Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


DI RUANG PERINATOLOGI RSD GUNUNG JATI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Praktikum Klinik Mahasiswa Stase Keperawatan Anak

Pembimbing Akademik:
Ns. Nanang Saprudin, S. Kep., M. Kep.
Ns. Neneng Aria Nengsih, S. Kep., M. Kep.

Disusun Oleh :
Yani Triyani
JNR0220109

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2022/2023
A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2019).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu)
atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2020).
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati,
2019), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS,
TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan
gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
B. Anatomi Fisiologi

1. Pernapasan
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk mengambil napas pertama
kali hanya dipahami sebagian. Namun, dapat dijelaskan awal mula adanya
pernapasan, yaitu adanya 2 factor yang berperan pada rangsangan napas pertama
bayi, yaitu :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan isik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernapasan di otak. Adapun rangsangan isik
lingkungan luar rahim yaitu udara dingin, gaya gravitasi, nyeri, cahaya, dan
suara.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara
mekanis. Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler, dan susunan sara
pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan yang
diperlukan untuk kehidupan. Jadi, semua sistem-sistem tersebut harus
berfungsi secara normal.
2. Sirkulasi peredaran darah
Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekan rendah.
Karena tali pusat di klem, sistem bertekana rendah yang ada pada unit-unit
plasenta terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sistem
sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi setelah
tali pusat di klem adalah peningkatan tatanan pembuluh darah sistematik.
Peningkatan SVR ini terjadi pada waktu yang bersamaan dengan tarikan nafas
pertama bayi baru lahir. Oksigen dari naas pertama tersebut menyebabkan sistem
pembuluh darah paru relaksasi dan terbuka, sehingga paru bertekanan rendah.
Kombinasi tekana yang meningkat dalam sirkulasisistemik, tetapi
menurun pada sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah di sisi
kiri jantung menyebabkan penutupan foramen ovale.
Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali
pusat di klem. Penutupan anatomi jaringan berlangsung dalam 2-3 bulan.
Dengan demikian sisa ductus arteriosus Botalli menjadi ligamentum anteriosum,
duktus venosus arantii menjadi ligamentum teres hepatis dan kedua arteri
umbilicalis menjadi ligamentum vesico umbilicale laterale kiri dan kanan.
3. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan
mengalami stress karena adanya perubahan-perubahan lingkungan. Bayi baru
lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan suhu
lingkungan. Dimana suhu dalam uterus berluktuasi sedikit, janin tidak perlu
mengatur suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi dari 0,6 dari pada suhu ibu.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui 4 mekanisme, yaitu :
a. Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Contoh bayi yang dilahirkan di ruangan yang
dingin, bayi terkena hembusan kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi
atau pendingin ruangan.
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak lagsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakan di atas benda-benda
tersebut.
c. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi
kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap
radiasi panas tubuh bayi.
d. Evaporasi
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tubuh bayi tidak
segera dikeringkan.
4. Kelenjar Endokrin
Kelenjar Endokrin adalah kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu sebab
sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran tetapi
langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam jaringan kaalenjar. Sistem
endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada ketika berada dalam
kandungan. Dimana ketika janin masih berada didalam kandungan, bayi masih
mendapatkan segala kebutuhannya daari plasenta meskipun dalam kandungan
mulai terbentuk organ-organ bagi aktivitas hidup.
Selain lahir ada beberapa kelenjar yang mengalami adaptasiagar mampu
bekerja misalnya :
a. Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mengalami perubahan-perubahan besar
fungsi dan metabolismenya. Pendinginan atmosfer membangkitkan
peningkatan mendadak dan jelas sekresi tirotropsin, yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan progresif kadar tiroksin serum maksimal 24-26
minggu setelah lahir.
b. Kelenjar Timus
Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya kira-kira 10
gram atau sedikit ukurannya bertambah dan pada masa remaja beratnya
meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.
5. Persyarafan
Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor sementara
di mulut dan dagu terutama waktu menangis dan pada ekstremitas terutama pada
lengan dan tangan.
Beberapa gerak releks yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir normal :
a. Menelan
Beri bayi minum, menelan biasanya disertai menghisap dan mendapat cairan.
Menelan biasanya diatur oleh mengisap dan biasabya terjadi tanpa tersendak,
batuk atau muntah.
b. Menggenggam telapak tangan
Tempatkan jari pada telapak tangan, jari-jari menggenggam jari-jari
pemeriksa, jari kaki menekuk ke bawah.
c. Menjulurkan Lidah
Sentuh atau tekan lidah, BBL menjulurkan lidah keluar. Reaksi ini akan
hilang pada usia sekitar 4 bulan.
d. Glabelar
Ketuk dahi, batang hidung, atau maksila BBL yang matanya sedang terbuka.
BBL akan mengejapkan matanya pada 4-5 ketukan pertama. Kedipan yang
terus-menerus pada ketukan berulang menunjukan adanya gangguan
ekstrapiramidal.

