Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI BARU LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RSUD BANGIL

Disusun Oleh:

Deli indah lestari

14201.10.18004

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN – PROBOLINGGO

2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI BARU LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RUANGAN ALAMANDA

RSUD BANGIL

Bangil, 06-Oktober-2022

Mahasiswa

Deli indah lestari

14201.10.18004

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
A. Definisi Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)
Pengertian Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir
kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37
minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat erat kaitannya
dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan kognitif serta penyakit kronis di kemudian hari (WHO, 2017).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan
retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal
dari pada bayi yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya, 2019).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang
dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan
(intrauterine growth retriction) (Wong, 2018).
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bayi berat badan lahir
rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
B. Anatomi Dan Fisiologi

1. Pernapasan
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk mengambil napas pertama kali
hanya dipahami sebagian. Namun, dapat dijelaskan awal mula adanya
pernapasan, yaitu adanya 2 factor yang berperan pada rangsangan napas
pertama bayi, yaitu:
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan isik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernapasan di otak. Adapun rangsangan isik
lingkungan luar rahim yaitu udara dingin, gaya gravitasi, nyeri, cahaya,
dan suara.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru- paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru
secara mekanis. Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler,
dan susunan sara pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi, semua sistem-
sistem tersebut harus berfungsi secara normal.
2. Sirkulasi peredaran darah
Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekan rendah.
Karena tali pusat di klem, sistem bertekana rendah yang ada pada unit-unit
plasenta terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan
sistem sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi dan berdiri sendiri. Efek yang
terjadi setelah tali pusat di klem adalah peningkatan tatanan pembuluh darah
sistematik. Peningkatan SVR ini terjadi pada waktu yang bersamaan dengan
tarikan nafas pertama bayi baru lahir. Oksigen dari naas pertama tersebut
menyebabkan sistem pembuluh darah paru relaksasi dan terbuka, sehingga
paru bertekanan rendah.
Kombinasi tekana yang meningkat dalam sirkulasisistemik, tetapi
menurun pada sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah di
sisi kiri jantung menyebabkan penutupan foramen ovale.
Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah
tali pusat di klem. Penutupan anatomi jaringan berlangsung dalam 2-3
bulan.
Dengan demikian sisa ductus arteriosus Botalli menjadi ligamentum
anteriosum, duktus venosus arantii menjadi ligamentum teres hepatis dan
kedua arteri umbilicalis menjadi ligamentum vesico umbilicale laterale kiri
dan kanan.
3. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
akan mengalami stress karena adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena
perubahan suhu lingkungan. Dimana suhu dalam uterus berluktuasi sedikit,
janin tidak perlu mengatur suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi dari 0,6
dari pada suhu ibu.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui 4 mekanisme, yaitu:

a. Konveksi

Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Contoh bayi yang dilahirkan di ruangan yang
dingin, bayi terkena hembusan kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan.

b. Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak lagsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh
bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakan di atas benda-
benda tersebut.

c. Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-


benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Bayi kehilangan panas dengan cara ini karena benda- benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi.
d. Evaporasi
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tubuh bayi
tidak segera dikeringkan.
4. Kelenjar Endokrin
Kelenjar Endokrin adalah kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu sebab
sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran
tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam jaringan
kaalenjar. Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada
ketika berada dalam kandungan. Dimana ketika janin masih berada didalam
kandungan, bayi masih mendapatkan segala kebutuhannya daari plasenta
meskipun dalam kandungan mulai terbentuk organ-organ bagi aktivitas
hidup.
Selain lahir ada beberapa kelenjar yang mengalami adaptasiagar mampu
bekerja misalnya:
a. Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mengalami perubahan-perubahan besar
fungsi dan metabolismenya. Pendinginan atmosfer membangkitkan
peningkatan mendadak dan jelas sekresi tirotropsin, yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan progresif kadar tiroksin serum maksimal 24-26
minggu setelah lahir.
b. Kelenjar Timus
Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya kira- kira
10 gram atau sedikit ukurannya bertambah dan pada masa remaja
beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi
5. Persyarafan
Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor sementara di
mulut dan dagu terutama waktu menangis dan pada ekstremitas terutama
pada lengan dan tangan.
Beberapa gerak releks yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir
normal :
a. Menelan
Beri bayi minum, menelan biasanya disertai menghisap dan mendapat
cairan. Menelan biasanya diatur oleh mengisap dan biasabya terjadi tanpa
tersendak, batuk atau muntah.
b. Menggenggam telapak tangan
Tempatkan jari pada telapak tangan, jari-jari menggenggam jari-jari
pemeriksa, jari kaki menekuk ke bawah.
c. Menjulurkan Lidah
Sentuh atau tekan lidah, BBL menjulurkan lidah keluar. Reaksi ini akan
hilang pada usia sekitar 4 bulan.
d. Glabelar
Ketuk dahi, batang hidung, atau maksila BBL yang matanya sedang
terbuka. BBL akan mengejapkan matanya pada 4-5 ketukan pertama.
Kedipan yang terus-menerus pada ketukan berulang menunjukan adanya
gangguan ekstrapiramidal.
e. Leher tonik
Pada saat bayi dalaam keadaan tertidur, dengan cepat putar kepala ke arah
satu sisi. Jika bayi menghadap ke kiri, lengan dan kaki pada sisi itu akan
lurus, sedangkan lengan dan tungkainya akan berada dalam posisi fleksi.
f. Moro
Tempatkan bayi pada permukaan rata, hentakan permukaan unutk
mengejutkan bayi. Abduksi dan ekstensi simetris lengan, jari-jari
mengembang seperti kipas dan membentuk huru C denagnibi jari dan jari
telunjuknmungkin terlihat adanya sedikit tremor, lengan teraduksi dalam
gerakan memeluk dan kembali dalam posisi leksi dan gerakan yang
rileks.
g. Melangkah dan berjalan
Pegang bayi secara vertikal, biarkan salah satu kaki menyentuh permukaan
meja. Bayi akan melakukan gerakan seperti berjalan, kaki akan bergantian
fleksi dan ekstensi, bayi aterm akan berjalan dengan ujungjari-jarinya.
h. Merangkak
Baringkan bayi baru lahir diatas perutnya (temgkurap). Bayi baru lahir
akan melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan tangan dan
tungkainya.
i. Terkejut
Suara keras dari tepukan tangan yang nyaring akan menimbulkan respons,
lengan melakukan gerakan abduksi disertai fleksi pada siku, tangan tetap
menggenggam.
j. Tanda babinsky (telapak kaki)
Pada telapak kaki, dimulai pada tumit, goressisi lateral telapak ke arah
atas kemudian gerakan jari sepanjang telapak kaki. Semua jari kaki
hiperekstensi dengan ibu jari dorsileksi.
k. Respons tambahan (menguap, meregang, sendawa, cekukan, bersin-
bersin). Merupakan perilaku spontan, yang dapat sedikit berkurang
akinat analgesia atau anestesi pada ibu, hipoksia janin atau infeksi.
6. Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal
kehidupan janin. Namun sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan
pertama. Oleh selama tiga bulan pertama kehidupannya, bayi
dilindungi kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barier alami seperti
keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin, yang tetap
mempertahankan kesterilan usus halus, belum berkembang dengan
baik sampai tiga atau empat minngu. IgA pelindung membran lenyap
dari traktus napas dan traktus urinarius. IgA ini juga tidak terlihat pada
traktus gastrointestinal, kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi mulai
menyitensis IgG dan mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa
pada usia satu tahun. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasi
dari kolostrum dan ASI. Tingkat proteksi bervariasi tergantung pada
usia dan kematangan bayi serta imunitas yang dimiliki ibu.
C. Klasifikasi BBLR
Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR yaitu :
a. Prematuritas murni. Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dan berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan
sesuai dengan masa kehamilan.
b. Baby small for gestational age (SGA) Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa
kehamilan. SGA terdiri dari tiga jenis.
1) Simetris (intrauterus for gestational age). Gangguan nutrisi pada awal kehamilan
dan dalam jangka waktu yang lama.
2) Asimetris (intrauterus growth retardation). Terjadi defisit pada fase akhir
kehamilan.
3) Dismaturitas. Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
D. Etiologi BBLR
Penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
a. Faktor ibu
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
4) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
5) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
6) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah yaitu :
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar dada
kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm. 12.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.
F. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan 13 berat badan
lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih
besar (Nelson, 2020).
G. Masalah yang dapat terjadi pada BBLR
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut.
Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan,
susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi
(Maryunani, dkk, 2009).
a. Sistem Pernafasan Bayi
BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah lahir oleh
karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di
dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga
alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps
atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan pembuluh
darah paru yang imatur. Kondisi inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas
dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat.
Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah
yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.
Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan
kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler Bayi
BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu paten ductus
arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine kehidupan ekstrauterine berupa
keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal Bayi
BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup bulan,
kondisi ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai
usia gestasi 33– 34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang
dapat menyerap lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi Bayi
BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan antara lain:
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan
lebih besar (permukaan tubuh bayi relatif luas).
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat).
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi Bayi
BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila dibandingkan dengan
bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek.
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang
sering.
g. Sistem Imunologi Bayi
BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali memungkinkan
bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di mana ginjal
bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air,
elektrolit, asam – basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat –
obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.
i. Sistem Integument Bayi
BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga mudah
terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan Bayi
BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang disebabkan karena
ketidakmatangan retina.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani, 2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar
waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL.
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama
pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi,
tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang
tinggi untuk pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati) Hiperbilirubinemia (ikterus bayi
baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler,
sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
I. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR:
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12- 24gr/dL), Ht (normal: 33 -
38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila
ada.
Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia mungkin
menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan menerapkan
beberapa metode Developemntal care yaitu
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan dan
perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk mengatasi
usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini
untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi preterm dan
BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi
makanan, dan pola tidur istirahatnya 21 lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktifitas
fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup. Akan tetapi ada
yang lebih menyukai postur berbaring miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi
preterm dan BBLR tidak disukai, karena tampaknya mereka kehilangan
keseimbangan saat telentang dan menggunakan energi vital sebagai usaha untuk
mencapai keseimbangan dengan mengubah postur.
Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat mengakibatkan
abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi bahu, peningkatan
ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher dan punggung
melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi
telungkup (Wong, 2008).
b. Minimal Handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi, hal ini
bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan mempertahankan respirasi. Bayi
dengan penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi.
Terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian kehangatan
eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki masa otot yang lebih
kecil dan deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk menghasilkan panas,
kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan control reflek yang buruk pada
kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera ditempatkan
dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda terjadinya
efek stres dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit. Lingkungan
perilindungan dalam inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti
merupakan isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui
udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan dengan jumlah
personel dan peralatan yang berkontak langsung dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm,
karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan
dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya
lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang
belum berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap
kehilangan cairan.

