Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP NEONATUS ESSENSIAL DAN ASKEP NEONATUS


Dosen : Marwati, Ners, M.Kep

Disusun Oleh
1. Adini Syafa Robiyan
2. Maghfirotus Soleha
3. Zaki Muhammad Rizki

 Jl. Walet No.21, Kertawinangun, Kec. Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat 45153
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Neonates Essensial
dan Askep Neonates” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Marwati, Ners.,M.Kep pada mata kuliah KEPERAWATAN ANAK. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep Neonates Essensial dan Askep Neonates
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Marwati, Ners., M.Kep, selaku dosen mata
kuliah KEPERAWATAN ANAK yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Cirebon, 28 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi baru lahir usia 0-28 hari (neonatus) merupakan generasi penerus yang akan berperan
penting di masa yang akan datang. Bayi yang sehat akan menjadi modal utama dalam
pembentukan generasi yang kuat, berkualitas dan produktif. Untuk itu asuhan tidak hanya
diberikan pada ibu saja , tetapi juga sangat diperlukan asuhan kepada Bayi Baru Lahir (BBL).
Masa bayi baru lahir atau yang disebut neonatus merupakan masa yang rentan terhadap
gangguan kesehatan dan merupakan periode yang rawan bagi kelangsungan hidup
kedepannya. Menurut Rahardjo (2015) bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran, berusiaa 0-28 hari yang memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi, adaptasi (penyesuaian dari kehidupan intrauteri ke kedhidupan ekstrauteri)
dan toleransi bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik.
Normalnya neonatus akan melalui proses adaptasi karena adanya perubahan lingkungan
dari intrauterin ke ekstrauterin seperti adanya penyesuaian terhadap suhu lingkungan,
pernafasan dan sistem hepatika. Namun jika neonatus tidak dapat melakukan adaptasi dengan
baik maka neonatus akan mengalami keadaan patologi seperti hipotermi, gangguan
pernafasan dan ikterus yang merupakan penyebab AKN paling banyak di Indonesia.
Komplikasi neonatus tersebut dapat terjadi karena beberapa 1 2 penyebab, berdasarkan
usia neonatus 0-6 hari penyebabnya adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%),
sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%), post partum (3%), dan kelainan konginental
(1%). Penyebab kematian neonatal 7-28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan konginental
(19%), pneumonia (17%), Respiratory Distress Syndrome/RDS (14%), prematuritas (14%),
ikterus (3%), cedera lahir (3%),tetanus (3%), defisiensi nutrisi (3%) dan Suddenly Infant
Death Syndrome/SIDS (3%). Selain itu juga terdapat penyebab lain seperti kesehatan ibu,
kondisi sosial ekonomi, praktek kesehatan masyarakat dan mutu pelayanan kesehatan.
(RISKESDAS 2007) Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), AKN pada
tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup (KH). Target Millenium Development
Goals (MDGs) Indonesia pada tahun 2015 adalah 23 per 1.000 KH (Kemenkes RI, 2015:
106-107). Pada tahun 2015, pelaksanaan dari MDGs telah berakhir dilanjutkan ke
Sustainable Development Goals (SDGs) hingga tahun 2030. Target SDGs tahun 2030 yaitu
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah dengan target AKN sebesar 12 per
1.000 KH dan 25 per 1.000 KH (Kemenkes RI, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu konsep neonatus essensial?
2. Apa itu askep neonatus?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep neonatus essensial
2. Untuk mengetahui askep neonatus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Konsep Neonates Essensial


Bayi baru lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang di sebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat
setelah lahir.
Hal-hal yang harus di perhatikandalam perawatan neonates esensial pada saat
lahirmeliputi:

1. Perawatan Neonatal Esensial Pada Saat Lahir


Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa
saat setelah lahir.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan neonatal esensial pada saat lahir
meliputi:
1) Kewaspadaan umum (Universal Precaution)
Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung
maupun beberapa saat setelah lahir. Beberapa mikroorganisme harus diwaspadai
karena dapat ditularkan lewat percikan darah dan cairan tubuh adalah virus HIV,
Hepatitis B dan Hepatitis C. Sebelum menangani BBL, pastikan penolong
persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti mencuci tangan dan
dalam keadaan steril.
2) Penilaian Awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
a) Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan ?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
b) Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan
kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan
penilaian berikut:
1. Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap-megap ?
2. Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif ?

Dalam Bagan Alur Manajemen BBdapat dilihat alur penatalaksanaan BBL


mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif tindakan apa
yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan
dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas spontan
dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal.

