Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penelitian menunjukkan bahwa 50% kematian bayi terjadi pada periode
neonatal yaitu dibulan pertama kehidupan.kurang baiknya penanganan bayi
baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup,bahkan kematian.sebagai contoh bayi
yang mengalami hipotermi .Akan menyebabkan Hipoglikemia dan akhirnya
dapat terjadi kerusakan otok.Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus
dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonates sebagai individu
yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin
dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal merupakan periode
yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi.Oleh
karena itu,penting untuk diketahui oleh para tenaga kesehatan mengenai
adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir,terutama pada bidan yang selalu
memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu,bayi ,dan anak.
Perubahan fisiologi yang terjadi pada neonatus sangatlah penting
bahkan menjadi titik pusat perhatian bagi keluarga dan tenaga kesehatan
untuk dapat bisa memantau setiap tumbuh kembang pada neonatus. Karena
dari titik inilah awal dari proses pertumbuhan dan perkembangan yang kita
alami hingga menjadi dewasa.
Neonatus harus menjalani proses adaptasi fisiologi dari awalnya berada
dalam lingkungan rahim dan sekarang akan menjalani kehidupan diluar
rahim. Adaptasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor mekanik, kimiawi, dan
termik yang menimbulkan perubahan pada tubuh neonatus. Penatalaksanaan
mengenai kondisi kesehatan neonatus resiko tinggi yang mana memerlukan
pelayanan, rujukan atau tindakan lanjut.
Maka dari itu, sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat memahami dan
mengetahui tentang adaptasi fisiologis yang terjadi pada neonatus. Hal ini
sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.

1
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1.2.1. Untuk mengetahui maksud dari adaptasi fisiologi neonatus
1.2.2. Untuk mengetahui dan memahami tentang perubahan yang terjadi
pada neonatus
1.2.3. Untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan agar dapat
mengaplikasikannya dalam tindakan yang nyata

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah
1.3.1. Untuk penulis
Penulis dapat menerangkan materi yang berhubungan dengan
adaptasi fisisologi pada neonatus dan perubahan yang terjadi pada
bayi baru lahir serta dapat diharapkan menjadi acuan untuk
mempelajari asuhan neonatus.
1.3.2. Untuk pembaca
Pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang adaptasi
fisiologi neonatus. pembaca juga dapat mempelajari perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuh neonatus. Jadi pembaca akan tahu
proses tumbuh kembang pada neonatus adalah sangat penting.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Adaptasi fisiologi neonatus


Fisiologi Neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses
vital neonates .Beonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses
kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine
kehidupan ektrauterin. Selain itu,Neonatus adalah individu yang sedang
bertumbuh
Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi dilahirkan,
selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra
uteri. Bayi harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif
sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk
regulasi harus bisa dilakukan sendiri.
Neonatus adalah dapat dikatakan dengan singkat masa usia dari sejak
lahir kedunia sampai dengan 4 minggu. Anak mengalami tumbuh dan
berkembang tidak hanya di mulai dari masa neonatus, namun sejak dalam
kandungan. Selain itu, neonatus adalah individu yang sedang bertumbuh.
Adaptasi neonatus adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus. Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang
mempelajari fungsi dan proses vital neonatus. Kemampuan adaptasi
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar
uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila
terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (Oksigen dan nutrisi) ke lingkungan eksterna
(diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan
bantuan orang lain untuk memenuhinya.

3
2.2. Suhu Tubuh

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir


kehilangan panas tubuhnya.

