Disusun oleh :
Kelompok 6
Khaira Khoirun Nisa P17320117029
Nika Novianti P17320117041
Siti Rojiah Mardiyah P17320117074
Adelita Lamria Ester P17320117111
Tingkat 2 B
Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa
dalam mempelajari cara mencegah hipotermi dan cara merawat tali pusat
yang baik dan benar.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
Etiologi terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :
a. Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat
dimandikan, tidak segera diberi pakaian, tutup kepala dan dibungkus,
diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak segera didekapkan pada
ibunya, dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
b. Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari
2.5 kg atau bayi dengan lingkar lengan kurang dari 9.5 cm atau bayi
dengan tanda-tanda otot lembek dan kulit keriput.
c. Jaringan lemak subkutan tipis
d. Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
e. Cadangan glikogen dan briwn fat sedikit
f. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil)
pada reaksi kedinginan.
g. Prematuritas
h. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko
tinggi mengalami hipotermi. (Klaus dalam Buku Ajar Neonatus, bayi,
dan balita, 2011)
2
3
2.1.4 Komplikasi
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan
posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
- Inisiasi Menyusu Dini
- Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang
topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif
luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut
tidak tertutup. Berikut adalah tata cara menyelimuti/membedong bayi
yang baik dan benar:
a. Mencuci tangan
b. Menebarkan bedong bayi yang telah dilipat berbentuk segitiga pada
salah satu sisinya di tempat yang hangat
c. Meletakkan kepala bayi dilipatan bedong
d. Membungkus/membedong bayi dengan baik mulai dari kepala sampai
kaki, dengan cara:
Ambil bedong pada sisi kiri bayi dan lipatkan kea rah kanan bayi
sambil dirapihkan
Ambil bedong sisi bawah/kaki bayi dan lipatkan ke atas kaki bayi
serta rapihkan
Ambil bedong bayi pada sisi kanan lalu lipatkan kea rah kiri
Lipatkan kain sisa bedong ke bagian dalam badan bayi secara rapih
e. Memastikan kepala, badan, dan kaki bayi terbungkus bedong dengan
rapih dan nyaman
- Monitor suhu tubuh bayi setiap 4 jam dalam 24 jam pertama kehidupan
bayi.
- Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan
bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih
dan kering.
7
Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau
diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang
dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi
dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia
yang sangat membahayakan kesehatan BBL.
- Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya
BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah
cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat,
mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi
pada bayi.
- Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam
lingkungan yang hangat.
- Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam
perjalanan.
- Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang
hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya. (Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial, 2010)
a.1. Gambar bayi dalam inkubator a.2. Gambar bayi yang sedang di
fototerapi
- 100cm. Selama dalam rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen
dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Setelah tali
pusat lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan
menyempit, karena itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat kuat-kuat
supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan. (Retniati,
2010)
Sedangkan perawatan tali pusat adalah suatu tindakan perawatan pada
tali pusat bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.
2.2.2 Komplikasi
Akibat dari kurangnya perawatan tali pusat yang kurang bersih:
a. Penyakit tetanus pada bayi baru lahir
b. Omphalitis yaitu peradangan pada puntung tali pusat akibat
mikroorganisme
c. Infeksi pada organ dalam abdomen
c. Jika tali pusat infeksi: olesi tali pusat menggunakan alkohol 70%
atau betadhin 10%
3.1 Kesimpulan
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Suhu
normal pada neonatus berkisar antara 36-37.5°C pada suhu ketiak. Ada beberapa
hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kehilangan panas
pada bayi yaitu dengan membedong dan dengan pendekatan metode kanguru.
3.2 Saran
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Maryanti, dkk. (2011). Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: Trans Info
Media
12