MATA KULIAH
KEPERAWATAN MATERNITAS
TINGKAT :...
SEMESTER :...
Tim Penulis:
AKADEMIK KEPERAWATAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan karuniaNya
buku ajar keperawatan maternitas ini dapat diselesaikan. Buku materi
pembelajaran ini disusun untuk memenuhi proses pembelajaran mata kuliah
Keperawatan Anak yang ada pada kurikulum Akademi Keperawatan Bina
Insani Sakti dan sebagai pegangan bagi dosen dan mahasiswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
Terima kasih kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan buku materi pembelajaran ini. Semoga buku materi
pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa Akademi
keperawatan Bina Insani Sakti.
Sungai Penuh,
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
BAB I
A. PENDAHULUAN
B. URAIAN MATERI
1. Persfektif Keperawatan Maternitas
a. Pengertian
Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta
kwalitas pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan
kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga ,
dan bayi baru lahir. (May & Mahlmeister, 1990).
a). Semua individu berhak lahir sehat, oleh karena itu setiap ibu
hamil dan janinberhak mendapatkan layanan kesehatan yang
berkualitas
a. Pengertian
b. Masalah
1. Penyebab angka kematian bayi masih tinggi
Kematian pada bayi disebabkan oleh penyakit menular seperti
radang paru-paru, diare dan malaria, Penyakit yang merenggut
paling banyak korban jiwa adalah radang paru-paru 18 persen,
atau sebanyak 1,58 juta anak diare (15 persen, 1,34 juta) dan
malaria 8 persen, 0.73 juta anak.
2. Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi.
Penyebab angka kelahiran bayi masih tinggi adalah pelayanan
kesehatan yang semakin meningkat, kurangnya pengetahuan
masyarakat progam KB.
3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) tiap tahun atau dua ibu tiap jam
meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas (Depkes RI,Dirjen Binkesmas, 2004).
Penyebab kematian ibu cukup kompleks, dapat digolongkan atas
faktor- factor reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan
kesehatan dan sosio-ekonomi. Penyebab komplikasi obstetrik
langsung telah banyak diketahui dan dapat ditangani, meskipun
pencegahannya terbukti sulit. Perdarahan sebagai penyebab
kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan perdarahan
postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat
darurat yang kejadiannya masih banyak dari semua persalinan,
penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan
perdarahan yang belum jelas sumbernya (Chalik TMA, 1997).
Secara sempit, risiko obstetrik diartikan sebagai probabilitas
kematian dari seorang perempuan atau ibu apabila ia hamil.
Indikator yang lebih kompleks adalah adalah risiko seumur
hidup (lifetime risk) yang mengukur probabilitas kematian
perempuan atau ibu sebagai akibat kehamilan dan persalinan
yang dialaminya selama hidup. Bila istilah pertama hanya
mencantumkan kehamilan maka yang kedua mempunyai
dimensi yang lebih lebar yaitu kemampuan dan jumlah fertilitas.
Tingginya kematian ibu sebagian besar disebabkan oleh
timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih mampu. Keterlambatan merujuk
disebabkan berbagai faktor seperti masalah keuangan,
transportasi dsb. (Depkes RI, Dirjen Yanmedik, 2005)
4. Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi
yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui
kontak seksual.. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24
tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi
untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari
kelompok ini. Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun,
bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi
resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain,
seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS
yang disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa
dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang
lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin,
herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah
dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat
berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang
Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi
kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan
upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan.
3. Peran Dan Fungsi Keperawatan Maternitas
a). Pelaksana
Perawat yang bekerja member asuhan keperawatan di tempat
pelayanan kesehatan.
b). Pendidik
Pendidik disini dapat sebagai dosen bagi pasien maupun perawat
memberikan pendidikan kepada klien.
c). Konselor
Perawat sebagai seorang yang mempunyai keahlian dalam
melakukan konseling kepada klien, konselor bertanggung jawab
memberikan layanan dan konseling
d). Role model bagi para ibu
Panutan bagi para ibu-ibu yang sedang menjalankan
keperawatan maternitas.
C. LATIHAN
Anda pasti telah mempelajari materi di atas dengan dengan seksama dan
penuh konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi tersebut, kerjakanlah latihan berikutl Anda dianjurkan untuk
mencari dan mempelajari:
1. Bagaimana penerapan persfektif keperawatan maternitas
2. Bagaimana penerapan issue dan trend keperawatan maternitas
3. Bagaimana peran dan fungsi keperawatan maternitas
D. RANGKUMAN
Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita pada masa usia
subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan,
nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari,
beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam
beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Setiap
individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Upaya
mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan
partisipasi aktif dari keluarganya.
E. EVALUASI
1. Tujuan keperawatan Maternitas adalah
a. Membantu klien dalam mengatasi msalah reproduksi dalam
mempersiapkan dir untuk kehamilan.
b. Memberi dukungan agar ibu hamil memandang kehamilan sebagai
pengalaman yang positif dan menyenangkan.
c. Membantu memberikan informasi yang adekuat untuk calon orang
tua.
d. Memahami social budaya klien
BAB II
A. PENDAHULUAN
Modul ini, akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep
dasar keperawatan maternitas yang meliputi filosopi dan paradigma
keperawatan maternitas, prinsip-prinsip keperawatan ibu hamil, tanda
ddan gejalan ibu hamil dan gangguan kesehatan pada ibu hamil. Setelah
menyelesaikan kegiatan belajar ini diharapkan anda memahami konsep
dasar keperawatan maternitas secara umum yang penting digunakan dalam
melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan dan praktek keperawatan
pada maternitas yang berkualitas diberbagai tatanan pelatanan kesehatan.
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan Konsep Keperawatan Ibu Hamil
B. URAIAN MATERI
1. Konsep Keperawatan Ibu Hamil
Kehamilan atau disebut juga Gestasi adalah suatu proses/ rangkaian
peristiwa baru yang akan dialami oleh wanita bila sel ovumnya
dibuahi oleh sel sperma yang berasal dari tubuh pria dalam proses
reproduksi. Oleh karena itu, ibu yang sedang hamil dikatakan pula
sedang mengandung. Pertanyaan ini dapat pula menimbulkan
pertanyaan, mengandung apa? Jawabannya tidak lain adalah
mengandung sel telur yang telah dibuahi oleh sel mani atau sperma.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai dengan lahirnya janin
ke dunia luar. Lainnya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 trimaster pertama dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai bulan ke 4 sampai bulan ke 6,
trimaster ketiga dari bulan ke 7 sampai bulan ke 9.
