Anda di halaman 1dari 25

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan

Oleh :Via zakiah, SST., M.Keb

“HIPOTERMI, HIPERTERMI, DAN HIPOGLIKEMIA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12 :

1. SATRIANI (Pbd21.069)
2. SELLA MARSELINA (Pbd21.070)
3. SELVYANA YULITA SARI (Pbd21.071)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU KENDARI


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 202I/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini ( HIPOTERMIA DAN HIPERTERMIA )
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Kendari, Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi
B.
C.
D.
E.
F.
G.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran-Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses
kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara
pasti walaupun denagn bantuan alat-alat medis modern sekalipun, sering
kali memberikan gambaran berbeda tergadap kondisi bayi saat lahir. Oleh
karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan. Hipotermi pada neonatus
merupakan kejadian umum di seluruh dunia.
Hiportemi dan Hipertermi pada neonatus merupakan kejadian umum
di seluruh dunia. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh bayi lebih
dari 37,5 ºC. Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya
disebabkan : Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang
berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan, Infeksi oleh bacteria,
virus atau protozoa, Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada
pireksia, terdapat peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan
panas pada suhu febris, Latihan / gerakan yang berlebihan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Definisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ?
b. Apa Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan ?
c. Bagaimana Kunci Keberhasilan Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal ?
d. Apa yang dimaksud Hipotermi pada Neonatus ?
e. Apa yang dimaksud Hipertermi pada Neonatus ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui Definisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
b. Untuk mengetahui Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
c. Untuk mengetahui kunci keberhasilan penanganan
kegawatdaruraratan
d. Untuk mengetahui Hipotermi pada Neonatus
e. Untuk mengetahui Hipertermi pada Neonatus
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi


secara tib-tiba seringkali merupakan kejadian yang berbahaya kegawatdaruratan
dapat didefenisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang
terjadi secara tiba-tiba dan tidak diduga dan membutuhkan Tindakan segera
guna menyelamatkan jiwa dan nyawa. Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi
kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan
sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat sekian banyak penyakit dan
gangguan dalam kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya.
Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan
evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia
28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan
psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul
sewaktu-waktu. Penanganan kegawatdaruratan obstetrik ada tidak hanya
membutuhkan sebuat tim medis yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih
pada membutuhkan petugas kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus
kegawatdaruratan.
B. Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan
Dalam menangani kasus  kegawatdaruratan, penentuan permasalahan
utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat,
tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun
pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat,
cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan
dengan cepat, prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam
menerima dan menangani pasien harus tetap diperhatikan.
C. Kunci Keberhasilan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal
Penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal meliputi
intervensi yang spesifik untuk menangani kasus “kegawatan” atau komplikasi
selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta kegawatan pada bayi baru lahir di
bawah 30 hari. Intervensi yang dilakukan antara lain pmeberian antibiotik
intravena, penanganan komplikasi aborsi, penanganan perdarahan postpartum,
pengananan asfiksia neonatorum, penanganan ikterus neonatorum, dan lain
sebagainya. Kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal bukanlah
merupakan tanggung jawab petugas kesehatan untuk mengananinya. Namun,
dibutuhkan peran serta berbagai pihak dalam mewujudkan kondisi yang
mendukung demi tercapainya keselamatan ibu dan bayi yang mengalami
kegawatan melalui sistem pertolongan yang sinergi, bekerja efektif, efisien, dan
kontinu.
Pemberi bantuan dana, pembuat kebijakan, dan petugas kesehatan
harus menyadari bahwa tujuan utama pengananan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya, juga untuk
menyelamatkan jiwa bayi yang baru lahir atau dengan kata lain untuk
mengurangi angka kematian ibu dan angka
kematian neonatal. Penyediaan pelanyanan penanganan kegawatdaruratan yang
berkualitas bukanlah penyelesaian masalah
D. Hipotermi pada Neonatus
1. Definisi Hipotermi
Hipotermia adalah turunmya suhu tubuh bayi dibawah 30.
Hipotermia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas. (Patricia A.
2005). Hipotermia adalah suhu rektal bayi dibawah 350C. (Hellen, 1999).
Hipotermi pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 ºC, yang terbagi atas :
hipotermi ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC, hipotermi sedang
yaitu antara 32- 36ºC, dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32 ºC

