematian. Berikut ini
berbagai informasi mengenai hipotermia pada bayi baru lahir.
Gejala
1. Kulit bayi menjadi sangat merah. Meskipun pada bayi yang baru lahir kulit masih merah namun itu
terlihat lebih merah dibandingkan pada bayi yang sehat lainnya. (baca: bintik merah pada kulit bayi)
2. Kulit bayi jika disentuh menjadi sangat dingin. Hal ini terjadi karena tubuh bayi kehilangan suhu
panas dan menjadi sangat dingin.
3. Bayi terlihat sangat lesu atau bahkan tidak menangis saat baru lahir. Bayi yang sehat selalu menangis
atau menjerit sehingga terlihat sangat sehat. Bayi hipotermia sangat tenang dan terlihat lebih lesu.
(baca: bayi lahir tidak menangis)
4. Suara bayi tidak keluar atau sangat lemah sehingga bayi terlihat tidak sehat.
5. Tubuh bayi bisa menggigil karena kehilangan panas tubuh dengan cepat.
6. Wajah dan kulit bayi terlihat sangat pucat atau bahkan tidak seperti bayi yang sehat.
7. Terjadi gangguan pernafasan pada bayi yaitu nafas menjadi sangat cepat. Perhatikan jika kondisi ini
berhubungan dengan asma yang terjadi pada bayi. ( Baca: gejala asma pada bayi – pneumonia pada
bayi)
8. Bayi tidak memberikan respon yang baik ketika mendapatkan beberapa pemeriksaan medis sesuai
standar setelah bayi lahir.
9. Bayi terus menerus tidur. Hipotermia bisa menyebabkan bayi menjadi sangat mengantuk sehingga
bayi cenderung untuk tidur.
10. Bayi tidak merespon dengan baik terhadap ASI. Hal ini menyulitkan ibu untuk memberi kolostrum
pada bayi. (baca: manfaat kolostrum bagi bayi baru lahir)
11. Bayi bisa kehilangan kesadaran jika terkena hipotermia yang berat.
12. Bayi terlihat sangat lemah dan semua bagian tubuh bayi akan terasa dingin saat dipegang.
13. Tubuh bayi terasa bergetar karena tidak memiliki suhu hangat yang normal.
14. Detak jantung atau nadi bayi bisa menurun dengan cepat. (baca: kelainan jantung pada bayi baru)
Penyebab
Persalinan di dalam air juga bisa menyebabkan bayi terkena hipotermia, meskipun ini tidak
selalu pasti. Ketika bayi terlalu lama dalam air maka suhu tubuh akan menurun dengan cepat.
Kondisi ini biasanya terjadi ketika proses persalinan didampingi oleh tenaga yang kurang
profesional. Perlakuan yang tidak tepat juga bisa menyebabkan bayi terkena hipotermia.
Ada berbagai hal yang bisa menyebabkan proses sebuah persalinan menjadi sangat sulit.
Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh kondisi kesehatan ibu, seperti ketika ibu menderita
preeklampsia dan gangguan kehamilan yang lain. Akibatnya bayi mengalami kelelahan akut
selama proses dan ini memicu tubuh bayi kehilangan suhu dengan cepat.
[AdSense-A]
Baca: Penyakit kuning pada bayi – Tanda tanda bayi kuning – cara mengatasi bayi kuning
5. Bayi lahir prematur
Bayi yang terlahir prematur bisa mengalami hipotermia. Kondisi ini sangat sering terjadi
karena biasanya kondisi kesehatan dan kekebalan tubuh bayi masih sangat lemah. Bayi
prematur biasanya akan lebih sering kehilangan panas tubuh dengan cepat. Bagian tubuh bayi
belum banyak mengandung lemak sehingga tidak bisa menyimpan suhu ruangan. Selain itu
tubuh bayi yang terlalu lemah akibat organ yang belum sempurna juga memicu hipotermia
pada bayi.
Beberapa bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes gestasional juga bisa terkena
penyakit hipotiroidisme. Penyakit ini akan menyebabkan bayi tidak bisa mengontrol suhu
dengan baik. Akibatnya maka tubuh bayi akan kehilangan suhu dengan cepat. Kondisi ini
bisa terjadi secara berulang ketika bayi tidak mendapatkan perawatan yang tepat.