2). Spermatozoa
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang
kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus
menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi
spermatid akhirnya spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang
kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis dan sel interstisial
leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis.
Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang
mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk
spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong
sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara
kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung
energi sehingga dapat bergerak). Sebagian besar spermatozoa
mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat
mencapai tuba falopi. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat
genitalia wanita dapat hidup selama tiga hari sehingga cukup waktu
untuk mengadakan konsepsi (Manuaba, 2010).
3. Konsepsi
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi
atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat
berlangsung seperti uraian dibawah ini.
1. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh
korona radiata yang mengandung persediaan nutrisi.
2. Pada ovum, dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengah
sitoplasma yang disebut vitelus.
3. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona
pelusida. Nutrisi dialirkan ke dalam vitelus melalui saluran pada
zona pelusida.
4. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling
luas yang dindingnya penuh nonjot dan tertutup sel yang
mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama di
dalam ampula tuba.
5. Ovum siap dibuah setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
Spermatozoa menyebar masuk melalui kanalis servikalis dengan
kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses kapasitasi
yaitu pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga mampu
mengadakan fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan
menuju tuba falopi
5. Pembentukan plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding
depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang
tumbuh tidak rata sehingga bagian blastula dengan inner cell mass
akan tertanam ke dalam endometrium.terjadinya nidasi (implantasi)
mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat
dengan ruangan eksoselon membentuk “entoderm” dan yolk sac
(kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk “ektoderm”
dan ruangan amnion. Plat embrio terbentuk diantara dua ruang
yaitu ruang amnion dan kantung yolk sac. Plat embrio terdiri dari
unsur ektoderm, endoterm dan mesoderm. Ruangan amnion dengan
cepat mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat di antara
amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.
Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama
dengan hati, limpa dan sumsum tulang. Pada minggu kedua sampai
ketiga terbentuk bakal jantung dengan pembuluh darahnya yang
menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung bayi mulai dapat
dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan menggunakan
ultrasonografi atau sistem Doppler.
Penting bagi setiap calon Mama untuk mengenali faktor risiko dan
gejala masalah mental yang terjadi selama kehamilan. Segera cari
bantuan ahli yang dapat membantu Mama mengatasi masalah
mental yang Mama alami.
C. LATIHAN
Anda pasti telah mempelajari materi di atas dengan dengan seksama dan
penuh konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi tersebut, kerjakanlah latihan berikutl Anda dianjurkan untuk
mencari dan mempelajari:
1. Bagaimana penerapan Konsep Keperawatan Ibu Hamil
2. Bagaimana penerapan Tanda Dan Gejalan Ibu Hamil
3. Bagaimana Gangguan Kesehatan Pada Ibu Hamil
D. RANGKUMAN
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri
dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan
zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasentadan tumbuh
kembang hasil sampai aterm. (Manuaba, 2010). Perkembangan janin pada
dua minggu pertama, hasil konsepsi masih merupakan perkembangan dari
ovum yang dibuahi, dari minggu ke-3 sampai ke-6 disebut mudigah
(embrio) dan sesudah minggu ke-6 mulai disebut fetus. Perubahan-
perubahan dan organogenesis terjadi pada berbagai periode kehamilan.
E. EVALUASI
1. Seorang ibu datang ke Puskesmas dengan keluhan mual, muntah, dan
pusing. Saat dikaji, ibu mengatakan sudah tidak haid sejak dua bulan
yang lalu. Hari pertama haid terakhir (HPHT) adalah tanggal 17
Oktober 2015. Taksiran persalinan (TP) ibu tersebut
adalah pada tanggal ....
a. 24 Juni 2016
b. 14 Juli 2016
c. 24 Juli 2016
d. 26 Juni 2016
A. PENDAHULUAN
Modul ini, akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep
dasar keperawatan maternitas yang meliputi anatomi dan fisiologi alat
reproduksi wanita interna dan eksterna, dan proses menstruasi. Setelah
menyelesaikan kegiatan belajar ini diharapkan anda memahami konsep
dasar keperawatan maternitas secara umum yang penting digunakan dalam
melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan dan praktek keperawatan
pada maternitas yang berkualitas diberbagai tatanan pelatanan kesehatan.
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi alat reproduksi wanita interna dan
eksterna
2. Menjelaskan proses menstruasi
B. URAIAN MATERI
1. Anatomi dan Fisiologi Alat Reproduksi Wanita Interna Dan
Eksterna
Alat reproduksi wanita terdiri atas alat/organ eksternal dan internal,
dan sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai
vagina) memiliki fungsi kopulasi dan bagian Internal memiliki fungsi
ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi,
pertumbuhan fetus, kelahiran.
a. Genitalia Eksternal
Terdiri atas:
1) Vulva
Vulva ini terdiri dari beberapa organ wanita yaitu eksternal. Hal
ini termasuk pad, kecil bulat lemak yang melindungi tulang
kemaluan. Menjangkau ke hampir ke dubur adalah dua lipatan
jaringan lemak, yang disebut “bibir lebih besar,” untuk
melindungi alat kelamin bagian dalam. Hanya dalam dua “bibir
kecil”, yang menyertakan pembukaan uretra (yang turun dari
kantong tersebut) dan vagina. Pada ujung atas, adalah proyeksi
kecil, disebut “kulup” yang melindungi clitoris.
4) Labia Minora
Labia (tunggal, labium) kecil ini diratakan memanjang ke lipatan
terletak dengan celah antara labia besar. Lipatan ini
memperpanjang sepanjang kedua sisi ruang depan. Mereka terdiri
dari jaringan penghubung yang kaya disertakan dengan pembuluh
darah, yang menyebabkan penampilan merah muda. Di belakang,
dekat anus, labia minor bergabung dengan labia besar, sementara
di depan mereka berkumpul untuk membentuk sebuah tudung
seperti meliputi antara lain sekitar klitoris.