2. Etiologi Hipotermi
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi
rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan
secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama, setelah
lahir. Misalnya bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu
plasenta lahir atau meskipun lingkungan sekitar bayi cukup hangat namun bayi
dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.
Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik sehingga :
a. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah
kelahiran karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada
lingkungan di dalam uterus.
b. Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan
kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan
menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada
lingkungan.
c. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin
terjadi melalui konduksi. konveksi, radiasi, dan evaporasi.
d. Trauma dingin cold stress (hipotermia) pada bayi baru lahir,
dalam huhungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat
mematikan bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat
2.
3. Mekanisme kehilangan panas
a. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh
bayi. Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan
ketuban pada permukaan tubuh bayi setelah lahir karena bayi
tidak cepat.
b. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang
diletakkan diatas meja, tempat tidur atau timbangan yang dingin
akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui konduksi
c. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh
rendah dari temperature tubuh bayi. Bayi akan mengalami
kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih
dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.
d. Konveksi Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara
sekeliling bayi. Missal: bayi diletakkan dekat, pintu / jendela
terbuka.
4. Patofisiologi Hipotermi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan
pada sentral pengatur panas di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus
sewaktu mencapaib ro wn fat memacu pelepasannoradrenalin lokal sehingga
trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam lemak. Blood gliserol level
meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk menghasilkan
panas. Daerah brown fatmenjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa
bagian tubuh melalui aliran darah.
Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen tambahan
dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap
hangat.Methabolicther mogenesis yang efektif memerlukanintegritas dari sistem
syaraf sentral,kecukupan darib r own fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen.
Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat
antara lain: depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria,
pertimbangan yang terganggu adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi
kesadaran yang progresif, dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat
dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak, aliran darah otak menurun, koma,
refleks okuli yang hilang, dan penurunanyangprogressif dari aktivitas EEG.

Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang


progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan tekanan
darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG
dan sistole yang memanjang, penurunan tekanan darah yang progressif, denyut
jantung, dan cardiacout put disritmia serta asistole.

Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma,


hipoventilasi konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru dan
edema, konsumsi oksigen yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal
dan sistem endokrin, dapat terjadicold diuresis, peningkatan katekolamin,
steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan aliran darah ginjal
sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas insulin.
Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat dan poikilotermia.
5. Gejala Hipotermi
a. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang
aktif, tidak kuat menghisap asi, dan menangis lemah.
b. Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan
terutama dibagian punggung, tungkai dan tangan.
c. Muka bayi berwarna merah terang.
d. Tampak mengantuk.
e. Lemah, lesu, menggigil.
f. Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan
bagian dada.
g. Ujung jari tangan dan kaki kebiruan.
h. Bayi tidak mau minum/menyusui.
i. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun
6. Indikasi Penyakit Hipotermia:
a. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki
dan tangan teraba dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin,
maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C-
<360C).
b. Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang
sangat luar biasa.
c. Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental
dan fisik menjadi lamban.
d. Bila tubuh bayi basah, maka serangan hiportemia akan semakin
cepat dan hebat.
7. Tanda-tanda klinis hipotermia:
a. Hipotermia sedang:
1. Kaki teraba dingin.
2. Kemampuan menghisap lemah.
3. Tangisan lemah.
4. Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
b. Hipotermia berat
1. Sama dengan hipotermia sedang.
2. Pernafasan lambat tidak teratur.
3. Bunyi jantung lambat.
4. Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik.
5. Stadium lanjut hipotermia.
6. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
7. Bagian tubuh lainnya pucat.
8. Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema).
7. Penanganan Hipotermi
a. Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :
1. Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh
dengan menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian
dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah secara
mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat.
Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi
sadar).
2. Penanganan Hipotermi dengan pemberian panas yang
mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga
direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi <
1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F,
2001). Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya
diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat
dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan
terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat
yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk
tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo controle
(dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo
controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara
manual).
b. Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
1. Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup
dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk
keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi
ditempatkan dibawah cahaya penghangat.Untuk mencegah
hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada
dalamkeadaan hangat.
2. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari
hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus
dengan selimut dan diberi penutup kepala.
3. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir
dipakaikan popok dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar
tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi kontak kulit
langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin bisa
ditambahkan selimut.
4. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang
disetrika atau dihangatkan diatas tungku.
5. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt
yang diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi
6. Terapi yang bisa diberikan untuk bayi dengan kondisi
hipotermia, yaitu jalan nafas harus tetap terjaga juga
ketersediaan oksigen yang cukup.
7. Komplikasi berkelanjutan dari Hipotermi
a. HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi
perifer dengan metabolisme anaerob.
b. Kebutuhan oksigen yang meningkat.
c. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
d. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan
perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.
e. Shock.
f. Apnea.
g. Perdarahan Intra Ventricular.
h. Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh
beku, pembuluh darah dapat mengerut dan memutus aliran
darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang
parah mungkin korban menderita ganggren (kemuyuh) dan
perlu diamputasi. Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya
pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata),
menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga
menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat
bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low
reading termometer) sampai 250C. Di samping sebagai
suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit
yang berakhir dengan kematian.
E. Hipertermi pada Neonatus
1. Definisi
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan
hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan
penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik) Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat
dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering
serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang
disebabkan oleh pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan
fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi.
Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam
ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.
2. Etiologi Hipertermi
Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan karena:
a. Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang
berhubungan dengan trauma lahir dan obat-obatan
b. Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia,
terdapat peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan
panas pada suhu febris.
c. Latihan / gerakan yang berlebihan.
3. Patofisiologi Hipertermi
Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut
pemeliharaan suhu tubuh normal dalam mengatasi lingkungan yang panas.
Orang tua biasanya mengalami sengatan panas yang tidak terkait aktifitas karena
gangguan kehilangan panas dan kegagalan mekanisme homeostatik. Seperti
pada hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap serangan panas berhubungan
dengan penyakit dan perubahan fisiologis.
4. Gejala Hipertermi
a. Suhu tubuh bayi > 37,5 °C
b. Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
c. Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit
kurang, jumlah urine berkurang
5. Penanganan Hipertermi
a. Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar
seputar 26°C- 28°C
b. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu bayi normal
(jangan menggunakan es atau alcohol)
c. Berikan cairan dektrose NaCl = 1 : 4 secara intravena dehidrasi
teratasi
d. Antibiotic diberikan apabila ada infeksi
Terapi untuk mengatasi hipertermia adalah pendinginan. Hal ini dimulai
segera di lapangan dan suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39 derajat
Celsius dalam jam pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling
menentukan hasil akhir. Berendam dalam es lebih baik dari pada menggunakan
alkohol maupun kipas angin. Komplikasi membutuhkan perawtan di ruang
intensif.
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 37'C oleh
pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu
tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi
tubuh dari metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru
sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran normal. Walaupun
demikian, suhu tubuh kita memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi
pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan suhu
tubuh yang disebabkan kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak. Hal ini
serupa dengan pengaturan set point (derajad celsius) pada remote AC yang
bilamana set point nya dinaikkan maka temperatur ruangan akan menjadi lebih
hangat. Suatu nilai suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2 ‘C pada
pengukuran di pagi hari dan atau melebihi 37,7'C pada pengukuran di sore hari
dengan menggunakan termometer mulut. Termometer ketiak akan memberikan
hasil nilai pengukuran suhu yang lebih rendah sekitar 0.5'C jika dibandingkan
dengan termometer mulut sehingga jenis termometer yang digunakan
berpengaruh dalam pengukuran suhu secara tepat.
Sebagian besar kasus demam memang disebabkan oleh berbagai penyakit
infeksi dan peradangan sehingga gejala demam seringkali diidentikkan dengan
adanya infeksi dalam tubuh. Namun sebenarnya ada banyak proses lainnya
selain infeksi yang dapat menimbulkan gejala demam antara lain alergi,
penyakit autoimun, kelainan darah dan keganasan. Berbagai proses tersebut
akan memicu pelepasan pirogen, yaitu mediator penyebab demam, ke dalam
peredaran darah yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat tertentu yang
bernama prostaglandin sehingga akan menaikkan set point di pusat pengaturan
suhu di otak.
6. Komplikasi berkelanjutan dari Hipertermi
Terapi hipertermia pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan
jaringan normal/sehat jika suhunya tidak melebihi 43,8oC. Tetapi perbedaan
karakter jaringan dapat menimbulkan perbedaan suhu atau efek samping pada
jaringan tubuh yang berbeda-beda. Hal yang sering terjadi adalah rasa panas
(seperti terbakar), bengkak berisi cairan, tidak nyaman, bahkan sakit.
Teknik perfusi dapat menyebabkan pembengkakan jaringan,
penggumpalan darah, perdarahan, atau gangguan lain di area yang diterapi.
Tetapi efek samping ini bersifat sementara. Sedang whole body hyperthermia
dapat menimbulkan efek samping yang lebih serius –tetapi jarang terjadi–
seperti kelainan jantung dan pembuluh darah. Kadang efek samping yang
muncul malah diare, mual, atau muntah.
Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang
progressif, kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiacout put, dan tekanan
darah. Selanjutnya, peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG
dan sistole yang memanjang, penurunan tekanan darah yang progressif, denyut
jantung, dan cardiacout put disritmia serta asistole. Pada pernapasan dapat
terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi konsumsi oksigen
yang menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen yang
menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat
terjadicold diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan
menggigil; peningkatan aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang
intak, dan hilangnya aktivitas insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri
yang berat dan poikilotermia.

