Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH KANKER PARU

Di Susun Oleh Kelompok 1 :

Abdul Muis

Ahmad Yusuf

Angga Septian Budi Saputra

Dina Yunita

Hardiyanti Wardanah

Khairun Nisa

Lidya Vera Sianturi

Resca Afriana Hidayat

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN ALIH JENJANG

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

UNVIERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

SAMARINDA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb

Alhamdulillahirabbilalamin dan syukur kepada tuhan yang maha Esa, karema


berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Makalah tentang “Kanker Paru” dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini,oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Samarinda, 25 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................1

2.1 Rumusan Masalah...................................................................2

3.1 Tujuan Masalah........................................................................2

BAB II ISI

2.1 Pengertian................................................................................3

2.2 Etiologi......................................................................................4

2.3 Pathway....................................................................................5

2.4 Faktor Resiko.........................................................................11

2.5 Tanda dan gejala....................................................................11

2.6 Pendeteksian..........................................................................12

2.7 Diagnosis Kanker Paru...........................................................13

2.8 Penatalaksanaan....................................................................15

2.9 Asuhan Keperawatan.............................................................18

BAB III PENUTUP

A. Penutup....................................................................................26
B. Saran........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejadian kanker paru pada perempuan terus meningkat setiap
tahun. Banyak penelitian kanker paru terutama ditemukan pada
laki-laki perokok, berusia lebih dari 40 tahun. 2,3 Penelitian terbaru
menunjukkan adanya peningkatan angka kejadian kanker paru
pada perempuan yang tidak pernah merokok. Identifikasi faktor
risiko kanker paru pada perempuan penting dalam upaya
pencegahan dan diagnosis. Selain rokok, faktor risiko lain yang
pernah dilaporkan adalah paparan asap rokok lingkungan, paparan
asap biomass, paparan radon, asbes, logam berat, infeksi, genetik
dan lain-lain.
American Cancer Society (ACS) tahun 2017 memperkirakan
kasus baru kanker paru pada perempuan sekitar 105.510 dengan
angka kematian 71.280, kemudian pada tahun 2018 mengalami
peningkatan menjadi 112.350 kasus dengan angka kematian
70.500. Kanker paru pada perempuan menempati urutan kedua
setelah kanker payudara serta penyebab utama kematian akibat
keganasan pada perempuan di dunia.4,5 Data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan kanker paru pada
perempuan di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah
kanker payudara dan kanker serviks.
Perempuan perokok memiliki risiko kanker paru tiga kali lebih
tinggi dari laki-laki perokok. Sementara perempuan tidak merokok
tetap memiliki risiko lebih tinggi dua kali dibandingkan laki-laki tidak
merokok. penggunaan bahan bakar biomass dapat meningkatkan
risiko kanker paru pada perempuan dan laki-laki (1,95% vs 1,21%).
Adanya riwayat kanker dalam keluarga dapat meningkatkan risiko
kanker paru pada perempuan, Risiko kanker paru juga meningkat
pada pasien dengan riwayat TB (tuberkulosis) sebelumnya.
Kanker paru yang telah diketahui jenis selnya, usia lebih dari 17
tahun, bersedia ikut dan menandatangani formulir persetujuan
(informed consent). Kriteria ekslusi kasus adalah metastase
keganasan ke paru. Kriteria inklusi kontrol yaitu perempuan tidak
menderita kanker paru atau kanker lainnya berdasarkan klinis dan
radiologis, usia disesuaikan dengan kasus, bersedia ikut penelitian
serta menandatangani formulir persetujuan (informed consent).

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari Kanker Paru ?


b. Apa etiologi dari Kanker Paru ?
c. Apa saja faktor resiko yang mempengeruhi terjadinya kanker
paru ?