5) Clitoris
Klitoris adalah tonjolan kecil di bagian depan vulva antara labia
minor. Meskipun sebagian besar tertanam di sekitar jaringan,
biasanya sekitar 2 cm dan 0,5 cm diameter. Clitoris sesuai dengan
penis pada pria dan agak mirip struktur. Hal ini terdiri dari dua
kolom jaringan ereksi, yang dipisahkan oleh septum dan
dikelilingi oleh meliputi dari padat, jaringan ikat berserat. Pada
akar klitoris, kolom jaringan berbeda untuk membentuk “krura,”
yang pada gilirannya melekat pada sisi lengkungan kemaluan. Di
depan, massa kecil jaringan ereksi membentuk “kelenjar,” yang
kaya dengan disertakan dengan serat saraf sensorik.
6) Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus
vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus
Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa
navicularis.
7) Introitus/Orifium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara/hymen, utuh tanpa
robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah
menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen
dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan
robekan (misalnya berbentuk fimbriae).
8) Vagina
Vagina adalah bagian otot yang merupakan bagian dari organ seks
wanita dan yang menghubungkan leher rahim (serviks) dengan
alat kelamin eksternal. Vagina, yang kira-kira dua dan satu
setengah sampai empat inci, memiliki dinding berotot yang
disertakan dengan banyak pembuluh darah. Dinding ini menjadi
tegak saat seorang wanita terangsang sebagai tambahan darah
dipompa ke dalam kapal. Vagina memiliki tiga fungsi: sebagai
wadah untuk penis selama bercinta; sebagai outlet untuk darah
selama menstruasi, dan sebagai jalan bagi bayi untuk melewati
saat lahir.
Fungsi vagina: Untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid,
untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas
vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus
urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior,
posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh
(G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior
dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.
9) Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas
otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan
diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda,
m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median
m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
b. Genitalia Internal
Terdiri atas:
1) Uterus
Uterus atau rahim adalah organ yang berongga, otot di mana telur
(zigot) dibuahi, menjadi tertanam dan di mana telur diberi makan
dan dibiarkan berkembang sampai kelahiran. Terletak dalam
rongga panggul di belakang kandung kemih dan di depan usus
besar. Rahim biasanya miring ke depan pada sudut sembilan
puluh derajat ke vagina, meskipun pada sekitar 20% dari
perempuan miring ke belakang. Rahim dilapisi dengan jaringan
yang berubah selama siklus menstruasi. Membangun jaringan ini
di bawah pengaruh hormon dari ovarium. Ketika hormon menarik
setelah siklus menstruasi, pasokan darah dipotong dan jaringan
dan telur yang tidak dibuahi sebagai limbah.
Fungsi uterus:
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama
perkembangan, sebutir ovum yang telah keluar dari ovarium
dihantarkan melalui tuba uterine keuterinis, pembuahan secara
normal terjadi didalam tuba uterina, endromentium disiapkan
untuk menerima ovum yang telah dibuahi dan ovum tertanam
dalam endromentrium, pada waktu hamil uterus bertambah
besar dindingnya menjadin tipis tetapi kuat dan besar sampai
keluar pelvis masuk kedalam rongga abdomen pada masa
pertumbuhan janin. Pada saat melahirkan uterus berkondraksi
mendorong bayi dan plasenta keluar.
2) Serviks Uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis
(berbatasan/menembus dinding dalam vagina) dan pars
supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan
jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di
dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan
lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel
skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum
(dalam, arah cavum).
3) Corpus Uteri
Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat
pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke
dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta
dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri,
menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium.
Vaskularisasi Uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca
interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
5) Salping/Tuba Falopi
Tabung fallopi memanjang dari uterus ke ovarium. Tabung ini
membawa telur dan sperma dan adalah tempat fertilisasi telur,
atau “ovum” terjadi. Saluran telur terletak di bagian panggul dari
rongga perut dan setiap tabung mencapai dari indung telur untuk
menjadi bagian atas rahim. Ini tabung berbentuk corong adalah
sekitar tiga inci panjangnya.
2. Proses Menstruasi
Proses menstruasi adalah luruhnya dinding rahim yang dipersiapkan
untuk kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan sel telur oleh sel
sperma, wanita akan mengalami proses menstruasi setiap bulannya.
Namun, tiap wanita memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda.
2) Fase folikular
Fase folikular berlangsung sejak hari pertama menstruasi hingga
memasuki fase ovulasi. Pada fase ini, ovarium atau indung telur
akan memproduksi folikel yang berisi sel telur.
C. LATIHAN
Anda pasti telah mempelajari materi di atas dengan dengan seksama dan
penuh konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi tersebut, kerjakanlah latihan berikut Anda dianjurkan untuk
mencari dan mempelajari:
1. Bagaimana penerapan anatomi dan fisiologi alat reproduksi wanita
interna dan eksterna
2. Bagaimana penerapan Proses Menstruasi
D. RANGKUMAN
Alat reproduksi wanita terdiri atas alat/organ eksternal dan internal, dan
sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai vagina)
memiliki fungsi kopulasi dan bagian Internal memiliki fungsi ovulasi,
fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus,
kelahiran.
E. EVALUASI
1. Seorang wanita sudah tidak produktif untuk bereproduksi yang ditandai
dengan tidak mengalami menstruasi disebut ….
a. Oogenis
b. Permatogenesis
c. Ovulasi
d. Menopause
4. Hormon yang aktif paling awal pada proses menstruasi seorang wanita
dewasa adalah …
a. Estrogen
b. Progesterone
c. Gonadotrophin
d. FSH
e. LH
5. Setiap bulan, ovarium seorang wanita akan melepaskan satu sel telur
yang masak. Proses pelepasan sel telur itu disebut …
a. Sekresi
b. Ovumasi
c. Kopulasi
d. Menstruasi
e. Ovulasi
6. Siklus menstruasi dibagi menjadi tiga fase, yaitu …
a. Sekresi, ovulasi, menstruasi
b. Luteus, proliferasi, sekeresi
c. Menstruasi, proliferasi, sekresi
d. Menstruasi, sekresi, ejakulasi
e. Ovulasi, proliferasi, luteus
9. Jika sel telur tidak dibuahi, korpus luteum akan menghentikan produksi
hormon…
a. Estrogen dan progesterone
b. LH dan FSH
c. FSH dan LTH
d. Estrogen dan testosterone
e. Aldosteron dan FSH
BAB IV
KONSEP KEPERAWATAN MATERNITAS
A. PENDAHULUAN
Kegiatan belajar ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman
tentang konsep dasar keperawatan maternitas yang meliputi: konsep
keperawatan ibu hamil, masalah yang terjadi pada kehamilan trimester
I,II,III, dan askep kehamilan dengan komplikasi.
