oleh:
KELOMPOK 3
Eksan Efendi NIM.16037140926
Agres Nofela Devi NIM.17037140986
Bela Mutiara A. NIM.17037140998
Desita Yolanda Putri NIM.17037141027
Dewi Indah Fajarini NIM.17037141018
Intan Putri Defianti NIM.17037141040
Nadhira Anindhita R. NIM.17037140994
Nur Aisyah Pertiwi NIM.17037141045
Putri Intan Kumalasari NIM.17037141029
Reza Satria Anugerah NIM.17037141042
Riska Herawati NIM.17037141022
Rysa Yuli Citra P. NIM.17037141033
Sindi Kamalia NIM.17037141007
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjat kan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas
limpahan Rahmat serta karunia–Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Transkultural dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Transkultural yang menjadi salah satu mata kuliah
wajib di program studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM., M.Kes sebagai Ketua Progaram Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso;
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover.....................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................................21
3.2 Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
iii
BAB I
LATAR BELAKANG
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menentukan cara pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi berdasarkan teori transkultural.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui faktor tekhnologi
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor agama dan fisiologi
3. Mahasiswa dapat mengetahui social dan ikatan kekerabatan
4. Mahasiswa dapat mengetahui nilai budaya dan gaya hidup
5. Mahasiswa dapat mengetahui faktor kebijakan dan hukum
6. Mahasiswa dapat mengetahui faktor ekonomi
7. Mahasiswa dapat mengetahui faktor pendidikan
1.3 Manfaat
4
5
2.2 Tujuan
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta
praktik keperawatan pada kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan
norma spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti pada suku dayak
dikalimantan. Kultur yang universal adalah nilai-nilai atau norma-norma yang
diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kultur, seperti budaya minum teh yang
dapat mebuat tubuh menjadi sehat (leinger, 1978), atau budaya beroleh raga agar
dapat tampil cantik, sehat, dan bugar (cansebu). Dalam pelakasanaan praktik
keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu memahami landasan teori
dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya. Keberhasilan seorang perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan bergantung pada kemampuan menyintesis
konsep atropologi, sosiologi, dan biologi dengan konsep caring, proses
keperawatan, dan komunikasi interpersonal kedalam konsep asuhan keperawatan
transkultural. Budaya yang telah menjadi kebiasaan tersebut diterapkan dalam
8
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya.
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan
klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
10
2.3.4 Evaluasi
Evaluasi adalah sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dan memberikan
pelayanan sesuai dengan keinginan individu. Evaluasi asuhan keperawatan
transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien dalam mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, negosiasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatan, dan rekonstruksi budaya yang bertentangan
dengan kesehatan. Melalui evaluasi, perawat dapat mengetahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan keinginan atau sesuai latar belakang budaya
klien (Latif, 2015).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
13
14
klien adalah makanan yang mengandung tinggi protein yang baik untuk proses
penyembuhan luka. Makanan pantangan tersebut dapat digantikan dengan sumber
protein lain seperti tahu, tempe, sari kedelai, kacang-kacangan, dll dan air
merupakan bagian penting dari struktur sel dan jaringan sehingga dapat
mempercepat pembentukan jaringan baru dalam proses penyembuhan luka.
Sementara dokter memberikan rawat luka dan terapi oral dengan antibiotik. Klien
menganggap anjuran perawat bertentangan dengan keyakinannya.
B. Diagnosa
1. Data :
Setiap pagi klien mempunyai kebiasaaan jalan-jalan dan membawa
bayinya untuk berjemur, mulai pukul 06.00-07.00 wib dengan tujuan
agar bayi hangat
Masalah :
Potensial peningkatan kesehatan
2. Data :
Klien mempunyai keyakinan setelah melahirkan ibu diharuskan
memakai stagen, penggunaan stagen ini dipercaya akan
mengembalikan otot rahim dan mengencangkan otot perut sehingga
perut terlihat langsing, hal tersebut sudah dilakukan secara turun-
temurun. Klien mempunyai pantangan makanan ikan dan telur karena
akan dapat menimbulkan rasa gatal pada luka bekas jahitan. Klien
menganggap anjuran perawat bertentangan dengan keyakinannya.
