Anda di halaman 1dari 19

KEBIDANAN KOMUNIITAS II

“PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PADA KASUS ASFIKSIA


NEONATORUM dan RUJUKANNYA”

Disusun oleh kelompok 9

Desy Novianti

Ulfa Yulastri

Wiwi Afrianti

Lestiana Monica

Dosen Pemimbing :DEVI SYARIEF, S.Si.T, M.Keb

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan. Makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul ”Penanganan Kegawatdaruratan pada Kasus Asfiksia
Neonatorum dan Rujukannya”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha
Kuasa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Padang, 17  September  2019

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1. Latar belakang.......................................................................................................2
2. Rumusan masalah..................................................................................................2
3. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

Penanganan Kasus Asfiksia Neonatorum Dan Rujukannya

A. pengertian asfiksia.................................................................................................3
B. patofiiologi asfiksia...............................................................................................3
C. Penyebab asfiksia..................................................................................................4
D. Gejala dan tanda-tanda asfiksia.............................................................................5
E. Keputusan melakukan resusitasi...........................................................................5
F. Penatalaksanaan....................................................................................................6
G. Asuhan Pasca Resusitasi.......................................................................................7
H. Rujukan kasus asfiksia..........................................................................................8
I. Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) Kasus Asfiksia...........................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................15

A. Kesimpulan ..........................................................................................................15

Daftar Pustaka...................................................................................................................16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.         LATAR BELAKANG.

Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian
meninggal.sedangkan menurut data DHS 2012.Angka Kematian Neonatal di
Indonesia tidak banyak mengalami perbaikan dalam periode 5 tahun karena
dari 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007) hanya menjadi 30 per 1000
kelahiran hidup.kondisi ini sama dengan Angka Kematian Ibu yang meningkat
(SDKI 2007) menjadi 359/100.000 kelahiran hidup.

Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal


pada masa neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1
neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah
berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum,
infeksi lain, dan kealainan congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan
neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi
baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi
baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali
menolong persalinan.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera


bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan persalinan atau segera
setelah bayi lahir. Akibat kurangnya daya angkut oksigen untuk paru –
paru sehingga jantung neonatus tersebut tidak bekerja secara optimal

1
yang akibatnya aliran darah tidak dapat disalurkan ke otak yang
kemudian menimbulkan kerusakan otak karena otak tidak dapat melakukan
metabolisme sel dan jaringan.Sehingga tidak terjadi pembentukan sel dan
jaringan dalam tubuh neonatus karena tidak ada bahan (oksigen ) untuk
melakukan metabolisme.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi
pada neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang
terlibat dalam penanganan bayi baru lahir.

1.2.  RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian asfiksia?


2. Apa patofiiologi asfiksia?
3. Apa Penyebab asfiksia ?
4. Bagaimana Gejala dan tanda-tanda asfiksia?
5. Apa Keputusan melakukan resusitasi?
6. Bagaimana Penatalaksanaan?
7. Apa Asuhan Pasca Resusitasi?

1.3.  TUJUAN DAN MANFAAT

1. Untuk mengetahui pengertian asfiksia


2. Untuk mengetahui patofiiologi asfiksia
3. Untuk mengetahui Penyebab asfiksia
4. Untuk bagaimana Gejala dan tanda-tanda asfiksia
5. Untuk mengetahui Keputusan melakukan resusitasi
6. Untuk bagaimana Penatalaksanaan
7. Untuk mengetahui Asuhan Pasca Resusitasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir (JNPK-KR, 2017).
Asfiksia neonatorum merupakan suatu kejadian kegawatdaruratan yang
berupa kegagalan bernafas secara spontan segera setelah lahir dan sangat
beresiko untuk terjadinya kematian dimana keadaan janin tidak spontan
bernafas dan teratur sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin
meningatkan karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan berlanjut (Manuaba, 2010).
Asfiksia pada bayi baru (BBL) menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).
Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kurangnya O2 pada udara respirasi yang ditandai dengan :
a. Asidosis (Ph < 7,0) pada darah arteri umbilikalis
b. Nilai APGAR setelah menit kelima tetap 0 -3
c. Menifestasi neurologis (kejang, koma, atau hipoksi iskemia
ncvalopati)
d. Gangguan multi oragan sisitem (pramudi, 2013)
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat
janin akann mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin
berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau ,masalah pada bayi selama
atau sesudah persalinana (DEPKES RI, 2009)

B. Patofisiologi Asfiksia
Gangguan suplai darah teropsigenasi melalui vena umbilakal dapat
terjadi saat antepartum, intrapartum, pasca partum saat tali tali pusat

