Anda di halaman 1dari 15

PENANGANAN SYOK PADA BAYI BARU LAHIR

Disusun oleh:

1. URWATUN WUSKIA

2. NADIA SABRINA

3. HIKMAH MARISA

4. SRI HERLINA

5. FARA CAHYANI

6. DELA AMALIYAH

7. DESTI SOFIA

8. YANTI

AKADEMI KEBIDANAN SALEHA BANDA ACEH

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan

RAHMAT DAN HIDAYAH-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul: ” PENANGANAN SYOK PADA BAYI BARU LAHIR” Makalah

ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas kuliah di semester 5

Akademi Kebidanan Saleha Kota Banda Aceh.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam perbuatan dan penulisan makalah ini

memiliki banyak kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati kami

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Aamiin.

Banda aceh, 3 November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1. Latar Belakang...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1. Etiologi...........................................................................................................5
2.2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegawatdaruratan pada Neonatus..........5
2.3. Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Neonatus.............5
1. Hipotermia.........................................................................................................5
2. Hipertermia........................................................................................................6
3. Tetanus neonatorum.........................................................................................6
4. Penyakit-penyakit pada ibu hamil...................................................................7
5. Sindrom Gawat Nafas Neonatus.....................................................................7
2.4. Langkah Diagnostik.......................................................................................7
A. Anamnesis.........................................................................................................7
B. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................8
C. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................8
D. Terapi.................................................................................................................9
E. Dietetik..............................................................................................................9
F. Bedah.................................................................................................................9
G. Lain-lain.............................................................................................................9
2.5. Penatalaksanaan Syok Neonatus..................................................................10
2.6. Pemantauan (Monitoring).............................................................................11
2.6. Hipotensi pada BBL kurang bulan...............................................................12
2.7. Syok pada Bayi Cukup Bulan......................................................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................14
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses
kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti
walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern sekalipun, karena sering kali
memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.
Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis
memiliki kemampuan dan keterampilan standard, dalam melakukan resusitasi
pada bayi baru lahir yang dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar
belakang pendidikan sebagai profesional dan ahli.
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan
usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam
rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir
pada semua sistem. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan
pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan
didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim
yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-
72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting
adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah
diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan
untuk mencegah kegawatdaruratan terhadap neonatus.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan
evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤usia
28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis
dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-
waktu.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Etiologi
Syok pada bayi baru lahir dapat terjadi karena berbagai macam faktor:

1. Hipovolemia
2. Sepsis
3. Reaksi obat (anafilaktik)
4. Kardiogenik
5. Neurogenik
6. Endokrinogenik

2.2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegawatdaruratan pada Neonatus


Beberapa faktor berikut dapat menyebabkan kegawatdaruratan pada
neonatus. Faktor tersebut antara lain, faktor kehamilan yaitu kehamilan kurang
bulan, kehamilan dengan penyakit DM, kehamilan dengan gawat janin,
kehamilan dengan penyakit kronis ibu, kehamilan dengan pertumbuhan janin
terhambat dan infertilitas. Faktor lain adalah faktor pada saat persalinan yaitu
persalinan dengan infeksi intrapartum dan persalinan dengan penggunaan obat
sedative. Sedangkan faktor bayi yang menyebabkan kegawatdaruratan
neonatus adalah Skor apgar yang rendah, BBLR, bayi kurang bulan, berat
lahir lebih dari 4000 gr, cacat bawaan, dan frekuensi pernafasan dengan 2x
observasi lebih dari 60/menit.
2.3. Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Neonatus
Terdapat banyak kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan
neonatus yaitu hipotermi, hipertermia, hiperglikemia, tetanus neonatorum,
penyakit penyakit pada ibu hamil dan syndrom gawat nafas pada neonatus.
Untuk lebih jelasnya, silahkan anda pelajari penjelasan berikut ini.

5
1. Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau kedua kaki
dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C.
Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit
yang berakhir dengan kematian.
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi
hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis
anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia.
Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat
ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori. Etiologi dan faktor
predisposisi dari hipotermia antara lain: prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi
neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak
adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang dingin.
2. Hipertermia
Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan
termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap
lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup
tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat
Tanda dan gejala:
Panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan teraba panas, pelebaran
pembuluh darah dalam upaya untuk meningkatkan pembuangan panas, bibir
bengkak. Tanda-tanda dan gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Dehidrasi yang terkait dengan serangan panas dapat menghasilkan mual,
muntah, sakit kepala, dan tekanan darah rendah.
3. Tetanus neonatorum
Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi
baru lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani. Tanda-tanda klinis
antara lain: bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum, mulut mencucu seperti
6
mulut ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang menangis)
4. Penyakit-penyakit pada ibu hamil
Penyakit penyakit pada kehamilan Trimester I dan II, yaitu: anemia
kehamilan, hiperemesis gravidarum, abortus, kehamilan ektopik terganggu
(implantasi diluar rongga uterus), molahidatidosa (proliferasi abnormal dari
vili khorialis).
Penyakit penyakit pada kehamilan Trimester III, yaitu: kehamilan
dengan hipertensi (hipertensi essensial, pre eklampsi, eklampsi), perdarahan
antepartum (solusio plasenta (lepasnya plasenta dari tempat implantasi),
plasenta previa (implantasi plasenta terletak antara atau pada daerah serviks),
insertio velamentosa, ruptur sinus marginalis, plasenta sirkumvalata).
5. Sindrom Gawat Nafas Neonatus
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala
yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi
pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu
ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, dan interkostal pada
saat inspirasi.
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak,
jantung dan organ- organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi
pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999).
2.4. Langkah Diagnostik
A. Anamnesis
1. Riwayat ibu mengalami infeksi intra uterin, demam dengan kecurigaan
infeksi berat atau ketuban pecah dini
2. Riwayat persalinan dengan tindakan, penolong persalinan, lingkungan
persalinan yang kurang higienis
3. Riwayat perdarahan maternal
4. Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah
5. Riwayat perdarahan fetal/neonatal