1.3 Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui pengertian dari Kanker Paru.


b. Untuk mengetahui etiologi dari Kanker Paru.
c. Untuk mengetahui faktor resiko Kanker Paru.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada


umumnya berupa lapisan sel yang terletak pada saluran udara.
Dua tipe utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel kecil (SCLC)
dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini
didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah
mikroskop. Lebih dari 80% kanker paru-paru merupakan tipe
kanker paru-paru non-sel kecil. Tiga sub-tipe utama dari kanker
paru-paru non-sel kecil adalah adenokarsinoma, karsinoma sel
skuamosa dan karsinoma sel besar.
Keganasan di rongga torak mencakup kanker paru, tumor
mediastinum, metastasis tumor di paru dan mesotelioma ganas
(kegasanan di pleura). Kasus keganasan rongga toraks terbanyak
adalah kanker paru. Di dunia, kanker paru merupakan penyebab
kematian yang paling utama di antara kematian akibat penyakit
keganasan. Laki-laki adalah kelompok kasus terbanyak meskipun
angka kejadian pada perempuan cendrung meningkat, hal itu
berkaitan dengan gaya hidup (merokok).
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan
di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri
(primer) dan metastasis tumor di paru. Metastasis tumor di paru
adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat  penyebaran
(metastasis) dari tumor primer organ lain.  Definisi khusus untuk 
kanker paru primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel
bronkus. Meskipun jarang dapat ditemukan kanker paru primer
yang bukan berasal dari epitel bronkus misalnya bronchial gland
tumor. Tumor paru jinak yang sering adalah hamartoma.
Kanker paru-paru merupakan kanker paling umum kedua yang
diidap pria dan kanker paling umum ketiga yang diidap wanita di
Singapura. Pria memiliki resiko kanker paru-paru 3 kali lebih tinggi
dari wanita. Dari 3 kelompok etnis utama, etnis Cina memiliki resiko
tertinggi, yang diikuti oleh etnis Melayu dan India. Kanker paru-paru
terbagi atas 2 tipe utama:
a. Kanker Paru-paru Non-Sel Kecil (NSCLC).
NSCLC merupakan tipe paling umum dari kanker paru-paru,
dan tidak seagresif dibandingkan dengan SCLC. NSCLC
cenderung tumbuh dan menyebar lebih lambat. Bila didiagnosa
secara dini, pembedahan atau radioterapi, kemoterapi, dapat
memberikan harapan akan kesembuhan.
b. Kanker Paru-paru sel kecil (SCLC).
SCLC merupakan kanker yang memiliki tingkat pertumbuhan
pesat dan menyebar cepat kepembuluh darah menuju anggota
tubuh lainnya. Sehingga kanker ini dikategorikan sebagai
penyakit kompleks saat terdiagnosa. Kanker ini biasanya
menggunakan kemoterapi dan bukan melalaui prosedur
pembedahan.

2.2 Etiologi
Para dokter tidak selalu dapat menjelaskan mengapa
seseorang dapat terkena kanker paru-paru sedangkan orang lain
tidak. Akan tetapi, kita mengetahui bahwa seseorang yang memiliki
faktor resiko tertentu bisa saja dan kemungkinan besar akan
terkena kanker paru-paru.
Rokok tembakau adalah hal yang paling penting dan
merupakan faktor resiko utama dari kanker paru-paru. Tembakau
bertanggung jawab atas lebih dari 80% penyebab kanker paru-paru
di seluruh dunia. Bahan-bahan berbahaya dalam rokok merusak sel
paru-paru. Lama kelamaan, sel yang rusak tersebut bisa menjadi
kanker. Inilah sebabnya merokok, rokok pipa, atau cerutu dapat
menyebabkan kanker paru-paru. Menjadi perokok pasif pun bisa
menyebabkan kanker paru-paru bagi orang yang tidak merokok.
Semakin banyak seseorang terpapar asap rokok, semakin besar
resiko terkena kanker paru-paru.
Faktor resiko lain penyebab kanker paru-paru termasuk radon
(gas radioaktif), asbestos, arsenik, kromium, nikel, dan polusi
udara. Mereka dengan anggota keluarga yang pernah mengidap
kanker paru-paru kemungkinan memiliki peningkatan resiko terkena
kanker. Mereka yang terkena kanker paru-paru juga memiliki
peningkatan resiko untuk terkena tumor paru yang kedua.
Kebanyakan orang berusia lebih dari 65 tahun saat terdiagnosa
kanker paru-paru.
2.3 Pathway

