Anda di halaman 1dari 16

PRINSIP UMUM DALAM MERUJUK BAYI BARU LAHIR

oleh:

1. URWATUN WUSKIA

2. NADIA SABRINA

3. HIKMAH MARISA

4. SRI HERLINA

AKADEMI KEBIDANAN SALEHA BANDA ACEH

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan

RAHMAT DAN HIDAYAH-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul: “PRINSIP UMUM DALAM MERUJUK BAYI BARU LAHIR ” Makalah

ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas kuliah di semester 5

Akademi Kebidanan Saleha Kota Banda Aceh.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,

makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa dalam perbuatan dan penulisan makalah ini

memiliki banyak kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati kami

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Aamiin.

Banda aceh, 9 November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................3

A. Latar Belakang...................................................................................................................3

B. Tujuan Penelitian................................................................................................................4

BAB II...........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN...........................................................................................................................5

A. Prinsip Dasar......................................................................................................................5

B. Indikasi rujukan Bayi baru lahir.........................................................................................5

C. Prosedur Pelaksanaan Rujukan Bayi Baru lahir.................................................................6

D. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan rujukan :.......................................8

E. Tanggung jawab petugas dalam pelaksanaan rujukan.......................................................8

F. Hubungan kerja sama antara petugas yang merujuk dan petugas ditempat rujukan..........9

G. Umpan Balik rujukan dan tindak lanjut kasus pasca rujukan...........................................10

H. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan................................................................10

BAB III........................................................................................................................................14

PENUTUP...................................................................................................................................14

A. Kesimpulan.......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rujukan persalinan dibutuhkan untuk menghindari resiko resiko yang dapat


terjadi pada ibu atau bayi. Rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi dilaksanakan
karena adanya komplikasi obstetri seperti perdarahan, persalinan macet, hipertensi atau
faktor faktor yang dapat menyebabkan persalinan menjadi beresiko (Widiyana, 2011).
Pelaksanaan rujukan sangat dibutuhkan agar komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan dapat dikurangi dan bisa memperoleh perawatan kesehatan yang lebih baik
(Rochjati, dalam Nugraha, 2014). Dengan demikian rujukan persalinan merupakan
upaya yang dilakukan agar ibu dan bayi memperoleh perawatan kesehatan yang lebih
baik.
Rujukan obstetri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mortalitas
maternal. Angka mortalitas maternal di Nigeria mencapai 4961 per 100.000 kelahiran
hidup dengan kasus rujukan persalinan sebanyak 6% dari total mortalitas pasien,
penundaan dari rujukan dan kesulitan transportasi merupakan hambatan utama untuk
mendapatkan akses cepat ke tempat pelayanan kesehatan (Umeora, 2015). Dalam
penelitian Yego (2013) di Kenya dari 150 jumlah mortalitas 42% diantaranya terjadi
karena pasien tidak dirujuk. Jadi, dalam menurunkan angka mortalitas rujukan
merupakan hal yang penting
Di tingkat Asia, rujukan juga berpengaruh terhadap mortalitas maternal. Yadav
(2012) dalam penelitiannya mengenai angka mortalitas maternal di Malaysia,
mengatakan bahwa rujukan yang aman dan dipersiapkan dengan baik dapat menurunkan

4
angka mortalitas maternal dari 1,89% per 1000 kelahiran hidup menjadi 1,09%.
Berdasarkan penelitian Dasari (2015) yang dilakukan di India Selatan, dari 104 mortalitas
maternal 90% masuk dengan keadaan darurat dan 59% diantaranya karena keputusan
rujukan yang terlambat. Jadi rujukan dapat mempengaruhi tingkat mortalitas maternal.
Faktor rujukan terhadap angka mortalitas ibu yang masih tinggi menjadi penyebab
masalah kesehatan di Indonesia. Angka Mortalitas maternal berjumlah 359 dari 100.000
kelahiran. Untuk Mortalitas anak berjumlah 32 dari 1000 kelahiran (SDKI, 2012). Pada
tahun 2013 angka mortalitas ibu di Sidoarjo Timur mencapai 96 per 100.000
dengan pengaruh proses rujukan terhadap angka mortalitas mencapai 10% (Handriani,
2015). Di Banyumas angka kematian ibu mencapai 98 per 100.000 kelahiran hidup,
dengan rujukan obstetri terlambat yang terjadi pada kematian ibu mencapai 58%
(Anasari, 2014). Dengan demikian sistem rujukan berperan dalam tingkat mortalitas ibu.

