Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DENGAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT
Tk.IV 02.07.05 Dr.NOESMIR
BATURAJA

Di Susun oleh

Erliyanti
03.020.010

Dosen Pembimbing
Eichi Septiani SKM, M.K.M

YAYASAN DARUL MA’ARIF AL-INSAN BATURAJA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBUATAN LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DENGAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT
Tk.IV 02.07.05 Dr.NOESMIR
BATURAJA

Dibuat untuk memenuhi tugas akhir di Tahun 2022/2023

Disusun oleh

Erliyanti

NIM : 03.020.010

Dosen pembimbing

Eichi Septiani SKM, M.K.M

DAFTAR ISI
2
LEMBAR BIMBINGAN LAPORAN KASUS........................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

KATA PENGANTAR................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan penulisan..............................................................................2
D. Manfaat Studi Kasus.......................................................................3
E. Keaslian Studi Kasus.......................................................................3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................3

A. Pengertian Asfiksia..........................................................................3
B. Etiologi Asfiksia Neonatorum.........................................................3
C. Gejala Asfiksia Neonatorum............................................................6
D. Cara Pengobatan..............................................................................6

BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................8

BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................17

BAB V PENUTUP......................................................................................20

A. Kesimpulan......................................................................................20
B. Saran.................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

3
Puji syukur atas kehadiran allah SWT. Karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertema “Asuhan
kebidanan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RST DKT Noesmir
Baturaja”.Terimakasih juga saya ucapakan kepada ibu Eichi Septiani SKM,
M.K.M yang membimbing saya selama pembuatan makalah.

Makalah ini saya buat dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan


kita tentang materi asfiksia pada bayi baru lahir.Saya menyadari dalam pembuatan
makalah ini belum sempurna, untuk itu kami mohon masukan dan saran nya dari
pembaca sekalian.

Saya ucapkan terimakasih telah membaca makalah saya, semoga dapat


bermanfaat bagi pembaca .

Hormat Saya

Erliyanti

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan dimana bayi baru


lahir mengalami gangguan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur
setelah lahir yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti persalinan lama,
adanya lilitan tali pusat, dan presentasi janin abnormal (Nurarif & Kusuma,
2015). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir
atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia
(Asfiksia Primer) atau mungkin dapat bernafas tetapi kemudian mengalami
asfiksia beberapa saat setelah lahir ( Asfiksia Skunder) ( Icesmi & Sudarti,
2014:158). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir
atau beberapa saat sesudah lahir (Sudarti, 2013).

Asfiksia khususnya di Indonesia menurut hasil Survei Demografi


dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan bahwa angka
kematian neonatal sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup.(Kemenkes RI,
2019). Angka kejadian asfiksia yang terbesar adalah asfiksia ringan yaitu
sebanyak 78 (77.22%), asfiksia sedang sebanyak 20 (19.80%) dan asfiksia
berat 3 (2.98%) dari 101 ibu bersalin di Ruang Ponek Bapelkes RSD
Jombang (Ninik Azizah, 2013).

Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa derajat BBLR yang


mengalami Asfiksia dengan tingkat keparahan sedang yang terbanyak yaitu
sebesar 97 dengan persentase 77,6% dari 125 sampel, BBLR dengan kejadian
asfiksia neonatorum ringan sebanyak 7 dengan prosentase 5,6%, dan kejadian
asfiksia berat sebanyak 3 dengan prosentase 2,4% (Rohmani, Dewiyanti, &
Maulana, 2013).