(Baca: hipoglikemia pada bayi – tanda tanda diabetes pada ibu hamil)
7. Proses penanganan bayi yang tidak tepat
Bayi sangat rentan untuk kehilangan suhu panas dengan cepat, terutama 12 jam setelah
dilahirkan. Kondisi ini bisa menyebabkan bayi terkena hipotermia dengan cepat. Ketika bayi
selesai diperiksa maka harus diberikan pakaian yang hangat atau dibungkus dengan kain
sehingga tubuh bayi menjadi lebih nyaman. Ketika bayi tidak segera mendapatkan perlakuan
yang tepat maka bayi akan kedinginan. Terlebih suhu dalam ruang persalinan biasanya
memang sangat dingin. (baca: cara merawat bayi baru lahir)
8. Bayi mengalami dehidrasi
Bayi yang baru lahir memang biasanya memiliki resiko yang kecil untuk terkena dehidrasi.
Namun kondisi ini tetap bisa terjadi, terutama jika bayi mengalami proses persalinan yang
sulit. Bayi yang kelelahan dari dalam bisa membuat bayi kehilangan cairan dengan cepat.
Karena itu proses ini bisa membuat bayi terkena dehidrasi yang kemudian juga bisa merusak
suhu tubuh bayi yang normal. (baca: tanda tanda bayi dehidrasi)
9. Bayi terkena asfiksia
Bayi yang terkena asfiksia juga bisa terkena hipotermia. Kondisi ini bisa disebabkan karena
henti nafas atau bayi kekurangan oksigen setelah lahir. Ini kondisi yang sangat berbahaya
untuk bayi karena oksigen yang terhenti bisa memicu gagal fungsi organ tubuh bayi.
Perawatan bayi asfiksia sangat penting dilakukan untuk mencegah kondisi yang lebih
berbahaya. (baca: penyebab asfiksia pada bayi baru lahir – penanganan bayi asfiksia)
Penanganan
2. Bedong bayi
Bayi yang terkena hipotermia harus segera dipakaikan pakaian yang hangat. Sebaiknya bayi
yang baru lahir juga harus segera dibedong dengan cara yang benar. Bedong sangat baik
untuk bayi karena membantu bayi mendapatkan kondisi yang nyaman seperti dalam rahim.
Bedong juga hangat untuk tubuh bayi sehingga bisa mencegah bayi menangis terus menerus
dan bayi bisa tidur dengan nyenyak. (Baca: Cara membedong bayi – bahaya bedong bayi)
[AdSense-B]
Untuk bayi yang baru lahir maka Anda bisa memilih pakaian yang tepat untuk bayi. Pakaian
untuk bayi yang baru lahir harus tebal, tidak terlalu tipis, berbahan katun dan juga tidak berat
untuk kulit bayi. Anda bisa memilih pakaian bayi dengan mengikuti cara memilih pakaian
bayi yang benar. Biasanya bayi yang baru lahir akan diberi pakaian dari rumah sakit yang
merupakan pakaian khusus untuk membuat suhu tubuh bayi menjadi sangat hangat.
(Baca: tips memilih baju bayi baru lahir – cara mengatasi biang keringat pada bayi baru
lahir – obat gatal untuk bayi)
4. Berikan ASI untuk bayi
Bayi yang baru lahir masih memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Mereka tidak
memiliki cadangan gula yang cukup dalam tubuh sehingga juga mudah terkena dingin.
Untuk mengatasi ini maka Anda bisa memberikan ASI yang cukup untuk bayi. ASI sangat
baik untuk bayi terlebih untuk kolostrum yang berisi berbagai senyawa alami kimia untuk
bayi. ASI tidak hanya menjadi sumber energi untuk tubuh bayi tapi juga bisa membuat bayi
tahan terhadap penyakit infeksi yang menyerang bayi lebih mudah saat baru lahir.
Bayi yang terkena hipotermia mungkin tidak hanya disebabkan oleh ruangan atau suhu yang
terlalu dingin. Bayi bisa terkena penyakit yang mungkin memicu bayi demam dan kehilangan
suhu dengan cepat. Jika seperti ini maka bayi harus mendapatkan perawatan khusus di rumah
sakit. Bayi mungkin perlu mendapatkan oksigen atau obat untuk melawan hipotermia.