7
6. Riwayat bayi malas minum, penyakitnya cepat memberat
7. Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk atau aktivitas kurang,
iritabel/rewel, perut kembung, tidak sadar, kejang

B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum letargi atau lunglai, pucat (akibat adanya perdarahan akut)
2. Capillary refill memanjang, nadi lemah, cutis marmoratus (motled skin),
ekstremitas dingin
3. Apnea, respirasi effort, atau sianosis
4. Anuria atau oliguria (<0,5mL/kg/hr)
5. Asidosis metabolik dan atau respiratorik
6. Denyut jantung tidak normal, biasanya bradikardia
7. Hipotensi

Diagnosis dapat ditegakkan melalui  3 parameter yaitu pemeriksaan tekanan


darah, pengamatan sindrom klinis dan pengukuran diuresis. Sindrom klinis terdiri
dari takikardia, perfusi yang jelek, kutis marmoratus, akral dingin, tetapi suhu
tubuh normal, denyut nadi lemah, dan gangguan napas : apneu, takipneu, asidosis
metabolik. Diuresis menurun.

C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : darah lengkap, hitung jenis dan jumlah trombosit, serial
hemoglobin dan hematokrit, kadar glukosa darah, BUN, kreatinin, magnesium,
kalsium, kultur darah, studi koagulasi, Apt test (bedakan darah ibu dengan darah
bayi), gol darah dan crossmatch, AGD (evaluasi fungsi paru), gas darah mixed
vena (evaluasi metabolisme jaringan dan extracsi oksigen; hanya mungkin
dilakukan bila ada akses vena ke atrium kanan, ventrikel kiri atau arteri pulmonal
dan appropriate dan accesibble pada pasien yang mendapatkan ECMO).

Radiologik dan lainnya : USG (curigai perdarahan intrakranial), foto toraks


(ada distress respirasi atau sianosis), EKG (bila disritmia), Echocardiografi (untuk
mengetahui fungsi dan anatomi), CVP (melalui kateter vena umbilikal)
8
D. Terapi
Tujuan ada 4 : meningkatkan dan menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan perfusi jaringan, mengusahakan diuresis yang adekuat dan
koreksi asidosis.

E. Dietetik
Bayi yang sedang mengalami syok tidak diberikan minuman sampai
dengan gastrointestinal sudah berfungsi secara normal. Pada keadaan seperti
ini dapat dimulai Total Parenteral Nutrisi (TPN) secepat mungkin.

F. Bedah
Kelainan struktur pada penyakit jantung atau gangguan irama (aritmia)
sering memerlukan terapi farmakologik khusus atau terapi pembedahan. Hepar
dan usus mungkin menjadi rusak akibat syok yang mengakibatkan perdarahan
gastrointestinal dan meningkatkan risiko EKN.

G. Lain-lain
Konsultasi tergantung pada jenis syok, dapat dilakukan dengan melibatkan
sesuai subdisiplin yang terlibat misal neonatologis, kardiologis, nefrologis,
hematologis spesialis penyakit infeksi.

2.5. Penatalaksanaan Syok Neonatus

9
10
2.6. Pemantauan (Monitoring)

A. Terapi
1. Pasang kateter arteri untuk monitor AGD dan tekanan dara
2. Pasang kateter kandung kemih untuk monitor diuresis sebagai indikator
perfusi renal
3. CVP bila kateter vena central terpasang
4. Gas darah mixed vena jika dicurigai syok kardiogenik
B. Tumbuh Kembang
1. Pada bayi-bayi baru yang mengalami syok, setelah pulang dari RS perlu
pemantuan selanjutnya di Poliklinik Perinatologi selama bulan pertama dan
selanjutnya di Poliklinik Tumbuh Kembang untuk memantau tumbuh
kembang selama masih bayi maupun balita.

11
2. Bayi-bayi yang ada gejala sistim neurologis, rujuk ke unit rehabilitasi
medik untuk fisioterapi.

