Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA


RINGAN
DI PMB HASNA DEWI FS,AMD. KEB, SKM
KOTA PEKANBARU

OLEH :

NELY SUHAINI
NIM :P031915401020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TA : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang
berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
ASFIKSIA RINGAN DI PMB HASNA DEWI FS,AMD.KEB, SKM DI
KOTA PEKANBARU” yang dilakukan guna untuk melengkapi tugas pada
kegiatan Praktik Klinik Kebidanan II T.A. 2021/2022. Laporan Pendahuluan ini
dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ani Laila SST,M.Biomed selaku CI Akademik yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini.
2. Hasna Dewi FS, Amd.Keb, SKM selaku CI Lapangan yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini.
3. Kakak-kakak yang bertugas di PMB yang telah membimbing dalam
melakukan Praktik Klinik Kebidanan II.
Semoga Laporan Pendahuluan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Dan semoga semua pihak yang memberikan bantuan kepada saya
mendapatkan syafaat dari Allah SWT, Amin Ya Rabbal Alamin.
Pekanbaru,29September202
1

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. LATAR BELAKANG....................................................................
B. TUJUAN..........................................................................................
1. TUJUAN UMUM.......................................................................
C. TUJUAN KHUSUS........................................................................
D. MANFAAT PENULISAN.............................................................
E. RUANG LINGKUP.......................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................

BAB III KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN SOAP...........

