Anda di halaman 1dari 15

ASKEB KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

PENILAIAN AWAL DAN RESPON CEPAT


PRINSIP DASAR PENANGANAN
KEGAWATDARURATAN

DISUSUN
OLEH:

NAMA : MUSTAINAH
NIM : PO713211191025

TINGKAT 2A

D.III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama tiada kata yang indah yang patut penyusun ucapkan mengawali
tulisan ini selain ucapan puji dan syukur kepada Allah SWT karena makalah ini dapat
selesai sesuai yang diharapkan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setulus-tulusnya kepada segala pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini.

Makalah ini berisi uraian mengenai “Penilaian Awal Pada Kasus dan Respon
Cepat Prinsip Dasar Penanganan Terhadap Kegawatdaruratan Pada Ibu Hamil,
Bersalin, Nifas, dan Bayi Baru Lahir dan Balita” Penyusun berharap makalah ini
dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pemabaca, khususnya bagi penyusun
sendiri.

Akhir kata, penyusun menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-


besarnya kepada segala pihak jika dalam penyusunan makalah ini terdapat kekeliruan
atau ada kata yang tidak berkenan di hati pembaca. Penyusun menyadari sebagai
manusia biasa tentu tidak lepas dari kekeliruan sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan selanjutnya.

Makassar, 15 Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .........................................................................................................2

Daftar Isi...................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ................................................................................................4


B. Rumusan Masalah ...........................................................................................5
C. Tujuan .............................................................................................................5

BAB II Pembahasan

A. Pengertian Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal .................................6


B. Penilaian awal kegawatdaruratan pada kasus ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir dan balita .............................................................7
C. Respon cepat atau penanganan awal terhadap kegawatdaruratan pada
ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dan balita. ..........................10

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ................................................................................................13
B. Saran ...........................................................................................................13

Daftar Pustaka ........................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba,
seringkali merupakan kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011). Kegawatdaruratan
dapat juga didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi
secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna
menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell, 2000). Sedangkan kegawatdaruratan obstetri
adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau
selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan
gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya
(Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).

Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab
utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002). Masalah kedaruratan
selama kehamilan dapat disebabkan oleh komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit
medis atau bedah yang timbul secara bersamaan. Kegawatdaruratan neonatal adalah
situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir
yang sakit kritis (≤ usia 28 hari), serta membutuhkan pengetahuan yang dalam
mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang
bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2006).

Beberapa faktor berikut dapat menyebabkan kegawatdaruratan pada neonatus.


Faktor tersebut antara lain, faktor kehamilan yaitu kehamilan kurang bulan,
kehamilan dengan penyakit DM, kehamilan dengan gawat janin, kehamilan dengan
penyakit kronis ibu, kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat dan infertilitas.
Faktor lain adalah faktor pada saat persalinan yaitu persalinan dengan infeksi
intrapartum dan persalinan dengan penggunaan obat sedative. Sedangkan faktor bayi
yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatus adalah Skor apgar yang rendah,
BBLR, bayi kurang bulan, berat lahir lebih dari 4000 gr, cacat bawaan, dan frekuensi
pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit.

4
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian kegawatdaruratan maternal dan neonatal
2. Jelaskan penilaian awal kegawatdaruratan pada kasus ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir dan balita
3. Jelaskan respon cepat atau penanganan awal terhadap kegawatdaruratan pada
ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dan balita.

C. Tujuan
1. Menjelaskan mengenai kegawatdaruratan maternal dan neonatal
2. Menjelaskan penilaian awal kegawatdaruratan pada kasus ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir dan balita
3. Menjelaskan respon cepat atau penanganan awal terhadap kegawatdaruratan
pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dan balita.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Kegawat daruratan maternal dapat terjadi setiap saat selama proses kehamilan,
persalinan merupakan masa nifas. Sebelum Anda melakukan deteksi terhadap
kegawatdaruratan maternal, maka anda perlu mengetahui apa saja penyebab kematian
ibu. Menurut anda, kasus apa saja yang dapat menyebabkan kematian ibu? Penyebab
kematian ibu sangat kompleks, namun penyebab langsung seperti toksemia
gravidarum, perdarahan, dan infeksi harus segera ditangani oleh tenaga kesehatan.
Oleh karena penyebab terbanyak kematian ibu preeklamsia/eklamsia maka pada
pemeriksaan antenatal nantinya harus lebih seksama dan terencana persalinannya.
Dengan asuhan antenatal yang sesuai, mayoritas kasus dapat dideteksi secara dini dan
minoritas kasus ditemukan secara tidak sengaja sebagai pre eklamsia berat. Skrining
bertujuan mengidentifikasi anggota populasi yang tampak sehat yang memiliki risiko
signifikan menderita penyakit tertentu. Syarat suatu skrining adalah murah dan
mudah dikerjakan. Akan tetapi, skrining hanya dapat menunjukkan risiko terhadap
suatu penyakit tertentu dan tidak mengkonfirmasi adanya penyakit.

kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang


terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat
sekian banyak penyakit dan gangguan dalam kehamilan yang mengancam
keselamatan ibu dan bayinya (Chamberlain, Geoffrey, & Phillip Steer, 1999).