Etiologi

Genetik Lingkungan: Defisiensi vitamin A


-Asap rokok
-Polusi udara
-Polusi lingkungan kerja
`
Adanya zat karsinogen Inhalasi zat karsinogen ke saluran nafas Beta karoten dalam tubuh
rendah

Iritasi jalan napas

Diferensiasi sel
abnormal

Disfungsional mukosa dan silia


Mutasi DNA (Delesi, Insersi)

Endapan karsinogen di
epitel bronkus
Perubahan epitel termasuk
metaplasia, hiperplasia dan
displasia sel-sel ganas

KANKER PARU
NSCLC

SCLC

Karsinoma sel kecil

Karsinoma Sel Adenokarsinoma Karsinoma Sel besar


Skuamosa
- Berkaitan dengan asap rokok dan pajanan - Berasal dari kelenjar paru - Cepat bermetastasis Biasanya terjadi di sekitar
dengan toksin-toksin lingkungan seperti - Biasa terjadi di bagian perifer - Terjadi di jaringan paru perifer dan percabangan utama
asbes dan komposisi polusi udara bronkus, termasuk alveoli dan meluas ke pusat paru bronkhi dan timbul pada
- Tumbuh relatif lambat sel-sel kulchitsky yeng
bronkiolus terminal - Prognosis buruk
- Memiliki prognosis paling baik merupakan komponen
- Sel kanker berukuran kecil dan
(kemungkinan hidup 5 th) jika didiagnosa normal epitel bronkus
sebelum metastasis
tumbuh lambat tetapi Memiliki waktu
- Berasal dari epitel bronkus bermetastasis dini pembelahan tercepat dan
- Prognosis 5 th buruk, kecuali prognosis paling buruk
dilakukan pembuangan lobus
yang terserang saat penyakit
masih stadium awal
- Mengandung mukus
Gejala:

- Batuk darah (Hemoptisis)


- Sesak nafas
- Nyeri dada
- Batuk produktif
- Lemah
Memperberat kerja jantung Oksigen dalam
tubuh menurun
Massa tumor dalam bronkus Metastasis sel kanker ke otak

Penumpukan cairan Lesi di otak


hipoksia
Hipersekresi kelenjar Bronkospasme dalam rongga
jaringan
mukus perikard
Penurunan fungsi
Penurunan ekspansi paru serebral
Penurunan pengisian Penimbunan asam laktat
Peningkatan produksi ventrikel
sputum Disorientasi
Kerja napas meningkat
CO menurun Tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
Obstruksi Dyspnea Ketidakcukupan pengisian Kesadaran menurun Asidosis
jalan nafas sistem arteri Metabolik

MK :

MK : Bersihan jalan nafas - Pola napas tidak MK : Defisit pemenuhan ADL


Penurunan aliran darah MK : Gg.
tidak efektif efektif
sistemik Keseimbangan
- Kerusakan
pertukaran gas asam basa

MK : Gg. Perfusi
jaringan

Invasi sel kanker Persebaran Psikososial


- Tindakan invasif :
Menghalangi saluran cerma hematogen sel kanker
(Kemoterapi,
ke tulang Radioterapi)
- Perubahan status
Nyeri tulang
kesehatan
Gangguan menelan

lemah
Nafsu makan - Ketidaktahuan
menurun - Koping individu tidak
efektif
MK : Intoleransi
BB menurun aktifitas
2.4 Faktor Risiko

a. Laki-laki
b. Usia lebih dari 40 tahun.
c. Perokok.
d. Tinggal/bekerja di lingkungan yang mengandung zat
karsinogen atau polusi.
e. Paparan industri / lingkungan kerja tertentu.
f. Perempuan perokok pasif.
g. Riwayat pernah mendapat kanker organ lain atau anggota
keluarga dekat yang menderita kanker paru (masih dalam
penelitian).
h. Tuberkulosis paru (scar cancer), angka kejadiannya sangat
kecil.