B. TINJAUAN TEORI
1. Konsep Ibu Hamil
a. Definisi Ibu Hamil.
Kehamilan merupakan saat yang sangat menakjubkan dalam
kehidupan seorang wanita. Hal itu juga merupakan saat
menegangkan ketika sebuah kehidupan baru yang misterius
bertumbuh dan berkembang di dalam rahim. Sekali kehamilan
terjadi, berbagai macam efek terjadi dalam tubuh wanita, baik efek
karena perubahan hormon, bentuk tubuh, maupun kondisi emosional
wanita yang mengalami kehamilan. Sering dengan pertumbuhan
janin dalam rahim, muncul berbagai tanda yang menunjukan
terjadinya kehamilan. Pada kehamilan, terjadi perubahan pada
seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat genetalia eksterna dan
interna, serta pada payudara (mammae). Hal ini disebabkan karena
peran hormon samatomatropin, esterogen, dan progesteron dalam
kehamilan. Selain perubahan fisik, wanita hamil juga mengalami
perubahan psikologis, yang juga dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan hormon. Perubahan-perubahan ini berinteraksi dengan
faktor interna dan mempengaruhi masa tansisi wanita hamil ke masa
menjadi ibu (Vivian, et al, 2011).
b) Tanda hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak,
terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus
uteri mengalami hipertrofi seperti korpus urteri. Hipertrofi
ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi
panjang dan lebih lunak.
c) Tanda chadwick
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva
tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Warna
porsiopun tampak livide hal ini disebabkan oleh pengaruh
hormon estrogen.
d) Tanda piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran
tidak rata tapi di daerah telur bernidasi cepat tumbuh. Hal ini
menyebabkan uterus memebesar ke salah satu jurusan
pembesaran tersebut.
e) Tanda barxtor hicks
Bila uterus diransang akan mudah berkontraksi, waktu palpasi
atau pemeriksaan dalam uterus yang tadinya lunak akan
menjadi keras karena kontraksi. Tanda ini khas untuk uterus
dalam masa kehamilan.
f) Goodell sign
Diluar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti
kita merasa ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi
lunak pada perabaan bibir atau ujung bawah daun telinga.
3) Tanda pasti
Tanda pasti adalah tanda-tanda obyektif yang didapatkan oleh
pemeriksa yang dapat digunakan untuk menegakan diagnosis
pada kehamilan. Beberapa tanda kehamilan yang pasti yaitu :
a) Terasa gerakan janin
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya
pada kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada multigravida pada
16 minggu karena telah berpengalaman dari kehamilan
terdahulu. Kalau rahim didorong atau digoyangkan maka anak
akan melenting dalam rahim.
3) Palpasi abdomen
Palpasi leopold
a) Leopold I Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin
yang ada di Fundus.
b) Leopold II Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada
disebelah kanan.
c) Leopold III Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada
dibawah uterus.
d) Leopold IV Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada
dibagian bawah dan untuk mengetahui apakah kepala sudah
masuk atau belum.
b) Trimester Kedua
Berlangsung sejak minggu ke-13 hingga minggu ke-27. Hal-hal yang
biasanya dirasakan antara lain :
1) Pusing
2) Hidung tersumbat
3) Masalah gusi yang jadi sensitive
4) Perubahan kulit, seperti muncul noda hitam dan stretch marks
5) Sakit punggung
6) Kram kaki
c) Trimester Ketiga
Berlangsung sejak kehamilan di minggu ke-28 sampai akhir
kehamilan, yakni di usia sekitar 40 minggu. Keluhan yang sering
dialami ibu hamil di trimester ketiga antara lain:
1) Sesak napas
2) Rasa khawatir dan cemas
3) Rasa tidak nyaman dan tekanan pada perineum
4) Kontraksi palsu
5) Kram betis
6) Bengkak pada kaki sampai tungkai
b. Etiologi
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
a) Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
b) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim
c. Rupture uteri
5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia
/hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai :
a) Perdarahan yang banyak.
b) Solusio plasenta.
c) Kematian janin yang lama dalam kandungan.
d) Pre eklampsia dan eklampsia.
e) Infeksi, hepatitis dan syok septik.
6) Hematoma
7) Inversi Uterus
8) Subinvolusi Uterus
c. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok
hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a) Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum
primer). Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah,
mual dan lain-lain)
c) Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik gejala yang kadang-
kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi
uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
e) Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi
massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan
segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang
timbul: Syok neurogenik dan pucat.
d. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-
pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna
sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti
epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga
menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah,
penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau
hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk
membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari
perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa
mendorong pada keadaan shock hemoragik.
b) Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka
perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan
setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi
sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila
kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada
dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
speculum.
c) Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi digaris
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada
biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia
suboksipito bregmatika. Laserasi pada traktus genitalia
sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang
berlangsung lama yang menyertai kontraksi uterus yang
kuat.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
2) Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan
peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak
hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak
hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak
hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
3) Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca
partum
4) Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
5) Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk
fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar
fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa
tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang
pada KID
Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
f. Terapi
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak
berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut :
Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus
bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan
penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan
yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang
dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang
signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri.
Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10
L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan.
g. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan.
Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam
merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan yang
dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan
informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari
wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post meliputi :
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record dan lain – lain.
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir,
kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi
plasenta, retensi sisa plasenta.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah
dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea
berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang
menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia,
penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
c. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
2) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang
keberapa, Usia mulai hamil
3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
a) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua,
apakah ada abortus, retensi plasenta.
b) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada
kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat
badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir.
c) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada
pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat
nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
d. Riwayat Kehamilan sekarang
a) Hamil muda, keluhan selama hamil muda
b) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat
badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan
tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
c) Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
Pola aktifitas sehari-hari
d) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi,
baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun
makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan
bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
e) Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna,
konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi.
BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi
hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar,
1995 )
f) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena
perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang
berlebihan.
g) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi,
menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat
serta perawatan mengganti balutan atau duk.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital
2) Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal.
Setelasatu hari suhu akan kembali normal (360 C – 370 C),
terjadi penurunan akibat hipovolemia
3) Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya
terjadi hipovolemia yang semakin berat.
4) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia
5) Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi
tidak normal.
6) Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-
tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh.
Pengkajian ini meliputi :
a) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung
(hematoma)
b) Sistem vaskuler
Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1,
kemudian tiap 8 jam berikutnya.
c) Tensi diawasi tiap 8 jam
d) Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak
dan merah
e) Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan
kekenyalan
f) Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis,
defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni
purpura.
Sistem Reproduksi
a) Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post
partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi
tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
b) Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap
warna, banyak dan bau.
c) Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-
tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya
yang lepas
d) Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak.
e) Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan
kolostrum
f) Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada
ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)
g) Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi
miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain
h) Traktur gastro intestinal. Observasi terhadap nafsu
makan dan obstipasi.
i) Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir
DS:
a. Ibu mengatakan urin sedikit
b. Ibu mengatakan pusing dan pucat
c. Ibu mengatakan kulit kering dan bersisik
Tujuan :
Volume cairan adekuat
Hasil yang diharapkan:
a) TTV stabil
b) Pengisian kapiler cepat
c) Haluaran urine adekuat
Mandiri:
1) Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan
faktor-faktor penyebab atau memperberat perdarahan
seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta,
emboli cairan amnion.
2) Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang
dan hitung pembalut ; simpan bekuan darah, dan jaringan
untuk dievaluasi oleh dokter.
3) Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan
perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan
sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas simfisis
pubis
4) Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian
kapiler atau sianosis dasar, kuku, membran mukosa dan
bibir.
5) Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena
sentral atau tekanan bagi arteri pulmonal, bila ada.
6) Pantau masukan aturan puasa saat menentukan
status/kebutuhan klien
7) Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis.
C. LATIHAN
Anda pasti telah mempelajari materi di atas dengan dengan seksama dan
penuh konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi tersebut, kerjakanlah latihan berikut Anda dianjurkan untuk
mencari dan mempelajari:
1. Bagaimana penerapan Konsep Keperawatan Ibu Hamil
2. Bagaimana penerapan Masalah Yang Terjadi Pada Kehamilan Trimester
I,II,III
3. Bagaimana Penerapan Askep Kehamilan Dengan Komplikasi
D. RANGKUMAN
Kehamilan merupakan saat yang sangat menakjubkan dalam kehidupan
seorang wanita. Hal itu juga merupakan saat menegangkan ketika sebuah
kehidupan baru yang misterius bertumbuh dan berkembang di dalam
rahim.
2. Pada presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin normal, tidak
dapat lahir secara spontan, maka tindakan yang dilakukan …
a. Partus percoban
b. Induksi persalinan
c. Episiotomy luas
d. Section secarea
9. Soal 9-10
Ny. Edi tiba ke BPS ingin memeriksakan diri untuk yang pertama
kalinya sebab selama 6 bulan tidak haid. Ny. Edi juga mengeluh sering
sakit punggung cuilan atas dan bawah. Dari hasil investigasi diperoleh
data : perut membesar, teraba gerakan janin, pada auskultasi terdengar
denyut jantung janin diperut ibu cuilan kiri.
Tinggi fundus uteri yang dibutuhkan pada Ny. Edi sesuai usia
kehamilannya adalah …
a. Pertangahan simphisis Pusat
b. 3 jari dibawah pusar
c. Setinggi pusat
d. 3 jari diatas pusat
A. PENDAHULUAN
B. URAIAN MATERI
1. Konsep keperawatan ibu intranatal dan bayi baru lahir
a. Konsep keperawatan ibu intranatal
Selama persalinan, rahim berkontraksi leher rahim menjadi tipis
(penipisan) dan membuka (melebar), bayi berotasi dan bergerak
kebawah kejalan lahir dan anda melahirkan bayi, plasenta, tali pusat,
serta ketuban. Seluruh proses ini yang biasanya berlangsung
beberapa jam atau satu atau beberapa hari, adalah suatu periode
peralihan untuk menjadi orang tuadan peralihan menjadi makhluk
yang mandiri bagi bayi anda persalinan adalah klimaks dari
kehamilan, dimana berbagai sistem yang tampaknya tidak saling
berhubung bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi.
Walau intraksi fisiologi antara ibu, plasenta, dan janin ini cukup
kompleks dan masih belum dipahami, penelitian akhir-akhir ini
menunjukkan bahwa jam feto-plasenta memainkan peran peting
dalam mengatur kematangan janin dan memicu mekanisme yang
melalui perslinan. Jam feto-plasenta dapat diubah beberapa hal
seperti sakit atau infeksi pada calon ibu kebiasaan merokok berat
atau memakai obat terlarang, suasana kehidupan yang sangat stres,
atau faktor lain. Pengaturan waktu kelahiran juga dapat diubah
induksi persalinan baik karena alasan medis maupun non medis.
Induksi non medis agak kontropersial.
2) Fisiologi neonatus
Fisiologi neonatus ialah ilmu yang mempelajari fungsi dan
proses vital neonatus,yaitu satu organisme yang sedang tumbuh,
yang baru mengalami proses kelahiran dan harusmenyesuaikan
diri dari kehidupan ekstra uteri, tiga faktor yang mempengaruhi
perubahanfungsi yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi.
a) Respirasi Neonatus
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas harus melaluiparu bayi. Sebelum terjadi
pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya
dalamkeadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan
metabolisme anaerob. Rangsangan untuk gerakan pernafasan
pertama ialah tekanan mekanis dari toraks sewaktu
melaluijalan lahir.
b) Jantung Dan Sirkulasi
Pada masa fetus darah plasenta melalui vena umbilikalis
sebagian ke hati,sebagian langsung ke serambi kiri jantung
kemudian ke bilik kiri jangtung, dari bilikdarah dipompa
melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah
dipompa sebagianke paru dan sebagian melalui duktus
arteriosus aorta. Setelah bayi lahir paru akanberkembang
mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara
fungsional, hal ini terjadipada jam-jam pertama, setelah
kelahiran. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhioleh
sejumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan pada
jam-jam pertama sedikitmenurun, untuk kemudian naik lagi
dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
c) Traktus Digestivus
Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan
panjang dibandingkanorang dewasa. Pada neonatus traktus
digestivus mengandung zat yang berwarna hitamkehijauan
yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium.