1
2

Menurut kepala ruangan Perinatalogi didapatkan bahwa angka


kejadian asfiksia tinggi disebabkan karena faktor ibu (Marwiyah, 2016).
Selain itu, ketuban 4 meconium juga dapat menyebabkan bayi saat lahir
mengalami kesulitan bernafas pada menit-menit awal kelahiran, karena akibat
ketuban mekonium dihisap oleh bayi dan masuk ke dalam paru-paru maka
bayi akan kekurangan O2 dan terjadi hipoksia, sehingga mengalami asfiksia
neonatorum (Palupi, Widada, & Fitrianingsih, 2019)

Di Indonesia angka kematian neonatal sebesar 25 per 1000


kelahiran hidup dan angka kematian neonatal dini (0-7 hari)sebesar 15 per
1000 kelahiran hidup. Dari hasil survey demogravi kesehatan Indonesia pada
tahun 2007 penyebab utama kematian neonatal dini adalah Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) (35%), asfiksia(33,6%), tetanus(31,4%). Angka tersebut
cukup memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap morbiditas dan
mortalitas bayi baru lahir (Wijaya,2009)

Sementara World Health Organisation dalam laporannya


menjelaskan bahwa asfiksia neonatus merupakan urutan pertama penyebab
kematian neonatus dinegara berkembang pada tahun 2007 yaitu sebesar
21,1%, setelah itu pneumonia dan tetanus neonaturum masing – masing
sebesar 19,0 % dan 14,1%. Dilaporkan kematian neonatal adalah asfiksia
neonatus (33%), prematuritas (10%),BBLR (19%).

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak


segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam rahim yang berhubungan dengan
faktor – faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, dan setelah
kelahiran(Manuaba, 2002). Berdasarkan data yang diperoleh dari RB Restu
Ibu Sragen dari bulan Oktober 2010 sampai Oktober 2011 terdapat Bayi
Baru Lahir sebesar 300 Orang. Bayi Baru Lahir Normal Sebesar 250
orang(83,3%), Asfiksia Ringan 18 bayi (6%), Asfiksia Sedang 18 bayi
(6%), Berat Badan Lahir Rendah 14 bayi (4,6%).
3

Berdasakan uraian diatas,Asfiksia Sedang memerlukan penanganan


yang segera supaya bayi bisa diselamatkan dan tidak berlanjut menjadi
Asfiksia Berat, Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul “Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Bayi Ny. T dengan Asfiksia Sedang di RB
Restu Ibu Sragen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan


permasalahan yaitu “Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia Sedang di RB Restu Ibu Sragen
dengan menggunakan pendekatan 7 langkah Varney ?”

C. Tujuan Studi Kasus

a. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan


Asfiksia Sedang dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut 7
langkah Varney.

b. Tujuan Khusus

i. Penulis mampu :

1. Melaksanakan pengkajian pada bayi baru lahir Ny.


T dengan Asfiksia Sedang secara lengkap dan sistematis.
2. Menginterpretasikan data berupa diagnosa kebidanan,
masalah, kebutuhan bayi baru lahir dengan Asfiksia
4

Sedang.
3. Menentukan diagnosa potensial pada bayi baru lahir Ny.
T dengan Asfiksia Sedang.
4. Melakukan antisipasi tindakan pada bayi baru lahir Ny.
T dengan Asfiksia Sedang.
5. Merencanakan tindakan pada bayi baru lahir Ny. T
dengan Asfiksia Sedang.
6. Melakukan rencana tindakan pada bayi baru lahir Ny.
T dengan Asfiksia Sedang.
7. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah
dilakukan pada bayi baru lahir Ny. T dengan Asfiksia
Sedang.
ii. Penulis dapat menganalisa kesenjangan antara teori dan kenyataan
di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat.
iii. Penulis mampu memberi alternative pemecahan masalah jika
terdapat kesenjangan pada asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang.

D. Manfaat Studi Kasus

a. Bagi penulis

Meningkatkan pengetahuan , wawasan, dan ketrampilan


penulis dalam menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan Asfiksia Sedang.

b. Bagi profesi
5

Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan


lainnya dalam menangani kasus pada bayi baru lahir dengan
Asfiksia Sedang sesuai dengan standar asuhan kebidanan.

c. Bagi Institusi

i. Rumah bersalin

Meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya pada penanganan


asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang.

ii. Pendidikan

Manambah referensi dan sumber bacaan asuhan kebidanan pada


bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang.