(baca: cara mengatasi demam pada bayi – cara menurunkan panas pada bayi)
Cara Mencegah Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir
1. Segera berikan pakaian yang hangat untuk bayi, termasuk seperti sarung tangan , sarung kaki dan
topi.
2. Segera bedong bayi setelah pemeriksaan dilakukan sehingga bayi tidak terlalu lama kedinginan
dalam suhu ruangan.
3. Segera pindah bayi ke dalam inkubator untuk membantu bayi agar bisa mengatur suhu tubuh yang
normal dan bisa melawan suhu ruangan yang terlalu dingin.
4. Segera berikan ASI atau kolostrum setelah bayi lahir, sehingga bayi bisa menerima makanan yang
baik untuk melindungi kehilangan gula darah dan energi tubuh.
5. Selama hamil maka ibu harus menjaga kehamilan dengan baik sehingga kehamilan sehat dan tidak
terkena berbagai komplikasi kehamilan.
Baca: cara menjaga kehamilan muda – cara menjaga kehamilan kembar – cara mencegah
keguguran
Hipotermia pada bayi baru lahir termasuk hal yang sangat berbahaya untuk bayi. Jika kondisi
ini berlanjut maka bisa menyebabkan kematian pada bayi. Karena itu hipotermia pada bayi
harus mendapatkan perawatan yang tepat agar bayi bisa sehat kembali.
https://hamil.co.id/bayi/kesehatan-bayi/hipotermia-pada-bayi-baru-lahir
HIPOTERMIA
Suhu normal pada neonatus berkisar antara 360C - 37,50C pada suhu ketiak. Gejala awal
hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh
bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C).
Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping
sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.
Yang menjadi prinsip kesulitan sebagai akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi
oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik,
dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak
dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.
HIPERTERMIA
Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan
dekat dengan sumber panas, dalam ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan
selimut.
Kardiovaskular
Bradikardi
Takikardi pada hipertermia
Gastrointestinal
Asupan makanan yang buruk
Vomiting atau distensi abdomen
Kehilangan berat badan yang berarti
Integumen
Cyanosis central atau pallor (hipotermia)
Kulit kemerahan (hipertermia)
Edema pada muka, bahu dan lengan
Dingin pada dada dan ekstremitas(hipotermia)
Perspiration (hipertermia)
Neorologic
Tangisan yang lemah
Penurunan reflek dan aktivitas
Fluktuasi suhu diatas atau dibawah batas normal sesuai umur dan berat badan
Pulmonary
Nasal flaring atau penurunan nafas, iregguler
Retraksi dada
Ekspirasi grunting
Episode apnea atau takipnea (hipertermia)
Renal
Oliguria
Study diagnostik
Kadar glukosa serum, untuk mengidentifikasi penurunan yang disebabkan energi yang
digunakan untuk respon terhadap dingin atau panas
Analisa gas darah, untuk menentukan peningkatan karbondoksida dan penurunan kadar
oksigen, mengindikasikan resiko acidosis
Kadar Blood Urea Nitrogen, peningkatan mengindikasikan kerusakan fungsi ginjal dan potensila
oliguri
Study elektrolit, untuk mengidentifikasi peningkatan potasium yang berhubungan dengan
kerusakan fungsi ginjal
Kultur cairan tubuh, untuk mengidentifikasi adanya infeksi
Diagnosa keperawatan
Dx.1. Suhu tubuh abnormal berhubungan dengan kelahiran abnormal, paparan suhu lingkungan
yang dingin atau panas.
Tujuan 1 : Mengidentifikasi bayi dengan resiko atau aktual ketidakstabilan suhu tubuh
Tindakan :
Kaji faktor yang berhubungan dengan resiko fluktuasi suhu tubuh pada bayi seperti
prematuritas, sepsis dan infeksi, aspiksia atau hipoksia, trauma CNS, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, suhu lingkungan yang terlalu panas atau dingin, trauma lahir dan riwayat
penyalahgunaan obat pada ibu
Kaji potensial dan aktual hipotermia atau hipertermia :
Monitor suhu tubuh, lakukan pengukuran secara teratur
Monitor suhu lingkungan
Cegah kondisi yang menyebabkan kehilangan panas pada bayi seperti baju basah atau bayi
tidak kering, paparan uadara luar atau pendingin ruangan
Cek respiratory rate (takipnea), kedalaman dan polanya
Observasi warna kulit
Monitor adanya iritabilitas, tremor dan aktivitas seizure
Monitor adanya flushing, distress pernafasan, episode apnea, kelembaban kulit, dan kehilangan
cairan.
