Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG PENCEGAHAN HIPOTERMI DAN

CARA MERAWAT TALI PUSAT


Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Maternitas

Disusun oleh :
Kelompok 6
Khaira Khoirun Nisa P17320117029
Nika Novianti P17320117041
Siti Rojiah Mardiyah P17320117074
Adelita Lamria Ester P17320117111

Tingkat 2 B

JURUSAN D-III KEPERAWATAN BANDUNG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. wb

Bandung, Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 2
2.1 Pencegahan Hipotermi ............................................................................ 2
2.1.1Definisi ...............................................................................................2
2.1.2 Etiologi ............................................................................................. 2
2.1.3Manifestasi Klinis ..............................................................................3
2.1.4 Komplikasi ....................................................................................... 3
2.1.5 Mekanisme Kehilangan Panas ......................................................... 4
2.1.6 Cara Mencegah Kehilangan Panas....................................................6
2.1.7 Cara Menanggulangi Kehilangan Panas ...........................................7
2.2 Perawatan Tali Pusat ............................................................................... 8
2.2.1Definisi ...............................................................................................8
2.2.2 Komplikasi ....................................................................................... 9
2.2.3Cara Merawat Tali Pusat ....................................................................9
BAB III PENUTUP .............................................................................................11
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................11
3.2 Saran .........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sholeh Kosim mengatakan bahwa Neonatus atau bayi baru lahir normal
adalah bayi baru lahir normal dengan berat badan lahir antara 2500-4000
gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
kongenital yang berat. (Intan Kumalasari, 2015)
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi
sempurna. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan
basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam
ruangan yang relatif hangat. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan
upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia dan sangat berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau
bahkan kematian.
Penyebab kematian bayi tidak hanya disebabkan oleh hipotermi. Pada
tahun 2000 WHO (Word Health Organization) menemukan angka kematian
bayi sebesar 560.000 yang, disebabkan oleh infeksi tali pusat. Infeksi tali
pusat ini merupakan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak
benar dan tidak bersih sehingga dapat menimbulkan penyakit Tetanus
Neonaturumyang pada akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena
itu kelompok kami tertarik untuk membahas materi terkait pencegahan
hipotermi dan perawatan tali pusat yang baik dan benar.
1.2 Tujuan
Mampu mengetahui secara menyeluruh bagaimana caramencegah
hipotermi dan cara merawat tali pusat.

1.3 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa
dalam mempelajari cara mencegah hipotermi dan cara merawat tali pusat
yang baik dan benar.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pencegahan Hipotermi

2.1.1 Definisi

Hipotermi mengacu pada keadaan dimana suhu tubuh menurun dibawah


35°C. Penurunan suhu tubuh ini mencerminkan keseimbangan negatif antara
produksi panas dan kehilangan panas.Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu
badan dibawah normal. Suhu normal pada neonatus berkisar antara 36-37.5°C
pada suhu ketiak. (Dwi Maryanti, 2011)

2.1.2 Etiologi
Etiologi terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
a. Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat
dimandikan, tidak segera diberi pakaian, tutup kepala dan dibungkus,
diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada
ibunya, dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
b. Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari
2.5 kg atau bayi dengan lingkar lengan kurang dari 9.5 cm atau bayi
dengan tanda-tanda otot lembek dan kulit keriput.
c. Jaringan lemak subkutan tipis
d. Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
e. Cadangan glikogen dan briwn fat sedikit
f. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil)
pada reaksi kedinginan.
g. Prematuritas
h. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko
tinggi mengalami hipotermi. (Klaus dalam Buku Ajar Neonatus, bayi,
dan balita, 2011)

2
3

2.1.3 Manifestasi Klinis

Tanda-tanda klinis hipotermia :


a) Hipotermia ringan
 Suhu < 36°C
 Kedua kaki dan tangan teraba dingin
b) Hipotermia sedang
 Suhu 32 - <36°C
 Kaki teraba dingin
 Kemampuan menghisap lemah
 Tangisan lemah
 Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
c) Hipotermia Berat
 Suhu tubuh < 32°C
 Sama dengan hipotermia sedang
 Pernafasan lambat tidak teratur
 Bunyi jantung melambat
 Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik
d) Stadium lanjut hipotermia
 Muka, ujung kaki, dan tangan berwarna merah terang
 Bagian tubuh lainnya pucat
 Kulit mengeras, merah, dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema)

2.1.4 Komplikasi

Akibat yang dapat ditimbulkan antara lain:

a. Hipoglikemi asidosis metabolik


b. Shock
c. Apneu
d. Perdarahan intra ventrikuler
e. Hipoksemia, dan berlanjut dengan kematian. (Elizabeth Siwi, 2015)
4

2.1.5 Mekanisme Kehilangan Panas

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:

a. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban


pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan
jalan utama bayi kehilangan panas.
Contoh dari evaporasi yang sering terjadi seperti:
- Kehilangan panas jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan
- Terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
Contoh dari konduksi yang sering terjadi seperti:
- Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah
dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi.
- Penggunaan stetoskop pada saat pemeriksaan
- Tangan penolong yang dingin saat memegang bayi baru lahir
c. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin.
Contoh dari konveksi yang sering terjadi seperti:
- suhu ruangan atau tembok yang dingin
- adanya aliran udara dari kipas angin
- hembusan udara dingin melalui ventilasi seperti jendela atau pintu
yang terbuka
5

d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di


dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi walaupun tidak bersentuhan
secara langsung. (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial,
2010)
Contoh dari radiasi yang sering terjadi seperti:
- Bayi dibiarkan dalam keadaan telanjang
- Bayi dibiarkan dalam ruangan ber-AC