Jika bayi kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥ 42
minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau
tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan
manajemen BBL dengan Asfiksia.
3) Pencegahan kehilangan Panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan
hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian.
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau
tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang
relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah juga sangat rentan untuk
mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia
(temperatur tubuh lebih dari 37,5°C).

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:


 Ruang bersalin yang hangat.
Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua pintu dan jendela.
 Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk
atau kain yang kering.
 Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit
bayi.
Letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke
dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari
puting payudara ibu.
 Inisiasi Menyusui Dini
 Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas.
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang
topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif
luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut
tidak tertutup.
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan
bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih
dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi
dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti
dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.
Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari
enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang
sangat membahayakan kesehatan BBL.
 Rawat Gabung.
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL
ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara
yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu
segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
 Resusitasi dalam lingkungan yang hangat.
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam
lingkungan yang hangat.
 Transportasi hangat.
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam
perjalanan.
 Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang
hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.
 JANGAN MEMANDIKAN BAYI SEBELUM 6 JAM SETELAH LAHIR
DAN SEBELUM KONDISI STABIL

4) Pemotongan dan Perawatan tali Pusat


a) Memotong dan Mengikat Tali Pusat
 Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan
oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.
 Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat
dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah
tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan
penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
 Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong
tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting
DTT atau steril.
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
 Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan
klorin 0,5%.
 Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini.
b)  Merawat Tali Pusat
 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
 Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu
dan keluarganya.
 Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila
terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali
pusat basah atau lembab.
 Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
- Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
- Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
- Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan
kain bersih.
- Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar
tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi,
nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.

5) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan.
Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi
terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah).
Perhatikan lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali berikut ini.
 Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam waktu satu jam).
 Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air,
madu, larutan air gula atau pengganti susu ibu) kecuali diinstruksikan oleh
dokter atas alasan-alasan medis; sangat jarang ditemukan ibu yang tidak
memiliki air susu yang cukup sehingga memerlukan susu tambahan
(Enkin, et al, 2000).
 Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya dan baru
dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI setelah
periode eksklusif tersebut.
 Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun
malam (8-10 kali atau lebih, dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.

6) Pencegahan Perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka
semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak tergantung apakah
bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia kehamilan dan berat badan pada
saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan
pada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ataupun perdarahan intrakranial.
Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi Bayi
Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1
mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri Suntikan Vitamin
K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B.
Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang
sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.

7) Pencegahan Infeksi Mata


Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan
infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%.
Cara pemberian salep mata antibiotik:
 Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian keringkan
 Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian
obat tersebut
 Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes
mata
 Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi
 Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak
menghapus obat-obat tersebut

8) Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian
Vitamin K1 secara intramuskular.Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk
mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama pada jalur penularan ibu-
bayi.
Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan
ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain).
Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus
diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.

Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus
Hepatitis B di dalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis. Risiko
penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier tergantung umur pada waktu
terinfeksi. Jika terinfeksi pada bayi baru lahir, maka risiko menjadi carrier
sebesar 90%. Sementara, seseorang yang terinfeksi Hepatitis B pada umur dewasa
memiliki risiko menjadi carrier sebesar 5-10%

Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7 hari


karena:
 Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B
 Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu
pembawa virus
 Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis
menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker
hati primer
 Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi
dari penularan Hepatitis B
 Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali untuk mendapatkan
imunisasi berikutnya sesuai jadwal pemberian imunisasi

9) Pemberian Identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda
pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari
tertukarnya bayi. Pemberian tanda pengenal (gelang) ini sebaiknya dilakukan
segera setelah IMD. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan/atau ayah,
tanggal, jam lahir, dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan, dilakukan
pula cap telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran.

10) Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi pada
bayi untuk menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar
rahim.