e. Leher tonik
Pada saat bayi dalaam keadaan tertidur, dengan cepat putar kepala ke arah
satu sisi. Jika bayi menghadap ke kiri, lengan dan kaki pada sisi itu akan lurus,
sedangkan lengan dan tungkainya akan berada dalam posisi fleksi.
f. Moro
Tempatkan bayi pada permukaan rata, hentakan permukaan unutk
mengejutkan bayi. Abduksi dan ekstensi simetris lengan, jari-jari
mengembang seperti kipas dan membentuk huru C denagnibi jari dan jari
telunjuknmungkin terlihat adanya sedikit tremor, lengan teraduksi dalam
gerakan memeluk dan kembali dalam posisi leksi dan gerakan yang rileks.
g. Melangkah dan berjalan
Pegang bayi secara vertikal, biarkan salah satu kaki menyentuh permukaan
meja. Bayi akan melakukan gerakan seperti berjalan, kaki akan bergantian
fleksi dan ekstensi, bayi aterm akan berjalan dengan ujungjari-jarinya.
h. Merangkak
Baringkan bayi baru lahir diatas perutnya (temgkurap). Bayi baru lahir akan
melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan tangan dan tungkainya.
i. Terkejut
Suara keras dari tepukan tangan yang nyaring akan menimbulkan respons,
lengan melakukan gerakan abduksi disertai fleksi pada siku, tangan tetap
menggenggam.
j. Tanda babinsky (telapak kaki)
Pada telapak kaki, dimulai pada tumit, goressisi lateral telapak ke arah atas
kemudian gerakan jari sepanjang telapak kaki. Semua jari kaki hiperekstensi
dengan ibu jari dorsileksi.
k. Respons tambahan (menguap, meregang, sendawa, cekukan, bersin-bersin).
Merupakan perilaku spontan, yang dapat sedikit berkurang akinat analgesia
atau anestesi pada ibu, hipoksia janin atau infeksi.
6. Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin.
Namun sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan pertama. Oleh selama tiga
bulan pertama kehidupannya, bayi dilindungi kekebalan pasif yang diterima dari
ibu. Barier alami seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin,
yang tetap mempertahankan kesterilan usus halus, belum berkembang dengan
baik sampai tiga atau empat minngu. IgA pelindung membran lenyap dari traktus
napas dan traktus urinarius. IgA ini juga tidak terlihat pada traktus
gastrointestinal, kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi mulai menyitensis IgG dan
mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia satu tahun. Bayi yang
menyusui mendapat kekebalan pasi dari kolostrum dan ASI. Tingkat proteksi
bervariasi tergantung pada usia dan kematangan bayi serta imunitas yang dimiliki
ibu.
C. Etiologi
Etiologi atau penyebab bayi berat lahir rendah maupun usia bayi belum sesuai dengan
masa gestasi sebagai berikut :
1. Komplikasi obstetrik
Meliputi multiple gestation, incompetence, pro (premature rupture of membran) dan
korionitis, pregnancy induce hypertention (PIH), plasenta previa, dan riwayat kelahiran
prematur.
2. Komplikasi medis
Terdiri dari diabetes maternal, hipertensi kronis, dan infeksi traktus urinarius.
3. Faktor ibu
a. Penyakit berhubungan dengan toksemia gravidarum, perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan kardiovaskular.
b. Usia ibu dibawah 20 tahun serta multi gravida dengan jarak kelahiran terlalu dekat.
Usia 26 – 35 tahun, angka kejadian lahirnya bayi berat lahir rendah (BBLR)
terendah.
c. Keadaan sosial ekonomi berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas yang dimana
kejadian tinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan
karena keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal care (ANC) yang
kurang memadai.
4. Kondisi ibu saat hamil dipengaruhi oleh peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat
dan ibu yang merokok.Faktor janin
Hidramnion / polihidramnion, kelainan ganda, Kelainan kromosom, cacat bawaan,
KPD, Infeksi
D. Tanda dan Gejala
Menurut Huda dan Hardhi tanda dan gejala dari bayi berat badan rendah adalah:
1. Sebelum lahir
a. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
b. Pada anamneses sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan
lahir mati.
c. Pergerakan janin lebih lambat.
d. Pertambahan berat berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang seharusnya.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
b. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah:
1. Berat badan dari ≤ 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. LD < 30 cm.
4. LK < 33 cm.
5. Umur kehamilan < 37 minggu.
6. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
7. Otot hipotonik.
8. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
9. Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.
10.Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah
tidak teraba tulang rawan.
11. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
12. Alat kelamin pada laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
13. Testis belum turun ke dalam skrotum. Pada bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora belum tertutupoleh labia mayora.
14. Fungsi syaraf belum matang menyebabkan reflek menghisap,menelan dan batuk masih
lemah.
15. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak
masih kurang
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah:
1. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar
waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
2. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi
sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.
Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum sempurna
atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal
udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan
berikutnya.
3. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.
4. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning.
F. Pafopisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi resiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Meningkatnya kebutuhan energi dan
nutrient untuk pertumbuhan dibandingkan BBLR.
2. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek
hidap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia
belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu.Penundaan
pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
3. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, paada bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amylase pancreas dan
lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga
menurun. Begitu pula kadar lactose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga
sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
4. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang
meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial
untuk kehilangan panas akibat permukaan tubuh disbanding dengan BB dan sedikitnya
jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan
akan kalori (Rio, 2014).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR:
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht (normal: 33 -
38% ) mungkin dibutuhkan.
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila ada.
Rentang nilai normal:
a. pH : 7,35-7,45
b. TCO2 : 23-27 mmol/L
c. PCO2 : 35-45 mmHg 4) PO2 : 80-100 mmHg
d. Saturasi O2 : 95 % atau lebih
4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
a. bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
b. bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
6. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
7. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia mungkin
menyertai sepsis.
8. EKG, EEG, USG, angiografi : defek kongenital atau komplikasi.
H. Penatalaksanaan Medis
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan
permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi
baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pecernaan
belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan
kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum
bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit,
tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama,
sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/
BB/ hari
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna.
Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.