1. Konduksi.
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke
objek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh , konduksi
bias terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan
,memegang bayi saat tangan dingin , dan menggunakan stetoscop
dingin untuk pemeriksaan BBL.
2. Konfeksi .
Panas hilang dari tubuuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang
bergerak ( Jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan
dan suhu udara). Sebagai contoh, konfeksi dapat terjadi ketika
membiarkan/menempatkan BBL dekat jendela, atau membiarkan
BBL diruangan yang terpasang kipas angin.
3. Radiasi.
Panas di pancarkan dari BBL keluar tubuhnya kelingkungan yang
lebih dingin (Pemindahan panas antara dua objek yang mempunyai
suhu berbeda). Sebagai contoh .membiarkan BBL dalam ruangan
AC tanpa di berikan pemanas (radian warmer). Membiarkan BBL
dalam keadaan telanjang. Atau menidurkan BBL berdekatan
dengan ruangan yang dingin (dekat tembok).
4. Evaporasi.
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada
kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara
mengubah cairan menjadi uap ). Evaporasi ini dipengaruhi oleh
jumlah panas yang dipakai .Tingkat kelembapan udara, dan aliran
udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25
c, maka bayi akan kehilangan panas melalui konfeksi, radiasi,dan

4
evaporasi, yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang diebentuk
hanya sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya
kehilangan panas pada bayi,maka lakukan hal berikut.
a. Keringkan bayi secara seksama.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan
hangat.
c. Tutup bagian kepala bayi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
f. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

2.3. Imunoglobulin
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsung tulang juga tidak
memiliki lamina propia ilium dan appendiks. Plasenta merupakan sawar ,
sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada BBL hanya
terdapat gamaglobulin G. sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah
melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi , bila ada
infeksi yang dapat melalui plasenta (Luas,Toksoplasma, Herpest simpleks,
dan lain-lain). Reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel
plasma serta anti body gama A, G, dan M.

2.4. Traktus Digestifus


Traktus Digestifus relative lebih berat dan lebih panjang dibandingkan
dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus digenstifus mengandung zat
berwarna hitam kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida atau di sebut
juga dengan meconium. Pengeluaran meconium biasanya pada 10 jam
pertama kehidupan dan dalam 4 hari, setelah kelahiran biasanya feses
sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestifus
biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase prankreas.

5
2.5. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relative lebih luas dari tubuh orang
dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar .
oleh karena itulah , BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
sehingga energy dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama kehidupan, energy di dapatkan dari perubahan
karbohidrat. Pada hari ke dua ,energy berasal dari pembakaran lemak.
Setelah mendapat susu, sekitar di hari keenam energy diperoleh dari lemak
dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 %dan 40 %.

2.6. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis
yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta
glikogen . Sel Hemopoetik juga mulai berkurang , walaupun dalam waktu
yang agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir,
daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna , contohnya
pemberian obat cloranfenicol dengan dosis lebih dari 50 mg/kg BB/hari
dapat menimbulkan grey baby syndrome

2.7. Sistem Hematopoiesls


Karakteristik hematopoeisis bayi baru lahir mencakup sistem
hematopoeisis orang dewasa dengan variasi tertentu. Ada perbedaan pada
sel darah merah (SDM) dan leukosit serta sedikit perbedaan relatif pada
trombosis.

Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit, dan SDM lebih
tinggidari nilai normal orang dewasa. Hemoglobin bayi baru lahir berkisar
antara 14,5 sampai 22, 5 g/dl. Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72%
dan hitung SDM berkisar antara 5 sampai 7,5 )uta/ mm Secara
berturutturut, hemoglobin dan hitung SDM menurun sampai mencapai

6
kadar ratarata 11 sampai 17 g/dl dan 4 ,2 sampai 5 ,2/mm3 pada akhir
bulan pertama.

Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% hemoglobin )anin.