C. Langkah promotif/preventif
1. Mencegah dan identifitasi awal infeksi maternal
2. Mencegah dan pengobatan ibu dengan ketuban pecah dini
3. Menghindari anestesi dan mencegah hipotensi maternal
4. Perawatan antenatal yang baik
5. Mencegah persalinan prematur dan berat lahir rendah
6. Mencegah asfiksia neonatorum
7. Identifikasi awal terhadap kemungkinan terjadinya hemolisis
neonatus
8. Mencegah perdarahan fetal/neonatal
9. Mencegah sepsis neonatorum
10. Mencegah pulmonary air leak syndrome
11. Mencegah terjadinya over distensi paru saat ventilasi tekanan
positif
12. Melakukan identifikasi awal terhadap faktor risiko syok dan
pengelolaan yang efektif

2.6. Hipotensi pada BBL kurang bulan

Bayi baru lahir dengan usia gestasi 26 minggu, berat lahir 810 gram,
TD 38/24 mmHg pada 8 jam pertama dengan rata-rata 28 mmHg. Output
ventrikel kiri 140ml/kg/menit dengan Doppler (< normal 200-300 ml/kg/menit.
Bayi baru lahir yang lain usia gestasi 25 minggu, berat lahir 760 gram, TD
28/18 mmHg dengan rata-rata TD 23 mmHg. Output ventrikel kiri 350
ml/kg/menit, lebih tinggi dibanding normal.

12
2.7. Syok pada Bayi Cukup Bulan

Bayi A lahir dengan usia gestasi 41 minggu, berat lahir 3220 gram.
Ketuban pecah 24 jam sebelumnya dan ibu mengalami demam sampai saat
persalinan. Bayi A lahir pervaginam dengan apgar skor 7 menit pertama dan 8
menit ke-5. Bayi dirawat di bangsal posnatal dan menyusu dengan baik sampai
48 jam pertama, kemudian bayi mengalami letargi dan tidak tertarik untuk
minum. Pada pemeriksaan fisis didaptkan suhu aksila normal, laju napas 80
kali/menit, dan laju nadi 170 kali/menit. Perfusi menurun dengan capillary
refill time >4 detik. Nadi brakhial dan femoral sulit teraba. Tidak didaptkan
bising jantung. Tekanan darah 35/22 mmHg rata-rata tekanan darah 29mmHg.
Saturasi oksigen 85%. Analisa gas darah menunjukkan asidosis metabolik
dengan pH 7,18. Skrining sepsis (pemerikasaan darah lengkap
dan inflammatory marker) negatif.

BAB III
PENUTUP

13
A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan neonatus dapat terjadi kapan saja sejak bayi
baru lahir. Hal ini membutuhkan kemampuan petugas untuk mengenali
perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang
bisa timbul sewaktu waktu.
Faktor yang dapat menyebabkan kegawatdaruratan neonates
adalah faktor kehamilan, faktor saat persalinan, dan faktor bayi. kondisi
yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatus yaitu hipotermi,
hipertermia, hiperglikemia, tetanus neonatorum, penyakit penyakit pada
ibu hamil dan syndrom gawat nafas pada neonatus.
Deteksi kegawatdaruratan bayi baru lahir dilakukan dengan
memperhatikan beberapa factor risiko diatas serta melakukan penilaian
awal saat bayi baru lahir, apakah terdapat usia kehamilan kurang dari 37
minggu, apakah terdapat meconium dalam ketuban dan apakah bayi tidak
dapat menangis spontan/ nafas megap- megap. Jika terjadi hal diatas,
maka bidan harus siap untuk melakukan penatalaksanaan sesuai dengan
manajemen penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia, dan bayi
baru lahir dengan ketuban bercampur meconium.
Deteksi kegawatdaruratan bayi muda dilakukan menggunakan
penilaian dan klasifikasi manajemen terpadu bayi muda. Proses
manajemen kasus disajikan melalui urutan langkah penilaian dan
klasifikasi, tindakan dan pengobatan, konseling pada ubu dan pelayanan
tindak lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muhammad Ilham. Dachlan, Ery Gumilar. 2013. Deteksi


14
preeklamsia dan eklamsia, disampaikan dalam SOGU 5
Surabaya.

Cunningham, William. 2002. William Obstetri vol 2. EGC : Jakarta.

Campbell S, Lee C. Obstetric emergencies. In: Campbell S, Lee C,


editors.Obstetrics by Ten Teachers. 17th edition. Arnold
Publishers; 2000. pp. 303-317.

Depkes RI. 2007. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal


Emergensi Komprehensif.
JNPK-KR. Jakarta

Depkes RI. Pedoman MTBM. Depkes RI. Jakarta

Nwobodo EL. Obstetric emergencies as seen in a tertiary health


institution in North-Western Nigeria: maternal and fetal
outcome. Nigerian Medical Practitioner. 2006; 49(3): 54– 55.

Maryunani, Anik. Yulianingsih. 2009. Asuhan kegawatdaruratan


dalam Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta

15

Anda mungkin juga menyukai