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat


kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk
tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
a. Waktu pemeriksaan BBL :
 Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
 Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
 Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
 Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
b. Persiapan alat
 Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan
kehangatan
 Air bersih, sabun handuk kering dan hangat
 Sarung tangan bersih
 Kain bersih
 Stetoskop
 Jam dengan jarum detik
 Termometer
 Timbangan bayi
 Pengukur panjang bayi
 Pengukur lingkar kepala
c. Persiapan tempat
Pemeriksaan dilakukan di tempat yang datar, rata, bersih, kering, hangat,
dan terang
d. Persiapan diri
 Sebelum memeriksa bayi, cucilah tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir kemudian keringkan dengan lap bersih dan kering
atau dianginkan. Janganlah menyentuh bayi jika tangan anda masih
basah dan dingin.
 Gunakan sarung tangan jika tangan menyentuh bagian tubuh yang
ada darah seperti tali pusat atau memasukkan tangan ke dalam
mulut bayi.
 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir setelah
pemeriksaan kemudian keringkan.
 Untuk menjaga bayi tetap hangat, tidak perlu menelanjangi bayi
bulat-bulat pada setiap tahap pemeriksaan. Buka hanya bagian
yang akan diperiksa atau diamati dalam waktu singkat untuk
mencegah kehilangan panas.
e. Persiapan keluarga
Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang apa yang akan udian
hasilnya setelah selesai.
f. Anamnesis
Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu:
1. Keluhan tentang bayinya
2. Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam
saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C, siphilis,
HIV/AIDS, penggunaan obat)
3. Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada bayi
jika ada
4. Warna air ketuban
5. Riwayat bayi buang air kecil dan besar
6. Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap.
g. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak
menangis)
 Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan
dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut

Pemeriksaan fisik yang dilakukan Keadaan normal


 Posisi tungkai dan lengan fleksi
Lihat postur, tonus dan aktivitas  Bayi sehat akan bergerak aktif

Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus


Lihat kulit berwarna merah muda, tanpa adanya
kemerahan atau bisul
 Frekuensi napas normal 40-60 kali per
Hitung pernapasan dan lihat tarikan menit
dinding dada bawah ketika bayi sedang  Tidak ada tarikan dinding dada bawah
tidak menangis yang dalam

Hitung denyut jantung dengan meletakkan Frekuensi denyut jantung normal 120-160
stetoskop di dada kiri setinggi apeks kordis kali per menit
Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan
Suhu normal adalah 36,5 – 37,5º C
termometer
 Bentuk kepala terkadang asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam
Lihat dan raba bagian kepala
 Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol,
dapat sedikit membonjol saat bayi menangis

Lihat mata Tidak ada kotoran/sekret


Lihat bagian dalam mulut(Masukkan satu  Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada
jari yang menggunakan sarung tangan ke bagian yang terbelah.
 Nilai kekuatan isap bayi (Bayi akan
dalam mulut, raba langit-langit) mengisap kuat jari pemeriksa)

 Perut bayi datar, teraba lemas


 Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
Lihat dan raba perut
nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat.
Lihat tali pusat
atau kemerahan sekitar tali pusat

Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan


Lihat punggung dan raba tulang belakang
benjolan pada tulang belakang
 Hitung jumlah jari tangan dan kaki
 Lihat apakah kaki posisinya baik atau
Lihat ekstremitas bengkok ke dalam atau keluar
 Lihat gerakan ekstremitas

Lihat lubang anus:


 Terlihat lubang anus dan periksa apakah
 Hindari memasukkan alat atau jari mekonium sudah keluar.
dalam memeriksa anus  Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam
 Tanyakan pada ibu apakah bayi setelah lahir
sudah buang air besar

 Bayi perempuan kadang terlihat cairan


vagina berwarna putih atau kemerahan.
Lihat dan raba alat kelamin luar(Tanyakan  Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada
pada ibu apakah bayi sudah buang air ujung penis.
kecil)  Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam
24 jam setelah lahir.

Timbang bayi(Timbang bayi dengan  Berat lahir 2,5-4 kg.


menggunakan selimut, hasil dikurangi  Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin
selimut) turun dahulu baru kemudian naik kembali.
Penurunan berat badan maksimal 10%.

 Panjang lahir normal 48-52 cm.


Mengukur panjang dan lingkar
 Lingkar kepala normal 33-37 cm.
kepala bayi

 Kepala dan badan dalam garis lurus; wajah


bayi menghadap payudara; ibu mendekatkan
bayi ke tubuhnya
Menilai cara menyusui, minta  Bibir bawah melengkung keluar, sebagian
ibu untuk menyusui bayinya besar areola berada di dalam mulut bayi
 Menghisap dalam dan pelan kadang disertai
berhenti sesaat