Persentasi hemoglobin Janin menurun sampai 55% pada minggu kelima
dan sampai 5% pada minggu ke-20. Penurunan ini terjadi karena umur sel
yang mengandung hemoglobin janin lebih pendek. Simpanan besi
biasanya cukup untuk mempertahankan produksi SDM normal selama
lima bulan, akibatnya terjadi anemia ringan sementara yang tidak
berbahaya. Persediaan zat besi pada bayi yang tali pusatnya tidak segera
diklem dapat meningkat karena 80 ml darah plasenta mengandung 50 mg
zat besi (Cunningham, MacDonald, Gant, 1993)

2.8. Adaptasi sistem kardiovaskuler


Dengan keluarnya bayi ke lingkungan eksterna mengakibatkan
terjadinya perubahan pada jantung yang dapat mengubah sirkulasi darah
pada neonatus tersebut. Pada neonatus, darah tidak mudah bersikulasi ke
bagian eksremitas. Itulah mengapa kaki dan tangan bayi mempunyai warna
berbeda dengan badannya. Warna kaki dan tangan neonatus berwarna
kebiruan dan terasa dingin sedangkan badan berwarna kemerah-merahan
dan hangat.
80
Tekanan darah normal sekitar mmHg pada saat lahir meningkat
46

100
menjadi mmHg pada hari kesepuluh.
50
Saat dilahirkan, bayi bru lahir segera menghirup nafas dan menangis
dengan kuat- paru-paru mengembang-tekanan paru-paru mengecil-darah
mengalir ke paru-paru-botali tidak berfungsi lagi.
Foramen ovale akan menutup, ini terjadi karena adanya pemotongan tali
pusat dan pengikatan tali pusat dengan proses sebagai berikut :

7
1. Sirkulasi plasenta terhenti, aliran darah ke atrium kanan menurun-
tekanan jantung menurun- tekanan rendah diaorta hilang-tekanan
jantung kiri meningkat.
2. Resistensi pada paru-paru dan aliran darah ke paru-paru meningkat-
tekanan ventrikel kiri meningkat.

Penutupan duktus arteriosus menutup tiga minggu setelah lahir, terjadi


karena penurunan resistensi paru-paru- aliran darah melalui duktus
menurun. Penurunan ini tidak terjadi segera setelah lahir pada jam-jam
pertama kelahiran aliran masih ada sedikit namun,aliran tetap dari kiri ke
kanan. Sedangkan Penutupan venosus terjadi dalam tiga sampai tujuh hari.

Volume darah neonatus tergantung pada jumlah pengiriman darah


plasenta. Volume darah bayi aterm adalah sekitar 80-85 ml/KgBB. Volume
darah setelah lahir adalah 300 mL, tetapi tergantung berapa lama neonatus
melekat pada plasenta.

Nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah neonatus


lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa bahkan bisa lebih tinggi lagi jika
ada keterlambatan dalam pengkleman tali pusat. Di dalam darah neonatus
terkandung 80% hemoglobin janin dan mempunyai rentang hidup yang
lebih pendek dan hampir menghilang pada minggu ke-20 setelah lahir.

Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali/ menit saat lahir,
dengan variasi berkisar antara 120 dan 160 kali/menit. Frekuensi saat bayi
tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada usia satu minggu,
frekuensi denyutjantung bayi rata-rata ialah 128 kali/menit saat tidur dan
163 kali/menit saat bangun. Pada usia satu bulan, frekuensi 138 kali/ menit
saat tidur dan 167 kali/menit saat bangun. Aritmia sinus (denyut jantung
yang tidak teratur) pada usia ini dapat dipersepsikan sebagai suatu fenomena
fisiologis dan sebagai indikasi fungsi jantung yang baik (Lowrey, 1986).

8
2.9. Adaptasi sistem pernafasan
Berikut adalah table mengenai perkembangan system Pulmonal sesuai
dengan usia kehamilan.
Tabel 2.1 Perkembang Sistem Pulmonal