Pengeluaranmekonium biasanya dalam 10 jam pertama. Dan
dalam 4 hari biasanya tinja sudahberbentuk dan berwarna
biasa. Enzim traktus digestivus biasanya sudah terdapat
padaneonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase telah
ditemukan pada fetus 7 – 8 bulan.
d) Hati Dan Metabolisme
Segera setelah lahir hati menunjukan perubahan biokimia
dan morfologis, yaitukenalkan kadar protein dan penurunan
kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik jugamulai
berkurang walaupun memakan waktu agak lama. Luas
permukaan neonatusterlahir lebih besar daripada orang
dewasa, sehingg metabolisme basal per kg BB lebihbesar,
pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran
karbohidrat. Pada harikedua energi berasal dari pembakaran
lemak, setelah mendapatkan susu lebih kurangpada hari
keenam, energi 60 % didapatkan dari lemak dan 40 % dari
karbohidrat.
e) Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan
suhu, yaitu: aktifitasotot, shivering, non shivering
thermogenesis (NST). Pada neonatus cara
untukmeninggikan suhu terutama dengan NST, yaitu dengan
pembakaran ‘ Brown Fat ‘ yang memberikan lebih banyak
energi per gram dari pada lemak biasa
f) Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan
kadar natrium relatiflebih besar daripada kalium. Hal ini
menandakan bahwa ruangan ekstraselular luas.Fungsi ginjal
belum sempurna karena jumlah nefron matur belum
sebanyak orangdewasa, ada ketidakseimbangan antara luas
permukaan glomerolus dan volume tubulus proksimal ‘
Renal Blood Flow ‘ pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
g) Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu,
pada waktu bayi barulahir kadang-kadang hormon tersebut
masih berfungsi. Misalnya dapat dilihatpembesaran
kelenjaran air susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan.
Kadang-kadang dapat dilihat ‘ With Drawal ‘ misalnya
pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada
bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna terbentuk
sewaktu lahir dansudah mulai berfungsi sejak beberapa hari
sebelum lahir.
h) Susunan Saraf Pusat
Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikol.
Setelah lahir jumlahcairan otak berkurang sedangkan lemak
dan protein bertambah.
i) Imunoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum
tulang dan laminaproprianeum dan apendiks plasenta
merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigendan stress
imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat globulin
gamma G, yaituimunologi dari ibu yang dapat melalui
plasenta karena berat molekulnya kecil, tetapi bilaada infeksi
yang dapat melalui plasenta seperti illeus,taksoplasma,
herpes simpleks danpenyakit virus lainnya, reaksi imunologi
dapat terjadi dengan pembentukan sel plasmadan anti body
gamma A, gamma G, gamma M, imunologi dalam
kolostrum bergunasebagai proteksi lokal dalam traktus
digestivus, misalnya terhadap beberapa strain E.Colli.
3) Klasifikasi bayi
a) Bayi Aterm
Berat badan 2500-4000 gram.
Panjang badan lahir 48-52 cm.
Lingkar dada 30-38 cm.
Lingkar kepala 33-35 cm.
Bunyi jantung janin pada menit pertama 180 x/menit.
Pernapasan pada menit-menit pertama cepat 80x/menit
kemudian lebih kecilsetelah 40x/menit.
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan
subkutan cukup terbentukdan diliputi verniks kaseosa.
Rambut lanugo telah terlihat dan rambut kepala
biasanya telah sempurna.
Kuku agak panjang dan lemas.
Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi
labia minora, pada bayilaki-laki testis sudah turun.
Refleks menghisap dan menelan sudah terbentuk
dengan baik
Refleks morro sudah baik apabila diletakkan suatu
benda diletakkanditelapak tangan, bayi akan
menggenggamnya.
Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam
waktu 24 jam pertama
Umur kehamilan 37-42 minggu
b) Bayi Prematur
Berat badan kurang dari 2499 gram
Organ-organ tubuh imatur
Umur kehamilan 28-36 minggu
c) Bayi Posmatur
Biasanya lebih berat dari bayi aterm
Tulang dan Sutura kepala lebih keras dari bayi aterm
Verniks kaseosa dibadan kurang
Kuku-kuku panjang
Rambut kepala agak tebal
Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
Umur kehamilan lebih dari 42 minggu.
d) Tujuan perawatan bayi baru lahir
Tali pusat harus dijaga sekering mungkin. Tali pusat
dapat diusap (dibasuh) denganalkohol untuk menjaga
agar tetap kering. Tali pusat penting dijaga
kebersihannya.Ajari sang Ibu untuk segera
memberitahu jika ada cairan (lendir) atau bau
busukpada tali pusat.
Usap kedua mata bayi dengan kapas atau kain kasa
yang kering. Hal ini dapatmencegah infeksi akibat
bakteri yang dapat menyebabkan kebutaan.
Suhu tubuh bayi mungkin sedikit diatas normal pada
saat lahir tapi akan segera turunsampai 37,5 0C secara
aksila. Denyut nadi normal biasanya sekitar 40
pernapasanpermenit
Ukuran bayi bermacam-macam. Bayi yang berat
badannya dibawah 2.5 kilogramharus dirawat sebagai
bayi kurang bulan. Bayi kurang bulan memerlukan
perawatankhusus untuk menjaga agar bayi tetap hangat.
Berikan bayi ASI yang cukup.
Kulit bayi biasanya berwarna merah muda. Ketika bayi
baru lahir mungkin ada bahanlengket dikulit yang
disebut Verniks. Verniks dapat dibersihkan secara hati-
hatidengan mengusapkan sedikit minyak pada hari
kedua. Atau biasa juga dibiarkansampai mengelupas
sendiri secara bertahap saat mandi.
Feses (tinja) pertama yang dikeluarkan oleh bayi
berwarna kehitaman. Warna fesesberubah menjadi
kuning dalam 2 atau 3 hari berikutnya.
Bayi harus diberi makan (diteteki) secara teratur sejak
lahir, mulai dari pemberianbeberapa menit dan
bertambah lama secara perlahan. Untuk hari-hari
pertamapayudara mengeluarkan kolostrum.
2. Defenisi intranatal
Intranatal adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan
sejati, yang di tandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan di akhiri
dengan pelarihan plasenta. Penyebab awitan persalinan spontan tidak
diketahui, walaupun sejumlah teori menarik elah di kembangkan dan
profesional perawatan kesehatan mengetahui cara menginduksi
persalinan pada kondisi tertentu.