7. Gejala Hipotermi
a. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang
aktif, tidak kuat menghisap asi, dan menangis lemah.
b. Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan
terutama dibagian punggung, tungkai dan tangan.
c. Muka bayi berwarna merah terang.
d. Tampak mengantuk.
e. Kulitnya pucat dan dingin.
f. Lemah, lesu, menggigil.
g. Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan
bagian dada.
h. Ujung jari tangan dan kaki kebiruan.
i. Bayi tidak mau minum/menyusui.
j. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun
8. Indikasi Penyakit Hipotermia:
a. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka
bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 320C- <360C).
b. Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat
luar biasa.
c. Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan
fisik menjadi lamban.
d. Bila tubuh bayi basah, maka serangan hiportemia akan semakin
cepat dan hebat.
9. Tanda-tanda klinis hipotermia:
a. Hipotermia sedang:
1. Kaki teraba dingin.
2. Kemampuan menghisap lemah.
3. Tangisan lemah.
4. Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
b. Hipotermia berat
1. Sama dengan hipotermia sedang.
2. Pernafasan lambat tidak teratur.
3. Bunyi jantung lambat.
4. Mungkin timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolik.
5. Stadium lanjut hipotermia.
6. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang.
7. Bagian tubuh lainnya pucat. Kulit mengeras, merah dan timbul
edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema).
8. Penanganan Hipotermi
a. Mengatasi bayi hipotermi dilakukan dengan cara :
1. Prinsip penanganan hipotermia adalah penstabilan suhu tubuh
dengan menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada,
untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau
menempatkan pasien di ruangan yang hangat. Berikan juga minuman
hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
2. Penanganan Hipotermi dengan pemberian panas yang mendadak,
berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan
penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan
maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001). Alat-alat Inkubator Untuk bayi
< 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi
tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat
tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat
yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-
tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan
probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu
yang dibutuhkan secara manual).
b. Pencegahan Hipotermia Pada Bayi:
1. Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup
dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan
observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah
cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang
baru lahir harus tetap berada dalamkeadaan hangat.
2. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari
hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan
selimut dan diberi penutup kepala.
3. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan
popok dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi
menjadi hangat karena terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi
masih teraba dingin bisa ditambahkan selimut.
4. Bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika
atau dihangatkan diatas tungku.
5. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang
diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi.
6. Terapi yang bisa diberikan untuk bayi dengan kondisi hipotermia,
yaitu jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang
cukup.
10. Komplikasi berkelanjutan dari Hipotermi
a. HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan
metabolisme anaerob.
b. Kebutuhan oksigen yang meningkat.
c. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.
d. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal
yang menyertai hipotermi berat.
e. Shock.
f. Apnea.
g. Perdarahan Intra Ventricular.
h. Kedinginan yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku,
pembuluh darah dapat mengerut dan memutus aliran darah ke telinga,
hidung, jari dan kaki. Dalam kondisi yang parah mungkin korban
menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi. Hipotermia bisa

menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata),


menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi
pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur
suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading
termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
F. Hipertermi pada Neonatus
1. Definisi
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan
hipotalamus bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat dan
penyakit) atau dipengarhui oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal
(metabolik) Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat
dengan ciri temperatur inti > 40 derajat celcius disertai kulit panas dan kering
serta abnormalitas sistem saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang
disebabkan oleh pajanan panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan
fisik yang berat. Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya bagi bayi.
Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas, dalam
ruangan yang udaranya panas, terlalu banyak pakaian dan selimut.
2. Etiologi Hipertermi
Terjadinya hipertermi pada bayi dan anak, biasanya disebabkan karena:
a. Perubahan mekanisme pengaturan panas sentral yang berhubungan
dengan trauma lahir dan obat-obatan
b. Kerusakan jaringan misalnya demam rematik pada pireksia, terdapat
peningkatan produksi panas dan penurunan kehilangan panas pada suhu
febris.
c. Latihan / gerakan yang berlebihan.
3. Patofisiologi Hipertermi
Sengatan panas didefinisikan sebagai kegagalan akut pemeliharaan suhu
tubuh normal dalam mengatasi lingkungan yang panas. Orang tua biasanya
mengalami sengatan panas yang tidak terkait aktifitas karena gangguan
kehilangan panas dan kegagalan mekanisme homeostatik. Seperti pada
hipotermia, kerentanan usia lanjut terhadap serangan panas berhubungan dengan
penyakit dan perubahan fisiologis.
4. Gejala Hipertermi
a. Suhu tubuh bayi > 37,5 °C
b. Frekuensi nafas bayi > 60 x / menit
c. Tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang,
jumlah urine berkurang
5. Penanganan Hipertermi
a. Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar
26°C- 28°C
b. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu bayi normal (jangan
menggunakan es atau alcohol)
c. Berikan cairan dektrose NaCl = 1 : 4 secara intravena dehidrasi teratasi
d. Antibiotic diberikan apabila ada infeksi
Terapi untuk mengatasi hipertermia adalah pendinginan. Hal ini dimulai
segera di lapangan dan suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39 derajat
Celsius dalam jam pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling
menentukan hasil akhir. Berendam dalam es lebih baik dari pada menggunakan
alkohol maupun kipas angin. Komplikasi membutuhkan perawtan di ruang
intensif.
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 37'C
oleh pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu
tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi
tubuh dari metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru
sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran normal. Walaupun
demikian, suhu tubuh kita memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi
pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya.
Demam merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan suhu
tubuh yang disebabkan kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak. Hal ini
serupa dengan pengaturan set point (derajad celsius) pada remote AC yang
bilamana set point nya dinaikkan maka temperatur ruangan akan menjadi lebih
hangat. Suatu nilai suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2 ‘C pada
pengukuran di pagi hari dan atau melebihi 37,7'C pada pengukuran di sore hari
dengan menggunakan termometer mulut. Termometer ketiak akan memberikan
hasil nilai pengukuran suhu yang lebih rendah sekitar 0.5'C jika dibandingkan
dengan termometer mulut sehingga jenis termometer yang digunakan
berpengaruh dalam pengukuran suhu secara tepat.
Sebagian besar kasus demam memang disebabkan oleh berbagai
penyakit infeksi dan peradangan sehingga gejala demam seringkali diidentikkan
dengan adanya infeksi dalam tubuh. Namun sebenarnya ada banyak proses
lainnya selain infeksi yang dapat menimbulkan gejala demam antara lain alergi,
penyakit autoimun, kelainan darah dan keganasan. Berbagai proses tersebut akan
memicu pelepasan pirogen, yaitu mediator penyebab demam, ke dalam
peredaran darah yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat tertentu yang
bernama prostaglandin sehingga akan menaikkan set point di pusat pengaturan
suhu di otak.
6. Komplikasi berkelanjutan dari Hipertermi
Terapi hipertermia pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan
jaringan normal/sehat jika suhunya tidak melebihi 43,8oC. Tetapi perbedaan
karakter jaringan dapat menimbulkan perbedaan suhu atau efek samping pada
jaringan tubuh yang berbeda-beda. Hal yang sering terjadi adalah rasa panas
(seperti terbakar), bengkak berisi cairan, tidak nyaman, bahkan sakit.
Teknik perfusi dapat menyebabkan pembengkakan jaringan, penggumpalan
darah, perdarahan, atau gangguan lain di area yang diterapi. Tetapi efek samping
ini bersifat sementara. Sedang whole body hyperthermia dapat menimbulkan
efek samping yang lebih serius –tetapi jarang terjadi– seperti kelainan jantung
dan pembuluh darah. Kadang efek samping yang muncul malah diare, mual,
atau muntah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia menjalani kehidupan didunia ini tidaklah bisa hanya
mengandalkan dirinya sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan orang
lain , maka dari itu manusia disebut makhluk sosial, sesuai dengan Firman Allah
SWT yang artinya : “ Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal
(bersosialisasi)...” (Al-Hujurat :13 ). Oleh karena itu kehidupan bermasyarakat
hendaklah menjadi sebuah pendorong atau sumber kekuatan untuk mencapai cita-
cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan didesa maupun diperkotaan.
Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yang kita saksikan
sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan Nasional negara
ini, kesenjangan Sosial, yang kaya makin Kaya dan yang Miskin tambah melarat ,
mutu pendidikan yang masih rendah, orang mudah sekali membunuh saudaranya
(dekadensi moral) hanya karena hal sepele saja, dan masih banyak lagi fenomena
kehidupan tersebut diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga fenomena itu
ada pada lingkungan dimana kita tinggal.
Sehubungan dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira
fenomena-fenomena yang terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata
problem yang tidak jauh beda ada didesa, yang kita sangka adalah tempat yang
aman, tenang dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah tersusupi oleh kehidupan
kota yang serba boleh dan bebas itu disatu pihak masalah urbanisasi menjadi
masalah serius bagi kota dan desa, karena masyarakat desa yang berurbanisasi ke
kota menjadi masyarakat marjinal dan bagi desa pengaruh urbanisasi menjadikan
sumber daya manusia yang produktif di desa menjadi berkurang yang membuat
sebuah desa tak maju bahkan cenderung tertinggal.
B. Saran -saran