3
dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkai kejadian yang dapat perkirakan
ketika asfiksia bertambah berat.
a. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk
mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala dijalan
lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal, aktifitas
singkat ini akan di ikuti oleh henti nafas komplit yang disebut
apneaprimer.
b. Setelah waktu singkat lama asfiksia tidak tidak dikaji dalam situasi
klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai usaha bernafas
otomatis dimulai. Hal inihanya kan membantu dalam waktu singkat,
kemuadian jika paru tidak mengembang, secara bertahap terjadi
penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan.selanjutnya bayi akan
memasuki periode apnea terminal. Kecuali jika dilakukan resusitasi
yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi.
c. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun
dibawah 100x/menit. Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat
saat bayi bernafas ter engah-engah tetapi bersama dengan menurun dan
henti nafas terengah-engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang.
Keadaan asam basa semakin memburuk, metabolisme selular gagal,
jantungpun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu cukup lama.
d. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan
pelepasan ketokolamin dan zat kimia stres lainnya. Walaupun demikian
tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami
penurunan tajam selama apnea terminal.
e. Terjadi penurunan ph yang hamper linear sejak awitan asfiksia. Apnea
primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada
umumnya bradikardi berat dan kondisi syok memburuk apnea terminal.

C. Penyebab asfiksia
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (afiksia) antara lain:
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Perdarahan abnormal (plasenta previa dan solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet

4
4) Demam selama persalinan
5) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
6) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor tali pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Factor bayi
1) Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan dalam tindakan (sunsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi fakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
D. Gejala dan tanda-tanda asfiksia
a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
b. Warna kulitkebiruan
c. Kejang
d. Penurunan kesadaran

E. Keputusan melakukan resusitasi


Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan
guna menentukan perlu tidaknya tindakan resusitasi.

PENILAIAN Sebelum bayi lahir


Apakah bayi lahir cukup bulan?
Segera setelah bayi lahir
1.menilai apakah bayi menangis atau bernafas atau
tidak megap-megap?
2.menilai tonus otot bayi baik atau bergerak aktif
KEPUTUSA Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:
N 1.bayi tidak cukup bulan
2.bayi megap-megap atau tidak bernafas
3.tonus otot bayi tidak baik atau bayi lemas

5
TINDAKAN Mulai lakukan resusitasi jika bayi tidak cukup
bulan,dan bayi megap-megap atau tidak bernafas dan
tonus otot bayi tidak baik atau bayi lemas
2.bayi lahir dengan air ketuban bercampur mekoniums

Sumber:JNPK-KR(2017)

Nilai (skor) APGAR tidak digunakan sebagai dasar keputusan untuk


tindakan resusitasi.penilaian kondisi BBL harus dilakukan segera sehingga
keputusan resusitasi tidak berdasarkan pada penilaian APGAR:skor
APGAR dapat dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL ada saat satu
menit dan lima menit setelah kelahiran.

F. Penatalaksanaan
Tahap I: langkah awal
Langkah awal dilakukan dalam waktu  30 detik.bagi kebanyakan
BBL,lima langkah awal dibawah ini cukup untuk merangsang bayi untuk
bernafas spontan dan teratur.langkah tersebut meliputi:
1. jaga bayi tetap hangat
a. letakkan bayi diatas kain satu yang ada diatas perut ibu atau sekitar
45 cm dari perineum
b. selimuti bayi dengan selimut,wajah dada dan perut tetap
terbuka,potong tali pusat.
c. Pindahkan bayi yang telah diselimuti kain satu ke atas kain dua yang
telah digelar ditempat resusitasi
d. Jaga bayi tetap hangat(tetap selimuti bayi dengan wajah dan dada
terbuka)dan dibawah pemancar panas(infant warmer)
2. atur posisi kepalabayi
a. baringkan bayi telentang degan kepala didekat penolong
b. posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit
ekstensi dengan mengganjal bahu bayi (pastikan kain ganjal pada
posisi bahu bukan berada di posisis kepala atau leher bayi,kerena aka
menyebabkan posisi kepala kurang ekstensi atau terlalu ekstensi.
3. hisap lender bayi