Orang-orang yang termasuk dalam kelompok atau terpapar


pada faktor risiko di atas dan mempunyai tanda dan gejala respirasi
yaitu batuk, sesak napas, nyeri dada disebut golongan risiko tinggi
(GRT) maka sebaiknya segera dirujuk ke dokter spesialis paru. 

2.5 Tanda dan Gejala

Keluhan Utama :

a. Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga


purulen) lebih dari 3 minggu.
b. Batuk darah.
c. Sesak napas.
d. Suara serak.
e. Nyeri dada yang persisten.
f. Sulit/sakit menelan.
g. Benjolan di pangkal leher.
h. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab
lengan dengan rasa nyeri yang hebat.

Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan


akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena
kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang. Ada
pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :

a. Berat badan berkurang


b. Nafsu makan hilang
c. Demam hilang timbul
d. Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary
osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.
2.6 Pendeteksian
Pengenalan awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya
berdasarkan keluhan saja. Biasanya keluhan ringan terjadi pada
mereka yang masih dalam stage dini yaitu  stage I dan II. Data di
Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus kanker
paru  terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut
(stage III dan IV).
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pengenalan awal ini,
selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan foto toraks atau
pemeriksaan sitologi sputum. Pada foto toraks dapat ditemukan
gambaran tumor dengan tepi yang tidak rata dan penarikan pleura
dan bahkan destruksi tulang dinding dada. Tidak jarang ditemukan
gambaran efusi pleura masif sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi 
sputum akan memberikan hasil positif jika tumor ada dibagian
sentral atau intrabronkus. 
Kemajuan di bidang teknologi endoskopi autoflouresensi telah
terbukti dapat mendeteksi lesi prakanker maupun lesi kanker yang
berlokasi sentral. Perubahan yang ditemukan pada mukosa
bronkus pada lesi keganasan stadium dini sulit dilihat dengan
bronkoskop konvensional. Hal itu dapat diatasi dengan bronkoskop
autoflouresensi karena dapat mendeteksi lesi karsinoma in situ
yang mungkin terlihat normal dengan bronkoskop biasa.

2.7 Diagnosis Kanker Paru 

Prosedur diagnosis untuk kanker paru dilakukan hingga didapat


diagnosis pasti (jenis histologis) dan dapat ditentukan stage
penyakit hingga dapat dipikirkan modaliti  terapi  yang tepat. Selain
itu harus dipertimbangkan keadan umum pasien (performance
status) dan kemampuan keuangan.

Prosedur diagnostik untuk mendapatkan sel kanker dapat


dilakukan dari cara paling sederhana hingga tindakan invasif
tergantung kondisi pasien. Pilihan itu antara lain biopsi jarum halus
jika ada massa superfisial, fungsi dan biopsi pleura jika ada efusi
pleura, bronkoskopi disertai dengan bilasan, sikatan, kuretase,
biopsi massa intrabronku sebagai  usaha untuk mendapatkan jenis
histologis.

Prosedur diagnostik untuk menentukan stage penyakit antara


lain, foto toraks, CT-scan toraks sampai kelenjar suprarenal dan 
bronkoskopi. Pemeriksaan CT-scan (MRI) kepala dan bone scan
dilakukan jika ada keluhan (atas indikasi) atau pasien yang akan
dibedah.