5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi terdapat
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme
ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan
metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat
diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus
dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan fisiologis.
Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah ada sejak sebelum
lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai kurang lebih 32
sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai
37 minggu.
Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil secara medis) dapat
menurunkan insidens faktor komplikasi seperti hipoglikemia, dehidrasi, derajat
hiperbilirubinemia bayi BBLR dan preterm yang terganggu memerlukan metode
alternatif, air steril dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan
terutama ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi
terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai
asupan kalori yang memuaskan dapat tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran
dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup bulan, dan mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian makan yang terlalu cepat.
Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka
dalam menerima makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
I. Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif cara perawatan
yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR. Dengan PMK, ibu
dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan yang membuat bayi BBLR
mengalami bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan pada bayi
BBLR belum dapat mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak
dibawah kulitnya. PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi
BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu
dapat memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui kontak
antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari
inkubator. PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang
sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif
terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara
ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2018).
II. Teknik menerapkan PMK pada bayi BBLR
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi BBLR (Perinansia, 2008).
1. Bayi diletakkan tegak lurus di dada ibu sehingga kulit bayi menempel pada
kulit ibu.
2. Sebelumnya cuci tangan dahulu sebelum memegang bayi.
3. Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan dibelakang leher sampai punggung
bayi.
4. Sebaiknya tidak memakai kutang atau beha (perempuan) atau kaos dalam (laki-
laki) selama PMK.
Gambar 2.1 posisi bayi dalam gendongan PMK

5. Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya, agar
kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran napas ketika bayi berada
pada posisi tegak.
6. Tempatkan bayi dibawah bokong, kemudian lekatkan antara kulit dada ibu dan
bayi seluas-luasnya.
7. Pertahankan posisi bayi dengan kain gendongan, sebaiknya ibu memakai baju
yang longgar dan berkancing depan.

Gambar 2.2 perawatan metode kanguru

8. Kepala bayi sedikit tengadah supaya bayi dapat bernapas dengan baik.
9. Sebaiknya bayi tidak memakai baju, bayi memakai topi hangat, memakai
popok dan memakai kaus kaki.
10.Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah nenek, dll),
dapat juga menolong melakukan kontak kulit langsung ibu dengan bayi dalam
posisi kanguru.
Gambar 2.3 mengeluarkan bayi dari baju kanguru