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah penyakit yang juga dikenal
dengan nama asfiksia perinatal atau asfiksia neonatorum, dimana asfiksia
adalah kondisi saat pasokan oksigen menurun atau berhenti
Perinatal adalah kondisi yang mencakup sebelum, selama, dan
setelah melahirkan, baik melahirkan normal dengan posisi persalinan apa
pun maupun operasi caesar ,sementara neonatorum merujuk pada penyakit
yang dialami oleh bayi baru lahir ,jadi, asfiksia neonatorum adalah kondisi
ketika bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama proses
persalinan berlangsung ,hal ini, otomatis memuat bayi manjadi susuah
bernapas baik sebelum, selama, maupun setelah kelahiran .
Kondisi asfiksia pada bayi baru lahir ini membuat otak serta organ
tubuh bayi lainnya tidak mendapatkan asupan oksigen serta nutrisi yang
cukup .kondisi yang terjadi pada bayi baru lahir ini juga bisa disebabkan
oleh meningkatnya kadar karbon dioksida .
Asfiksia neonatorum di bagi menjadi empat kalsifikasi berdasarkan
skor apgar :
1. Asfiksia berat (0-3) : memerlukan resusitasi segera secara aktif dan
pemberian oksigen terkendali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung 100x/i , tonus otot buruk , sianosis berat , dan terkadang pucat ,
refleks iritabilitas tidak ada.
2. Asfiksia sedang (4-6) :frekuensi jantung 100x/i ,tonus otot buruk, sainosis
pucat, refleks iritabilitas minim .
3. Asfiksia ringan (7-10 ) : bayi tiak memerlukan tindakan atau penanganan
khusus pasca dilahirkan.
Data asfiksia menurut WHO setiap tahunnya ada 120 juta bayi
yang lahir di dunia. Secara global terdapat 4 juta bayi (33%) yang lahir
mati dalam usia 0 sampai dengan 7 hari (perinatal), dan terdapat 4 juta
bayi (33%) yang lahir mati dalam usia 0 sampai dengan 28 hari
(neonatal). Dari 120 juta bayi yang dilahirkan, terdapat 3,6 juta bayi (3%)
yang mengalami asfiksia, dan hampir 1 juta bayi asfiksia (27,78%) yang
meninggal (Marwiyah, 2016)
Sebanyak 47% dari seluruh kematian bayi di Indonesia terjadi
pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 5 menit terdapat satu
neonatal yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah
BBLR (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi
lain dan kelainan kongenital (Marwiyah, 2016).
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak
di tangani dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara
lain : perdarahan otak, anemia,hipoksia, hyperbilirubinemia, kejang
sampai koma. Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan bahkan kematian pada bayi.
Penanganan yang dilakukan pada bayi baru lahir yaitu
membersihkan jalan napas dengan pengisapan lendir dan kasa steril,
potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik, apabila bayi tidak
menangis lakukan rangsangan taktil, pertahankan suhu tubuh, dan nilai
APGAR score pada menit 5 sudah baik (7-10) maka lakukan perawatan
bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat, pemberian ASI, pengukuran
antrometri, mengenakan pakaian bayi dan memasang tanda pengenal
bayi .
Upaya dalam menurunkan angka kematian bayi baru lahir yang
diakibatkan asfiksia adalah dengan cara melakukan salah satu pelatihan
ketrampilan resusitasi kepada para tenaga kesehatan agar lebih trampil
dalam melakukan resusitasi dan menganjurkan kepada masyarakat atau
pun ibu khususnya, agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kemampuan dan ketrampilan (Depkes RI, 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa Mampu melakukan asuhan kebidanan pada by.
Ny.Juwita dengan asfiksia ringan dan pemberian oksigen serta
mendokumentasikan asuhan yang telah diberikam.
2. Tujuan khusus Mahasiswa mampu :
1. Mampu Melakukan pengkajian secara lengkap baik data
objektif ataupun subjektif dalam asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia ringan.
2. Mampu Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan
dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
ringan.
3. Mampu mengintervensi data diagnosa, masalah dan
mengantisipasi penanganan dalam asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia ringan.
4. Mampu Melaksanakan tindakan asuhan yang telah
direncanakan dalam asuhan keidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia ringan.
5. Mampu mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia ringan.
C. Manfaat penulisan
Hasil Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan tambahan bagi pengembangan ilmu kebidanan khususnya
bidang ilmu kebidanan anak yang berkaitan pada asuhan kebidanan pada
bayi dengan asfiksia ringan.
A. Ruang Lingkup
a. Sasaran
Asuhan Kebidanan Ditujukan Kepada Bayi asfiksia dengan
Memperhatikan keadaan Bayi.
b. Tempat
Laporan ini disusun dengan mengambil tempat di PMB HASNA
DEWI FS,AMD.KEB SKM
c. Waktu
Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan penyusunan laporan
adalah dari 01 oktober 2021-02 oktober 2021.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi asfiksia
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau
beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia
(asfiksia primer) atau mungkin dapat bernapas tetapi kemudian mengalami
asfiksia beberapa saat setelah lahir (asfiksia sekunder) (Fauziah dan
Sudarti, 2014).
Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis.
(Fauziah dan Sudarti , 2014).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut
yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan,
beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan
asfiksia.
2. Penyebab asfiksia
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran
gas atau pengangkutan O₂ dari ibu ke janin, pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. Penyebab kegagalan pernafasan pada
bayi (Marwyah 2016) :
a. Faktor ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus,
hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia,
penyakit jantung dan lain-lain.
b. Faktor plasenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa,
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
c. Faktor janin dan neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli, IUGR, kelainan
kongenital daan lain-lain.
d. Faktor persalinan Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain
3. Fatofisiologi asfekia
Segera setelah lahir bayi akan menarik napas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk resoirasi.
Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam
alveoli akan meninggalkan alveli secara bertahap. Bersamaan dengan ini
arteriol paru akan mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat
secara memadai.
Bila janin kekurangan O₂ dan kadar CO₂ bertambah , maka
timbullah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung
janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O₂ terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat di pengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervu
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan intrauterine dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam,
denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan
bayi akan terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O₂ dalam darah (PaO₂) terus menurun.
Bayi sekarang tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernapasan secara spontan .
4. Tanda dan gejala asfiksia
Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan asfiksia antara lain :
1. Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan cepat,
pernapasan cuping hidung.
2. Pernapasan tidak teratur atau adanya retraksi dinding dada
3. Tangisan lemah atau merintih
4. Warna kulit pucat atau biru
5. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai.
6. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) kurang dari
100 kali per menit

5. komplikasi asfiksia

Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak
di tangani dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara
lain: perdarahan otak, anuragia, dan onoksia, hyperbilirubinemia, kejang
sampai koma. Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan bahkan kematian pada bayi (Surasmi, 2013)

Beberapa pemeriksaan diagnostik adanya asfiksia pada bayi


(Sudarti dan Fauziah, 2013 ) yaitu :