Tumor marker tidak dilakukan untuk diagnosis kanker paru


tetapi hanya bermanfaat untuk evalausi hasil terapi.

a. Sitologi dahak: Cairan kental (dahak) yang dibatukkan dari


paru-paru. Laboratorium kemudian akan memeriksa sampel
dahak untuk mencari sel kanker.
b. Thoracentesis: Dokter menggunakan jarum panjang untuk
mengambil cairan (cairan pleura) dari dada. Laboratorium
kemudian melakukan tes pada cairan tersebut untuk mencari
sel kanker.
c. Bronkoskopi: Dokter memasukkan selang ringan yang tipis
(bronkoskop) melalui hidung atau mulut menuju paru-paru.
Dokter akan mengambil sampel sel dengan jarum, kuas, atau
alat lain. Dokter juga mungkin akan membasuh area tersebut
dengan air untuk mengambil sampel sel dalam air.
d. Aspirasi jarum halus: Dokter menggunakan jarum halus untuk
mengambil sampel jaringan atau cairan dari paru-paru atau
kelenjar getah bening.
e. Biopsi terbuka: Dalam beberapa kasus di mana jaringan tumor
sulit untuk diperoleh, biopsi langsung terhadap tumor paru atau
kelenjar getah bening melalui pembedahan dinding dada bisa
dilakukan bilamana diperlukan.

Pada kondisi tertentu diagnosis tidak dapat ditegakkan meskipun


telah dilakukan berbagai prosedur diagnosis, maka torakotomi eksplorasi
dapat dilakukan.

a. Jenis Histologis Kanker Paru


Jenis Sel Kanker Paru secara umum dibagi atas dua kelompok yaitu :
1. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) atau small cell lung
cancer (SCLC)
2. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) atau non-small
cell lung cancer (NSCLC), mencakup adenokarsinoma, karsinoma sel
skuamosa, karsinoma sel besar (large cell ca) dan karsinoma
adenoskuamosa. Meskipun kadang ditemukan jenis lain dengan
frekuensi  yang sangat jarang misal karsinoid dll.
Staging Kanker Paru
Staging (penderajatan) untuk kanker paru berdasarkan tumor (T) dan
penyebarannya ke getah bening (N) dan organ lain (M). 

Stage  kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) terdiri dari : 


Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru
(hemitoraks)

Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau
menyebar ke organ lain.

Stage kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) dibagi


atas : 

Stage 0, IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB dan IV yang ditentukan menurut
International Staging System for Lung Cancer 1997, berdasarkan
sistem TNM.

2. 8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kanker paru dilakukan berdasarkan jenis


histologis kanker, stage penyakit, tampilan umum (performance status)
dan keuangan. Secara umum pilihan terapi untuk KPKBSK adalah
combined modality therapy (multi-modality therapy), berupa bedah,
radioterapi dan kemoterapi dan terapi lain. (lihat bagan Penatalaksaan
Kanker Paru pada lampiran).
a. Pengobatan Bedah
Hanya diindikasikan untuk KPKBSK stage I atau II atau untuk
pengobatan paliatif yaitu pada kondisi mengancam nyawa misal
batuk darah masif, distres pernapasan karena sindrom vena kava
superior, nyeri hebat pada Pancoast tumor, nyeri hebat pada
sindrom pleksus brakialis.  Jika pada saat bedah didapat
pembesaran KGB maka semua harus diangkat dan pada kasus
pasca bedah dengan metastasis KGB mediastinal (N2) 
dipertimbangkan pemberian radioterapi  dan/atau kemoterapi.
Bedah paliatif lain dilakukan oleh dokter bedah syaraf yaitu
membuang tumor metastasis yang berupa soliter nodule di otak
dan menimbulkan gangguan kualitas hidup penderita. Pilihan lain
untuk tumor meta dikepala adalah menggunakan cyber knife yang
sudah dapat dilakukan beberapa senter di Indonesia.
Bedah adalah terapi lokal dan dapat terjadi stage pre-bedah
(cTNM) berbeda  dengan diagnosis pasca-bedah. Jika terjadi
perbedaan maka stage yang digunakan adalah stage pasca-bedah
(pTNM) dan pilihan terapi tergantung pada hasil akhir.
b. Radioterapi
Radioterapi atau iradiasi diberikan pada kasus stage III dan IV
KPKBSK, dapat diberikan tunggal untuk mengatasi masalah di paru
(terapi lokal) atau gabungan dengan kemoterapi. Radioterapi dapat
diberikan jika sistem homeostatik (darah) baik yaitu:

 HB > 10 gr%
 Leukosit > 4.000/dl
 Trombosit > 100.000/dl

Dosis untuk kanker primer adalah 5.000 – 6.000 cGy dengan


menggunakan COBALT atau LINAC dengan cara pemberian 200
cGy/x/hari, 5 hari dalam seminggu. Pemberian radiosensitiser
dapat lebih meningkatkan respons irradiasi itu, misalnya dengan
memberikan obat anti-kanker karboplatin, golongan taxan,
gemsitabine, capecitabine dengan dosis sangat kecil sehingga
tidak mempunyai efek sistemik. Radioterapi dapat diberikan sendiri
(radiotherapy only) atau kombinasi dengan kemoterapi (konkuren,
sekuensial atau alternating) meskipun sebagai konsekuensinya
toksisiti menjadi lebih banyak dan sangat mengganggu. Evaluasi
toksisiti harus dilakukan setiap setelah pemberian 5x, jika
ditemukan gangguan sistem hemostatik salah satu atau lebih :

 HB  <10 gr%


 Leukosit  < 3.000/dl
 Trombosit < 100.000/dl

Maka pemberian irradiasi harus dihentikan dulu dan dilakukan


koreksi toksisiti itu dan dapat segera dimulai jika sudah memenuhi
syarat. Toksisiti non-hematologik juga sering timbul dan yang
sangat menganggu pasien adalah esopagitis, batuk akibat
pneumonitis radiasi atau fibrosis. Jika melebihi grade 3 WHO naka
irradiasi harus dipertimbangkan untuk dihentikan. Evaluasi
renspons irradiasi dilakukan setiap setelah pemberian 10x (1.000
cGy) dengan foto toraks. 

 Respons komplit : tumor menghilang 100%, iradiasi dapat


dilanjutkan sampai selesai
 Respons sebagian/parsial : tumor mengecil < 90% tapi >
50%, irradiasi dapat dilanjutkan dan nilai kembali setelah 10x
pemberian berikutnya.
 Tumor menetap/stabil : tumor mengecil < 50% atau
membesar <25%, irradiasi dapat diteruskan dengan
evalauasi lebih ketat. Jika respons subyektif memburuk atau
bertambah irradiasi harus di hentikan.

 Progresif : tumor bertambah besar > 25% atau tumbuh tumor


baru maka irradiasi harus dihentikan.

Pemberian irradiasi untuk KPKSK harus diberikan setelah


pasien mendapat kemoterapi 6 siklus. 

b. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis histologis kanker
paru. 
 Kemoterapi untuk KPKSK
 Kemoterapi adalah terapi pilihan untuk KPKSK stage terbatas
atau stage luas. Tambahan radiasi kepala dilakukan setelah
kemoterapi 6 siklus.
 Kemoterapi untuk  KPKBSK berdasarkan stage.  Kemoterapi 
dapat diberikan pada semua stage tetapi pada stage I dan II
pascabedah kemoterapi ditentukan berdasarkan stage
pascabedah. Kemoterapi untuk KPKBS stage III dan IV 
merupakan terapi paliatif. Stage I dan II yang inoperable cases (
PS buruk atau tidak bersedia di operasi atau ada kontraindikasi
untuk operasi)  dapat dianjurkan kemoterapi dan sebaiknya
dipertimbangkan pula radioterapi.
Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara
lain:  keadaan umum baik skala karnofsky >70), fungsi hati,
ginjal dan sistem homeostatik (darah) baik dan masalah finasial
dapat diatasi. Syarat untuk hemostatik yang memenuhi syarat
adalah ;
 HB > 10 gr%
 Leukosit > 4.000/dl
 Trombosit > 100.000/dl

2.9 Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
Pemeriksaan Fisik :
 Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan.
Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat
membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien.
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran
tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu
dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning
(ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis),
dan lain-lain.
 Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan
indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang
sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya
tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi,
ukuran.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :

a. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.


b. Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
c. Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
d. Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah
tulang), dan lain-lain.
 Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk
bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan
dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan
menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan
kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di
daerah paru-paru pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada
perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih
berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien
asma kronik.
 Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal
yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan
bising usus. Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada
nafas adalah :
a. Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat
saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada
inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada
klien pneumonia, TBC.
b. Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik
saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi
adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada
edema paru.
c. Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiik”. bisa dijumpai
pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada
bronchitis akut, asma.
d. Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering”
seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada
klien dengan peradangan pleura.
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala: Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan
kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2) Sirkulasi
Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan
pericardial (menunjukkan efusi), Takikardi/ disritmia, Jari tabuh.
3) Integritas ego
Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan,Menolak
kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang –
ulang.
4) Eliminasi
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid)
5) Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk,
penurunan masukan makanan, Kesulitan menelan, Haus/
peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava),
edema wajah/periorbital (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil). Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid).
6) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan
tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat
dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/ tangan
(khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma), nyeri
abdomen hilang timbul.
7) Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya
dan atau produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan
polutan, debu industri, Serak, paralysis pita suara, riwayat
merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus
taktil (menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi
atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi
menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi).
Hemoptisis.
8) Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil).
9) Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik,
karsinoma sel besar) Amenorea/impotent (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil)
10)Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker (khususnya paru),
tuberculosis, kegagalan untuk membaik.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum yang
berlebih
2. Nyeri akut b.d agen cedera
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis

c. Intervensi Keperawatan
 Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum yang
berlebih
 Tujuan
NOC:
1. respiratory status: ventilation
2. respiratory status: airway patency
3. aspiration control
 Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam pasien
menunjukkan keefektifan jalan nafas dengan kriteria hasil:
1. mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea
2. menunjukkan jalan nafas yang paten
3. saturasi O2 dalam batas normal

 Rencana Tindakan
NIC:
1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
2. Berikan O permenit, metode
3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan vantilasi
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

 Diagnosa
Nyeri akut b.d agen injury (fisik)

 Tujuan
NOC :
1. Pain Level
2. pain control
3. comfort level

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam


nyeri dapat berkurang, dengan kriteria hasil:

1. Mampu mengontrol nyeri


2. Penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
3. Tanda vital dalam rentang normal
4. Tidak mengalami gangguan tidur
 Rencana Tindakan

NIC : PAIN MANAGEMENT

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk


lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri

 Diagnosa
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis

 Tujuan
NOC:
1. Nutritional status: adequacy of nutrient
2. Nutrional status: food and fluaid intake
3. Weight control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam


nutrisi kurang teratasi dengan kriteria hasil:

1. Albumin serum
2. Hematokrit
3. Hemoglobin
4. Total iron binding capacity
5. Jumlah limfosit
6. Tidak terjadi penurunan berat badan

 Rencana Tindakan
NIC: NUTRITION MANAGEMENT
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori yang
di butuhkan pasien
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar
Ht
4. Monitor mual dan muntah
5. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
6. Monitor intake nutrisi
7. Atur posisi semi fowler atau fowler selama makan
8. Anjurkan banyak minum
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat


kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat
dengan angka yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada
pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai penyebab
paling umum kematian akibat kanker pada wanita. Kanker paru
adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan, terutama asap rok.

Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya kanker


paru.Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum
yang ditemui pada penderita kanker paru adalah Batuk yang terus
menerus atau menjadi hebat, dahak berdarah, berubah warna dan
makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri
atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara
makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang
jelas.Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan
tindakan yang dapat dilakukan sebagai bentuk pengendalian dari
kanker Paru
3.2 Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi


pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin Di sampaikan,
silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan
mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah
hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC,
Jakarta

Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses


Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran,
Bandung.

Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC,
Jakarta.

Yati Ernawati dkk (2019), Faktor resiko kanker paru pada perempuan yang
dirawat dibagian paru rsup Dr.M Djamil padang dan rsud solok: Penelitian
Case Control. Jurnal kesehatan Andalas.

Anda mungkin juga menyukai