E. Keaslian Studi Kasus

a. Widya Verawati ( 2010 ), dengan judul “Asuhan Kebidanan


Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Sedang di Ruang
Perinatologi RSUD Karanganyar“. Asuhan kebidanan yang
diberikan adalah membebaskan jalan nafas dengan menghisap
lendir dan rangsangan taktil, menghangatkan bayi,
mengobservasi keadaan umum bayi dan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak dalam pemberian terapi yaitu: injeksi kalfoxcim 1
x 160 mg/hari, injeksi vit. K 1 mg secara IM. Hasil dari asuhan
yang diberikan adalah asfiksia teratasi, keadaan umum: bayi baik,
bayi tidak hipotermi.
6

b. Nining Sulistyowati ( 2008 ), dengan judul “ Asuhan Kebidanan


Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Sedang di Ruang
Perinatologi RSUD Pandan Arang Boyolali”. Asuhan kebidanan
yang diberikan adalah membersihkan jalan nafas, menghangatkan
bayi, mengobservasi keadaan umum bayi, dan kolaborasi dengan
dokter spesialis anak dalam pemberian terapi yaitu: pemberian
O2 2 liter/menit, infuse D 10% 8 tetes/menit, injeksi vit. K 1 x
0,5 mg, gentamicin 1 x 1,5 mg, cefotaxim 155 mg/ 12 jam. Hasil
dari asuhan yang diberikan adalah asfiksia teratasi, keadaan
umum: bayi baik, bayi tidak hipotermi.

c. Nenny Kusdinarwati ( 2006 ), dengan judul “ Asuhan


Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Sedang di
Ruang Perinatologi RSUD Dr. Moewardi”. Asuhan kebidanan
yang diberikan adalah membebaskan jalan nafas dan rangsangan
taktil, menghangatkan bayi, mengobservasi keadaan umum bayi,
dan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian
terapi yaitu: injeksi vit. K 1 x 0,5 mg, injeksi clasep 2 x 100 mg/
12 jam, infuse KA-EN 1B 8 tetes/menit, pemberian oksigen 2
liter/menit. Hasil dari asuhan yang diberikan adalah asfiksia
teratasi, keadaan umum: bayi baik, bayi tidak hipotermi.
Berdasarkan dari 3 keaslian studi kasus, diperoleh perbedaan antara
keaslian studi kasus dengan Karya Tulis Ilmiah yang dibuat oleh
penulis, perbedaan tersebut diantaranya adalah subjek studi kasus,
lokasi studi kasus, dan pada pemberian terapi.
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan dimana bayi baru


lahir mengalami gangguan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur
setelah lahir yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti persalinan lama,
adanya lilitan tali pusat, dan presentasi janin abnormal (Nurarif & Kusuma,
2015).

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan untuk memulai dan


melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir
atau beberapa saat sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia
(Asfiksia Primer) atau mungkin dapat bernafas tetapi kemudian mengalami
asfiksia beberapa saat setelah lahir ( Asfiksia Skunder) ( Icesmi & Sudarti,
2014:158).

Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatan Dokter
Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).

Tanda dan gejala terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah tidak
bernafas atau nafas megap – megap atau pernafasan lambat (kurang dari 30 kali
per menit), pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (perlekukan dada),
tangisan lemah atau merintih, warna kulit pucat atau biru, tonus otot lemas atau
ekstremitas terkulai, dan denyut jantung tidak ada atau lambat (brakikardia)
kurang dari 100 kali per menit (Sudarti, 2013).

B. Etiologi

Pengembangan paru-paru neonatus terjadi pada menit-menit pertama


kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur, bila terjadi
gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan
7
8

terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah kelahiran (Jumiarni et al., 2016).
Penyebab kegagalan pernapasan pada bayi yang terdiri dari: faktor ibu, faktor
plasenta, faktor janin dan faktor persalinan (Jumiarni et al., 2016).

Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu yang terjadi karena


hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam, usia ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial
ekonomi rendah, setiap penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu
pertukaran gas janin seperti: kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi, jantung,
paru-paru / TBC, ginjal, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain. Faktor
plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta
tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya. Faktor janin atau neonatus
meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat
antara janin dan jalan lahir, gemeli, IUGR, premature, kelainan kongenital pada
neonatus dan lain-lain. Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan
tindakan, dan lain-lain (Jumiarni et al., 2016).

Menurut Wiknjosastro (2010), Beberapa faktor tertentu diketahui


dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya
adalah sebagai berikut:

1) Faktor Ibu :

a) Cacat bawaan

b) PreeKlampsia dan eklamspsia

c) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

d) Partus lama atau partus macet

e) Demam selama persalinan infeksi berat (malaria,sifilis,TBC, HIV)

f) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

g) Hipoventilasi selama anastesi


9

h) Penyakit jantung sianosis

i) Gagal bernapas

j) Keracunan CO

k) Tekanan darah

l) Gangguan kontraksi uterus

m)Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

2) Fakor tali pusat

a) Lilitan tali pusat

b) Tali pusat pendek

c) Simpul tali pusat

d) Prolapsus tali pusat

3) Faktor Bayi

a) Kompresi umbilikus

b) Tali pusat menumbung

c) Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir

d) Prematur

e) Gemeli

f) Kelainan Kongenital

g) Pemakaian obat anestesi

h) Trauma yang terjadi akibat persalinan

i) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

j) Kelainan bawaan (kongenital)

k) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

4) Faktor Plasenta

a) Plasenta tipis
10

b) Plasenta Kecil

c) Plaenta tidak menempel

d) Solusio plasenta

5) Faktor persalinan

a) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, dostosia bahu,


ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)

b) Partus lama

c) Partus tindakan

C.Gejala asfiksia

Menurut Healthline, bayi mungkin mengalami gejala asfiksia


neonatorum langsung setelah lahir yang meliputi:

1. Kulit yang tampak pucat atau biru


2. Kesulitan bernapas
3. Hidung melebar atau pernapasan perut
4. Detak jantung yang lambat
5. Otot lemah.

Semakin lama bayi tanpa oksigen, semakin besar kemungkinan mereka


mengalami gejala kronis yang dapat mencakup cedera atau kegagalan pada:

1. Paru-paru
2. Jantung
3. Otak
4. Ginjal.

D.Cara Pengobatan

Cara mengobati asfiksia neonatorum berbeda-beda, bergantung pada


penyebabnya.
11

Namun secara umum, bayi yang mengalami asfiksia neonatorum akan


mendapatkan

1. Suplementasi Oksigen

Pemberian oksigen saat lahir dan perlu menjalani perawatan yang


intensif di rumah sakit.

Bila asfiksia neonatorum disebabkan oleh gangguan membran


hialin, umumnya bayi akan dipasangi CPAP (continuous positive airway
pressure).
Alat ini membantu pernapasan bayi dengan cara memasukkan
tekanan positif ke paru sehingga paru mengembang. Selain itu, surfaktan
(zat untuk mengembangkan paru) juga dapat diberikan.

2. Menyedot Mekonium

Jika asfiksia disebabkan oleh sindrom aspirasi mekonium, segera


setelah bayi lahir, dokter akan menyedot mekonium di sepanjang
saluran pernapasan menggunakan suction.
Apabila mekonium yang masuk ke saluran napas cukup banyak,
umumnya pemasangan ventilator dan perawatan di ICU juga perlu
dilakukan.

3. Pemberian Antibiotik

Selain itu, umumnya antibiotik juga diberikan untuk mencegah dan


mengatasi infeksi paru. Jika asfiksia neonatorum terjadi akibat
pneumonia, pengobatan dengan antibiotik wajib diberikan agar efektif.
12

Antibiotik akan diberikan dengan cara disuntik atau diinfus ke pembuluh


darah bayi.