Gambar 2.4 menyusui dalam PMK


PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu
mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator dengan
durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari atau disebut PMK
intermiten. Sedangkan PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat
dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan
metode kanguru disebut PMK kontinue.
d. Perawatan pada inkubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan yang
optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang normal dan dapat mempertahankan
suhu tubuh. Pada umumnya terdapat dua macam inkubator yaitu inkubator tertutup
dan inkubator terbuka (Hidayat, 2005).
I. Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam keadaan
tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi
tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan.
2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
3. Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi.
4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu
27 derajat celcius.
II. Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
1. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian
perawatan pada bayi.
2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu
normal dan kehangatan.
3. Membungkus dengan selimut hangat.
4. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah
aliran udara.
5. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.
6. Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan
ketentuan.
K. Askep Teori
1. Pengkajian
a. Biodata
Biodata atau identitas pasien:meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin.
Biodata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku
atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat).
b. Keluhan Utama Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram dalam usia
kandungan lebih dari 37 minggu.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan umur kehamilan biasanya lebih dari
37 minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran, berat biasanya kurang
dari 2500 gram, kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala
relative lebih besar dibandingkan badan, 3 cm lebih besar dibandingkan lebar
dada, kelainan fisik mungkin terlihat, nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan yang
sedang, dan 7 sampai 10 normal.
2) Riwayat penyakit dahulu Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus
sebelumnya mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya
dengan BBLR.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Riwayat prenatal Pada umumnya ibu hamil dengan pemeriksaan ANC < 4 kali
berisiko bayi lahir dengan BBLR.
2) Riwayat natal Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, berat
biasanya kurang dari 2500 gram, nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunnjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan yang
sedang, dan 7 sampai 10 normal.
3) Riwayat post natal Pada bayi BBLR, biasanya bayi pergerakannya lemah dan
kurang, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnea, reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta
reflek batuk belum sempurna, dan tali pusat berwarna kuning kehijauan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum Bayi BBLR memiliki berat kurang dari 2500 gram, panjang
badan kurang dari 45 cm, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnea, dan bayi BBLR mudah mengalami hipotermia. Penilaian
keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR :

2) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


a) Kepala dan Leher
Inspeksi : Lingkar kepala kurang dari 33 cm, kepala lebih besar daripada
badan, dan tulang rawan dan daun telinga imatur, batang hidung cekung,
hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, serta pelebaran
tampilan mata Palpasi : Ubun-ubun dan sutura lebar .Adanya penonjolan
tulang karena ketidakadekuatan pertumbuhan tulang, dan dahi menonjol
Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
b) Dada atau paru-paru
Inspeksi : Jumlah pernafasan rata-rata antara 40-60 per menit diselingi
dengan periode apnea, pernafasan tidak teratu, dengan flaring nasal
melebar, adanya retraksi (intercostal, suprasternal, substernal).
Palpasi : Lingkar dada kurang dari 30 cm
Auskultasi : Terdengar suara gemerisik dan dengkuran.
c) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak.
Palpasi : Tulang rusuk lunak, ictus cordis teraba di ICS 4-5. Auskultasi :
Denyut jantung rata-rata 120-160 per menit padabagian apikal dengan
ritme teratur pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian interkostal
d) Abdomen
Inspeksi : Penonjolan abdomen, tali pusat berwarna kuning kehijauan.
Auskultasi : Peristaltik usus peristaltik dapat dimulai 6-12 jam
setelahkelahiran.
e) Genetalia
Inspeksi : Pada bayi perempuan ditemukan klitoris yang menonjol
dengan labia mayora yang belum berkembang, sedangkan pada bayi laki-
laki skrotum belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, dan
testis tidak turun ke dalam skrotum.
f) Anus
Inspeksi : Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam,
terdapat anus.
g) Ektremitas
Inspeksi : Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas
bawah dan atas serta keterbatasan gerak, penurunan masaa otot,
khususunya pada pipi, bokong dan paha. Palpasi : Tulang tengkorak
lunak
h) Kulit (intergumen)
Inspeksi : Kulit berwarna merah muda atau merah, kekuningkuningan,
sedikit venik kaseosa dengan lanugo disekujur tubuh, kulit tampak
transparan, halus dan mengkilap, kuku pendek belum melewati ujung
jari.
f. Pemeriksaan neurologis
 Refleks rooting dan menghisap : Respon bayi dalam menolehkan kepala ke
arah stimulus lemah, membuka mulut membuka mulut, dan mulai menhisap
lemah
 Menelan :Terjadi muntah, batuk atau regurgitasi cairan.
 Ekstrusi :Ekstrusi lidah secara kontinue atau menjulurkan lidah yangberulang-
ulang terjadi pada kelainan SSP dan kejang.
 Moro :Respon asimetris pada pemeriksaan reflek moro, fleksi ekstremitas
bawah dan atas serta keterbatasan gerak.
 Tonik leher atau fencing :Reflex tonus leher lemah.
 Glabellar “blink” :Terus berkedip dan gagal untuk berkedip
menandakankemungkianan gangguan neurologis.
 Palmar grasp :Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan
menggegamnya seketika bila jari diletakkan di tangan bayi, namun pada bayi
dengan BBLR respon ini berkurang.
 Plantar grasp : Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda
dan menggegamnya seketika bila jari diletakkan ditelapak kaki bayi, namun
pada bayi BBLR respon ini berkurang.
 Tanda babinski :Jari-jari kaki akan hiperektensi dan terpisah seperti kipas dari
dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki di gosok dari tumit ke atas melintasi
bantalan kaki pada respon normal bayi, namun pada defisit SSP tidak ada
respon yang terjadi pada pemeriksaan tanda babinski.
g. Diagnosa yang dapat ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan prematur
yaitu:
a. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu imatur dan penurunan lemak
tubuh subkutan
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik.
d. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubub berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
f. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur,
penurunan status nutrisi dan prosedur invasif.
h. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan dari diagnosa yang ditegakkan oleh perawat, maka intervensi yang
diberikan sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI adalah sebagai berikut :
No SDKI SIKI Implementasi
1 Hipotermi b/d 1. Monitor suhu minimal 1. ImmuneStatus
Fluktasi suhu tiap 2 jam 2. Knowledge :
lingkungan. 2. Rencanakan infectioncontrol
3. Riskcontrol
monitoring suhu
secara kontinue.
KriteriaHasil:
3. Monitor TD, nadi,dan
RR 1.Suhu 36,5-37,5 ºC
4. Monitor warna dan 2.Tidakadatanda-tandainfeksi
suhukulit 3.Leukosit5.000–10.000
5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake
cairan dannutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Penerapan
develomentcare
9. Monitor sianosis perifer
10. Monitor pola
pernafasan abnormal
11. Identifikasi penyebab
Dari perubahan vital
sign