6
a. hisap lendir mulai dari mulut,kemudian dari hidung
b. lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar
c. bila menggunakan penghisap lendir de lee, jangan memasukakan
ujung penghisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau
lebih dari 3 cm kedalam hidung) karena dapat menyebabkan DJJ
melambat atau henti nafas.
4. keringkan dan ransang bayi
a. keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan sedikit tekanan. Ransangan ini dapat memulai pernafasan
bayi atau bernafas lebih baik.
b. Lakukan ransangan taktil dengan beberapa cara dibawah ini:
-menepuk atau menyentil tapak kaki
-menggosokkan puggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan
telapak tangan
5. atur kembali posisi kepala dan diselimuti bayi
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain yang bersih yang baru
b. Selimuti bayidengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan
dada agar pemantauan pernafasan bayi dapat diteruskan
c. Atur kembali posisi terbaik kepala bayi
6. lakukan penilaian bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, megap-megap atau
tidak bernafas :
-bila bayi bernafas normal, berikan pada ibunya :
+ letakakn bayi diatas dada ibu dan selimui keduanya untuk
menjaga kehangatan tubuh bayi melaluipersentuhan kulit ibu dan
bayi
+ anjurkan ibu untuk menyukan bayi sambil membelainya
- Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap segera lakukan tindakan
ventilasi
7. ventilasi
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk
memasukkan sejumlah udara kedalam paru dengan tekanan positif yang
memadai untuk membuka alveoli agarbayi bisa bernafas spontan.
Langkah-langkah ventilasi:

7
 pasang sungkup perhatikan tekanan
 ventilasi 2x dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi
 bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20x dengan
tekanan 20 cm air dalam 30 detik
 penilaian apakah bayi menangis atau bernafas spontan dan
teratur

G. Asuhan Pasca Resusitasi


Asuhan resusitasi diberikan pada keadaan:
a. Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernafas normal sesudah
langkah awal atau sesudahventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan
b. Resusitasi tidak/kurang berhhasil, bayi perlu rujukan yaitu
sesudahventilasi 2 menit belum bernafas atau sudah bernnafas tetapi
masih megap-megap atau pada pemantauan ternyata konndisinya
makin memburuk
c. Resusitasi gagal:setelah 20 menit di ventilasi,bayi gagal bernafas

1. Resusitasi berhasil
Bila pernapasan bayi teratur,warna kulitnya kembali normal yang
kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif.

H. Rujukan Asfiksia Neonatus


Bila bayi pasca resusitasi kondisinya memburuk,segera rujuk ke fasilitas
rujukan.
Tanda-tanda bayi memerlukan rujukan sesudah resusitasi :
a) Frekuensi pernapasan <30 kali/menit atau> 60 kali/menit
b) Adanya retraksi(tarikan intercostals)
c) Bayi merintih (bising nafas ekspirasi) atau megap-megap (bising napas
inspirasi.
d) Tubuh bayi pucat atau kebiruan
e) Bayi lemas
2.1. Konseling
a) Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk

8
b) Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi
selanjutnya.
c) Beritahukan bila mungkin ketempat rujukan yang dituju
tentang kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba
d) Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang
diperlukan ke tempat rujukan selama perjalanan.
2.2. Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
a) Periksa keadaan bayi selama perjalanan(pernapasan warna
kulit,suhu tubuh) dan catatan medik.
b) Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan,tutup kepala bayi
dan bayi dalam posisi “metode kanguru” dengan ibunya.
c) Lindungi bayi dari sinar matahari
d) Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya member ASI segera
kepada bayinya,kecuali pada keadaan gangguan napas dan
kontraindikasi lainnya.

2.3. Asuhan lanjutan


Sesudah bayi pulang dari tempat rujukan akan sangat
membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan leh ibu dan
bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka hal
tersebut dapat dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap
terjaga
2.4. Resusitasi tidak berhasil
Bila bayi gagal bernafas setelah 20 menit tindakan
resusitasi dilakukan maka hentikan upaya tersebut.biasanya
bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan saraf
pusat dan kemudian meninggal.ibu dan keluarga memerlukan
dukungan moral yang adekuat secara hati-hati dan
bijaksana,ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah
dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai
adat dan budaya setempat.

9
I. Standar Pelayanan Kebidanan Kasus Asfiksia

STANDAR 24 : PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM

TUJUAN :

Mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,


mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan
bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum

PERNYATAAN STANDAR :

Bidan mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta
melakukan tindakan yang secepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahri,
mengusahakan bantuan medis yang diperlukan, merujuk bayi baru lahir
dengan tepat, dan memberikan perawatan lanjutan yang tepat