Masalah :
Keyakinan klien yang tidak sesuai dengan anjuran medis
3. Data :
Klien tidak boleh minum terlalu banyak karena akan membuat luka
tetap basah ( luka tidak cepat kering )
Masalah :
Lamanya proses penyembuhan luka karena pembatasan minum\
C. Intervensi
Dx.1 : Potensial peningkatan Kesehatan Intervensi :
Mempertahankan budaya (maintanance)
1. Berikan penjelasan pada klien bahwa kebiasaan klien untuk jalan-jalan
pagi dan membawa bayi untuk menjemur adalah baik untuk kesehatan.
17
D. Implementasi
a. Potensial peningkatan Kesehatan
1. Memberikan penjelasan pada klien bahwa kebiasaan klien untuk
jalan-jalan pagi dan membawa bayi untuk menjemur adalah baik
untuk kesehatan. Jalan-jalan pagi dapat mengurangi kekakuan
atau penegangan otot-otot diseluruh tubuh,mempelancar sirkulasi
darah dan mempercepat penyembuhan luka.
2. Mendukung kebiasaan Ibu membawa bayi berjemur pada pagi
hari dibawah jam
07.00 tujuannya untuk menghindarkan bayi dari penyakit kuning
dan mengaktifkan vitamin D yang membuat tulang bayi lebih
kuat.
b. Keyakinan klien tidak sesuai anjuran medis
1. Berikan penjelasan bahwa makanan yang menjadi pantangan
klien adalah makanan yang mengandung tinggi protein yang baik
untuk proses penyembuhan luka. Makanan pantangan tersebut
dapat digantikan sebagai sumber protein lain seperti, tahu, tempe,
sari kedelai,kacang-kacangan,dll.
2. Berikan penjelasan pada klien bahwa dari segi medis pemakaian stagen
pada post SC tidak dianjurkan, dan sebenarnya pemakaian stagen tidak
ada pengaruhnya pada proses pengecilan uterus dan bergelambirnya
perut tetapi justru penggunaan stagen pada ibu post SC dapat
memperlambat proses penyembuhan luka, tetapi jika klien akan tetap
memakai, disarankan lebih baik pakai gurita dengan catatan tidak
terlalu kencang, dan beri penjelasan bahwa saat ibu menyusui bayinya
dapat merangsang kontraksi otot uterus sehingga mempercepat proses
pengecilan uterus.
c. Kurang pengetahuan b.d terbatasnya informasi
19
E. Evaluasi
1. S : - Klien mengatakan dirinya tetap melakukan jalan-jalan pagi
- Klien mengatakan bayinya diajak jalan-jalan pagi dan dijemur
dibawah jam 07.00
O : - Klien terlihat rilek
- Bayi terlihat tampak tidur
A : Potensial peningkatan Kesehatan teratasi sebagian
P : - Menganjurkan klien untuk tetap melakukan aktivitas jalan pagi
- Menganjurkan klien untuk tidak malas bergerak
- Menganjurkan klien untuk selalu menyempatkan membawa
bayinya jalan-jalan pagi.
4.1 Kesimpulan
Keperawatan Transkultural adalah suatu area/wilayah keilmuan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada
“Sunrise Model” yaitu : 1) Faktor teknologi (technological factors), 2) Faktor
agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors), 3) Faktor sosial
dan keterikatan keluarga (kinship and social factors), 4) Nilai-nilai budaya dan
gaya hidup (culture value and life ways), 5) Faktor kebijakan dan peraturan yang
berlaku (political and legal factors), 6) Faktor ekonomi (economical factors), dan
7) Faktor pendidikan (educational factors).