Usia Kehamilan Perkembangan


24 hari Bakal paru-paru terbentuk

26-28 hari Kedua bronkus membesar

6 minggu Segmen bronkus terbentuk

12 minggu Lobus terdiferensiasi

24 minggu Alveolus terbentuk

28 minggu Surfaktan terbentuk

34-36 minggu Struktur paru matang

Ketika struktu matang ,ranting paru-paru sudah bias mengembangkan


alveoli .Selama dalam uterus,janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir,pertukaran gas harus melalui
paru-paru bayi. Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena
beberapa hal berikut.
1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik).
2. Penurunan Pao2 peningkatan Paco2 merangsang kemoreseptor yang
terletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi).
3. Rangsangan dingin di derah muka dan perubahan suhu didalam uterus
(stimulasi sensorik).
4. Refleks deflasi Hering Breur.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit
pertama sesudah lahir,Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan,juga karena adanya tarikan

9
nafas dan pengeluaran nafas dengan merintih sehingga udara bias tertahan di
dalam. Cara neonates bernafas dengan cara bernafas difrakmatik dan
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernafas belum
teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-
paru kaku, sehingga terjadi atelectasis. Dalam kondisi seperti ini (Anoksia),
Neonatus masih dapat mempertahankan kehidupannya karena adanya
kelanjutan metabolisme ananerobik
Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir ialah
penyesuaian sistem pernapasan. Paru-paru bayi cukup bulan mengandung
sekitar 20 ml cairan/ kg (Blackburn, Loper, 1992); Udara harus diganti oleh
cairan yang mengisi traktus respiratorius sampai alveoli. Pada kelahiran
pervaginam normal, sejumlah kecil cairan keluar dari trakea dan paru-paru
bayi.
Pada saat lahir, neonatus harus dapat bernafas dan itu adalah tugas
utama yang paling penting baginya. Neonatus harus dapat mengoksigenasi
sel-sel eritrositnya sendiri, melalui gerakan-gerakan pernapasan.

Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama, yaitu:


1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru
secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf
pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta
denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi
secara normal.
Upaya pernapasan pertama neonatus berfungsi untuk :
1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga
cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan

10
melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada ini
dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.
Dengan beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan
trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru
dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua
alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan
waktu.

2.10. Adaptasi sistem pencernaan


Sebelum lahir, janin yang berada dalam kandungan ibunya sudah dapat
berprilaku bagaimana cara menghisap dan menelan. Kemampuan bayi baru
lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna sumber makanan dari luar
cukup terbatas. Hal ini membutuhkan enzim dan beberapa hormon
pencernaan yang terdapat di saluran cerna (dari mulut sampai usus).
Menghisap, menggigit dan menelan merupakan aktivitas mulut. Bayi
mampu untuk membentuk suatu penutup mengelilingi puting susu. Penutup
ini kedap udara saat neonatus menghisap. Jika neonatus menghisap,
lidahnya beroposisi dengan palatum secara erat, sehingga ia hanya dapat
bernafas melalui hidung. Selain harus mulai menghisap dan menelan dengan
tujuan memperoleh makanan, neonatus harus mulai berdefekasi dengan
tujuan mengeluarkan mekonium.
Pada saat telah minum, defekasi terjadi selama mendapatkan susu,
karena motilitas usus dan juga pencernaan ditingkatkan dengan pemberian
susu/minum. Pada neonatus yang menyusu ASI, usus dikolonisasi oleh
laktobasilus yang melindungi usus dengan mencegah implantasi organisme
patogen. Feses dari bayi yang menyusu ASI adalah berwarna hijau
kekuningan, dan berair. Sedangkan neonatus yang menyusu susu formula,
biasanya berwarna kuning terang, berbentuk dan kurang frekuensi.
Indera pengecap dan mungkin penciuman ditemukan pada neonatus. Ia
dapat membedakan cita rasa yang dapat diterima dan yang tidak dapat
diterima.