Tindakan :
Lindungi dinding inkubator dengan
Meletakkan inkubator ditempat yang tepat
Suhu kamar perawatan/kamar operasi dipertahankan + 24 C
Gunakan alas atau pelindung panas dalam inkubator
Keringkan bayi baru lahir segera dibawah pemanas
Air mandi diatas 37 C dan memandikannnya sesudah bayi stabil dan 6 – 12 jam postnatal,
keringkan segera
Pergunakan alas pada meja resusitasi atau pemanas
Tutup permukaan meja resusitasi dengan selimut hangat, inkubator dihangatkan dulu
Pertahankan suhu kulit 36 – 36,5 C
Sesedikit mungkin membuka inkubator
Hangatkan selalu inkubator sebelum dipakai
Gendong bayi dengan kulit menempel ke kulit ibu (metode kangguru)
Beri topi dan bungkus dengan selimut
Tindakan :
Kaji tanda stress dingin pada bayi :
Penurunan suhu tubuh sampai < 32,2 C
Kelemahan dan iritabilitas
Feeding yang buruk dan lethargy
Pallor, cyanosis central atau mottling
Kulit teraba dingin
Warna kemerahan pada kulit
Bradikardia
Pernafasan lambat, ireguler disertai grunting
Penurunan aktivitas dan reflek
Distesi abdomen dan vomiting
Berikan treatment pada aktual atau resiko injury karena dingin sebagai berikut :
Berikan therapy panas secara perlahan dan catat suhu tubuh setiap 15 menit
Pertimbangkan pemberian plasma protein (Plasmanate) setelah 30 menit
Berikan oksigen yang telah diatur kelembabannya
Monitor serum glukosa
Berikan sodium bikarbonat untuk acidosis metabolik
Untuk menggantikan asupan makanan dan cairan, berikan dekstrose 10% sampai temeperatur
naik diatas 35 C
Dx.2. Deficit pengetahuan (orangtua) berhubungan dengan kondisi bayi baru lahir dan cara
mempertahankan suhu tubuh bayi.
Tujuan : Memberikan informasi yang cukup kepada orangtua tentang kondisi bayi dan
perawatan yang diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh bayi
Tindakan :
Beri informasi pada orangtua tentang :
Penyebab fluktuasi suhu tubuh
Kondisi bayi
Treatment untuk menstabilkan suhu tubuh
Perlunya membungkus/menyelimuti bayi saat menggendong dan bepergian
Ajari orangtua cara mengukur suhu tubuh aksila pada bayi dan minta mereka untuk
mendemontrasikannya
Informasikan kepada orangtua tentang perawatan saat bayi di inkubator
Anjurkan pasien bertanya, mengklarifikasi yang belum jelas dan menunjukkan prilaku seperti
diajarkan
BAYI PREMATUR
Definisi :
Bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37 minggu atau kurang saat kelahiran disebut dengan
bayi prematur. Walaupun kecil, bayi prematur ukurannya sesuai dengan masa kehamilan tetapi
perkembangan intrauterin yang belum sempurna dapat menimbulkan komplikasi pada saat post
natal. Bayi baru lahir yang mempunyai berat 2500 gram atau kurang dengan umur kehamilan
lebih dari 37 minggu disebut dengan kecil masa kehamilan, ini berbeda dengan prematur,
walaupun 75% dari neonatus yang mempunyai berat dibawah 2500 gram lahir prematur.
Problem klinis terjadi lebih sering pada bayi prematur dibandingkan dengan pada bayi lahir
normal. Prematuritas menimbulkan imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi
kemampuan bayi untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit.