Kegawatdaruratan neonatal yang meliputi faktor-faktor yang menyebabkan


kegawatdaruratan neonates, kondisi-kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan
neonates, deteksi kegawatdaruratan bayi baru lahir, serta deteksi kegawatdaruratan
bayi muda. Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses
kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti
walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern sekalipun, karena sering kali
memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.

Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis memiliki
kemampuan dan keterampilan standard, dalam melakukan resusitasi pada bayi baru
lahir yang dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar belakang
pendidikan sebagai profesional dan ahli. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi
yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang

6
sakit kritis (≤usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali
perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja
timbul sewaktu-waktu.

B. Penilaian Awal Kegawatdaruratan Pada Kasus Ibu Hamil, Bersalin, Nifas


dan Bayi Baru Lahir dan Balita

1. PRINSIP DASAR
a) PRINSIP DASAR PERMASALAHAN UTAMA DIAGNOSA
1) Dalam menangani kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan
utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan
cepat, tepat, dan tenang tidak panik, Walaupun suasana keluarga
pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan.
2) Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah.

b) MENGHORMATl HAK PASEN


1) Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa
memandang status sosial dan ekonominya.
2) Dalam hal ini petugas harus memahami dan peka bahwa dalam situasi
dan kondisi gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan
adalah wajar bagi setiap manusia dan kelurga yang mengalaminya.

c) GENTLENESS
1) Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan
setiap langkah harus dilakukan dengan penuh kelembutan
2) termasuk menjelaskan kepada pasien bahwa rasa sakit atau kurang
enak tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau
memerikan pengobatan, tetapi prosedur akan dilakukan selembut
mungkin sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan sesedikit
mungkin.

d) KOMUNIKATIF
1) Petugas kesehatan harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa
dan kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai
norma kultur setempat.

7
2) Dalam melakukan pemeriksaan, petugas kesehatan harus menielaskan
kepada pasien apa yang akan diperikssssa dan apa yang diharapkan.
3) Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah
stabil,upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan
kondisi yang sebenarnya kepada pasien sangatlah penting.

e) HAK PASIEN
1) Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent,
hak pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan
kerahasiaan status medik pasien.

f) DUKUNGAN KELUARGA (FAMILY SUPPORT)


1) Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan.
2) Oleh karena itu, petugas kesehatan harus mengupayakan hal itu antara
lain dengan senantiasa memberikan penielasan kepada keluarga
pasien tentang kondisi pasien, peka akan masalah kelurga yang
berkaitan dengan kasus.

2. PENILAIAN AWAL
a) Penilaian awal adalah langkah untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri yang dicurigai dalam keadaan kegawatdarurat dan
membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit
yang dihadapi.
b) Anamnesa awal dilakukan bersama-sama periksa pandang, periksa
raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk mendapatkan informasi
yang sangat penting berkaitan dengan kasus.

FOKUS UTAMA PENILAIAN ADALAH APAKAH PASIENG MENGALAMI


SYOK HIPOFOLEMIK, SYOK SEPTIK, SYOK JENIS LAINNYA.

dan hal itu terjadi dalam kehamilan,


persalinan, atau pasca persalinan. syok
kardiogenik, koma, koma disertai
kejang-kejang kejang- kejang, syok
neurologik

8
3. PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN DALAM PENILAIAN AWAL

a) Periksa Pandang terdiri dari:


1) Menilai kesadaran penderita : pingsan/koma, kejang-kejang,
gelisah, tampak kesakitan.
2) Menilai wajah penderita : pucat, kemerahan, banyak
berkeringat.
3) Menilai pernapasan : cepat, sesak napas.
4) Menilai perdarahan dalam kemaluan.
b) Periksa Raba terdiri dari:
1) Kulit : dingin • demam.
2) Nadi : Lemah / Kuat • Cepat / Normal
3) Kaki/tungkai bawah : Bengkak / Oedem • Tidak Bengkak /
Tidak Oedem
c) Tanda Vital terdiri dari:
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Suhu
4) Pernapasan

9
C. Respon Cepat atau Penanganan Awal Terhadap Kegawatdaruratan Pada
Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan Bayi Baru Lahir dan Balita.

 PRINSIP UMUM RESPON CEPAT PRINSIP DASAR PENANGANAN


TERHADAP KEGAWATDARURATAN

1.PASTIKAN JALAN NAPAS BEBAS

a. Harus diyakini bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan
atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu- waktu dapat muntah
dan cairan muntahan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru.
b. Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga badannya ke samping
dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai terjadi aspirasi.

2. PEMBERIAN OKSIGEN
a. Oksigen diberikan dengan kecepatan 6-8 liter / menit. Intubasi maupun
ventilasi tekanan positif hanya dilakukan kalau ada indikasi yang jelas.

3. PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA


a. Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk persiapan mengantisipasi
kalau kemudian penambahan cairan dibutuhkan.
b. Pemberian cairan infus intravena selanjutnya baik jenis cairan, banyaknya
cairan yang diberikan, dan kecepatan pemberian cairan harus sesuai dengan
diagnosis kasus.