11
Pada saat lahir, volume dari lambung adalah 25-50 ml tetapi pada hari
kesepuluh dapat memuat 100 ml ditambah udara dalam volume yang sama.
Udara hampir selalu ditemukan dalam lambung, tetapi jika usus mengalir
dengan bebas maka sedikit udara akan tertelan. neonatus melakukan 3-4
isapan dalam sekali mengisap.
Pada neonatus, makanan mencapai sekum dalam 3-4 jam. Sejumlah
makanan dievakuasi dalam 8 jam, sisanya dalam waktu 24 jam. Pada saat
lahir, saluran pencernaan belum matang sepenuhnya sampai 2 tahun
pertama. Lambung pada neonatus tidak penah kosong sama sekali dan pada
awal masa bayi tidak mempunyai fungsi pencernaan yang penting.
Neonatus cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme,
dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi
lemak. Enzim tersedia untuk mengkatalis protein dan karbohidrat
sederahana (monosakarida dan disakarida), tetpi produksi amilase pankreas
yang sedikit mengganggu penggunaan karbohidrat kompleks (polisakarida).
Liver merupakan organ pada neonatus yang belum matang dan liver juga
belum sempurna dalam membentuk protein plasma. Liver menyimpan lebih
sedikit glokogen pada saat lahir dari pada kehidupan selanjutnya. Akibatnya
bayi baru lahir cenderung terjadi hipoglikemia, yang dapat dicegah dengan
inisiasi menyusui dini.

2.11. Adaptasi sistem urogenital

Pada saat neonatus , hampir semua maasa yang teraba di abdomen


berasal dari ginjal. Pada saat lahir, fungsi ginjal sebanding dengan 30%-
50% dari kapasitas dewasa dan belum cukup matur untuk memekatkan
urine. Namun, urine terkumpul dalam kandung kemih. Neonatus berkemih
6-10x dengan warna urine pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup.
Umumnya, neonatus yang cukup bulan berkemih 15-60 ml/Kg/hari.
Sedangkan kapasitas kandung kemih adalah kira-kira 45 cc dan produksi air
kemihnya rata-rata 0,05-0,10 cc per menit.

12
Ginjal pada neonatus menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Fungsi ginjal belum matur,
dikarenakan:
1. Jumlah nefron belum sebanyak orang dewasa
2. Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dengan volume
tubulus proksimal
3. Aliran darah ke ginjal relatif masih kurang bila dibandingkan orang
dewasa, belum dipengaruhi air urine pada hari ketiga
Kondisi itu mudah meyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.
Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan kehilangan
natrium dalam jumlah yang besar dari pada jumlah kalium dan
ketidakseimbangan elektrolit lain. Neonatus tidak mampu
mengonsentrasikan urine yang baik yang tercermin dalam berat urine
(1,004) dan osmolitas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini
lebih buruk pada bayi kurang bulan.
Neonatus mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama
kehidupan, seringkali hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat
protein atau darah dalam urine neonatus. Debris sel yang banyak dapat
mengidentifikasi adanya cedera atau iritasi di dalam sistem ginjal.

2.12. Adaptasi sistem integumen


Pada saat lahir semua struktur kulit seperti dermis, epidermis, dan
jaringan subkutan tetapi banyak fungsi kulit yang belum matang. PH kulit
yang normal adalah asam, berguna untuk melindungi kulit dari dari
penyebaran bakteri. Pada neonatus PH kulit lebih tinggi, kulit lebih tipis,
dan sekresi keringat dan sebum sedikit. Hal ini dapat menyebabkan
neonatus rentan terhadap infeksi kulit dari pada anak yang lebih besar atau
orang dewasa. Akibat perlengketan antara dermis dan epidermis
mengakibatkan kulit neonatus cenderung mudah melepuh, seperti kulit
neonatus yang mudah sekali alergi terhadap plester.