HASIL :

a. Penurunan angka kematian bayi akibat asfiksia neonatorum. Penurunan


kesakitan akibat asfiksia neonatorum
b. Meningkatnya pemanfaatan bidan

PRASYARAT :

a. Bidan sudah dilatih dengan tepat untuk mendampingi persalinan dan


memberikan perawatan bayi baru lahir dengan segera
b. Ibu, suami, dan keluarganya mencari pelayanan kebidanan untuk
kelahiran bayi mereka
c. Bidan terlatih dan terampil untuk :
 Memulai pernafasan pada bayi baru lahir
 Menilai pernafasan yang cukup pada bayi baru lahri dan
mengidenifikasi bayi baru lahir yang memerlukan resusitasi
 Menggunakan skor APGAR
 Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
d. Tersedia ruang hangat, bersih, dan bebas asap untuk persalinan
e. Adanya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih dan
aman bagi bayi baru lahir, seperti air bersih, sabun dan handuk bersih,

10
dua handuk/ kain hangat yang bersih ( satu untuk mengeringkan bayi,
yang lain untuk menyelimuti bayi ), sarung tangan bersih dan DTT,
thermometer bersih/ DTT, dan jam
f. Tersedia alat resusitasi dalam keadaan baik termasuk ambubag bersih
dalam keadaan berfungsi baik, masker DTT ( ukuran 0 dan 1 ), bola
karet penghisap atau penghisap DeLee steril/ DTT
g. Kartu Ibu, kartu bayi dan partograf
h. System rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir
yang efektif

PROSES :

Bidan harus :

a. Selalu mencuci tangan dan menggunakan sarung tanagn bersih//


DTT sebelum menangani bayi baru lahir. Ikuti praktek pencegahan
infeksi yang baik pada saat merawat dan melakukan resusitasi pada
bayi baru lahir
b. Ikuti langkah pada standar 13 untuk perawatan segera bayi baru
lahir
c. Selalu waspada untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada
setiap kelahiran bayi, siapkan semua peralatan yang diperlukan
dalam keadaan bersih, tersedia, dan berfungsi dengan baik
d. Segera setelah bayi lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu
dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih dan hangat.
Setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian kepalanya
dengan handuk baru yang bersih dan hangat
e. Nilai bayi dengan cepat untuk memastikan bahwa bayi bernafas/
menangis sebelum menit pertaam nilai APGAR, jika bayi tidak
menangis dengan keras, bernafas dengan lemah atau bernafas
dengan cepat dan dangkal, pucat atau biru dan atau lemas
 Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang
datar, kepala sedikit ditengdahkan agar jalan nafas
terbuka. Bayi harus tetap diselimuti. Hal ini penting
untuk mencegah hipotermi pada bayi

11
 Hisap mulut dan kemudian hidung bayi dengan lembut
dengan bola karet penghisap DTT atau penghisap DeLee
DTT/ steril. ( jangan memasukkan alat penghisap terlalu
dlam pada kerongkongan bayi. Penghisapan terlalu dalam
akan mengakibatkan bradikardi, denyut jantung tak
teratur atau spasme pada laring/ tenggorokan bayi )
 Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi ( gosok
punggung bayi, atau menepuk dengan lembut atau
menyentil kaki bayi, keduanya aman dan efektif untuk
menstimulasi bayi ). Nilai ulang keadaan bayi. Jika bayi
mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak perlu
tindakan lanjutan. Lanjutkan dengan perawatan bagi bayi
baru lahir normal, jika bayi tetap tidak menangis atau
tidak bernafas dengan normal ( 40-60 kali / menit ),
teruskan dengan ventilasi
f. Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir :
 Letakkan bayi dipermukaan datar, diselimuti dengan baik
 Periksa kembali posisi bayi baru lahir. Kepala harus
sedikit ditengadahkan
 Pilih masker yang ukurannya sesuai ( 0 untuk bayi kecil
dan 1 untuk bayi yang lahir cukup bulan ). Gunakan
ambubag dan masker atau sungkup
 Pasang masker dan periksa pelekatannya. Pada saat
dipasang dimuka bayi, masker harus menutupi dagu,
mulut, dan hidung
 Lekatkan wajah bayi dan masker
 Remas kantung ambubag/ atau bernafaslah kedalam
sungkup
 Periksa pelekatannya dengan cara ventilasi dua kali dan
amati apakah dadanya mengembang. Jika dada bayi
mengembang, mulai ventilasi dengan kecepatan 4 sampai
60 kali / menit
 Jika dada bayi tidak mengembang :