Pembangunan Wilayah perkotaan seharusnya berbanding lurus dengan


pengembangan wilayah desa yang berpengaruh besar terhadap pembangunan kota.
Masalah yang terjadi di kota tidak terlepas karena adanya problem masalah yang
terjadi di desa, kurangnya sumber daya manusia yang produktif akibat urbanisasi
menjadi masalah yang pokok untuk diselesaikan dan paradigma yang sempit
bahwa dengan mengadu nasib dikota maka kehidupan menjadi bahagia dan
sejahtera menjadi masalah serius. Problem itu tidak akan menjadi masalah serius
apabila pemerintah lebih fokus terhadap perkembangan dan pembangunan desa
tertinggal dengan membuka lapangan pekerjaan dipedesaan sekaligus mengalirnya
investasi dari kota dan juga menerapkan desentralisasi otonomi daerah yang
memberikan keleluasaan kepada seluruh daerah untuk mengembangkan
potensinya menjadi lebih baik, sehingga kota dan desa saling mendukung dalam
segala aspek kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.
Kosim, H, E. 1996. Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari
Marwanto, 12 November 2006. Jangan bunuh desa kami. Jakarta:Kompas
http://alfarisyi15.blogspot.com/2011/11/masalah-pedesaan-dan-perkotaan.html

Anda mungkin juga menyukai