13
Kelenjar keringat terdapat pada saat lahir tetapi memerlukan waktu
untuk berfungsi secara efisien. Vernix caseosa yang menutupi kulit pada
bayi baru lahir, diproduksi oleh kelenjar sebasea. Bintik-bintik putih kecil
yang dikenal sebagai milia bisa terdapat pada saat lahir yang merupakan
kelenjar sebasea yang bergelembung. Jika terjadi pengelupasan kulit pada
saat lahir menandakan kehamilan yang berlangsung lama (postmatur),
retardasi pertumbuhan, atau infeksi dalam rahim seperti sifilis. Kulit
neonatus ditutupi oleh rambut yang sangat halus yang disebut sebagai
lanugo.
Bayi yang cukup bulan memiliki ciri-ciri kulit yaitu :
a. Kulit berwarna kemerahan beberapa jam setelah lahir setelah itu kulit
berwarna memucar menjadi warna normal
b. Kulit terlihat bercak-bercak terutama bagian ekstremitas
c. Tangan dan kaki sedikit sianosis. Waran kebiruan ini disebut dengan
akrosianosis yang disebabkan oleh ketidakstabilan vasmotor, statis
kapiler dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini dianggap normal
dan bersifat sementara berlangsung dalam 7-10 hari.

Beberapa kondisi kulit yang abnormal seperti rash, pustula seharusnya


dilaporkan juga ke dokter karena dapat mengindikasikan adanya infeksi.
Beberapa warna kulit yang abnormal yaitu :

- Bruishing
- Sngat pucat
- Ikterus atau sianosis
Neonatus yang prematur mempunyai rambut halus seperti bulu roma,
disebut lanugo, yang menutupi kulit, tetapi ini akan menghilang pada bayi
aterm. Suatu bahan seperti pelumas, verniks kaseosa, dapat menutupi kulit.
Bahan ini diduga berfungsi untuk melindungi kulit selama kehidupan dalam
uterus.
2.13. Adaptasi sistem muskuloskletal

14
Tulang-tulang pada neonatus masih lunak, karena tulang tersebut
sebagian besar terdiri dari kartilago, yang hanya mengandung sedikit
kalsium. Skeletonnya fleksibel dan persendiannya elastis untuk menjamin
keamanan dalam melewati jalan lahir. Kepala neonatus yang cukup bulan
berukuran ¼ dari panjang tubuhnya. Wajah neonatus relatif lebih kecil bila
dibandingkan dengan tengkoraknya yang lebih beasr dan lebih berat.
Ukuran dan bentuk dari kranium mengalami distorsi akibat dari molase
(pembentukan kepala janin akibat tumpang tindih tulang-tulang kepala).
Tungkai sedikit lebih pendek dari pada lengan. Punggung bayi normal datar
dan tegak. Ada 2 kurvatura pada tulang belakang yaitu toraks dan sakrum.
Ketika bayi sudah bisa mengendalikan kepalanya, kurvatura lain terbentuk
didaerah servikal. Kurva tulang belakang berkembang selanjutnya
bersamaan dengan neonatus mulai duduk dan berdiri.
Tungkai neonatus kecil, pendek, dan gemuk. Pada neonatus, lutut saling
berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah
terlihat agak melengkung. Tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki.
Tangan neonatus terlihat montok dan relatif pendek, terdapat kuku jari kaki
dan tangan. Lengan neonatus akan membuka sempurna saat relaksasi, tetapi
akan menutup secara refleks bila telapak tangan disentuh (reflek
menggenggam).
Sistem skeletal pada neonatus mengandung lebih banyak kartilago dari
pada tulang, walaupun proses osifikasi lebih cepat selama tahun pertama.
Misalnya hidung pada saat lahir kartilago yang menonjol seringkali
mendatar karena proses persalinan. Enam tulang tengkorak kepala relatif
lunak dan belum bergabung. Sinus belum terbentuk sempurna. Pada sistem
muskuler hampir terbentuk lengkap pada saat lahir.