B. Tujuan Penelitian

Mengeksplorasi peran perawat dan bidan pengambilan keputusan rujukan

kehamilan dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar

Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan

fasilitas dan keahlian yang lebih memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk

merujuk bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugas pelayanan kesehatan (perawat

atau bidan atau dokter) atas dasar kesepakatan dengan keluarga. Setiap petugas

pelayanan kesehatan harus mengetahui kewenangan dan tanggung jawab tugas masing

masing sesuai dengan jenjang pelayanan kesehatan tempat nya bertugas.

Selama rujukan perawatan ASI diusahakan tetap diberikan. Apabila tidak

memungkinkan ASI tetap harus dikeluarkan supaya payudara tetap produktif. Dalam

menangani bayi baru lahir petugas senantiasa diharapkan :

- Mewaspadai factor resiko

- Mengenal tanda tanda resiko tinggi

- Mengetahui indikasi rujukan

B. Indikasi rujukan Bayi baru lahir

Tanda tanda berikut ini merupakan Indikasi rujukan :

a. Bayi berat lahir rendah ≤ 2.000 gram

b. Bayi tidak mau minum ASI

c. Tangan dan kaki bayi teraba dingin

d. Bayi mengalami gangguan atau kesulitan bernafas

e. Bayi mengalami perdarahan

6
f. Bayi mengalami kejang kejang

g. Bayi mengalami gejala ikterus yang meningkat

h. Bayi mengalami gangguan saluran cerna di sertai muntah muntah,diare atau

tidak BAB sama sekali dengan perut membuncit

i. Bayi menunjukan tanda infeksi berat

j. Bayi menyandang kelainan bawaan

C. Prosedur Pelaksanaan Rujukan Bayi Baru lahir

Stabilisasi kondisi bayi pada saat transportasi

Rujukan berhasil apabila kematian,kesakitan,dan kecacatan pada BBL dapat

ditekan serendah-rendahnya untuk itu diperlukan langkah langkah sbb.

Sebelum bayi dirujuk, diperlukan stabilitasi keadaan umum bayi dengan tujuan agar

kondisi bayi agar tidak bertambah berat dan meninggal dijalan. Ada kala nya

stabilitasi lengkap tidak dimungkin kan akan tetapi perlu diperhatikan bahwa

merujuk bayi dalam keadaan stabil membahayakan dan tidak dianjurkan, karna itu

saharusnya dilakukan usaha stabilitasi semaksimal mungkin sesuai dengan

kewenangan dan kemampuan fasilitas.

Bayi dinyatakan dalam keadaan stabil apabula suhu tubuh, tekanan darah, cairan

tubuh dan oksigenisasi cukup.

Beberapa penanganan stabilisaasi sebelum pengiriman sebagai berikut:

a. Bayi dengan dehhidrasi harus diberi beri infuse untuk memberikan cairan

b. Bayi dengan kejang kejang perlu diberi pengobatan anti konvulsi terlebih

dulu agar kondisi bayi tidak bertambagh beratt

c. Bayi sesak nafas dengan sianosis harus dibetikan oksigen

7
d. Suhu tubuh bayi dupertahankan agar tetap hangat dalam batas norma

( 36,5-37,5º C). Dengan menggunakan thermometer yang dapat membaca

suhu rendah. Jika suhu bayi kurang panas, sedangkan fasilitas ingkubator

tidak ada, bayi dapat di gendong dengan cara kangguru oelh ibunya,

ayah atau anggota keluarganya, atau bayi dapat di bungkus dengan

selimut plastic, atau di antar selimut pembungkus bayi diletakkan

alumunium foil.

e. Pemerikasaan gula darah apabila memungkinkan dilakukan dengan

desktrostik dan apabila hasilnya menunjukkan hipoglikemi pemberian

infuse di sesuaikan.

f. Bayi yang muntah muntah atau kembung atau mengalami aspirasi

sebauknya di pasang slang masuk kedalam lambung atau derkompresi.

g. Jejas yang terbuka seperti meningocele, grastroskisis, di tutup dengn kasa

yang basahi dengan cairan NaCl 0,9% hangat.

Keadaaan usaha menstabilkan ini harus dipertahankan selama dalam

perjalanan. Bila keadaaan bayi tidak stabil, tidak di anjurkan membawa bayi ke

fasilitas rujjukan karena akan membahayakan jiwanya. Sebelum bayi dikirim di

perlukan stabilisaasi dengan keadaan umum bayi dengan tujuan kondisi bayi tidak

bertambah berat dan meninggal dijalan. Dalam beberapa keadaan ada kalanya

stabilisasi lengkap tidak dimungkinkan, akan tetapi perlu diperhatikan bahwa

mengangkut bayi dalam keadaan tidak stabil membahayakan dan tidak di anjurkan.