Masalah yang umum terjadi diantaranya respiratory disstres syndrom (RDS), enterocolitis
nekrotik, hiperbilirubinemia, hypoglikemia, thermoregulation, patetnt duktus arteriosus (PDA),
edema paru, perdarahan intraventrikular. Stressor tambahan lain pada infant dan orangtua
meliputi hospitalisasi untuk penyakit pada bayi. Respon orangtua dan mekanisme koping mereka
dapat menimbulkan gangguan pada hubungan antar mereka. Diperlukan perencanaan dan
tindakan yang adekuat untuk permasalahn tersebut.
Bayi prematur dapat bertahan hidup tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan
penyakit atau abnormalitas. Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka kesakitan dan
kematian neonatus.
Pengkajian
Riwayat kehamilan
Umur ibu dibawah 16 tahun dengan latar belakang pendidikan rendah
Kehamilan kembar
Status sosial ekonomi, prenatal care tidak adekuat, nutrisi buruk
Kemungkinan penyakit genetik
Riwayat melahirkan prematur
Infeksi seperti TORCH, penyakit menular seksual dan lain sebagainya
Kondisi seperti toksemia, prematur rupture membran, abruptio placenta dan prolaps umbilikus
Penyalahgunaaan obat, merokok, konsumsi kafeine dan alkohol
Golongan darah, faktor Rh, amniocentesis.
Kardiovaskular
Denyut jantung 120 – 160 x per menit pada sisi apikal dengan irama teratur
Saat kelahiran, terdengar murmur
Gastrointestinal
Protruding abdomen
Keluaran mekonium setelah 12 jam
Kelemahan menghisap dan penurunan refleks
Pastikan anus tanpa/dengan abnormalitas kongenital
Integumen
Cyanosis, jaundice, mottling, kemerahan, atau kulit berwarna kuning
Verniks caseosa sedikit dengan rambut lanugo di seluruh tubuh
Kurus
Edema general atau lokal
Kuku pendek
Kadang-kadang terdapat petechie atau ekimosis
Muskuloskeletal
Cartilago pada telinga belum sempurna
Tengkorak lunak
Keadaan rileks, inaktive atau lethargi
Neurologik
Refleks dan pergerakan pada test neurologik tanpa resistansi
Reflek menghisap, swalowing, gag reflek serta reflek batuk lemah atau tidak efektif
Tidak ada atau minimalnya tanda neurologik
Mata masih tertutup pada bayi dengan umur kehamilan 25 – 26 minggu
Suhu tubuh yang tidak stabil : biasanya hipotermik
Pulmonary
Respiratory rate antara 40 – 60 x/menit dengan periode apnea
Respirasi irreguler dengan nasal flaring, grunting dan retraksi (interkostal, suprasternal,
substrenal)
Terdengar crakles pada auskultasi
Renal
Berkemih terjadi 8 jam setelah lahir
Kemungkinan ketidakmampuan mengekresikan sulution dalam urine
Reproduksi
Perempuan : labia mayora belum menutupi klitoris sehingga tampak menonjol
Laki-laki : testis belum turun secara sempurna ke kantong skrotum, mungkin terdapat inguinal
hernia.
Data penunjang
X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas
Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ
Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa
Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia
Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada prematur lebih peka terhadap
hiperbilirubinemia)
Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah, urinalisis, analisis feses dan
lain sebagainya.
Diagnosa keperawatan
Dx. 1. Resiko tinggi disstres pernafasan berhubungan dengan immaturitas paru dengan
penurunan produksi surfactan yang menyebabkan hipoksemia dan acidosis
Tindakan :
Kaji data fokus pada kemungkinan disstres pernafasan yaitu :
Riwayat penyalahgunaan obat pada ibu atau kondisi abnormal selama kehamilan dan
persalinan
Kondisi bayi baru lahir : APGAR score, kebutuhan resusitasi
Respiratory rate, kedalaman, takipnea
Pernafasan grunting, nasal flaring, retraksi dengan penggunaan otot bantu pernafasan
(intercostal, suprasternal, atau substernal)
Cyanosis, penurunan suara nafas
Kaji episode apneu yang terjadi lebih dari 20 detik, kaji keadaan berikut :
Bradykardi
Lethargy, posisi dan aktivitas sebelum, selama dan setelah episode apnea (sebagai contoh saat
tidur atau minum ASI)
Distensi abdomen
Suhu tubuh dan mottling
Kebutuhan stimulasi
Episode dan durasi apnea
Penyebab apnea, seperti stress karena dingin, sepsis, kegagalan pernafasan.