12
 Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh
 Periksa hidung dan mulut apakah ada darah, mucus, atau
cairan ketuban. Lakukan penghisapan jika perlu
 Remas kantung ambu lebih keras untuk meningkatkan
tekanan ventilasi
 Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan
cepat apakah bayi bernafas spontan ( 30 – 60 kali/ menit )
dan tidak ada pelekukan dada atau dengkuran, tidak
diperlukan resusitasi lebih lanjut. Teruskan dengan
langkah awal perawatan bayi abru lahir
 Jika bayi belum bernafas, atau pernafasannya lemah,
teruskan ventilasi. Bawa bayi ke rumah sakit atau
puskesmas, teruskan ventilasi bayi selama perjalanan
 Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi, amati bayi
selama 5 menit. Jika pernafasan sesuai batas normal ( 30
– 60 kali/ menit ), teruskan dengan langkah awal
perawatan bayi baru lahir
 Jika pernafasan bayi kurang dari 30 kali/ menit teruskan
ventilasi dan bawa ke tempat rujukan
 Jika terjadi pelekukan dada yang sangat dalam, ventilasi
dengan oksigen jika mungkin. Segera bawa bayi ke
tempat rujukan, teruskan ventilasi
g. Lanjutkan ventilasi sampai tiba di tempat rujukan, atau sampai
keadaan bayi membaik atau selama 30 menit ( membaiknya bayi
ditandai dengan warna kulit merah muda, menangis, atau bernafas
spontan )
h. Kompresi dada :
 Jika memungkinkan, dau tenaga kesehatan terampil
diperlukan untuk melakukan ventilasi dan kompresi dada
 Kebanyakan bayi akan membaik hanya dengan ventilasi
 Jika ada 2 tenaga kesehatan terampil dan pernafasan bayi
lemah atau kurang dari 30 kali/ menit dan detak jantung
kurang dari 60 kali/ menit setelah ventialsi selama 1 menit,

13
tenaga kesehatan yang kedua mulai melakukan kompresi
dada dengan kecepatan 3 kompresi dada berbanding 1
ventilasi
 Harus berhati-hati pada saat melakukan kompresi dada
tulang rusuk bayi masih peka dan mudah patah, jantung
dan paru-prunya mudah terluka
 Lakuakn tekanan pada jantung, dengan cara meletakkan
kedua jari tepat dibawah garis putting bayi, ditengah
dada ). Dengan jari-jari lurus, tekan dada sedalam 1-1,5
cm.
i. Setelah bayi bernafas normal, periksa suhu. Jika suhu di bawah
36,5 C, atau punggung sangat dingin, lakukan pengahngatan yang
memadai, ikuti standar 13. ( penelitian menunjukkan, bahwa jika
tidak terdapat alat-alat, kontak kulit ibu ke bayi akan sangat
membantu menghanagtkan bayi. Hal ini dilakukan dengan
mendekapkan bayi pada ibunya rapat ke dada, agar kulit ibu
bersentuhan dengan kulit bayi, lalu selimuti ibu yang sedang
mendekap bayinya )
j. Perhatikan warna kulit bayi, pernafasan, dan nadi bayi selama 2
jam. Ukur suhu bayi stiap jam hingga normal 9 36,5 c-37,5c )
k. Jika kondisinya memburuk, rujuk ke fasilitas rujukan terdekat,
dengan tetap melakukan penghangatan
l. Pastikan pemantauan yang sering pada bayi selama 24 jam
selanjutnya. Jika tanda-tanda kesulitan bernafas kemabli terjadi,
persiapkan untuk membawa bayi segera ke rumah sakit yang
paling tepat
m. Ajarkan ibu, suami/ keluarganya tentang bahaya dan tanda-
tandanya pada bayi baru lahir. Anjurkan ibu, suami/
keluarganyaaagar memperhatikan dengan baik-baik. Jika ada
tanda-tanda sakit atau kejang, bayi harus segera dirujuk ke rumah
sakit atau menghubungi bidan secepatnya
n. Catat dengan seksama semua perawatan yang diberikan

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir,umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah
ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali
pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
atau sesudah persalinan.Penanganannyaadalah dengan tindakan resusitasi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Legawati.2018.asuhan persalinan dan bayi baru lahir.Malang:Wineka Media


Hadijono,Soerjo.2015.Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini.jakarta:JNPK-KR
Triana, Ani.dkk.2015. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta:
CV.BUDI UTAMA
Rasmi kurniati, Lani.dkk. 2019. Faktor Penentu Risiko Neonatorum pada
Neonatus di Rumah Sakit Umum Daerah Biak Numfor Kabupaten (Jurnal
Internasional)
Yuli kusumaningrum, Remita.dkk. 2018. Kelahiran Rendah Prematuritas dan
Preeklamsia Sebagai Faktor Risiko Asfiksia Neonatal. (Jurnal
Internasional)

16

Anda mungkin juga menyukai