e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu .
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau
tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha
pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah,
harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian umum
a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan menggunakan
timbangan elektronik.
b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat, kemudian
bernafas, dan adanya lokasi edema.
d. Observasi adanya deformitas yang tampak.
e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak responsive,
dan apnea.
2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien
Biasanya neonatus terlihat lemah.
Tanda-tanda vital
Suhu normal 36,5 – 37,5º C, frekuensi nadi normal 120 – 160x /menit, frekuensi
pernafasan sebaiknya dihitung 1 menit penuh. Normalnya 40 – 60x /menit.
3. Antropometri
Berat badan ≤ 2500 gram, panjang kurang dari 45 cm. LD < 30 cm. LK < 33 cm,
Circumferentia suboccipitalis brengmantika 31 cm, Circumferential fronto occipitalis 34
cm, Circumferential mento occipital 35 cm.
4. B1 (breathing)
Inspeksi : pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, bentuk dada normal atau
tidak, RR 40-60 x/menit.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, merasakan getaran vocal fremitus ada atau tidak
Auskultasi : adanya suara tambahan, dengkuran, wheezing atau tidak, rhonchi atau tidak,
normalnya vesikuler.
Perkusi : sonor atau pekak.
5. B2 (blood)
Inspeksi : Pembuluh darah kulit banyak terlihat, sianosis atau tidak.
Palpasi : nadi rata-rata 120-160 per menit pada bagian apical dengan ritme teratur.
Perkusi : normal redup, ukuran dan bentuk jantung normal atau tidak.
Auskultasi : pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian
intercosta, yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri karena hipertensi atau
atelektasis paru. Adanya suara tambahan gallop atau tidak, mur-mur atau tidak.
6. B3 (brain)
Inspeksi :Reflex dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten gerak reflek
hanya berkembang sebagian, menelan, menghisap dan batuk sangat lemah atau tidak
efektif. Otot hipotonik, tungkai abduksi, sendi lulut dan kaki fleksi, lebih banyak tidur
dari pada terbangun.
Refleks moro : timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan (Saifuddin. 2006).
Refleks rooting : bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi (Saifuddin, 2006).
Refleks graphs : refleks genggaman telapak tangan dapat dilihat dengan meletakkan
pensil atau jari di telapak tangan bayi (Frasser, 2009).
Reflek suckling : terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis menghisap benda
yang ditempatkan di mulut mereka (Frasser, 2009). Refleks menghisap pada bayi ikterus
kurang (Surasmi, 2006).
Reflek tonicneck : pada posisi terlentang, ekstremitas di sisi tubuh dimana kepala
menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi tubuh lainnya fleksi (Frasser, 2009).
7. B4 (bladder)
Inspeksi : genetalia imatur biasanya testis belum sempurna, labia minor belum tertutup
labia mayor.
8. B5 (bowel)
Inspeksi : cavum oris, lidah untuk melihat ada tidaknya kelainan, ada tidaknya
penegangan abdomen, ada atau tidak anus. Pengeluaran meconium biasanya terjadi pada
waktu 12 jam
Palpasi : ada nyeri atau tidak, di kuadran mana
Auskultasi : imatur peristaltic.
Perkusi : jika dilambung, , kandung kemih berbunyi timpani. Jika pada hati, pancreas
ginjal berbunyi pekak.
9. B6 (bone)
Inspeksi :tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak,
tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak, gerakan lemah dan aktif atau letargik
Perkusi : reflek patella
Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak, kaji kekuatan otot dengan penentuan tingkat
kekuatan otot dengan nilai kekuatan otot.
10. B7 Sistem Pengindraan
Pada BBLR akan di jumpai lebih banyak tidur
11. B8 Sistem Endocrin
Pada BBLR akan mengalami hipoglikemia, karena cadangan glukosa rendah.
12. Pemeriksaan Antropometri :
Panjang badan kurang dari 45 cm, berat badan kurang dari 2500 gram, lingkar dada
kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas kurang dari 9 cm, lingkar kepala fronto
occipitalis kurang dari 12 cm, lingkar kepala submetobregmatika kurang dari 9,5 cm
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan pada BBLR antara lain :
1. Pola napas tidak efektif
2. Hipotermia
3. Defisit nutrisi

