Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama
dalam pikiran, emosi dan perilaku-pikiran yang terganggu, dimana berbagai
pemikiran tidak saling berhubungansecara logis: persepsi dan penelitian yang keliru:
afek yang datar atau tidak sesuai: dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang tidak
bizarre. Pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan, sering kali
masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. (Gerald, 2012).
Beberapa ahli mempiliki pendapat yang berbeda mengenai apa sebenarnya
skizofrenia. Emil Kraepelin (1856-1926), seorang dokter kenamaan eropa, pada
awalnya menyebut skizofrenia sebagai suatu sindrom “Dementia Praecox” dimana
psikosis adalah bagian dari gejala “Dementia Praecox” (perubahan keterbelakangan
kemampuan intelektual pada manusia muda). Kemudian, eugene Bleuler (1857-1936)
mulai mengenalkan nama “skizofrenia” untuk merujuk perilaku khas yang
ditunjukan oleh penderita gangguan ini. Bleuler menyatakan bahwasanya kata
skizofrenia itu berasal dari kata “splitting”. Maksudnya, para penderita gangguan ini
sudah berbalik dari kenyataan sebenarnya. Penderita tidak mampu untuk berinteraksi
secara adekuat dengan dunia nyata. Kata inilah yang akhirnya disalah artikan oleh
masyarakat , dimana gejala-gejla yang ditunjukkan oleh penderita skizofrenia
dianggap sebagai suatu masalah kepribadian dan penderita skizofrenia dianggap
sebagai pribadi ganda (Carson, 2000 dalam Tumanggor, 2018).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 1-2 orang dari 1.000
warga Indonesia mengalami gangguan kejiwaan berat. Jumlah itu termasuk di
dalamnya penderita skizofrenia. (Kemenkes,2018). Skizofrenia adalah gangguan
mental kronis dan parah yang menyerang 20 juta orang di seluruh dunia. Skizofrenia
ditandai oleh distorsi dalam berpikir, persepsi, emosi, Bahasa, rasa diri dan perilaku.
Pengalaman umum termasuk halusinasi (mendengar suara atau melihat hal-hal yang
tidak ada disana) dan delusi ( keyakinan tetap, salah). Pada data laporan Dinas
Kesehatan Bondowoso menyebutkan pasien yang mengalami skizofrenia pada 2019
tertinggi berada di kecamatan Nangkaan yaitu sejumlah 136 sedangkan jumalah
terendah berada di kecamatan Taman Krocok dan Sempol yang sejumlah 13 orang
dan total dari keseluruhan ODGJ di kabupaten Bondowoso mencapai 1285 orang
(Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso,2019). Data dari salah satu desa binaan di
Puskesmas Tegalampel juga menyebutkan bahwa kunjungan pasien skizofrenia yaitu
sebanyak 6 orang kemudian meningkat menjadi 8 orang (Puskesmas Tegalampel,
2019)
Kesiapan meningkatkan proses keluarga yakni suatu pola fungsi keluarga
untuk mendukung kesejahteraan anggota keluarga, dan dapat ditingkatkan (Herdman,
2018).
Peningkatan jumlah pasien skizofrenia akan berdampak pada keluarga. Hal ini
didukung dari hasil penelitian (Hasanah, dkk 2018) yang membuktikan bahwa
terdapat hubungan yang dapat signifikan antara gejala yang ditimbulkan pasien
skizofrenia dengan beban yang dialami keluarga (Liyanovitasari, dkk., 2017).
Muncunyal gejala tersebut memerlukan tanggung jawab untuk dilakukannya
perawatan yang baik dalam bentuk fisik dan emosional oleh keluarga pasien
skizofrenia. Tanggung jawab ini akan menimbulkan tekanan dan beban yang berbeda
dengan keluarga lain pada umunya (Nainggolan & Hidajat, 2013 dalam Afriyeni &
Sartana, 2016). Beban fisik berupa beban finansial yang berhubungan dengan biaya
perawatan, sedangkan beban psikis atau mental yaitu beban dalam menghadapi
perilaku pasien yang aneh dan mengganggu serta bagaimana cara
menyembuhkannya, dan bebas sosial berupa beban dalam menghadapi pandangan
buruk (stigma) dari masyarakat tentang anggota keluarganya yang mengalami
skizofrenia (Darwin, Hadisukanto, & Elvira 2013).
Melihat Latar Belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat
masalah ini dalam membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Studi kasus Asuhan
keperawatan Jiwa Pada Keluarga yang mengalami Skizofrenia dengan diagnose
keperawatan Kesiapan meningkatkan proses keluarga”
1.2 Batasan Masalah
Batasan maslaah pada penelitian adalah Asuhan keperawatan Jiwa Pada
Keluarga yang mengalami Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Kesiapan
meningkatkan proses keluarga.

1.3 Rumusan Msalah


“Bagaimana Asuhan keperawatan Jiwa Pada Keluarga yang mengalami
Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Kesiapan meningkatkan proses keluarga?”.

1.4 Tujuan Masalah


1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan keperawatan Jiwa Pada Keluarga yang mengalami
Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Kesiapan meningkatkan proses keluarga.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan Pada Keluarga yang mengalami
Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Kesiapan meningkatkan proses
keluarga”
2) Merumuskan diagnose keperawatan pada keluarga yang mengalami
Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Kesiapan meningkatkan proses
keluarga”
3) Menyusun intervensi keperawatan pada keluarga yang mengalami Skizofrenia
dengan diagnose keperawatan Kesiapan meningkatkan proses keluarga”
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga yang mengalami
Skizofrenia dengan diagnose keperawatan Kesiapan meningkatkan proses
keluarga”
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga yang mengalami Skizofrenia
dengan diagnose keperawatan Kesiapan meningkatkan proses keluarga”

1.5 Manfaat Penulisan


1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan khususnya pada
keperawatan jiwa yang mengalami Skizofrenia dengan diagnose keperawatan
Kesiapan Meningkatkan Proses Keluarga.
1.5.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Pendidikan
Menambah pustaka untuk memenuhi jumlah bahan bacaan diperpustakaan
dan juga sebagai referensi bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian atau asuhan
keperawatan selanjutnya.
2) Bagi klien dan keluarga
Sebagai salah satu wujud pemberian pelayanan kesehatan pada klien serta
dapat meningkatkan pengetahuan klien mengenai Gangguan Jiwa dengan Diagnosa
Keperawatan Kesiapan MEningkatkan Proses Keluarga

Anda mungkin juga menyukai