Karna itu sebaiknya dilakukan usaha stabilisasi semaksimal mungkin sesuai dengan

kewenangan dan kemampuan fasilitas. Bayi dalam keadaan stabil apabila :

8
- Suhu tubuh normal (36,5o - 37,5o C)

- Tidak ada dehidrasi

- Tekanan darah cukup.

- Oksigenisasi cukup

D. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan rujukan :

a. Berfungsi nya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga

rumah sakit tempat rujukan.

b. Adanya komunikasi dua arah antara yang merujuk dan tempat rujukan.

c. Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil dan siaga selama 24 jam.

d. Tersedianya alat kesehatan dan obat obatan sesuai kebutuhan di tempat yang

merujuk dan di tempat rujukan.

e. Tersedianya sarana angkutan atau transportasi selama 24 jam

f. Bagi keluarga tidak mampu tersedia dukungan dana untuk traspor, perawatan dan

engobatan dirumah sakit

g. Tersedianya dana insentif bagi petugas kesehatan yang siaga 24 jam

E. Tanggung jawab petugas dalam pelaksanaan rujukan

1. Tanggung jawab petugas yang merujuk :

 Persiapan rujukan ynag memadai

 Penerangan kepada orang tua atau keluarga mengenai penyakit yang ditemukan

atau diduga.

 Izin rujukan atau tindakan lain yang akan dilakukan.

9
 Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan,riwayat kelahiran,riwayat

penyakit) yang ada,yang sudah dilakukan dan yang mungkin diperlukan (hasil

laboratorium,foto rontgen atau contoh darah ibu).

 Stabilasasi keadaan fital janin atau bayi baru lahir selama perjalanan ke tempat

tujuan

 Bagi petugas yang menerima rujukan berupa penanganan kasus rujukan

 Pembina kemampuan dan keterampilan teknis petugas puskesmas oleh dokter

spesialis kebidanan dan anak dalam penanganan kasus rujukan neonates

sakit,maksimal sekali setiap 3 bulan

1. Bentuk kegiatannya berupa :

- Telaah (review) kasus rujukan

- Audit maternal – perinatal / neonatal.

- Konsultasi dokter spesialis serta kunjungan dokter spesialis.

- Penerapan prosedur tetap (protocol) pelayanan esensial dan tata laksana penyakit

pada neonates di setiap jenjang pelayanan kesehatan.

F. Hubungan kerja sama antara petugas yang merujuk dan petugas ditempat rujukan

Selama bayi dalam perjalanan, petugas yang merujuk perlu menghubungi

petugas ditempat rujukan untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi bayi.

Hubungna tersebut dapat melalui fasililitas komunikasi cepat yang tersedia di

puskesmas atau kecamatan, misalnya radio komunikasi, telfon, kurir, dsb. Dengan

adanya komunikasi tersebut, petugas di tempat rujukan mempunyai cukup waktu

untuk menyiapkan segala kebutuhan, sehingga kasus rujukan kangsuung dapat

10
ditangani. Setiapa temoat rujukan harus selalu siaga 24 jam untuk menerima kasus

rujukan. Keluarga atau petugas kesehatan ynag mendampoingi bayi harus

menyerahkan surat atau kartu rujukan, menlengkapi identitas dan keterangan

mengenai penyakit serta melaporkan keadaan penderita selama perjalanan.

G. Umpan Balik rujukan dan tindak lanjut kasus pasca rujukan

Tempat rujukan mengurim umpan bbalik mengenai keadaan bayi beserta

anjuran tindak lanjut pasca rujukan terhadap bayi ke petugas yang merujuk

(puskesmas/polindes). Tindak lanjut pasca rujukan bayi sdakit dilaksanakan oleh bidan

di desa atao petugas di daerah binaan pendekatan perawatan kesehatan masyarakat.

H. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rujukan dilaksanaan oleh pengelolah dari

jenjang administrasiyang lebih tinggi dengan menggunakan instrumen kuesioner.

Instrumen ini digunakan untuk menilai pelaksanaan rujukan di suatu wilayah dati II.