2.14. Adaptasi sistem endokrin


Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada
ketika berada dalam kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan
maka masih mendapatkan segala kebutuhannya dari ibu melalui plasenta

15
meskipun dalam perkembangan di dalam kandungan mulai terbentuk organ-
organ bagi aktivitas hidup. Namun, organ-organ tersebut, misalnya sistem
endokrin masih belum sempurna untuk dapat hidup mandiri. Setelah janin
lahir barulah system endokrin dapat bekerja sehingga bayi dapat hidup
diluar rahim ibunya kerena hilangnya ketergantungan dari plasenta dan ibu.
Setelah lahir ada beberapa kelenjar yang mengalami adaptasi agar
mampu bekerja misalnya :
a. Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mngalami perubahan-
perubahan besar fungsi dan metabolisnya. Ada peningkatan kadar
tryiyodotironin serum yang terjadi hampir bersamaan.
b. Kelenjar Timus
Pada neonatus ukurannya masih sangat kecil dan beratnya kira-kira
10 gram atau sedikit ukurannya bertambah dan pada masa remaja
beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.

Kelenjar-kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungsi


secara maksimal karena pembentukannya juga sudah mulai sempurna jadi
neonatus sudah tidak mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar
endokrin ibunya.

2.15. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal

Tubuh BBL menagndung relative banyak air. Kadar natrium juga relatif
lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang
luas . fungsi ginjal belom sempurna karena :

a. Jumlah nefron masih belom sebanyak orang dewasa;


b. Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal;
c. Renal bood flow relatif kurang bila di bandingkan dengan orang dewasa.

16
Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih bayi saat
lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12
jam sampai 24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini. Berkemih
enam sampai 10 kali dengan warna urine pucat menunjukkan masukan
cairan yang cukup. Umunrmya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15
sampai 60 ml per kilogram per hari (Blackburn, Loper, 1992; Fanaroff,
Martin, 1992).

2.16. Adaptasi sistem syaraf


Ketika dilahirkan otak bayi beratnya 1/8 dari berat tubuhnya. Pada usia
10 tahun berat otak akan 1/18 berat tubuhnya. Pertumbuhan susunan saraf
ini dapat dikatakan berlangsung dengan cepat sekali selam dalam
kandungan dan 3-4 tahun pertama setelah dilahirkan. Selama dalam
kandungan, susunan saraf yang terutama tumbuh cepat adalah jumlah dan
ukuran sel saraf. Perkembangan setelah dilahirkan maka pertumbuhan
susunan saraf lebih terarah pada pengembangan sel saraf yang masih belum
berkembang.
Sistem persyarafan belum terintegritas secara sempurna tetapi cukup
berkembang untuk mempertahankan hidup diluar rahim. Sistem persyarafan
pada bayi baru lahir belum matang secara anatomis dan berbeda dari sistem
syaraf orang dewasa baik secara kimiawi maupun fisiologis. Sistem syaraf
otonom sangat penting selama masa transisi karena sistem ini menstimulasi
respirasi awal, membantu mempertahankan keseimbangan asam basa, dan
sebagian mengatur kontrol tubuh.
Mielinisasi pada sistem syaraf mengikuti hukum perkembangan
sefalokauda proksimodistal ( kepala ke kaki – pusat ke perifer) dan sangat
berhubungan dengan penguasaan keterampilan motorik kasar dan halus.
Saluran-saluran yang mengembangkan mielin paling awal adalah sensoris,
cerebelar, dan ekstrapiramida. Hal ini menyebabkan adanya indra perasa,
penciuman, dan pendengaran maupun persepsi nyeri pada bayi baru lahir.
Berikut reflek primitif yang akan terjadi pada neonatus, yaitu :