Tanda dan gejala menjelang persalinan, ada sejumlah tanda dan gejala
peringatan yang akan meingkatkan kesiagaan bahwa seseorang wanita
sedang mendekati berbagai kondisi berikut, mungkin semua, atau malah
tidak sama sekali. Dengan mengingat tanda dan gejala tersebut terbantu
ketika menangani wanita yang sedang hamil tua sehingga anda dapat
memberikan konseling dan bimbingan antisipasi yang tepat. Tanda dan
gejala menjelang persalinan antara lain :
a) Lightening (perasaan distensi abdomen berkurang)
Lightening, yang mulai di rasa kira-kira 2 minggu sebelum
persalinan, adalah penurunan sebagai presentasi bayi kedalam
pelvis minur. Pada presentasi safilik, kepala bayi biasanya
menancap (enganged) setelah lightening. Wanita sering menyebut
lightening sebagai “ kepala bayi sudah turun “. Sesak nafas yang
si rasakn sebelumnya selama trisemester ke tiga kehamilan akan
berkurang karena kondisi ini akan menciptkan ruangan yang lebih
besar di dalam updomen atas untuk ekpansi paru. Namun, tetap
saja lightening tetap saja menimbulkan rasa tidak nyaman yang
lain akibat tekanan bagian presnetasi pada struktur diarea pelvis
minor. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu :
Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan
sehingga ruang yang tersisa untuk ekpansi berkurang.
Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang
menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan
menimbulkan sensasi terus menerus bahwa sesuatu perlu
dikeluarkan atau iya perlu defekasi.
Kerang tungakai, yang di sebabkan oleh tekanan bagian
presentasi pada saraf yang menjalar melalui poramen
iskiadikum dan menuju ketungkai.
Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen
akibat tekanan bagian presentasi paa pelvisminor
menghambat aliran balik vena dari ektrenitas bawah.
b) Perubahan pelviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “ matang “. Kalau tadinya
selama masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang, dan
lunak, selarang serviks masih lunak, kosistensi seperti pudding,
dan mengalami sedikit penitisan dan kemungkinan sedikit
dilatasi. Evaluasi kematangan servik akan tergantung pada
individu wanita dan pantasnya sebagai contoh, pada masa hamil,
serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm,
sedangkan pada primagravida dalam kondisi normal serviks
menutup.
c) Persalinan palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri
yang telah terjadi sekitar 6 minggu kehamilan.
Perslinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara
intermiten bahkan 3 atau 4 minggu sebelum awitan persalinan
sejati. Persalinan palsu sangat nyeri dan wanita dapat mengalami
kurang tidur dan kekurangan energi dalam menghadapinya.
e) Bloodiso
Plak lendir di sektresi serviks sebagai hasil proliverasi kelenjar
lendir serviks pada awal kehamilan. Pengeluaran plak lendir
inilah yang dimaksud dengan bloodiso. Bloodiso paling sering
terlihat sebagai rabas lendir bercampur dara yang lengket dan
harus di bedakan dengan cermat dari perdarahan murni. Ketika
melihat terabas tersebut, wanita sering kali berfikir bahwa ia “
melihat tanda persalinan “. Kadang-kadang seluruh plak lendir di
keluarkan dalam benuk massa. Plak yang keluar pada saat
persalinan berlangsung dan terlihat pada vagina sering kali
disangka tali pusat yang lepas oleh tenanga obstetri yang belum
berpengalaman. Padahal, umumnya tlai pusat di keluarkan dalam
1-2 hari.
f) Lonjakan Energi
Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24-48
jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu
merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga
pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh.
Umumnya, para wanita ini merasa energik selama beberapa jam
sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktivitas, seperti
membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika tirai, nyekita
lantai, memasak dan membekukan makanan, dan melakukan
berbagai rumah tangga lain, yang ebelumnya tidak mampu
mereka lakukan, teapi saat ini mereka merasa perlu
melakukannya sebelum kedatangan bayi akibatnya mereka
memasuki masa persalinan dalam keadaan letih dan sering kali
persalinan menjadi sulit dan lama
g) Gangguan saluran cerna
Ketika ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna,
mual, dan muntah, diduga hal-hal tersebu merupakan gejala
menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal
ini.
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi keperawatan
C. Latihan
Anda pasti telah mempelajari materi diatas dengan seksama dan penuh
konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi
tersebut, kerjakanlah latihan berikut anda dianjurkan untuk mencari dan
mempelajari :
1. Bagaimana konsep keperawatan ibu intranatal dan bayi baru lahir?
D. Rangkuman
Selama persalinan, rahim berkontraksi leher rahim menjadi tipis (penipisan)
dan membuka (melebar), bayi berotasi dan bergerak kebawah kejalan lahir
dan anda melahirkan bayi, plasenta, tali pusat, serta ketuban. Seluruh proses
ini yang biasanya berlangsung beberapa jam atau satu atau beberapa hari,
adalah suatu periode peralihan untuk menjadi orang tuadan peralihan menjadi
makhluk yang mandiri bagi bayi anda persalinan adalah klimaks dari
kehamilan, dimana berbagai sistem yang tampaknya tidak saling berhubung
bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi.
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir
dengan umur kehamilan 38-40 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan
presentasi kepala secara spontantanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara
spontan dan teratur, berat badan antara 2500-4000 gram.
a. Pengkajian
b. Biodata
c. Riwayat kesehatan
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan fisik
d. Diagnosa keperawatan
e. Intervensi keperawatan
E. Evaluasi
4. Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relative lebih besar dari pada kalium. Hal ini menandakan
bahwa
a. ruangan ekstraselular luas
b. kelenjar tyroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir
c. kadar natrium relative lebih besar dari pada kalium
d. a, b, dan c benar
5. Suhu tubuh bayi mungkin sedikit diatas normal pada saat lahir tapi
akan segera turun sampai
a. 35.5 0C
b. 36.0 0C
c. 37.5 0C
d. 38.0 0C
A. PENDAHULUAN
B. URAIAN MATERI
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil,
yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan
tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang
bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila
tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post partum
Menurut Sutanto (2019) :
a) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu
pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga.
b) Ibu sudab mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi
4) Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila
terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan
bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y
dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan
lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus
yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran
empedu.
5) Tanda gelaja
Hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi:
Gejala akut: gejala yang dianggap sebagai fase pertama
kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau
minum dan hipotoni.
