Anda di halaman 1dari 7

MEKANISME KEHILANGAN PANAS PADA BBL

NAMA : S. NIDAA’AN KHAFIYA, LM


NIM : P07124019040
KELAS/SEMESTER : A/3
MATA KULIAH : ASKEB NEONATUS DAN BAYI
DOSEN PENGAMPU : NI PUTU KARUNIA EKAYANI, SST. M. KES

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MATARAM
PRODI D-III KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN
2019
A. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat tidur atau timbangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akbat proses konduksi

B. Konveksi

Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami panas. Kehilangan panas juga dapat terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran udara
atau penyejuk ruangan.

Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya tidak berangin. Tidak
boleh ada pintu dan jendela yang terbuka. Kipas angin dan AC yang kuat harus cukup jauh dari
area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan konveksi udara
sekitar bayi.

C. Evaporasi

Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi
karena meguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi
tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah bayi dimandikan. Bayi baru lahir
yang dalam keadaan baswah kehilangan panas dengan cepat melalui cara ini. Karena itu bayi
harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan.
Lebih baik lagi menggunakan handuk hangat untuk mencegah kehilangan panas secara konduksi.

D. Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi yang ditempatkan dekat benda yang
mempunyai tempratur tubuh lebihrendah ari tempratur tubuh bayi. Bayi akan mengalami
kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan
langsung dengan tubuh bayi.

 KONDUKSI
Contoh :
- Menimbang bayi tanpa alas timbangan
- Tangan penolong yang dingin saat memegang BBL
- Menggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa BBL
KONVEKSI
Contoh :
- Membiarkan atau menempatkan BBL di dekat jendela
- Membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin
EVAPORASI

Contoh :

- tubuh bayi tidak dikeringkan setelah lahir

RADIASI
Contoh :
- BBL dibiarkan dalam ruangan ber AC
- BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang
 Fatofisiologi pada bayi baru lahir
1. Tidak bernapas/ sulit bernapas
Penanganan umum yang bisa diberikan adalah :
a. Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan bungkus dengan pakaian hangat dan
kering.
b. Segera klem dan potong tali pusat.
c. Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat.
d. Lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam setiap melakukan tindakan.
e. Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya kegagalan napas setelah bayi lahir.
f. Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan ventilasi.
2. Sianosis / kebiruan dan sukar bernapas
Jika bayi mengalami sianosis (kebiruan ), sukar bernapas (frekuensi < 30 atau > 60 x/
menit), ada tarikan dinding dada ke dalam, atau merintih, maka lakukan hal berikut :
a. Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas tidak tersumbat.
b. Berikan oksigen 0,5 liter/ menit.
c. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang men- support kondisi bayi.
d. Tetap menjaga kehangatan bayi
3. Bayi berat lahir rendah ( BBLR) < 2500 gram.
Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi lahir kecil akibat kurang bulan. Dan yang kedua
adalah bayi lahir kecil dengan BB yang seharusnya untuk masa gestasi (dismatur)
a. Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (premature) masa gestasi < 37 minggu
b. Factor penyebabnya adalah sebagai berikut:
1) Ibu mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik/psikologis, dan DM, atau usia ibu
masih terlalu muda (< 20 tahun) dan multigravida dengan jarak kehamilan yang
dekat.
2) Keadaan social ekonomi rendah
3) Kehamilan ganda atau hidramnion.
c. Ciri-ciri bayi premature adalah sebagai berikut :
1) Berat kurang < 2500 gram
2) Lingkar dada < 30 cm
3) Panjang badan < 45 cm
4) Lingkar kepala < 33 cm
5) Kepala lebih besar dari badannya
6) Kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo
7) Lemak subkutan minimal
d. Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi (dismatur).
Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterm, maupun postmatur. Bayi lahir dengan berat
sangat kecil (BB< 1.500 gram atau usia < 32 minggu) sering masalah berat seperti :
1) Sukar bernapas;
2) Sukar minum( menghisap);
3) Ikterus berat;
4) Infeksi berat;
5) Rentan hipotermi;
e. Hipotermi ( suhu < 36 ˚C )
Bayi mengalami hipotermi barat jika suhu aksila < 35 ˚C. untuk mengatasi kondisi
tersebut, lakukan hal berikut :
1) Gunakan alat yang ada incubator, radian heater, kamar hangat, atau tempat tidur
hangat.
2) Rujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki Neonatal Intensif Care Unit ( NICU
)
3) Jika bayi sianosis, sukar bernapas, atau ada tarikan dinding dada dan merintih,
segera berikan oksigen.
f. Kejang
g. Diare
Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi pengeluaran feses yang tidak normal, baik
dalam jumlah maupun bentuk (frekuensi lebih dari normal dan bentuknya cair). Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan
diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
h. Obstipasi
Obsipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya
obstruksi pada saluran cerna, atau bisa didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses
selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90 % bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium
dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi maka harus dipikirkan adanya obstipasi.
Namun, harus di ingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi pada
bayi yang menyusu, karena pada bayi bayi yang mengkonsumsi ASI umumnya sering tidak
mengalami defekasi selama 5-7 hari dan kondisi tersebut tidak menunjukkan adanya
gangguan karena nantinya bayi akan mengeluarkan feses dalam jumlah yang banyak sewaktu
defekasi. Seiring dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya, lambat laun defekasi
akan menjadi lebih jarang dan feses yang dikeluarkan menjadi lebih keras.
i. Infeksi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada masa antenatal,
intranatal, dan postnatal
GAMBAR
 BBLR

 PREMATUR

 SIANOSIS
DAFTAR PUSTAKA
 https://pratidinalestiyani.wordpress.com/2012/07/29/mekanisme-kehilangan-panas-pada-
bayi-baru-lahir/
 https://ummiubay.blogspot.com/2012/02/mekanisme-kehilangan-panas-bayi-baru.html
 https://www.slideshare.net/laurachiedarddil/askeb-patologis-bbl-dengan-hipertensi

Anda mungkin juga menyukai