4. PEMBERIAN TRANFUSI DARAH

10
a. Pada kasus perdarahan yang banyak, terlebih lagi apabila disertai syok,
transfusi darah sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa penderita.
b. Walaupun demikian, transfusi darah bukan tanpa risiko dan bahkan dapat
berakibat kompliksai yang berbahaya dan fatal.
c. Oleh karena itu, keputusan untuk memberikan transfusi darah harus
dilakukan dengan sangat hati-hati.

5. PASANG KATETER KANDUNG KEMIH


a. Kateter kandung kemih dipasang untuk mengukur banyaknya urin yang
keluar guna menulai fungsi ginjal dan keseimbangan pemasukan
danpengeluaran cairan tubuh.
b. Lebih baik dipakai kateter foley. Jika kateterisasi tidak mungkin dilakukan,
urin ditampung dan dicatat kemungkinan terdapat peningkatan konsesntrasi
urin ( urin berwarna gelap) atau produksi urin berkurang sampai tidak ada
urin sama sekali.
c. Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 mL/ jam.

6. PEMBERIAN ANTIBIOTIKA
a. Antibiotika harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus
sepsi, syok septik, cidera intraabdominal, dan perforasi uterus.

7. OBAT PENGURANG RASA NYERI


a. Pada beberapa kasus kegawatdaruratan obstetri, penderita dapat mengalami
rasa nyeri yang membutuhkan pengobatan segera.
b. Pemberian obat pengurang rasa nyeri jangan sampai menyembunyikan
gejala yang sangat penting untuk menentukan diagnosis.

8. PENANGANAN MASALAH UTAMA


a. Penyebab utama kasus kegawatdaruratan kasus harus ditentukan
diagnosisnya dan ditangani sampai tuntas secepatnya setelah kondisi pasien
memungkinkan untuk segera ditindak.
b. Kalau tidak, kondisi kegawatdaruratan dapat timbul lagi dan bahkan
mungkin dalam kondisi yang lebih buruk.

11
9. RUJUKAN
a. Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima tidak memadai untuk
menyelesaikan kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap.

 PENANGANAN KEGAWATDARURATAN MEDIK

Penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal meliputi intervensi yang


spesifik untuk menangani kasus “kegawatan” atau komplikasi selama kehamilan,
persalinan, dan nifas, serta kegawatan pada bayi baru lahir di bawah 30 hari.

 PENANGANAN AWAL
1. Nilai kegawatan melalui pemeriksaan tanda vital
2. Cegah hipotermia dan miringkan kepala/tubuh pasien untuk mencegah
aspirasi muntahan.
3. Jangan berikan sesuatu melalui mulut untuk mencegah aspirasi.
4. Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen melalui slang atau masker dengan
kecepatan 6-8 liter per menit .
5. Tinggikan tungkai untuk membantu beban kerja jantung.
6. Bila setelah posisi tersebut ternyata pasien menjadi sesak atau mengalami
edema paru maka kembalikan tungkai pada posisi semula dan tinggikan tubuh
atas untuk mengurangi tekanan hidrostatik paru.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala


berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan
segera guna menyelamtkan jiwa/ nyawa (Campbell S, Lee C, 2000).

Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya membutuhkan sebuat


tim medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas
kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan.

Prinsip umum penanganan kasus kegawatdaruratan

a. Pastikan jalan napas bebas


b. Pemberian oksigen
c. Pemberian cairan intravena
d. Pemberian tranfusi darah
e. Pasang kateter kandung kemih
f. Pemberian antibiotika
g. Obat pengurang rasa nyeri
h. Penanganan masalah utama
i. Rujukan

B. SARAN

Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik, jangan membiarkan ibu sendirian
tanpa penjaga/penunggu. Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk meminta
bantuan. Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
dengan cepat. Jika dicurigai adanya syok, mulai segera tindakan membaringan ibu
miring ke kiri dengan bagian kaki ditinggikan, longgarkan pakaian yang ketat seperti
BH/Bra. Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk tetap tenang. Lakukan
pemeriksaan dengan cepat meliputi tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan
yang keluar.
Bidan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan, pertolongan
pada ibu, pengawasan bayi baru lahir (neonatus) dan pada persalinan, ibu post partum
serta mampu mengidentifikasi penyimpangan dari kehamilan dan persalinan normal

13
dan melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang
tepat.

Pengenalan dan penanganan kasus kasus yang gawat seharusnya mendapat


prioritas utama dalam usaha menurunkan angka kesakitan lebih lebih lagi angka
kematian ibu, walaupun tentu saja pencegahan lebih baik dari pada pengobatan.

Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/martaagustinasirait/1prinsip-penanganan-
kegawatdaruratan-maternal-neonatal

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-
Kegawatdaruratan-Maternal-Neonatal-Komprehensif.pdf

https://ayuseptianingsihariyani.blogspot.com/2018/03/respon-cepat-terhadap-
suatu.html

15

Anda mungkin juga menyukai