Asfiksia yang disebabkan oleh transient tachypnea of


newborn umumnya akan hilang dengan sendiri dalam waktu tiga hari
setelah lahir. Selama sesak masih terjadi, biasanya bayi cukup diberikan
oksigen.
13

BAB lll

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Nama Pengkaji : Erliyanti

Tanggal Pengkajian : 3 November 2022

Jam pengkajian : 08.15 WIB

A.Data Subjektif

1.Identitas Pasien

Nama : By.Ny. Diah Puspita Sari

Tanggal lahir : 1 November 2022

Jam lahir : 23.35 WIB

Nama Ibu : Ny. Diah Puspita Sari

Umur Ibu : 29 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Alamat : Suka jadi

2.Riwayat Persalinan

Usia Kehamilan : 39 minggu

Jenis Persalinan : SC (Sectio Caesar)

Ditolong oleh : Dokter

Penyulit persalinan : Tidak Ada

Warna air ketuban : Hijau


14

B.DATA OBJEKTIF

1.Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Segera menangis atau tidak : Spontan Menangis

APGAR Skor : 8/9

2.Tanda-tanda Vital

a.Nadi : 140 ×/menit

b.Respirasi : 30 ×/menit

c.Temperatur : 36,5ºc

3.Berat Badan : 3900gram

4.Panjang Badan : 50cm

5.Pemeriksaan Fisik

a.Kepala : Tidak ada kelainan

b.Mata : Simetris,tidak ada kelainan

c.Hidung : Tidak ada polip

d.Telinga : Simetris,Sejajar dengan mata

e.Mulut : Simetris,tidak ada palastokizis

f.Dada : Simetris

g.Abdomen : Tidak ada kelainan

h.Genetalia eksterna :

 Jenis Kelamin : Laki-laki


 Anus :+

i.Ekstermitas atas : Jari tangan lengkap

j.Ekstermitas Bawah : Jari kaki lengkap

k.Punggung : Simetris
15

l.Kulit : Kemerahan

6.Pemeriksaan Atopometri

Ukuran Kepala

CMO :-

DFO :-

DMO :-

7.Pemeriksaan Reflek

Refleks rooting :+

Refleks moro :+

Refleks Sucking :+

Refleks Grasping :+

Refleks Babinsky :+

Refleks Tonik Neck : +

C.ANALISA

Bayi baru lahir spontan Sc dengan BB:3900gram,Jam: 23.35 WIB,


Menangis spontan (+),Hisap lemah (+), Jam : 02.30 WIB Bayi
Biru,Pasang O2 ½ Jam,Temp : 36,5ºc, RR:30×/menit, N:135x/menit,
SPo2: 98%,Resiko Infeksi

D.PLANNING,IMPLEMENTASI,DAN EVALUASI

1.Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pada bayi secara menyeluruh

-Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan TTV pada bayi

2.-Menjelaskan tentang cara mencegah daya tahan tubuh bayi baru lahir seperti
a) Memastikan suhu bayi tetap terjaga, tidak ada sumbatan di jalan napas,
termasuk dengan melakukan pengisapan lendir dan feses pertama
16

(mekonium), dan melakukan stimulasi atau rangsang taktil untuk


merangsang bayi menangis
b) Memantau perkembangan dan memeriksa ada tidaknya napas spontan dan
denyut jantung bayi, sembari memeriksa saturasi oksigen
c) Melakukan resusitasi jantung paru dan pemasangan alat bantu napas
(ETT) jika napas tetap tidak spontan dan denyut jantung sangat lemah
d) Melakukan evaluasi berkala dan pemberian obat-obatan tertentu, seperti
epinefrin untuk merangsang kerja jantung
-Menjelaskan kepada ibu tentang cara mengetahui tanda tanda asfiksia
neonatorum seperti

 Kulit bayi tampak pucat atau kebiruan.


