oleh:
1. URWATUN WUSKIA
2. NADIA SABRINA
3. HIKMAH MARISA
4. SRI HERLINA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas kuliah di semester 5
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang...................................................................................................................3
B. Tujuan Penelitian................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
A. Prinsip Dasar......................................................................................................................5
F. Hubungan kerja sama antara petugas yang merujuk dan petugas ditempat rujukan..........9
BAB III........................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
angka mortalitas maternal dari 1,89% per 1000 kelahiran hidup menjadi 1,09%.
Berdasarkan penelitian Dasari (2015) yang dilakukan di India Selatan, dari 104 mortalitas
maternal 90% masuk dengan keadaan darurat dan 59% diantaranya karena keputusan
rujukan yang terlambat. Jadi rujukan dapat mempengaruhi tingkat mortalitas maternal.
Faktor rujukan terhadap angka mortalitas ibu yang masih tinggi menjadi penyebab
masalah kesehatan di Indonesia. Angka Mortalitas maternal berjumlah 359 dari 100.000
kelahiran. Untuk Mortalitas anak berjumlah 32 dari 1000 kelahiran (SDKI, 2012). Pada
tahun 2013 angka mortalitas ibu di Sidoarjo Timur mencapai 96 per 100.000
dengan pengaruh proses rujukan terhadap angka mortalitas mencapai 10% (Handriani,
2015). Di Banyumas angka kematian ibu mencapai 98 per 100.000 kelahiran hidup,
dengan rujukan obstetri terlambat yang terjadi pada kematian ibu mencapai 58%
(Anasari, 2014). Dengan demikian sistem rujukan berperan dalam tingkat mortalitas ibu.
B. Tujuan Penelitian
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar
Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan
fasilitas dan keahlian yang lebih memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk
merujuk bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugas pelayanan kesehatan (perawat
atau bidan atau dokter) atas dasar kesepakatan dengan keluarga. Setiap petugas
pelayanan kesehatan harus mengetahui kewenangan dan tanggung jawab tugas masing
memungkinkan ASI tetap harus dikeluarkan supaya payudara tetap produktif. Dalam
6
f. Bayi mengalami kejang kejang
Sebelum bayi dirujuk, diperlukan stabilitasi keadaan umum bayi dengan tujuan agar
kondisi bayi agar tidak bertambah berat dan meninggal dijalan. Ada kala nya
stabilitasi lengkap tidak dimungkin kan akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
merujuk bayi dalam keadaan stabil membahayakan dan tidak dianjurkan, karna itu
Bayi dinyatakan dalam keadaan stabil apabula suhu tubuh, tekanan darah, cairan
a. Bayi dengan dehhidrasi harus diberi beri infuse untuk memberikan cairan
b. Bayi dengan kejang kejang perlu diberi pengobatan anti konvulsi terlebih
7
d. Suhu tubuh bayi dupertahankan agar tetap hangat dalam batas norma
suhu rendah. Jika suhu bayi kurang panas, sedangkan fasilitas ingkubator
tidak ada, bayi dapat di gendong dengan cara kangguru oelh ibunya,
alumunium foil.
infuse di sesuaikan.
perjalanan. Bila keadaaan bayi tidak stabil, tidak di anjurkan membawa bayi ke
perlukan stabilisaasi dengan keadaan umum bayi dengan tujuan kondisi bayi tidak
bertambah berat dan meninggal dijalan. Dalam beberapa keadaan ada kalanya
mengangkut bayi dalam keadaan tidak stabil membahayakan dan tidak di anjurkan.
Karna itu sebaiknya dilakukan usaha stabilisasi semaksimal mungkin sesuai dengan
8
- Suhu tubuh normal (36,5o - 37,5o C)
- Oksigenisasi cukup
a. Berfungsi nya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga
b. Adanya komunikasi dua arah antara yang merujuk dan tempat rujukan.
c. Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil dan siaga selama 24 jam.
d. Tersedianya alat kesehatan dan obat obatan sesuai kebutuhan di tempat yang
f. Bagi keluarga tidak mampu tersedia dukungan dana untuk traspor, perawatan dan
Penerangan kepada orang tua atau keluarga mengenai penyakit yang ditemukan
atau diduga.