(Sumber: Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, 2010)

2.1.6 Cara MencegahKehilangan Panas


Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:
- Ruang bersalin yang hangat
Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela.
- Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan
membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah
dengan handuk atau kain yang kering.
- Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit
bayi
Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut
ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau
6

perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan
posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
- Inisiasi Menyusu Dini
- Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang
topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif
luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut
tidak tertutup. Berikut adalah tata cara menyelimuti/membedong bayi
yang baik dan benar:
a. Mencuci tangan
b. Menebarkan bedong bayi yang telah dilipat berbentuk segitiga pada
salah satu sisinya di tempat yang hangat
c. Meletakkan kepala bayi dilipatan bedong
d. Membungkus/membedong bayi dengan baik mulai dari kepala sampai
kaki, dengan cara:
 Ambil bedong pada sisi kiri bayi dan lipatkan kea rah kanan bayi
sambil dirapihkan
 Ambil bedong sisi bawah/kaki bayi dan lipatkan ke atas kaki bayi
serta rapihkan
 Ambil bedong bayi pada sisi kanan lalu lipatkan kea rah kiri
 Lipatkan kain sisa bedong ke bagian dalam badan bayi secara rapih
e. Memastikan kepala, badan, dan kaki bayi terbungkus bedong dengan
rapih dan nyaman
- Monitor suhu tubuh bayi setiap 4 jam dalam 24 jam pertama kehidupan
bayi.
- Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan
bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih
dan kering.
7

Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau
diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang
dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi
dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia
yang sangat membahayakan kesehatan BBL.
- Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya
BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah
cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi
pada bayi.
- Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam
lingkungan yang hangat.
- Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam
perjalanan.
- Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang
hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya. (Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial, 2010)

2.1.7 Cara Menanggulangi Kehilangan Panas


a. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal,
tindakan yang harus dilakukan adalah segera hangatkan bayi dalam
incubator atau melalui penyinaran lampu.
8

a.1. Gambar bayi dalam inkubator a.2. Gambar bayi yang sedang di
fototerapi

b. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap


orangtua yaitu menghangatkan bayi melalui panas tubuh orangtua,
metode ini seringkali disebut dengan metode dekap atau metode
kanguru, metode ini dilakukan dengan carabayi diletakan
telungkup dalam dekapan orangtuanya agar terjadi kontak kulit
langsung antara orangtua dan bayi, sehingga bayi merasa hangat.

b.1 Gambar metode kanguru


c. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat
yang disetrika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi
tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi
hangat. Tidak boleh menggunakan buli-buli panas, bahaya luka
bakar.
d. Biasaya bayi hipotermi mengalami hipoglikemia sehingga bayi
harus diberi asi sedikit-sedikit dan sesering mungkin, bila bayi
tidak dapat menghisap diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-
80ml/kg per hari. (Elizabeth Siwi, 2015)
2.2 Perawatan Tali Pusat
2.2.1 Definisi
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord.
Diameter tali pusat antara 1cm – 2.5cm dengan rentang panjang antara 30cm
9

- 100cm. Selama dalam rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen
dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Setelah tali
pusat lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan
menyempit, karena itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat kuat-kuat
supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan. (Retniati,
2010)
Sedangkan perawatan tali pusat adalah suatu tindakan perawatan pada
tali pusat bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.

2.2.2 Komplikasi
Akibat dari kurangnya perawatan tali pusat yang kurang bersih:
a. Penyakit tetanus pada bayi baru lahir
b. Omphalitis yaitu peradangan pada puntung tali pusat akibat
mikroorganisme
c. Infeksi pada organ dalam abdomen

2.2.3Cara Merawat Tali Pusat


Berikut adalah tata cara merawat tali pusat:
1. Melepaskan jam tangan, cincin, gelang, dan kuku tidak panjang
2. Mencuci tangan
3. Membuka bedong/selimut bayi
4. Memindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih
5. Melepaskan bungkus tali pusat
6. a. Jika tali pusat bersih, luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan
bersih

b. Jika tali pusat kotor, bersihkan tali pusat dengan cara:

- Memegang bagian ujung tali pusat

- Membasahi tali pusat dengan waslap dari ujung melingkar ke batang

- Menyabuni bagian batang dan pangkal


10

- Membersihkan sampai sisa sabunnya hilang

- Mengeringkan sisa air dengan kasa steril

- Tidak membungkus tali pusat agar terkena udara

c. Jika tali pusat infeksi: olesi tali pusat menggunakan alkohol 70%
atau betadhin 10%

7. Memakaikan pakaian bayi dan merapihkannya


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Suhu
normal pada neonatus berkisar antara 36-37.5°C pada suhu ketiak. Ada beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kehilangan panas
pada bayi yaitu dengan membedong dan dengan pendekatan metode kanguru.

Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord.


Diameter tali pusat antara 1cm – 2.5cm dengan rentang panjang antara 30cm -
100cm. Selama dalam rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen dan
makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya.Sedangkan perawatan
tali pusat adalah suatu tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru lahir agar
tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.

3.2 Saran

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini belum sepenuhnya


sempurna. Untuk itu dapat kiranya memberikan kritik dan saran mengenai
makalah ini. Walaupun demikian penulis berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua. Dengan adanya makalah ini diharapkan bahwa
perawat dapat melakukan pencegahan hipotermi dan perawatan tali pusat dengan
baik dan benar.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal


Esensial.. Jakarta

Maryanti, dkk. (2011). Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: Trans Info
Media

Siwi, Elisabeth. (2015). Konsep dan Asuhan Kebidanan Maternal dan


Neonatal.Yogyakarta: Pustaka Baru

12

Anda mungkin juga menyukai