Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

OLEH:
KELOMPOK

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Teknologi Terapan
Dalam Pelayanan Bayi Baru Lahir” Makalah ini disusun untu memenuhi tugas Mata
Kuliah Inovas dan kreatif dalam Pelayanan Kebidanan” di bidang Ilmu Kesehatan
khusus nya Kebidanan. Penulis sangat menyadari dalam penyusunan dan penulisan
tugas ini masih ada banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan dan memperluas wawasan penulis.
Semoga Makalah ini dapat memberi tambahan ilmu bagi penulis dan pembaca pada
umum nya. Terima kasih.

Bukittinggi, 12 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. . Latar Belakang
Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus), lahir
melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan,
menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000
gram.Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai
dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada masa ini terjadi
pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa, bukan pula
miniature anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam
rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang
serba mandiri.Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72
pertama.Transisi ini hampir meliputi semua system organ tapi yang terpenting
bagi anastesi adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari
itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk
melakukan suatu anastesi terhadap neonates (BBL).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2010). Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari
respon kasih sayang ibu dengan bayi yang dilahirkan yang bersatu dalam
hubungan psikologis dan fisiologis. Ikatan ibu dan anak dimulai sejak anak
belum dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta
menerima janin yang tumbuh sebagai individu. Sesudah lahir sampai minggu
berikut-berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu berbagai
penghargaan satu sama lain (Marmi, 2009).
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi
tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna
serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang
disingkat dengan TTG adalah teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat
guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai teknologi yang
telah 4 dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya
banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok
masyarakat tertentu.

B. Rumusan Masalah
Apa saja tekhnologi tepat guna dalam kebidanan khusus nya pada pelayanan
bayi baru lahir.
Tujuan Agar mahasiswa tau apa saja tekhnologi tepat guna dalam pelayanan
bayi baru lahir dan bagaimana cara menggunakan nya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tekhnologi Terapan Dalam Pelayanan Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2010).
Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang
ibu dengan bayi yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologis
dan fisiologis. Ikatan ibu dan anak dimulai sejak anak belum dilahirkan
dengan suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta menerima janin
yang tumbuh sebagai individu. Sesudah lahir sampai minggu
berikutberikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu berbagai
penghargaan satu sama lain (Marmi, 2009).
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi
tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna
serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang
disingkat dengan TTG adalah teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat
guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai teknologi yang
telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya
banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok
masyarakat tertentu. Ada beberapa tekhnologi tepat guna dalam pelayanan
kebidanan, khusus nya dalam pelayanan bayi baru lahir, sebagai berikut :
a. Inkubator Kelahiran bayi prematur adalah bayi yang belum cukup bulan
untuk lahir tapi diharuskan lahir karena adanya masalah dalam
kandungan.Ketuban yang pecah lebih cepat bisa membuat air ketuban
terinfeksi kuman, jika terlalu lama 6 dibiarkan lebih dari 18 jam, akibatnya
bayi bisa sesak nafas. Penyebab pecahnya ketuban karena stres yang
dialami bayi dalam kandungan. Stresnya dapat disebabkan oleh
infeksi.Selain itu lahir prematur bisa jadi karena kontraksi sang ibu. Jika
kontraksi terjadi sebelum waktunya, bukan tak mungkin bayi akan lahir
prematur. Karena bayi stres, katup mulut janin pun jadi terbuka dan air
ketuban bisa terminum oleh bayi, sehingga bayi akan mengalami sesak
nafas. ( Inkubator Terbuka)
b. Ciri – Ciri Bayi Prematur Kebanyakan orang menilai bahwa semua bayi
premature memiliki ciri badan yang kecil dan berat nya tidak sampai 2500
gr. Memang benar tapi bayi yang lahir normal pun bisa saja memiliki
badan yang kecil memiliki badan yang kecil dan beratnya kurang.
Mengapa? karena sang ibu memiliki penyakit jantung, perokok, dan lain
hal. Tapi secara fisik, bayi prematur bisa dibedakan yakni dari kulitnya
yang tipis, daun telinga jika ditekuk tidak mudah kembali, serta garis-garis
ditelapak kakinya tidak penuh. Mengapa bayi prematur harus dirawat
dengan inkubator? Bayi yang lahir prematur harus dirawat dengan
inkubator, sebab pengaturan suhu tubuhnya belum stabil dan dia akan
gampang kedinginan. Inkubator dapat menjaga suhu sebuah ruangan agar
suhu tetap konstan dan stabil. Suhu inkubator diatur dengan disesuaikan
dengan berat lahir atau usia kehamilan. Sesak nafas akibat pengembangan
paruparu yang tidak bagus membuat bayi perlu diberi oksigen. Namun
pemberian oksigen terlalu lama akan menyebabkan retina bayi rusak.
Setelah perawatan inkubator berakhir, mata bayi perlu diperiksa secara
berkala. Jika sudah stabil, bayi akan dirawat oleh ibu dengan cara
perawatan bayi lekat atau perawatan metode ‘kanguru’. Metode ini, bayi
membutuhkan sentuhan kasih sayang dan akan mendapatkan kehangatan
dari tubuh ibu atau ayahnya seperti saat dalam kandungan.Namun alat
inkubator 7 (Inkubator Tertutup) yang cukup mahal ini, jumlahnya masih
kurang di negara-negara berkembang, dan tak terjangkau untuk beberapa
rumah sakit.Dengan mahalnya inkubator, seorang peneliti muda asal
Inggris tengah membuat inkubator dengan biaya yang rendah. Dia
berharap inkubator buatannya dapat digelembungkan. Roberts mahasiswa
Teknik Desain, mengatakan proyek ini masih dalam fase pengembangan,
dan ia akan mendirikan perusahaan untuk memproduksi inkubator secara
massal.
c. Blue Light (Foto Terapi) Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada
putih mata (sklera) dan kulit bayi baru lahir. Warna kuning itu pertanda
terjadinya penumpukan bilirubin, yaitu senyawa hasil pemecahan sel
darah merah, bisa karena sel darah merah sudah tua atau ada proses
penghancuran yang abnormal. Semasa dalam kandungan, bilirubin
dikeluarkan melalui plasenta ibu. Setelah lahir, bayi harus
mengeluarkannya sendiri. Pengeluaran bilirubin oleh bayi memerlukan
fungsi hati yang sempurna dan makanan dalam usus yang membawanya
keluar sebagai feses, Kadar bilirubin yang normal bergantung pada usia
bayi. Contohnya, kadar bilirubin 12 mg/dl pada bayi kurang dari 24 jam
adalah abnormal. Tetapi kadar tersebut pada bayi cukup bulan usia 3 hari
adalah normal. Bila bayi tampak kuning, perlu diperiksa kadar bilirubin
untuk menentukan apakah kadarnya masih normal atau sudah abnormal
sehingga perlu terapi. Dianggap di atas normal bila kadar biliburin lebih
dari 12 mg/dl. Bila kadar bilirubin di atas normal, dokter akan melakukan
terapi sinar biru pada bayi kuning tersebut. Terapi ini dilakukan di rumah
sakit. Bayi diletakkan di bawah lampu yang memancarkan spektrum
cahaya biru dengan panjang 8 gelombang tertentu (ukurannya sekitar 450
nanometer). Fungsi terapi sinar biru ini akan mengubah bilirubin menjadi
senyawa yang larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh bayi.
Berapa lama bayi menjalani terapi sinar biru tergantung pada kadar
bilirubin, biasanya sekitar 2-4 hari. Bila kadar bilirubin 12- 15 mg/dl,
terapi dilakukan selama 2-3 hari. Bila kadarnya mencapai 15-20 mg/dl
terapi dilakukan selama 3-4 hari. Biliblanket, Selain terapi sinar biru,
dapat pula dilakukan dengan biliblanket, yaitu selimut yang mengandung
serat optik yang juga terdapat pada sinar biru. Bedanya, selimut ini dapat
langsung menutup tubuh bayi sehingga Anda dapat langsung menyusui
dan memeluknya. Di Indonesia juga tersedia biliblanket, namun tidak
begitu efektif dalam menurunkan kadar bilirubin. Yang paling efektif
adalah terapi sinar biru. Tranfusi darah. Bila kadar bilirubin bayi baru lahir
di atas 20 mg/dl, dokter akan malakukan transfusi darah untuk menukar
darah bayi. Karena, bilirubin yang sangat tinggi berisiko tinggi masuk ke
dalam otak sehingga terjadi gangguan pada otak dan kualitas
perkembangan bayi.
Gejala kuning:
1. Kulit, selaput lendir (gusi, mata) berwarna kuning.
2. Bayi rewel, mengantuk, lemas
3. Kurang aktif menyusu.
4. Urin berwarna kuning tua (pekat).
Cara terapi:
a) Bayi dalam boks disinar dari jarak 10 – 23,5 cm 2. Saat
diterapi, mata bayi ditutup dengan kain kassa, agar
retinanya aman.
b) Selama menjalani terapi, bayi harus sering disusui karena
ASI efektif dalam melancarkan proses buang air kecil dan
buang air besar, dan bayi terhindar dari dehidrasi akibat
efek panas sinar biru tersebut. Belum ditemukan efek
negatif dari terapi sinar biru terhadap kesehatan bayi bila
dilaksanakan dengan tepat. Terapi sinar biru masih
dianggap aman dan tidak mahal.
c) Resucitation Resusitasi merupakan sebuah upaya
menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ
vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi
pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat
(Rilantono, 1999).

Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat


terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem
kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat
menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit).
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan segera
sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 1997).

Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan


tindakan kritis yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat
harus dapat membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini
memerlukan penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
unik pada situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi
kebutuhan pasien kritis (Hudak dan Gallo, 1997)

Kondisi yang memerlukan resusitasi neonatus misalnya :

1. sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau


akibat lidah yang jatuh ke posterior
2. kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan
kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik,
diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya 10
3. kerusakan neurologis. 4. kelainan / kerusakan saluran napas
atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau
kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan / sirkulasi.
4. syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau
perdarahan. Ada pembatasan dalam penilaian apgar ini, yaitu :
 resusitasi segera dimulai bila diperlukan, dan tidak
menunggu sampai ada penilaian pada menit pertama. 
Keputusan perlu tidaknya resusitasi maupun penilaian respons
resusitasi dapat cukup dengan menggunakan evaluasi frekuensi
jantung, aktifitas respirasi dan tonus neuromuskular, daripada
dengan nilai Apgar total. Hal ini untuk menghemat waktu.

Perencanaan berdasarkan perhitungan nilai Apgar:


a) Nilai Apgar menit pertama 7 – 10 : Biasanya bayi
hanya memerlukan tindakan pertolongan berupa
penghisapan lendir / cairan dari orofaring dengan
menggunakan bulb syringe atau suction unit tekanan
rendah. Hati-hati, pengisapan yang terlalu kuat /
traumatik dapat menyebabkan stimulasi vagal dan
bradikardia sampai henti jantung.
b) Nilai Apgar menit pertama 4 – 6 : Hendaknya orofaring
cepat diisap dan diberikan O2 100%. Dilakukan
stimulasi sensorik dengan tepokan atau sentilan pada
telapak kaki dan gosokan selimut kering pada
punggung. Frekuensi jantung dan respirasi terus
dipantau ketat. Bila frekuensi jantung menurun atau
ventilasi tidak adekuat, harus diberikan ventilasi
tekanan positif dengan kantong resusitasi dan sungkup
muka. Jika tidak ada alat bantu ventilasi, gunakan
teknik pernapasan buatan dari mulut ke hidung-mulut.
c) Nilai Apgar menit pertama 3 atau kurang : Bayi
mengalami depresi pernapasan yang berat dan orofaring
harus cepat diisap. Ventilasi dengan tekanan positif
dengan O2 100% sebanyak 40-50 kali per menit harus
segera dilakukan. Kecukupan ventilasi dinilai dengan
memperhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi
bunyi napas. Jika frekuensi jantung tidak meningkat
sesudah 5-10 kali napas, kompresi jantung harus
dimulai. Frekuensi : 100 sampai 120 kali per menit,
dengan 1 kali ventilasi setiap 5 kali kompresi jika
frekuensi jantung tetap di bawah 100 kali per menit
setelah 2-3 menit, usahakan melakukan intubasi
endotrakea. Gunakan laringoskop dengan daun lurus
(Magill). Gunakan stilet untuk menuntun jalan pipa.
Stilet jangan sampai keluar dari ujung pipa. Posisi pipa
diperiksa dengan auskultasi. Gunakan laringoskop
dengan daun lurus (Magill). Gunakan stilet untuk
menuntun jalan pipa. Stilet jangan sampai keluar dari
ujung pipa. Posisi pipa diperiksa dengan auskultasi.
Kalau frekuensi jantung tetap kurang dari 100 setelah
intubasi, berikan 0.5 – 1 ml adrenalin (1:10.000). Dapat
juga secara intrakardial atau intratrakeal, tapi lebih
dianjurkan secara intravena. Jika tidak ada ahli yang
berpengalaman untuk memasang infus pada vena
perifer bayi, lakukan kateterisasi vena atau arteri
umbilikalis pada tali pusat, dengan kateter umbilikalis.
Sebelum penyuntikan obat, harus dipastikan ada aliran
darah yang bebas hambatan. Dengan demikian
pembuluh tali pusat dibuat menjadi drug/fluid transport
line. jangan memasukkan larutan hipertonik seperti
glukosa 50% atau natrium bikarbonat yang tidak
diencerkan melalui vena umbilikalis, karena dapat
merusak parenkim hati. Bayi dengan asfiksia berat yang
tidak responsif terhadap terapi atau mempunyai
frekuensi jantung yang adekuat tetapi perfusinya buruk,
hendaknya diberikan cairan ekspansi volume darah
(plasma volume expander) : 10 ml/kgBB Plasmanate
atau albumin 5% secara infus selama 10 menit. Kalau
diduga banyak terjadi perdarahan, berikan transfusi 10
ml/kgBB darah lengkap (wholeblood). Bila bradikardia
menetap : ulangi dosis adrenalin. Dapat juga diberikan
kalsium glukonat 10% untuk efek inotropik 12 50-100
mg/kgBB intravena perlahan-lahan, atau sulfas atropin
untuk antikolinergik / terapi bradikardia 0.01 mg/kgBB.
Alogaritme Penatalaksanaan Resusitasi pada Bayi Baru
Lahir
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2010).
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi
tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna
serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang
disingkat dengan TTG adalah teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat
guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai teknologi yang
telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya
banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok
masyarakat tertentu. Beberapa alat dari tekhnologi terapan dalam pelayanan
bayi baru lahir yaitu dan alat Inkubator, Blue Light (Foto Terapi), dan
Resucitation.
B. Saran Semoga dengan makalah ini bisa menambah ilmu wawasan dan
pengetahuan mahasiswa. dan dengan adanya tekhnologi tepat guna ini semua
tenaga kesahatan khusus nya bidan bisa lebih berkompeten dalam penggunaan
alat tekkhnologi

Anda mungkin juga menyukai