2.2 Askep Neonates


A. Pengertian
Neonatus merupakan masa bayi baru lahir sampai usia 28 hari (wewenang maternitas adalah 0-
40 hari). Periode neonatal atau neonatus adalah bulan pertama kehidupan. Selama periode
neonatal bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang amat manakjubkan. (Mary Hamilton,
1995: 217).
B. Fisiologi
a. Respirasi
Perubahan yang penting pada neonatus adalah respirasi. Pada saat intarauterin, paru-paru berisi
± 20 cc/KgBB. Pada saat lahir, cairan tersebut digantikan dengan udara. Dengan kelahiran
pervaginam, cairan tersebut dikeluarkan melalui trakea dan paru-paru. Nafas yang pertama
merupakan reflek dari perubahan tekanan, perubahan suhu, suara dan sensasi fisik pada saat
kelahiran dengan permukaan yang relative kasar. Disisi lain, kemoreseptor di aorta berespon
terhadap penurunan PO2 (dari 80 mmHg ke 15 mmHg), peningkatan CO 2 (dari 40 mmHg ke 70
mmHg) dan penurunan pH arteri. Depresi pernafasan tersebut terjadi karena terputusnya tali
pusat. Nafas pertama bersifat dangkal dan tidak teratur ± 30-60 x/menit disertai periode apnea
pendek (<15”). Bayi baru lahir lebih menyukai bernafas melalui hidung. Saat mengalami
pembuntuan, reflek yang digunakan adalah membuka mulut, tetapi kemampuan tersebut baru
dimiliki setelah usia 3 minggu, oleh karena itu bayi mudah mengalami cyanosis jika mengalami
obstruksi hidung.
b. Sirkulasi
System sirkulasi mengalami perubahan saat lahir, foramen ovale, duktus arteriosus dan duktus
venosus menutup. Arteri dan vena umbilical serta arteri hepatica menjadi ligament. Tekanan
arteri pulmonal menurun menyebabkan penurunan tekanan artrium kanan. Peningkatan aliran
darah yang kembali kesisi kiri jantung meningkatkan tekanan atrium kiri. Perubahan tekanan
ini menyebabkan penutupan foramen ovale. Selama beberapa hari, menangis menyebabkan
pengembalian aliran darah melalui foramen ovale dan menyebabkan cyanosis. Saat level PO2
arteri mendekati 50 mmHg, duktus arteriosus menutup kemudian duktus tersebut menjadi
ligament. Dengan pematangan tali pusat, arteri dan vena umbilical serta duktus venosus
menutup cepat dan menjadi ligament.
c. Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi pernafasan dan sirkulasi bayi.
Termoregulasi adalah upaya mempertahankan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran
panas. Bayi bersifat homeothemic yang artinya berusaha menstabilkan suhu badan internal
dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan panas yang berlebihan merupakan
kejadian yang membahayakan. Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan
meningkatkan aktifitas metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak pada antara
kedua scapula dan axila, serta didalam pintu masuk dada, sekitar ginjal dan vertebra. Lemak
tersebut mengandung banyak pembuluh darah dan saraf daripada lemak biasa.
d. Hematologi
Hb bayi lebih banyak dari orang dewasa yaitu 14,5-22,5 g/dl, tetapi merupakan HbF yaitu Hb
yang usianya lebih pendek dari orang dewasa (40-90 hari). Dengan simpanan Fe selama
dalam kandungan, bayi akan membuat Hb yang baru. Simpanan Fe dapat dipertahankan
sampai usia 5 bulan.
e. Sistem Renal
Pada usia khamilan empat bulan, ginjal bayi sudah terbentuk dan sudah bisa memproduksi
urine. Urin akan dikeluarkan kedalam cairan amnion. Fungsi renal seperti orang dewasa baru
bisa dipenuhi saat bayi berusia 2 bulan. Saat lahir biasanya bayi akan BAK sedikit dan
kemudian tidak BAK selam 12-24 jam, kemudian akan BAK 6-10 x/menit. Urin berwarna
kuning, berjumlah 15-60 cc/KgBB.
f. Gastrointestinal
Bayi aterm sudah bisa menelan, mencerna dan mengolah serta menyerap protein dan
karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak sederhana. Bayi yang hidrasinya baik, mukosa
mulutnya basah, merah muda. Setelah lahir ada sedikit mucus yang tersisa dimulut bayi.
g. Sistem Hepatika
Liver dan gall blader dibentuk usia kehamilan 4 bulan. Liver dapat diraba pada bayi baru lahir
1 cm dibawah costa kanan karena liver memenuhi ± 40 % kavitas abdomen. 50 % bayi aterm
mengalami hyperbilirubinemia yang fisiologis sebagai akibat dari frekuensi produksi bilirubin
yang tinggi dari pemecahan RBC yang lebih banyak dari dewasa, selain itu ada sejumlah
bilirubin yang diserap kembali dari usus halus.
h. Sistem Imunologi
System imunologi pada bayi baru berkembang pada fase awal ekstrauterin dan belum aktif
sampai dengan beberapa bulan. Selam tiga bulan pertama, bayi dilindungi oleh imunitas pasif
dari ibu.
i. Sistem integument
Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi bayi saat lahir, fungsinya masih
belum jelas. Dalam 24 jam vernix caseosa akan diabsorsi kulit dan hilang seluruhnya, jadi
tidak perlu dibersihkan.
j. Sistem Reproduksi
Perempuan:
a. Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel primordial).
b. Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan penurunan yang tiba-tiba saat
kelahiran menyebabkan terjadinya pengeluaran darah atau mucus dari vagina disebut
pseudomenstruasi.
c. Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.
d. Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.
e. Vernix caseosa terdapat dikedua labia.
Laki-laki:
a. Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
b. Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.
c. Sering terjadi hidriceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis, bisa sembuh sendiri.
k. System Muskuloskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi cephalocaudal. Kepala mempunyai panjang ¼ dari panjang badan
bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit dari kaki. Ukuran dan bentuk kepala dapat sedikit
berubah akibat penyesuaian dengan jalan lahir disebut molding.

Penanganan bayi baru lahir


Tujuan utama perawatan bayi baru lahir adalah:
1. Membersihkan jalan nafas.
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah dilahirkan. Apabila bayi tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai
berikut:
a. Letakkkan bayi pada posisi telentang ditempat yang keras dan hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah
ke belakang.
c. Bersihkan rongga hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi akan segera
menangis.
e. Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan otak.
Oleh karena itu segera bersihkan mulut dan hidung bayi baru lahir. Observasi
warna kulit, adanya meconium dalam hidung atau mulut.
f. Bantuan untuk memulai pernafasan diperlukan untuk mewujudkan ventilasi yang
adekuat.
g. Dokter atau tenaga medis hendaknya melakukan pemompaan setelah 1 menit bayi
tidak menangis.
1. Memotong dan merawat tali pusat.
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak menentukan dan
mempengaruhi bayi, kecuali bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis maka
tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi.
Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan
pengikat steril. Apabila masih terjadi perdarahan dapat dibuat ikatan baru. Luka tali pusat
dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70 % atau povidon iodin 10 % serta dibalut kasa
steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan setiap basah atau kotor. Sebelum
memotong tali pusat. Pastikan bahwa tali pusat sudah diklem dengan baik untuk
mencegah terjadinya perdarahan.
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir di
bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur
yang hangat sampai suhu tubuhnya stabil. Suhu tubuh bayi harus dicatat.
1. Memberikan vitamin K.
Pemberian vitamin K dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K. Vitamin K diberikan peroral 1 mg/ hari selama 3 hari, sedangkan bayi yang
beresiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M.
1. Memberikan obat tetes/ salep mata.
Setiap bayi lahir perlu diberikan tetes mata atau salep mata setelah 5 jam bayi lahir untuk
mencegah terjadinya penyakit mata karena klamidia. Tetes atau salep mata yang
diberikan adalah eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 %.
1. Identifikasi bayi baru lahir.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia ditempat penerimaan pasien.
Kamar bersalin dan ruang rawat bayi. Peralatan yang digunakan hendaknya kebal air
dengan tepi yang halus dan tidak melukai, tidak mudah robek dan tidak mudah lepas.
Pada gelang atau alat identifikasi harus tercantum:
a. Nama (bayi, nyonya).
b. Tanggal lahir.
c. Nomor bayi.
d. Jenis kelamin.
e. Unit.
f. Nama lengkap ibu. Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. Ukurlah berat lahir,
panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
1. Mencegah terjadinya infeksi.
Dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang aseptik dan antiseptik. Pemberian tetes
atau salep mata untuk mencegah infeksi pada mata.
Pemantauan bayi baru lahir
Bayi baru lahir dilakukan untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi
masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian. Yang perlu dipantau pada bayi
baru lahir adalah:
1. Suhu badan dan lingkungan.
Suhu badan bayi perlu diukur  dan dicatat secara teratur untuk mengetahui adanya
peningkatan suhu tubuh sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang tepat dan cepat.
2. Tanda – tanda vital.
a. Suhu tubuh bayi diukur melalui ketiak atau dubur bayi.
b. Nadi dapat dipantau di semua titik – titik nadi perifer.
c. Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir adalah perut dan dada bergerak
bersamaan tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar adanya suara pada waktu
inspirasi maupun ekspirasi. Gerak pernafasan 30 – 50 kali permenit.
d. Tekanan darah dipantau bila ada indikasi.
1. Mandi dan perawatan kulit.
Dalam keadaan normal kulit bayi baru lahir adalah kemerahan dan terjadi pengelupasan
ringan. Mandi pada bayi baru lahir sangat diperlukan untuk merawat kebersihan kulit dan
menjaga kelembaban kulit dan suhu tubuh.
2. Pakaian.
Pakaian pada bayi dapat menjaga kehangatan suhu tubuh bayi. Sehingga bayi tidak jatuh
pada keadaan hipotermia. Pakaian juga dapat melindungi kulit bayi dari resiko cidera/
tergores.
3. Perawatan tali pusat.
Perawatan tali pusat dilakukan secara aseptik dan antiseptik untuk mencegah terjadinya
infeksi pada tali pusat.

Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir (Depkes, 2002)


1. Evaporasi adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi
karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi. setelah lahir karena bayi
tida langsung dikeringkan atau terjadi setelah bayi dimandikan.
2. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin, miasal bayi yang diletakkan diatas meja, tempat tidur atau
timbangan yang dingin cepat mengalami kehilangan panas tubuh melalui konduksi
3. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayiterpapar dengan udara disekitar
yang telah dingin, bayi yang dilahirkan di ruangan yang dingin cepat mengalmi
kehilingan panas. Kehilangan panas terjadi jika ada tiupan kipas angin, aliran udara atau
penyejuk ruangan.
4. Radiasi adalah kehilangan pnas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat berada yang
mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi, bayi akan
mengalami kehilangan panas melalui car ini.  Benda yang lebih dingin tersebut tidak
bersentuhan langsung dengan panas bayi.

Penilaian bayi untuk tanda – tanda kegawatan


Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda –tanda kegawatan/ kelainan yang menunjukkan
suatu penyakit.
1. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda –
tanda berikut:
a. Sesak nafas.
b. Frekuensi pernafasan 60 X/mnt.
c. Gerak retraksi dada.
d. Malas minum.
e. Panas atau suhu badan bayi rendah.
f. Bayi kurang aktif.
g. Berat lahir rendah (1500 – 2500 gram).
1. Tanda – tanda bayi sakit berat.
Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda – tanda berikut ini:
a. Sulit minum.
b. Sianosis sentral (lidah biru).
c. Perut kembung.
d. Periode apneu.
e. Kejang / periode kejang – kejang kecil.
f. Merintih.
g. Perdarahan.
h. Sangat kuning.
i. Berat badan lahir < 1500 gram.

Komplikasi yang sering terjadi pada bayi baru lahir


1. Icterus neonatorum
Kira-kira 1/3 dari bayi yang baru lahir , memperlihatkan icterus antara Hari ke 2 dan ke 5
yang dinamakan icterus fisiologis yang ditimbulkan oleh hyperbilirubinaemia yang
disebabkan oleh:
a. Penghancuran erytrocyt yang hebat.
Kehidupan intra uterin terdapat polycytaemia untuk mengimbangi kadar O2 yang
rendah. Sedangkan untuk kehidupan diluar tidak diperlukan sedemikian banyak
erythrocyte.
b. Hati bayi belum berfaal baik, sehingga tidak dapat mengubah Bilirubin I menjadi
bilirubin II.Pada anak premature icterus biasanya lebih hebat dan lebih lama lagi
karena faal hati masih sangat kurang.
1. Kehilangan Berat Badan
Selama 3 atau 4 hari yang pertama bayi boleh dikatakan hampir tidak kemasukan cairan
(Asi belum lancar). Sedangkan bayi mengeluarkan faeces, urine dan peluh dengan cukup
banyak maka BB bayi turun. Kehilangan BB tidak boleh lebih dari 10%.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis
ini disebut juga homeostatis. Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-
fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan,
termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Bila terdapat gangguan pada
adaptasi maka bayi akan sakit. Sedangkan pada bayi yang kurang bulan terdapat
gangguan mekanisme adaptasi. Adaptasi segera adalah pada fungsi-fungsi vital yaitu
sirkulasi, respirasi, SSP (Sistem Saraf Pusat), pencernaan dan metabolisme.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi,L.Nanny Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.
BUKU SAKU Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Kemkes RI, 2010
Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta
Doengoes E. Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta
http://jazirahkomputer.blogspot.com/2019/03/makalah-konsep-neonatal-esensial-konsep.html?
m=1
https://www.academia.edu/10026633/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_NEONATUS

Anda mungkin juga menyukai