1. Pemeriksaan analisa gas darah


2. Pemeriksaan elektrolit darah

3. Berat badan bayi

4. Penilaiaan APGAR Score

5. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan

6. Penatalaksanaan asfiksia (Surasmi, 2013) adalah :


1. Membersihkan jalan napas dengan pengisapan lendir dan kasa
steril
2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan antiseptik
3. Apabila bayi tidak menangis lakukan sebagai berikut :
a. Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-
elus dada, perut dan punggung
b. Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan
resusitasi mouth to mouth
c. Pertahankan suhu tubuh agar tidak perburuk keadaan asfiksia
dengan cara : membungkus bayi d engan kain hangat, badan bayi
harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air
dingin gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh
bayi, kepala bayi ditutup dengan baik atau kenakan topi
4. Apabila nilai APGAR pada menit ke lima sudah baik (7-10)
lakukan perawatan selanjutnya : bersihkan badan bayi, perawatan tali
pusat, pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat, melaksanakan
antromentri dan pengkajian kesehatan, memasang pakaian bayi dan
mengenakan tanda pengenal bayi.
7. pelaksanaan resusitasi
Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal
secara cepat supaya bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau
tidak. Tindakan ini merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir.
Tujuannya supaya intervensi yang diberikan bisa dilaksanakan secara tepat
dan cepat (tidak terlambat).
1. Membuka jalan nafas Tujuan : Untuk memastikan terbuka
tidaknya jalan nafas. Metode : Meletakkan bayi pada posisi
yang benar: letakkan bayi secara terlentang atau miring dengan
leher agak eksetensi/ tengadah. Perhatikan leher bayi agar tidak
mengalami ekstensi yang berlebihan atau kurang. Ekstensi
karena keduanya akan menyebabkan udara yang masuk ke
paru-paru terhalangi.
2. Membersihkan jalan nafas
Apabila air ketuban tidak bercampur mekonium hisap
cairan dari mulut dan hidung, mulut dilakukan terlebih dahulu
kemudian hidung.
3. Mencegah kehilangan suhu tubuh
Tujuan : Mencegah komplikasi metabolisme akibat
kehilangan panas. Metode : meletakkan bayi terlentang
dibawah pemancar panas (Infant warmer) dengan temperatur
untuk bayi aterm 34°C, untuk bayi preterm 35°C. Tubuh dan
kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk dan
selimut hangat, keuntungannya bayi bersih dari air ketuban,
mencegah kehilangan suhu tubuh melalui evaporosi serta dapat
pula sebagai pemberian rangsangan taktik yang dapat
menimbulkan atau mempertahankan pernafasan.
4. Observasi gerak dada bayi Adanya gerakan dada bayi naik
turun merupakan bukti bahwa sungkup terpasang dengan baik
dan paru-paru mengembang.
5. Observasi gerak perut bayi Gerak perut tidak dapat dipakai
sebagai pedoman ventilasi yang efektif. Gerak perut mungkin
disebabkan masuknya udara kedalam lambung.
8. Diagnosa Kebidanan
Setelah didapatkan data dari pengkajian, data tersebut
dianalisis. Selanjutnya semua masalah yang ditemukan dirumuskan
menjadi diagnosa Kebidanan untuk menentukan intervensi
kebidanan.
9. Implementasi Kebidanan
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh bidan
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Implemetasi kebidanan adalah kategori
serangkaian perilaku bidan yang berkoordinasi dengan pasien,
keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah
kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil
yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon
pasien terhadap tindakan kebidanan yang telah dilakukan.

10. Evaluasi Kebidanan


Menurut Surasmi (2013) Evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses kebidanan yg menandakan
seberapa jauh diagnosa kebidanan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Mengakhiri rencana
tindakan (klien telah mencapai tujuan yg ditetapkan)
BAB III
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN SOAP