4.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah
ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Role Play
Peran:
1. Narator : Putri Intan Kumalasari
2. Ibu Emi : Agres Nofela Devi
3. Pak Rangga : Eksan Efendi
4. Bapak Bu Emi: Reza Satria Anugerah
5. Ibu Bu Emi : Rysa Yuli Citra Pradini
6. Dokter : Dewi Indah Fajarini
7. Bidan : Sindi Kamalia
8. Perawat : Riska Herawati
9. Apoteker : Intan Putri Defianti
10. Tetangga 1: Desita Yolanda Putri
11. Tetangga 2: Nadhira Anindhita Ralena
12. Tetangga 3: Nur A’isyah Pertiwi
14. Tetangga 4: Bela Mutiara Aprilianti
Pada hari senin tanggal 3 Februari 2020 Di RS Sehat Kita ada Ibu yang baru
saja selesai bersalin bernama Ibu Emi berusia 29 tahun. Bu Emi melahirkan anak
berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3200 gram, panjang 48 cm secara Sectio
Caesarea atas indikasi partus tak maju dibantu oleh Dokter Kandungan dan Bidan.
(Diruang perawatan......)
Bidan : Selamat ya pak, bu. Bayinya sudah lahir dengan jenis kelamin
laki-laki, beratnya 3200 gram dan panjang badannya 48 cm.
Bu Emi : Iya, bu bidan. Terima kasih
Pak Rangga : Alhamdulillah, anak kita sudah lahir. Terima kasih ya, ma.
Terima bu bidan.
Bidan : Iya sama-sama pak, bu. Nanti jika sudah diperbolehkan pulang
24
Ibu Bu Emi : Nduk, jangan lupa yah setiap pagi mulai jam 6 sampai jam 7 pagi
anaknya dijemur biar hangat
Bu Emi : Iya, bu
Ibu Bu Emi : Jangan lupa juga kamu harus pakek stagen, biar perut kamu dak
bergelambir dan perut kamu bisa kembali langsing. Terus minum
sedikit air saja biar lukanya dak basah
Bapak Bu Emi: Ya sudah sekarang kamu jalan jalan dulu, bawak bayimu
berjemur
sama suamimu.
Pak Rangga : Iya pak
Dengan muka masam Bu Emi pun cuma bisa diam dan mengajak
suaminya melanjutkan jalan jalan pagi untuk menghangatkan bayinya.
Bu Emi : Tuhkan yah, bener. Akutuh belum bisa disebut sebagai ibu karena
dak bisa melahirkan secara normal. Akukan dari awal maunya anak
kita dilahirkan normal
Pak Rangga : Sudah ma, dak usah didengerin apa katanya tetangga. Bagi ayah
mau melahirkan normal atau di operasi yang penting istri sama
anak ayah bisa dalam keadaan sehat dan selamat
Ibu Bu Emi : Sudah pulang? Sini nduk sarapan dulu. Anaknya biar ibu yang
gendong. Kamu jangan makan telur sama ikan dulu yah. Itu dak
baik buat luka bekas operasinya. Nanti perutmu bersisik kayak
kulit ikan dan bau seperti telur
Bu Emi : Iya bu. Aku juga dakmau makan ikan sama telur. Takutnya malah
jadi gitu luka operasinya terus bisa bikin gatal didaerah luka
operasinya bu. Tapi Bu Bidan malah nyuruh
26
Ibu Bu Emi : Biar sudah, dak usah didengarkan. Dari zaman mbah buyutmu
dulu bilang gitu. Kalo punya luka apa apa dak boleh makan telur
sama ikan nanti dak cepet sembuh juga gatal
Bu Emi : Iya bu
Setelah satu minggu berada di rumah, Bu Emi pun datang lagi ke RS Sehat
Kita untuk melakukan kontrol luka bekas jahitan. Luka Bu Emi dinyatakan
mengalami penyembuhan yang lambat. Luka bekas sectio caesaria masih terlihat
basah.
Dokter : Bu ini lukanya masih basah, belum sembuh. Ini saya kasih obat
antibiotik. Diminum ya bu, supaya lukanya cepat sembuh
Bu Emi : Iya, bu dokter
(Di Apotek...)