INTERVENSI KERPERAWATAN
1. Diagnosa : Pola napas tidak efektif
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, maka pola napas px membaik
dengan kriteria hasil :
a. dispnea menurun (skala 5)
b. frekuensi napas membaik (skala 5)
c. kedalaman napas membaik (skala 5)
Intervensi
Observasi :
a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronchi)
c. Monitor sputum (jumlah, warna,aroma)

Terapeutik :

a. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan chin lift (jaw trust jika curiga
trauma servical)
b. Posisikan semifowler atau fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e. Lakukan penghisapan lendir > 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep mcgill
h. Berikan oksigen jika perlu

Edukasi :
a. Anjurkan asupan cairan 2000ml perhari, jika tidak kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian bronkodilator ekspektorant mukolitik jika perlu

2. Diagnosa : Hipotermia
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x…. jam, diharapkan masalah
keperawatan hipertermia dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Termoregulasi : Baru lahir
- Suhu 36.5 – 37oC
- Kulit hangat
- Ekstremitas hangat
- Bayi tidak mengigil

Intervensi

Observasi

a. Monitor suhu tubuh


b. Identifikasi penyebab hipotermia (mis: terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian
tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan lemak
subkutan)
c. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (mis: hipotermia ringan: takipnea,
disartria, menggigil, hipertensi, diuresis; hipotermia sedang: aritmia, hipotensi,
apatis, koagulopati, refleks menurun; hipotermia berat: oliguria, refleks
menghilang, edema paru, asam-basa abnormal)
Terapeutik
a. Sediakan lingkungan yang hangat (mis: atur suhu ruangan, inkubator)
b. Ganti pakaian dan/atau linen yang basah
c. Lakukan penghangatan pasif (mis: selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
d. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis: kompres hangat, botol hangat, selimut
hangat, perawatan metode kangguru)
e. Lakukan penghangatan aktif internal (mis: infus cairan hangat, oksigen hangat,
lavase peritoneal dengan cairan hangat)
Edukasi
Anjurkan makan/minum hangat
3. Diagnosa : Defisit Nutrisi
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah status nutrisi px
membaik dengan kriteria hasil :
a. porsi makan yang dihabiskan meningkat (skala 5)
b. frekuensi makan membaik (skala 5)
c. nafsu makan membaik (skala 5)
d. bising usus membaik (skala 5)
e. membran mukosa membaik (skala 5)

Intervensi

Observasi :
a. identifikasi status nutrisi
b. identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c. identifikasi makanan yang disukai
d. identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
e. identifikasi perlunya selang nasogastrik tube
f. monitor asupan makanan
g. monitor berat badan
h. monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik :
a. lakukan oral hygine sebelum makan jika perlu
b. fasilitasi menentukan pedoman diet
c. sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d. berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e. berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f. berikan suplemen makanan jika perlu
g. hentikan pemberian makanan melalui nasogastric tube jika asupan oral dapat
ditolernsi

Edukasi :
a. anjurkan posisi duduk jika mampu
b. ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
a. kolaorasi pemberian medikasi sebelum makan
kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan jika perlu
Pathway
Daftar Pustaka
Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
American Academy of Pediatrics, 2016. Infant Food and Feeding.
https://www.aap.org/en-us/advocacy-and-policy/aap-healthinitiatives/HALF-
Implementation-Guide/Age-SpecificContent/Pages/Infant-Food-and-Feeding.aspx
IDAI. Tahun 2016. Modul pelatihan teknik stimulasi pijat pada bayi cukup bulan
(Aterm) dan batita, teknik stimulasi pijat pada bayi kurang bulan

Anda mungkin juga menyukai