1. PENGERTIAN SOAP
SOAP adalah sarana yang digunakan oeh tenaga medis untuk
merekam informasi mengenai pasien. SOAP merupakan singkatan dari
subjective, objective, assesment (penilaian), dan plan (perencanaan).
Dengan mengikuti format SOAP, ini akan membantu untuk
mengumpulkan data dan mendokumentasikan data serta informasi pasien
dengan lebih terorganisir . selain itu , SOAP juga membantu tenaga medis
profesional untuk mengumpulkan informasi pasien dan mencatat diagnosis
nya.
Menurut (Megasari et al., 2019) untuk mengetahui apa yang telah
dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir didokumentasikan
dalam bentuk SOAP
Dalam metode penulisan SOAP, terdapat 3 poin utama penjelasan
sebegai berikut :
1. Apa yang terjadi dengan pasien ?
2. Apa yang direncanakan untuk pasien ?
3. Bagaimana pasien beraksi terhadap terapi yang ditempuh?
Langkah-langkah pencatatan SOAP yang benar :
a. Subjective ( S )
Bagian subjective umumnya meliputi etiologi ( penyebab utama
penyakit ) atau MOI ( mechanism of injury / mekanisme cedera C.C
( chief complain) ) atau keluhan utama, gejala penyakit, deskripsi
keluhan, dan riwayat penyakit pasien.
 Riwayat pasien memiliki porsi paling besar dalam catata SOAP,
terutama karena memahami riwayat pasien sangat perlu untuk
menentukan dan mempersempit perkiraan/potensi cedera pasien
 Hindari pertanyaan tertutup yang hanya bisa dijawab “ya” atau
“tidak” .
b. Objective ( O )
Dalam SOAP bagian objective berisi hasil observasi
kuantitatif , seperti jarak pandang, palpasi jaringan lunak dan keras
sera hasil pemeriksaan khusus pasien lainnya.
 Pada baian ini pastikan mempersempit potensi cedera dan
menentukan diagnosis pasien.
c. Assasment ( A )
Pada tahap ini penilaian yang dilakukan akan berujung pada
kesimpulan kondisi klien yang harus ditindaklanjuti yang tertuang
dalam plan atau rencana asuhan ang diberikan.
 Cantumkan tipe cedera pasien , apakah kronis, akut, atau memiliki
potensi berulang .
d. Plan ( P )
Rencana merupakan serangkaian keputusan tentang bagimana
untuk melakukan sesuatu dimasa depan.
 Perencanaan ini harus ditulis secara menditail ( berisi rencana
harian untuk pasien ) hingga penyakit pasien sembuh

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


Tanggal :28-September-2021 Pukul : 00:50 WIB

I. PENGUMPULAN DATA

A. Identitas / Biodata
Nama bayi :Bayi Ny.J
Tgl/jam lahir :28-September-2021/00:50 WIB
Jenis kelamin :Perempuan
Berat badan :3,300 gram
Panjang badan :48 cm

Nama ibu :Ny. J Nama ayah :Tn.R


Umur :30th Umur :32th
Kebangsaan /suku : Melayu Kebangsaan/suku :Melayu
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat kantor : Alamat Kantor :
Alamat rumah :Jl.Kutilang sakti Alamat rumah :Jl.Kutilang
sakti
Telp :085376984423 Tel :0853769844423

B. Anamnesa
1. Riwayat Penyakit Kehamilan
a. Perdarahan : Tidak ada
b. Pre eklampsia : Tidak ada
c. Eklampsia : Tidak ada
d. Penyakit kelamin : Tidak ada
e. Dll :
2. Kebiasaan Waktu Hamil
a. Makanan : 3x/hari
b. Obat-obatan :Tablet Fe.Vit C
c. Merokok : Tidak ada
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Jenis persalinan : Normal
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Lama persalinan
 Kala I :± 4 jam
 Kala II :± 5 jam
d. Ketuban pecah : spontan/amniotomy, lamanya : Spontan
 Warna : Jernih
 Bau :Khas ketuban
 Jumlah :± 200cc
e. Komplikasi persalinan
 Ibu : Tidak ada
 Bayi : Tidak ada
f. Keadaan bayi baru lahir
Nilai APGAR Score :
Menit Tanda 0 1 2

Ke – 1 Apperance ( 1) Biru/pucat (1)tampak kemerahan (1)kemerahan


(Warna kulit)
tangan dan kaki biru
Pulserate
( 2) Tidak ada ( 2 ) < 100 ( 2 ) > 100
(Frekuensi
jantung)
Jumlah