Berikan dan monitor support respiratory sebagai berikut :
Berikan oksigen sesuai indikasi
Lakukan suction secara hati-hati dan tidak lebih dari 5 detik
Pertahankan suhu lingkungan yang normal
Monitor hasil pemeriksaan analisa gas darah untuk mengetahui terjadinya acidosis metabolik
Berikan oabt-obat sesuai permintaan dokter seperti theophylin IV. Monitor kadar gula darah
setiap 1 – 2 hari.
Dx. 2. Resiko hipotermia atau hipertermia berhubungan dengan prematuritas atau perubahan
suhu lingkungan
Tindakan :
Pertahankan suhu ruang perawatan pada 25 C
Kaji suhu rectal bayi dan suhu aksila setiap 2 jam atau bila perlu
Tempatkan bayi di bawah pemanas atau inkubator sesuai indikasi
Hindarkan meletakkan bayi dekat dengan sumber panas atau dingin
Kaji status infant yang menunjukkan stress dingin
Dx. 3. Defiensi nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya cadangan glikogen, zat besi, dan
kalsium dan kehilangan cadangan glikogen karena metabolisme rate yang tinggi, tidak
adekuatnya intake kalori, serta kehilangan kalori.
Tujuan : meningkatkan dan mempertahankan intake kalori yang adekuat pada bayi
Tindakan :
Kaji refleks hisap dan reflek gag pada bayi. Mulai oral feeding saat kondisi bayi stabil dan
respirasi terkontrol
Kaji dan kalkulasikan kebutuhan kalori bayi
Mulai breast feeding atau bottle feeding 2 – 6 jam setelah lahir. Mulai dengan 3 – 5 ml setiap kali
setiap 3 jam. Tingkatkan asupan bila memungkinkan.
Timbang berat badan bayi setiap hari, bandingkan berat badan dengan intake kalori untuk
menentukan pemabatasan atau peningkatan intake
Berikan infus dextrose 10% jika bayi tidak mampu minum secara oral
Berikan TPN dan intralipid jika dibutuhkan
Monitor kadar gula darah
Tindakan :
Kaji dan hitung kebutuhan cairan bayi
Berikan cairan 150 – 180 ml/kg berat badan dan 200 ml/kg berat badan jika dibutuhkan.
Timbang berat badan bayi setiap hari
Monitor dan catat intake dan output setiap hari, bandingkan jumlahnya untuk menentukan status
ketidakseimbangan.
Test urine : spesifik gravity dan glikosuria
Pertahankan suhu lingkungan normal
Kaji tanda-tanda peningkatan kebutuhan cairan :
Peningkatan suhu tubuh
Hipovolemik shock dengan penurunan tejanan darah dan peningkatan denut jantung,
melemahnya denyut nadi, tangan teraba dingin serta motling pada kulit.
Sepsis
Aspiksia dan hipoksia
Monitor potassium, sodium dan kadar chloride. Ganti cairan dan elektrolit dengan dextrose 10%
bila perlu.
Dx. 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imaturitas imunologik bayi dan kemungkinan
infeksi dari ibu atau tenaga medis/perawat
Tindakan :
Kaji fluktuasi suhu tubuh, lethargy, apnea, iritabilitas dan jaundice
Review riwayat ibu, kondisi bayi saat lahir, dan epidemi infeksi di ruang perawatan
Amati sampel darah dan drainase
Lakukan pemeriksaan CBC dengan hitung leukosit, platelets, dan imunoglubolin
Berikan lingkungan yang melindungi bayi dari infekasi :
Lakukan cuci tangan sebelum menyentuh bayi
Ikuti protokol isolasi bayi
Lakukan tehnik steril saat melakukan prosedur pada bayi
DAFTAR PUSTAKA
Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1991
Melson, Kathryn A & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Planning, Second Edition,
Springhouse Corporation, Springhouse Pennsylvania, 1994
Wong, Donna L., Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition, Mosby-
Year Book Inc., St. Louis Missouri, 1990
Doenges, Marilyn E., Maternal/Newborn Care Plans : Guidelines for Client Care, F.A. Davis
Company, Philadelphia, 1988