 Bibir kebiruan.
 Otot-otot di dada terlihat berkontraksi untuk membantu pernapasan.
 Denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lambat.
 Bayi tampak lunglai.
 Bayi terdengar merintih

-Ibu mengerti apa yang sudah dijelaskan

3.Memberikan Salep mata,injeksi vit K & Hb 0 setelah bayi lahir

4.Menganjurkan ibu untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

5.Menganjurkan ibu dan bayi untuk rawat gabung

6.Mengobservasi keadaan umum bayi


17

BAB IV

PEMBAHASAN

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan dimana bayi baru


lahir mengalami gangguan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur
setelah lahir yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti persalinan lama, adanya
lilitan tali pusat, dan presentasi janin abnormal (Nurarif & Kusuma, 2015).

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan


pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat
sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (Asfiksia Primer) atau
mungkin dapat bernafas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah
lahir ( Asfiksia Skunder) ( Icesmi & Sudarti, 2014:158).

Tanda dan gejala terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir adalah tidak
bernafas atau nafas megap – megap atau pernafasan lambat (kurang dari 30 kali
per menit), pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (perlekukan dada),
tangisan lemah atau merintih, warna kulit pucat atau biru, tonus otot lemas atau
ekstremitas terkulai, dan denyut jantung tidak ada atau lambat (brakikardia)
kurang dari 100 kali per menit (Sudarti, 2013).

Ada berbagai hal yang bisa menjadi penyebab asfiksia neonatorum atau
pada bayi baru lahir.

Itulah mengapa dokter dan tim medis harus selalu memantau kondisi ibu
dan bayi sebelum, selama, bahkan setelah proses persalinan.
Berikut adalah penyebab asfiksia neonatorum yang umum terjadi.

 Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.


 Persediaan oksigen dalam darah ibu tidak tercukupi sebelum maupun
selama persalinan.
 Ada masalah pada saluran pernapasan bayi.
18

 Bayi mengalami anemia sehingga sel-sel darah tubuhnya tidak


mendapatkan cukup oksigen.
 Ada penyakit infeksi yang menyerang ibu hamil atau bayi.
 Proses persalinan yang sulit atau memakan waktu lama.

 Ada masalah pada plasenta yang membungkus tubuh bayi, seperti


plasenta lepas terlalu cepat saat melahirkan(abruptio plasenta).
 Prolapse tali pusat atau tali pusat yang keluar lebih dulu daripada
bayi.
 Terjadi sindrom aspirasi meconium yaitu mekonium bayi terhirup
sebelum, selama, ataupun setelah persalinan.
 Saat kelahiran bayi sebelum 37 minggu (bayi prematur), paru-paru
bayi premature mengalami komplikasi karena belum berkembang
sehingga sulit bernapas.
 Bayi mengalami penyakit jantung bawaan atau penyakit paru-paru.
Persediaan oksigen yang kurang pada bayi sebelum, selama, atau
setelah melahirkan bisa terjadi dalam dua cara.

Pertama, kurangnya oksigen menyebabkan gangguan secara langsung yang terjadi


selama beberapa menit setelah persalinan.

Kedua, gangguan muncul ketika sel-sel tubuh sebenarnya sudah tidak lagi
kekurangan oksigen. Namun, sel-sel tersebut justru melepaskan racun ke dalam
tubuh bayi.

Pengembangan paru-paru neonatus terjadi pada menit-menit pertama


kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur, bila terjadi gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan terjadi asfiksia
janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah kelahiran (Jumiarni et al., 2016). Penyebab kegagalan
pernapasan pada bayi yang terdiri dari: faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin dan
faktor persalinan (Jumiarni et al., 2016).

Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu yang terjadi karena hipoventilasi
akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam, usia ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah,
19

setiap penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin
seperti: kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi, jantung, paru-paru / TBC, ginjal,
gangguan kontraksi uterus dan lain-lain. Faktor plasenta meliputi solusio plasenta,
perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada
tempatnya. Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gemeli, IUGR,
premature, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain. Faktor persalinan
meliputi partus lama, partus dengan tindakan, dan lain-lain (Jumiarni et al., 2016).

Dalam kasus By,Ny Diah hasil pemeriksaan bayi lahir setelah 1jam lahir
membiru dan pernafasannya tidak teratur.Dalam Pemeriksaan data objektif hasil
dari pemeriksaan tanda tanda vital bayi dalam keadaan normal.
20

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan dimana bayi baru


lahir mengalami gangguan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur
setelah lahir yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti persalinan lama, adanya
lilitan tali pusat, dan presentasi janin abnormal (Nurarif & Kusuma, 2015).

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan


pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat
sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (Asfiksia Primer) atau
mungkin dapat bernafas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah
lahir ( Asfiksia Skunder) ( Icesmi & Sudarti, 2014:158).

B.Saran

Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan


dapat dijadikan masukan untuk mewaspadai ibu hamil yang memiliki faktor
resiko asfiksisa neonatorum guna mencegah terjadinya asfiksia neonatorum pada
bayi baru lahir.
21

DAFTAR PUSTAKA

Husan R, Alatas H. Buku Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 3. Jakarta: Percetakan


Infomedika Jakarta; 1997. Hal. 1072-7.

Gowen CW. Kedokteran Fetal dan Neonatal. Dalam: Rundjan L, Roeslani R. Nelson
Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi 6. Jakarta: Saunders elsevier;
2011.

Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Neonatology management procedures,


on call problems, diseases, and drugs. 6th ed. United States of
America: The McGraw-Hill Companies; 2009. P. 624-33.

Cloherty JP, Stark AR, Hansen AR, Eichenwald EC. Manual of Neonatal Care. 7th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012.p. 711-9.

Gilang, Notoatmojo H, Rakhmawatie MD. Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang 2012.

Tahir R, Rismayanti, Ansar J. Risiko Faktor Persalinan dengan Kejadian


Asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading
Kota Palopo Tahun 2012. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin Makasar 2012.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia.


http://www.depkes.go.id//. 2014. [Diunduh tanggal 20 Februari
2016]

Rupiyanti R, Samiasih A, Alfiyanti D. Faktor yang berhubungan dengan Kejadian


Asfiksia pada Neonatorum di Rumah Sakit Islam kendal. Prosiding
Konferensi Nasional II PPNI. Jawa Tengah; 2013.

World Health Organization. World Health Statistics 2016: monitoring health for
the SDGs, sustainable development goals. WHO. Geneva. 2016.

World Health Organization. Preventing those so-called stillbirths: Bulletin of the


World Health Organization. WHO. Geneva. 2008.
22

Fanny F. Sectio Caesarea sebagai Faktor Risiko Kejadian Asfiksia Neonatorum.


Majority 2015; 4: 57-61.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar pelayanan medis kesehatan anak.


Pusponegoro H, Kosim MS, Rusmin K, et al, penyunting. Edisi ke 1.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2005.272.

Mohan K, Mishra PC, Singh DK. Clinical Profile of Birth Asphyxia in Newborn.
International journal of science and technology 2013; 3: 10-9.

Nayeri, Fatemeh. et. all. 2012. “Perinatal risk factors for neonatal asphyxia in
Vali-eAsr hospital, Tehran-Iran. Iran J Reprod Med Vol. 10. No.2. pp:
137-140, March 2012”. Tehran, Iran: Breast Feeding Research
Center, Tehran University of Medical Sciences.

Lee, et. all. 2008. “Risk Factors for Neonatal Mortality Due to the birth Asphyxia
in Southern Nepal: A Prospective, Community-Based Cohort Study”.
Journal Pediatrics Vol. 121 No. 5 May 1, 2008. Amerika: American
academic of pediatric.

Anda mungkin juga menyukai