17
a. Reflex mengisap (sucking reflex) : gerakan mengisap dimulai ketika
putting susu ibu di tempatkan dalam mulut neonatus
b. Reflex menelan (swallowing reflex) : neonatus akan melakukangerakan
menelan ketika pada bagian posteriorn lidahnya diteteskan cairan,gerakan
ini harus terkoordinasi dengan gerakan pada reflex mengisap
c. Refleks moro : ketika tubuh neonatus diangkat dan diturunkan secara tiba-
tiba,maka kedua lengan serta tungkainya memperlihatkan gerakan ekstensi
yang simetris dan diikuti oleh gerakan abduksi
d. Reflex mencari (reflex rooting) : gerakan neonatus menoleh kearah
sentuhan yang dilakukan pada pipinya
e. Reflex leher yang tonik (tonic neck reflex) : neonatus dibaringkan dalam
posisi terlentang dan kepalanya ditolehkan ke salah satu sisi, maka
ekstremitas pada sisi homolateral akan melakukan gerakan ekstensi
sementara ekstremitas pada sisi kontralateral melakukan gerakan fleksi
f. Reflex babinski : goresan pada bagian lateral telapak kaki di sisi jari
kelingking kearah yang menyilang bagian tumit telapak kaki membuat
jari-jari kaki bergerak mengembang kea rah atas
g. Reflex menggengam (palmar grasping reflex) : penempatan jari tangan
kita pada telapak tangan neonatus menggengam jari tangan tersebut
dengan cukup kuat
h. Refleks melangkah (stepping reflex) : tindakan mengangkat neonatus
dalam posisi tubuh yang tegak dengan kedua kaki menyentuh permukaan
yang rata akan memicu gerakan seperti menari atau menaiki anak tangga.
i. Reflex plantar graps : sentuhan pada daerah di bawah jari kaki untuk
menggengam jari tangan pemeriksa

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu
(BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang terjadi pada tubuh bayi yang setelah dilahirkan.
Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya bayi maka satu per satu organ
pada bayi baru lahir akan menjadi matang. Perubahan tersebut mampu
membentuk sistem pada tubuh bayi dimana ada sistem kardiovaskuler, sistem
pernafasan, sistem pencernaan, sistem urogenital, sistem muskuloskletal,
sistem endoktrin dan sistem saraf yang belum matang ketika bayi baru
dilahirkan.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari
kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung
sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah
pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam
kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.

3.2. Saran
Berdasarkan makalah diatas bahwa saran yang dapat disampaikan,
diharapkan pembaca dapat memahami dan menerapkan dengan baik dan
benar untuk dapat menegakkan diagnosa pada bayi baru lahir dan untuk dapat
mengaplikasikan dalam tindakan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Auerbach KG, Gartner LM: Breastfeeding and human milk: their association with
jaundice in the neonate, Clin Perinatol 14(1):89, 1987.
Bamford FN et al: Sleep in the first year of life, Dev Med Child Neural 32: 718,
1990.
Barr RG: The normal crying curve: what do we really know? Dev Med Child
Neuro! 32:356, 1990.
Blackburn ST, Loper DL: Maternal, fetal and neonatal physiology: a clinical
perspective, Philadelphia, 1992, WB Saunders.
Boyer DB, Vidyasagar D: Serum indirect bilirubin levels and meconium passage
in early fed normal newborns, Nurs Res 36:174, 1987.
Brazelton TB: Neonatal behavioral assessment scale, ed 2, Philadelphia, 1984, JB
Lippincott Co.
Brovten D et al: Breastmilk jaundice, JOGNN 14:220, May/ June 1985.
Chess S: Individuality and baby care, Dev Med Child Neurol 11:749, 1969.
Cunningham FG, MacDonald PC, and Cant NF: Williams Obstetrics, ed 19,
Norwalk, CT, 1993, Appleton & Lange.
D'Apolito K: What is an organized infant? Neonatal Network 10(1):23, 1991.
Fanaroff AA, Martin RJ:Neonatal perinatal medicine: diseases of the fetus and
infant, ed 5, St Louis, 1992, Mosby.
Freedman DG, Freedman N: Behavioral differences between Chinese-American
and European-American newborns, Nature 224:1227, 1969.
Harlock Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. PT. Gelora Aksara Pratama

Maryunani, Anik. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir (Asuhan Neonatal). Jakarta:
Trans Info Media

20

Anda mungkin juga menyukai