2 Pola nafas tidak 1. Posisikan pasien untuk Kriteria Hasil:


efektif memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan
ventilasi
batuk efektif dan suara
2. Auskultasi suara nafas,
nafas yang bersih,tidak
Definisi: catat adanya suara
ada sianosis dan
Pertukaran udara tambahan.
dyspneu (mampu
inspirasi dan/atau 3. Monitor respirasi dan
mengeluarkan sputum,
ekspirasi tidak status O2
mampu bernafas
adekuat 4. Pertahankan jalan
dengan mudah, tidak
nafas yang paten
ada pursedlips)
5. Monitor aliran oksigen
2. Menunjukkan jalan
6. Pertahankan
posisi pasien nafas yang paten (klien
7. Monitor , nadi, suhu, tidak merasa
dan RR tercekik ,irama nafas,
8. Monitor frekuensi frekuensi pernafasan
dan irama pernafasan dalam rentang normal,
9. Monitor suara paru tidak ada suara nafas
10. Monitor pola abnormal)
pernapasan abnormal 1. Tanda Tanda vital dalam
11. Monitor suhu, rentang normal (tekanan
warna,dan kelembaban darah, nadi, pernafasan)
kulit
12. Monitor sianosis perifer
13. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
14. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
15. Penerapan develoment
Care
3. Resiko tinggi 1. Pertahankan 4. Immune Status
terjadi infeksi teknik isolasi 5. Knowledge :
berhubungan 2. Batasi pengunjung infectioncontrol
dengan penggunaan bila perlu 6. Risk control
alat invasif dan 3. Instruksikan pad
KriteriaHasil:
penurunan imun. apengunjung untuk
mencuci tangan 1.Suhu 36,5-37,5 ºC
saat berkunjung 2.Tidak ada tanda-tanda
dan meninggalkan infeksi
pasien dengan 3.Leukosit5.000–10.000
menggunakan
sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
4. Cuci tangan setiap
sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
5. Tingkatkan intake
nutrisi
6. Monitor tanda dan
gejala infeksi
7. Monitor hitung
granulosit,WB
C
8. Batasi pengunjung
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase,.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Nurhaeni. 2018. Panduan Lengkap Kehamilan Dan Kelahiran Sehat


Yogyakarta : AR Group
Betz, LC Dan Sowden, LA. 2020. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3. Jakarta :
EGC
Bobak, Irene M. 2021. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2020. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8.
Jakarta: EGC
Doenges, E.Marilynn. 2020. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3.
Jakarta :EGC
Dwi Maryanti S, Tri Budiarti. 2021. Buku Ajar Neonatus, Bayi Dan Balita. DKI Jakarta: CV.
Trans Info Media
Mansjoer, Arif. 2021. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: EGC
Maryunani, Anik. 2019. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan.
Jakarta:TIM.
Pantiawati. 2020. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, Dkk. 2019. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 20018. Buku Uanac Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
RISKESDAS. 2019. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatanri
Wilkinson, Judith M. 2020. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai