Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena hanya dengan
izin,dan rahmat dan kuasa-Nyalah kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Teknologi Terapan Dalam Pelayanan Bayi
Baru Lahir dan Balita”.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Mata Kuliah
Teknologi Tepat Guna yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita khususnya mengenai Teknologi Terapan Dalam
Pelayanan Bayi Baru Lahir dan Balita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari apa
yang diharapkan.
Untuk itu, kami berharap kritik dan saran serta usulan demi perbaikan makalah
ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa
pun yang membacanya.
Kelompok 14
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSAKA...................................................................... 3
A. Prosedur ................................................................................................. 3
B. Sistem ..................................................................................................... 17
BAB III PENUTUP....................................................................................... 18
A. Kesimpulan............................................................................................. 18
B. Saran....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus), lahir
melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan,
menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000
gram.Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai
dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua system.
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa, bukan pula miniature
anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang
serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba
mandiri.Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72
pertama.Transisi ini hampir meliputi semua system organ tapi yang terpenting
bagi anastesi adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu
sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu
anastesi terhadap neonates (BBL).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin
(Dewi, 2010). Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih
sayang ibu dengan bayi yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologis
dan fisiologis. Ikatan ibu dan anak dimulai sejak anak belum dilahirkan dengan
suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh
sebagai individu. Sesudah lahir sampai minggu berikut-berikutnya, kontak visual
dan fisik bayi memicu berbagai penghargaan satu sama lain (Marmi, 2009).
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi tepat
guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta
1
2
sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang disingkat
dengan TTG adalah teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada
yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai teknologi yang telah
dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya banyak
ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat
tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknologi terapan dalam prosedur pelayanan pada bayi baru lahir
dan balita
2. Bagaimana teknologi terapan dalam sistem pelayanan bayi baru lahir dan
balita.
C. Tujuan
1. Mengetahui teknologi terapan dalam prosedur pelayanan pada bayi baru lahir
dan balita
2. Mengetahui teknologi terapan dalam sistem pelayanan bayi baru lahir dan
balita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prosedur
1. Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin (Dewi, 2010). Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari
respon kasih sayang ibu dengan bayi yang dilahirkan yang bersatu dalam
hubungan psikologis dan fisiologis. Ikatan ibu dan anak dimulai sejak anak
belum dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta
menerima janin yang tumbuh sebagai individu. Sesudah lahir sampai minggu
berikut- berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu berbagai
penghargaan satu sama lain (Marmi, 2009).
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang
yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan
dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna
atau yang disingkat dengan TTG adalah teknologi yang digunakan dengan
sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai
teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses
pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata
pencaharian pokok masyarakat tertentu.
2. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri
(tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat
membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan
3
4
susu). Pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari
puting susu ibunya.
6) Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu
didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum
menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati
dengan jelas apa yang dilakukan oleh bayi.
7) Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit
ibu sampai proses menyusu pertama selesai.
8) Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang,
diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
9) Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat-gabung. Rawat-gabung
memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi
menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal.
Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan
bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan
ibu, dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan
menyusui.
b. Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan
menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat
menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia
(kedinginan).
2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan
detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih
jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.
3) Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada
antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan
kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4) Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang
kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang
6
didapat (Amalia & Herawati, 2018; Idris & Enggar, 2019; Solehati, Kosasih,
Rais, & Fithriyah, 2018; Willaims, Ambika, Chandrashekar, Prasannakumar,
& Muralimohan, 2016). Hal ini bertentangan dengan penelitian yang
dikemukakan oleh Gomathi, (2014); dan Nina, Magdalena, & Przemko,
(2018) yang menyatakan tidak ada hubungan pengetahuan dan tingkat
pendidikan ibu. Pengetahuan ibu yang baik, akan menghasilkan sikap yang
positif. Sikap positif dipengaruhi oleh kepercayaan diri (self efficancy) ibu.
Kepercayaan diri ibu timbul setelah ada pengalaman melakukan PMK.
Memberi edukasi ibu mengenai PMK menjadi hal penting. WHO (2003)
memberikan panduan edukasi posisi kanguru sebagai berikut : bayi
ditempatkan diantara kedua payudara ibu, dengan posisi tegak serta dada bayi
menempel kedada ibu. Kepala bayi dimiringkan kesalah satu sisi dengan
posisi sedikit ekstensi. Pertahankan posisi kepala bayi ekstensi untuk
memastikan jalan napas terbuka dan terjadi kontak mata ibu dan bayi. Hindari
kepala bayi menekuk dan menghadapkan muka keatas. Bayi diberikan posisi
“kodok” dengan pinggul bayi posisi fleksi. Pertahankan pelekatan dengan
optimal. Lakukan PMK minimal 1 jam, PMK bisa dilakukan ibu, ayah atau
anggota keluarga lainnya.
PMK memberikan efek kepada bayi dan ibu. PMK memberikan
manfaat meningkatkan kepercayaan diri ibu dan meningkatkan keterikatan ibu
dan bayi (Stuard, 2016). Pelaksanaan PMK di ruang rawat mengalami
hambatan seperti ibu takut menyentuh bayi, takut terhadap lingkungan dan
peralatan yang ada pada bayi dan kehadiran ibu yang tidak terus menerus
(Namnabati, Talakoub, Mohammadizadeh, & Mousaviasl, 2016). Selain itu
pelaksanaan PMK di rumah mengalami hambatan seperti memerlukan waktu
khusus (16,7%), tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah (11,9%), bayi
kepanasan dan terlihat tidak nyaman (19,5%), waktu berkurang untuk anak
lain (7,1%) dan terlalu stres (7,1%) (Opara & Okorie, 2017).
Durasi melaksanakan PMK berbeda – beda. Penelitian Parsa, Karimi,
Basiri, dan Roshanaei (2018) mengemukakan PMK selama 4 jam sehari
8
area areola yang lebih besar terlihat diatas daripada dibawah mulut bayi,
bayi menghisap perlahan dan dalam, terkadang terhenti.
4. Asi Ekslusif
Berdasarkan penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka
ibu yang pernah menyusui anak di Indonesia sudah tinggi, yaitu 90%, namun
yang memberikan secara eksklusif selama 6 bulan masih rendah sebesar 20%.
Pemberian ASI direkomendasikan sampai dua tahun atau lebih. Alasan ASI
tetap diberikan setelah bayi berusia 6 bulan, karena 65% kebutuhan energi
seorang bayi pada umur 6-8 bulan masih terpenuhi dari ASI. Pada umur 9-12
bulan sekitar 50% kebutuhannya dari ASI dan umur 1-2 tahun hanya sekitar
20% dari ASI.
Banyak bukti ilmiah yang memperlihatkan bahwa ASI yang diberikan
secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dapat mencukupi
kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan berkembang. Beberapa contoh
diantaranya, kolostrum (ASI pada hari 1-3) kaya protein, laktosa ASI sebagai
sumber karbohidrat diserap lebih baik dibanding yang terdapat di dalam susu
formula.
ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi
makanan maupun minuman lain kecuali obat. Setelah 6 bulan ASI tidak dapat
mencukupi kebutuhan mineral seperti zat besi, seng sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut harus diberikan MP ASI (makanan pendamping
ASI ) yang kaya zat besi. Bayi prematur, bayi dengan berat lahir rendah, dan
bayi yang memiliki kelainan hematologi tidak memiliki cadangan besi
adekuat pada saat lahir umumnya membutuhkan suplementasi besi sebelum
usia 6 bulan, yang dapat diberikan bersama dengan ASI eksklusif. Yang perlu
dipahami dalam pemberian ASI adalah produksi ASI yang tidak selalu sama
setiap harinya; yaitu antara 450 - 1200 ml per hari, sehingga bila dalam 1 hari
dirasakan produksinya berkurang, maka belum tentu akan begitu seterusnya.
Bahkan pada 1-2 hari kemudian jumlahnya akan melebihi rata-rata sehingga
secara kumulatif akan mencukupi kebutuhan bayi.
10
Cairan yang dihasilkan kelenjar mama yaitu Air Susu Ibu (ASI) sering
disebut “darah putih” karena komposisinya mirip darah plasenta.
Sebagaimana darah, ASI dapat mentransport nutrien, meningkatkan imunitas,
merusak patogen dan berpengaruh pada system biokimiawi tubuh manusia.
Sebagai contoh pada bayi yang mendapat ASI eksklusif organ thymus pada
usia 4 bulan dua kali lebih besar dibandingkan pada bayi 4 bulan yang hanya
mendapat susu formula.
ASI diproduksi di sel pembuat susu, lalu akan mengalir menuju puting
melalui saluran-saluran ASI. Saluran saluran tersebut akan bermuara pada
saluran utama yang mengalirkan ASI menuju puting. Muara ini terletak di
bagian dalam payudara, di bawah areola. ASI sebenarnya tidak disimpan, jika
tidak sedang menyusui, ASI tidak mengalir, tetapi “diam” di saluran ASI.
Terkadang ASI bisa menetes dari puting meskipun tidak menyusui, karena
ASI yang berada di saluran sudah terlalu banyak, dan ketika ibu memikirkan
sang bayi, ada sel otot yang mendorong ASI mengalir secara otomatis ke arah
puting.
Nutrisi yang terkandung di dalam ASI cukup banyak dan bersifat
spesifik pada setiap ibu. Komposisi ASI dapat berubah dan berbeda dari
waktu ke waktu disesuaikan dengan kebutuhan bayi sesuai usianya.
Berdasarkan waktunya, ASI dibedakan menjadi tiga stadium, yaitu:
a. Kolostrum (ASI hari 1-3)
Kolostrum merupakan susu pertama keluar, berbentuk cairan
kekuningan yang diproduksi beberapa hari setelah kelahiran dan berbeda
dengan ASI transisi dan ASI matur. Kolostrum mengandung protein tinggi
8,5%, sedikit karbohidrat 3,5%, lemak 2,5%, garam dan mineral 0,4%, air
85,1%, dan vitamin larut lemak. Kandungan protein kolostrum lebih
tinggi, sedangkan kandungan laktosanya lebih rendah dibandingkan ASI
matang. Selain itu, kolostrum juga tinggi imunoglobulin A (IgA)
sekretorik, laktoferin, leukosit, serta faktor perkembangan seper faktor
pertumbuhan epidermal. Kolostrum juga dapat berfungsi sebagai pencahar
11
akan nampak manifestasinya setelah anak berumur kurang lebih satu tahun,
ujar Dr. Budihardja, DTM&H, MPH, Direktur Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak ketika membuka seminar “Skrining Bayi Baru Lahir
untuk Mencegah Keterbelakangan Mental” di Jakarta, 25 Mei 2011.