Sarana nya adalah Tim Audit Maternal Parinetal di Dati II dari Dinas kesehatan

dan dokter spesialis kebidanan dan spesialis anak dari rumah sakit rujukan yang

melakukan pembahasan rujukan

Indikasi Rujukan Tempat rujukan Stabilisasi


1. Ibu hamil, usia kehamilan  Puskesmas dan  Pertahan suhu
<34 minggu dengan tanda perawatan normal
persalinan  Rumah sakit  Lingkungan
trasportasi
2. Partus lama  Puskesmas dengan  Sama seperti diatas

11
perawatan
 Infuse
 oksigen
3. Bayi berat lahir rendah <  Puskesmas dan  Bungkus hangat
200gr perawatan dengan kepala bayi
 Rumah sakit di beri topi
 Lingkungan
tranportasi bersih
 Tetap beri ASI/air
gula
4. Bayi tidak mau minum  Puskesmas dan  Bungkus hangat
ASI perawatan dengan kepala bayi
di beri topi.
 Lingkungan
transportasi bersih
 Coba air gula
dengan sendok
 Tanda-tanda
dehidrasi
 Tanda-tanda
tetanus
5. Kaki dan tangan teraba  Puskesmas dan  Lihat bab
dingin perawatan hipotermi
 Rujuk
 Sama seperti diatas
+ oksigen

6. Gangguan / kesulitan  Puskesmas dan  Bersih kan jalan


bernapas perawatan nafas
 Rumah sakit  Lihat bab asfiksia

12
dan infeksi
pernapasan
7. Pendarahan / tersangka  Puskesmas dan  Bungkus hangat
pendarahan perawatan dengan kepala bayi
 Rumah sakit diberi topi
 Minum ASI
 Infus
 Oksigen
8. Kejang-kejang  Puskesmas dan  Lihat bab kejang
perawatan
 Rumah sakit
9. Gejala ikterus yang  Puskesmas dan  Bungkus hangat
meningkat perawatan dengan kepala bayi
 Rumah sakit diberi topi
 Cek golongan
darah ibu
 Light terapi
 Minum banyak
 Lihat bab ikterus
10. Gangguan saluran cerna  Puskesmas dan  Lihat bab
dengan muntah di sertai perawatan gangguan saluran
diare, atau tidak buang air  Rumah sakit cerna
besar dengan perut
membuncit
11. Tanda infeksi berat  Puskesmas dan Lihat bab infeksi/sepsis
perawatan
 Rumah sakit

12. Kelainan
bawaan,misalnya :  Bila sesak/biru, di

13
- Kelainan jantung  Rumah sakit pasang infuse
bawaan biru  Beri oksigen
 Di tutup kasa
bersih
 Tetep di beri ASI
- Gastroskisis  Rumah sakit
 Di kompres NaCl
0,9%
 Infuse dekstrose
10% atau 5% atau
- Meningokel/spinabifida  Rumah sakit
N4 60 ml/kg/24
jam
 dikompres NaCl
0,9%
 Infuse dekstrose
10% atau 5% atau
N4 60 ml/kg/24
jam.
 Tetap di beri ASI.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan
fasilitas dan keahlian yang lebih memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk
merujuk bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugas pelayanan kesehatan (perawat
atau bidan atau dokter) atas dasar kesepakatan dengan keluarga. Setiap petugas
pelayanan kesehatan harus mengetahui kewenangan dan tanggung jawab tugas masing
masing sesuai dengan jenjang pelayanan kesehatan tempat nya bertugas.
Rujukan berhasil apabila kematian,kesakitan,dan kecacatan pada BBL dapat
ditekan serendah-rendahnya untuk itu diperlukan langkah langkah sbb. Sebelum bayi
dirujuk, diperlukan stabilitasi keadaan umum bayi dengan tujuan agar kondisi bayi
agar tidak bertambah berat dan meninggal dijalan. Ada kala nya stabilitasi lengkap
tidak dimungkin kan akan tetapi perlu diperhatikan bahwa merujuk bayi dalam
keadaan stabil membahayakan dan tidak dianjurkan, karna itu saharusnya dilakukan
usaha stabilitasi semaksimal mungkin sesuai dengan kewenangan dan kemampuan
fasilitas. Bayi dinyatakan dalam keadaan stabil apabula suhu tubuh, tekanan darah,
cairan tubuh dan oksigenisasi cukup.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alimul. 2008. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik untukKebidanan.


Jakarta : Salemba Medika.

Astuti, H. P., 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan.


Yogyakarta: Rohima Press

Dewi, V. N. L., Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta :


Salemba Medika.

Depkes RI. 2010. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)


2012 AKI.

Jakarta

Depkes RI. 2010. Permenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 (online)


Available : http://www.kesehatanibu..depkes.go.id/archives/171
html 31 Oktober 2014

16

Anda mungkin juga menyukai