9
Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan,riwayat kelahiran,riwayat
penyakit) yang ada,yang sudah dilakukan dan yang mungkin diperlukan (hasil
Stabilasasi keadaan fital janin atau bayi baru lahir selama perjalanan ke tempat
tujuan
- Penerapan prosedur tetap (protocol) pelayanan esensial dan tata laksana penyakit
F. Hubungan kerja sama antara petugas yang merujuk dan petugas ditempat rujukan
puskesmas atau kecamatan, misalnya radio komunikasi, telfon, kurir, dsb. Dengan
10
ditangani. Setiapa temoat rujukan harus selalu siaga 24 jam untuk menerima kasus
anjuran tindak lanjut pasca rujukan terhadap bayi ke petugas yang merujuk
(puskesmas/polindes). Tindak lanjut pasca rujukan bayi sdakit dilaksanakan oleh bidan
Instrumen ini digunakan untuk menilai pelaksanaan rujukan di suatu wilayah dati II.
Sarana nya adalah Tim Audit Maternal Parinetal di Dati II dari Dinas kesehatan
dan dokter spesialis kebidanan dan spesialis anak dari rumah sakit rujukan yang
11
perawatan
Infuse
oksigen
3. Bayi berat lahir rendah < Puskesmas dan Bungkus hangat
200gr perawatan dengan kepala bayi
Rumah sakit di beri topi
Lingkungan
tranportasi bersih
Tetap beri ASI/air
gula
4. Bayi tidak mau minum Puskesmas dan Bungkus hangat
ASI perawatan dengan kepala bayi
di beri topi.
Lingkungan
transportasi bersih
Coba air gula
dengan sendok
Tanda-tanda
dehidrasi
Tanda-tanda
tetanus
5. Kaki dan tangan teraba Puskesmas dan Lihat bab
dingin perawatan hipotermi
Rujuk
Sama seperti diatas
+ oksigen
12
dan infeksi
pernapasan
7. Pendarahan / tersangka Puskesmas dan Bungkus hangat
pendarahan perawatan dengan kepala bayi
Rumah sakit diberi topi
Minum ASI
Infus
Oksigen
8. Kejang-kejang Puskesmas dan Lihat bab kejang
perawatan
Rumah sakit
9. Gejala ikterus yang Puskesmas dan Bungkus hangat
meningkat perawatan dengan kepala bayi
Rumah sakit diberi topi
Cek golongan
darah ibu
Light terapi
Minum banyak
Lihat bab ikterus
10. Gangguan saluran cerna Puskesmas dan Lihat bab
dengan muntah di sertai perawatan gangguan saluran
diare, atau tidak buang air Rumah sakit cerna
besar dengan perut
membuncit
11. Tanda infeksi berat Puskesmas dan Lihat bab infeksi/sepsis
perawatan
Rumah sakit
12. Kelainan
bawaan,misalnya : Bila sesak/biru, di
13
- Kelainan jantung Rumah sakit pasang infuse
bawaan biru Beri oksigen
Di tutup kasa
bersih
Tetep di beri ASI
- Gastroskisis Rumah sakit
Di kompres NaCl
0,9%
Infuse dekstrose
10% atau 5% atau
- Meningokel/spinabifida Rumah sakit
N4 60 ml/kg/24
jam
dikompres NaCl
0,9%
Infuse dekstrose
10% atau 5% atau
N4 60 ml/kg/24
jam.
Tetap di beri ASI.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan
fasilitas dan keahlian yang lebih memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk
merujuk bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugas pelayanan kesehatan (perawat
atau bidan atau dokter) atas dasar kesepakatan dengan keluarga. Setiap petugas
pelayanan kesehatan harus mengetahui kewenangan dan tanggung jawab tugas masing
masing sesuai dengan jenjang pelayanan kesehatan tempat nya bertugas.
Rujukan berhasil apabila kematian,kesakitan,dan kecacatan pada BBL dapat
ditekan serendah-rendahnya untuk itu diperlukan langkah langkah sbb. Sebelum bayi
dirujuk, diperlukan stabilitasi keadaan umum bayi dengan tujuan agar kondisi bayi
agar tidak bertambah berat dan meninggal dijalan. Ada kala nya stabilitasi lengkap
tidak dimungkin kan akan tetapi perlu diperhatikan bahwa merujuk bayi dalam
keadaan stabil membahayakan dan tidak dianjurkan, karna itu saharusnya dilakukan
usaha stabilitasi semaksimal mungkin sesuai dengan kewenangan dan kemampuan
fasilitas. Bayi dinyatakan dalam keadaan stabil apabula suhu tubuh, tekanan darah,
cairan tubuh dan oksigenisasi cukup.
15
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
16