Menurut Dirjen Bina Gizi dan KIA, skrining atau uji saring pada bayi
baru lahir atau Neonatal Screening dilakukan untuk mendapatkan generasi
yang berkualitas. Skrining adalah tes yang dilakukan pada saat bayi baru
berumur beberapa hari, untuk mengetahui adanya gangguan sejak awal
kelahiran, sehingga apabila ditemukan gangguan/kelainan dapat diantisipasi
sedini mungkin.
“Seringkali bayi baru lahir tampak normal dan tidak terlihat sakit atau
seperti ada gangguan. Kondisi Hipotiroid Kongenital baru dikenali setelah
timbul gejala khas dan sudah terjadi dampak permanen yang baru nampak
manifestasinya setelah anak berumur kurang lebih 1 tahun. Akibatnya
penderita mengalami gangguan pertumbuhan atau Cebol dan mental
terbelakang/ retardasi mental”, tambah Dr.Budihardja.
Mengingat pentingnya program skrining bayi baru lahir khususnya
Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) sebelum usia 2 bulan perlu dilakukan
sosialisasi kepada masyarakat maupun kepada tenaga kesehatan terkait
khususnya di rumah sakit agar skrining bayi baru lahir dijadikan sebagai
prosedur tetap.
Upaya tersebut telah dilakukan organisasi profesi dan Kementerian
Kesehatan RI sejak tahun 2009 melalui Kelompok Kerja Program Skrining
Bayi Baru Lahir (Pojoknas Skrining BBL). “Kegiatan ini merupakan usaha
mensosialisasikan dan melancarkan pelaksanaan skrining hipotiroid
kongenital pada bayi baru lahir, dan telah direkomendasikan 2 (dua)
laboratorium RSHS dan laboratorium RSCM. Namun begitu, masih
dibutuhkan usaha yang sangat besar dan juga koordinasi dengan pihak swasta
agar pelaksanaan skrining pada bayi baru lahir ini dapat dilakukan di seluruh
Indonesia”, tambah Dr. Budihardja.
15
minum susu atau makan. Jangan pula melakukan pijat bayi ketika bayi
dalam kondisi lapar dan menunjukkan tanda-tanda enggan untuk dipijat.
Saat bayi sedang tidur, jangan bangunkan mereka hanya demi dipijat.
Untuk bayi yang sakit, lebih baik bawa mereka terlebih dahulu ke tenaga
kesehatan supaya bisa dipastikan apakah bayi memerlukan perawatan
khusus atau tidak
b. Manfaat baby massage
Pijat bayi bukanlah sebuah aktivitas yang menjadi rutinitas tanpa faedah
semata. Justru, pijat bayi disarankan untuk dilakukan karena menyimpan
beragam manfaat yang baik bagi bayi maupun ibu. Merangkum dari
berbagai sumber, inilah berbagai manfaat pijat bayi yang perlu Moms
ketahui.
Sebelum melakukan pijat bayi, ada beberapa hal yang harus diketahui dan
diingat yakni siapa pun yang memijat bayi harus selalu melihat atau
memerhatikan respons bayi. Bila bayi menangis, maka sebaiknya dicek
terlebih dahulu apa penyebabnya dan jangan memaksa untuk melakukan
pijat bayi pada saat itu juga.
Selain itu, Moms dapat memijat bayi sembari memperdengarkan mereka
lagu atau mengajak mereka bicara. Moms bisa menggunakan lotion, baby
oil, atau minyak kelapa untuk digunakan memijat bayi. Dan, sebaiknya
pijat bayi dilakukan selama 15 menit dengan tenang tanpa adanya
gangguan apapun.
1) Manfaat untuk bayi
a) Meningkatkan frekuensi menyusu
b) Meningkatkan berat badan bayi
c) Membantu bayi untuk berlatih relaksasi
d) Membantu bayi untuk tidur dengan lelap dan lama
e) Membuat ikatan / bonding dengan ibu
f) Menyembuhkan gangguan pernapasan
g) Meningkatkan kemampuan sensorik dan motorik bayi
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, V. N. L., & Sunarsih, T. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas (A.
Suslia (ed.)). Salemba Medika.
Kemenkes RI. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir. Kemenkes.
2020: 1-21.
IDAI. Air Susu Ibu dan Menyusui. IDAI. 2016: 1-28.
Kemenkes RI. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Bagi Bidan dan Perawat.
Kemenkes RI. 2014.
SOAL DAN JAWABAN
KUNCI JAWBAN
1. e.
2. a
3. c
4. d
5. b
6. c
7. d
8. e
9. a
10. b