Ke - 2 Apperance ( 2 ) Biru/pucat (2)tampak kemerahan (2)


(Warna kulit) tangan dan kaki biru kemerahan
Pulse rate ( 2 ) Tidak ada ( 2 ) < 100
(Frekuensi ( 2 ) > 100
jantung) ( 2 ) Tidak ada (2)sedikit gerakan
Grimace mimik (2)
(Reflek) ( 1 ) Lumpuh ( 1) ext fleksi sedikit batuk/bersin
Activity
(Tonus otot) ( 1 ) Tidak ada (1)lemah/tidak teratur (1) gerakan
Respiration aktif
(Usaha nafas)
(1) menangis

Jumlah 8 8 8

Sidik telapak kaki kiri bayi Sidik telapak kaki kanan bayi
Sidik jempol tangan kiri bayi Sidik jempol tangan kanan bayi

g. Tindakan yang pernah diberikan :


 Resusitasi :Dilakukan
 Pengisapan lendir :Dilakukan
 Masase jantung :Dilakukan
 Intubasi endotracheal :
 O2 :
 Dll :
C. Pemeriksaan fisik ( Umum dan Kebidanan ).
Keadaan Umum
Tanda vital :
 Pernafasan :34x/mnt, teratur/tidak
 Suhu :36,6°C, axilla/rektal
 Denyut nadi :110x/mnt, teratur/tidak
 Berat badan lahir :3,300 Kg

Pemeriksaan Fisik Secara Sistematis


a. Kepala :UUB : Datar
UUK : Tidak ada molase,tidak ada chepal hematom,tidak ada caput.
b. Mata :Tidak ada kelainan,pupil jernih,skelera bersih
c. Hidung :Tidak ada kelainan,tidak ada pernafasan cuping
d. Mulut :Tidak ada kelainan
e. Gigi :
f. Telinga :Simetris,tidak ada secret tidak ada tanda-tanda infeksi
g. Leher :Tidak ada trauma maupun flexusbrachialis
h. Dada :Tidak ada retraksi
i. Ekstremitas :Atas :Simetris,jari lengkap tidak fraktur,pergerakan aktif
Bawah: Simetris,jari lengkap ,tidak fraktur,pergerakan
aktif
j. Genitalia :Normal,

Refleks
 Refleks moro :Baik
 Refleks rooting :Baik
 Refleks sucking :Baik
 Refleks grasping :Baik
Antropometri
 Lingkar kepala :33cm
 Lingkar dada :31cm

D. Assement
BBL 1 jam Normal dengan asfiksia sedang
E. Plan
1.Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keaaan bayinya lemah dan
mengalami asfiksia sedang
2.Meminta persetujuan ibu bayi secara lisan, yaitu akan dilakukan tindakan
segera
3.Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dengan kain kering
dan bersih,dan hangatkan
4.Melakukan langkah awal pada bayi dengan,menghangatkan bayi,mengatur
posisi bayisetengah ekstensi,isap lendir, sambil menggosok punggung
bayi,dan memberikan rangsa taktil, lalu mengatur posisi lagi dan melakukan
evaluasi bayi sudah menangis kuat,warna kulit kemerahan, gerakan aktif
5.Memberikan injeksi Vit K di 1/3 bagian lateral paha kiri
6.Memberikan salep mata
7.Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan tetap menjaga kehangatan
bayinya.
DAFTAR PUSTAKA

Marwiyah,2016.hubungan penyakit kehamilan dan jenis persalinan dengan


kejadian asfisia neonatorum di RSUD Dr. Drajat prawiranegara
serang.nurseline journal.2
Depkes RI. 2013. Riset kesehatan dasar. Jakarta : badan penelitian dan
pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI
Sudarti,fauzyah,2014 ,faktor yang beerhubungan dengan kejadian asfiksia pada
bayi baru lahir:jurnal ilmiah kebidanan
Surasmi. 2013. Perawatan bayi resiko tinggi . jakarta : EGC
Megasari, M. Et Al. (2019) Catatan Soap Sebagai Dokumentasi Legal Dalam
Pratik Kebidanan, Nuha Medika. Edited By J. . Meitha. Pekanbaru: Nuha
Medika. Doi: 10.1055/S-2008-1040325.

Anda mungkin juga menyukai