Gejala kronik: tangisan yang melengking (high pitch cry)
meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat
biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral
dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis
sebagian otot mata dan displasia dentalis
6) Tatalaksana Awal
Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus
dan dapat rawat jalan dengan nasehat untuk kembali jika
ikterus berlangsung lebih dari 2 mg. · Jika bayi dapat
menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan
ekslusif lebih sering minimal setiap 2 jam
Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan
melalui pipa nasogastrik atau dengan gelas dan sendok
Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar
matahari pagi selama 30 menit selama 3-4 hari. Jaga agar
bayi tetap hangat.
Kelola faktor resiko (asfiksia dan infeksi)karena dapat
menimbulkan ensefalofati biliaris
Setiap ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca
persalinan adalah patologis dan membutuhkan
pemerikasaan laboratorium lanjut
Pada bayi dengan ikterus kremer 3 atau lebih perlu dirujuk
ke fasilitas yang lebih lengkap setelah keadaan bayi stabil.
7) Pemeriksaan Penunjang
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut:
Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan
bayi pada saat kelahiran.
Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk
menyimpan darah tali pusat pada setiap persalinan untuk
pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan
ikterus pada 24 jam pertama kelahiran.
b. Kejang
1) Definisi
Kejang merupakan gerakan involunter klonik atau tonik pada
satu atau lebih anggota gerak. Biasanya sulit di kenali dan
terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahun.
2) Epidemiologi
Prevalensi 1 diantara 20 anak.
3) Penyebab kejang:
Serebral hipoksia, trauma lahir, malformasi kongenital.
Metabolik.
Sepsis.
Obat-obatan(Lissauer dan Fanaroff, 2009).
Perubahan suhu yg cepat dantiba-tibademam (Victoria
Goverment Melbourne, 2010).
6) Penatalaksanaan kejang:
Jalan nafas (air)
Pernafasan (breathing)
Sirkulasi (circulation)
Periksa adanya hipoglikemia (Lissauer dan Fanaroff,
2009).
c. Gangguan nafas
1) Definisi
Sindrom gawat nafas adalah syndrome gawat nafas yang
disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir
dengan masa gestasi kurang.
2) Etiologi
Obstruksi jalan napas. Misalnya: trakemolasia;
Penyakit parenkim paru. Misalnya: penyakit membran
hialin;
Penyakit jaringan organ. Misalnya: hernia diafragmatika;
Diluar paru paru, payah jantung dll.
3) Tanda gelaja
Klasifikasi:
Ringan: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tanda tarikan
dinding tanpa merintih saat ekspirasi/sianosis sentral;
Sedang: frek.nafas 60-90x/menit. Adanya tarikan dinding
dada/merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral;
Berat: frek.nafas 60-90x/menit. Dgn sianosis sentral dan
tarikan dinding dada/ merintih saat ekspirasi;
4) Patofisiologi
Disebabkan karena alveoli masikh kecil sehingga sulit
berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding
thorax masih leemah, produksi surfaktan berkurang.
Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus
sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal ini menyebabkan
perubahan fisiologis pada paru.
5) Komplikasi
Ruptur alveoli: bila dicurigai terjadi kebocoran udara;
Infeksi;
Perdarahan intracranial;
Kurangnya oksigen ke otak;
Bronchopulmonary Dysplasia;
Retinopathy prematur;
a. Genetik
b. Lingkungan
Paparan radiasi atau zat kimia tertentu pada ibu hamil, seperti pada
pestisida, obat, alkohol, asap rokok, dan merkuri, dapat
meningkatkan risiko bayi mengalami kelainan bawaan. Hal ini
karena efek racun dari zat-zat tersebut bisa mengganggu proses
tumbuh kembang janin.
Selain gizi buruk, ibu yang mengalami obesitas saat hamil juga
memiliki risiko cukup tinggi untuk melahirkan bayi dengan
kelainan kongenital.
Saat hamil, ada banyak kondisi atau penyakit pada ibu yang bisa
meningkatkan risiko janin di dalam kandungannya untuk
mengalami kelainan kongenital. Beberapa kondisi dan penyakit ini,
antara lain:
a. Kelainan fisik
Beberapa kelainan atau cacat fisik pada tubuh bayi yang sering
ditemui, di antaranya:
b. Kelainan fungsional
C. Latihan
Anda pasti telah mempelajari materi diatas dengan seksama dan penuh
konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi
tersebut, kerjakanlah latihan berikut anda dianjurkan untuk mencari dan
mempelajari :
4. Bagaimana konsep masa post pasrtum?
D. Rangkuman
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat
fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum,
yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti
dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
a. Kelainan fisik
Beberapa kelainan atau cacat fisik pada tubuh bayi yang sering ditemui,
di antaranya:
E. Evaluasi
1. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-
tanda kesulitanmenyusui diberikan pada ...
a. 6-8 jam post partum
b. b. 6 hari post partum
c. c. 2 minggu post partum
d. 6 minggu post partum
e. e.10 minggu post partum
2. Asuhan pada 6 hari post partum dapat diberikan juga pada saat kunjunga
n nifas ...
a. 2 jam post partum
b. 6-8 jam post partum
c. 2 minggu post partum
d. 6 minggu post partus
e. 3 bulan pasca melahirkan
3. Asuhan yang dapat diberikan pada 6 minggu post partum adalah ...
a. Memastikan involusio uteri berjalan dengan normal
b. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan
c. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi
d. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas
f. Mendeteksi dan perawatan penyebab dari perdarahan
6. Apa defisit residual jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi ini?
a. Kelainan pembentukan tulang yang progresif
b. Atrofi otot
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan ekstermitas
e. Semua benar
9. Saat bayi pertama kali bayi menangis, terjadi hal – hal berikut kecuali ...
a. Pertukaran gas melalui paru bayi dengan pernafasan
b. Duktus aerteriousus membuka
c. Cairan didalam alveolus terdorong olwh udara
d. Pelebaran pembuluh darah alveoli
e. Paru mengembang
10. Neonatus berat badan lhir rendah, kurang bulan. Tiga puluh menit setelah
bayi tersebut mengalami penurunan suhu sampai 35 derajat . tindakan yang
harus dilakukan pada bayi adalah :
a. Berikan antibiotik
b. Lakukan metode kangguru
c. Berikan cairan infus dextrosa
d. Berikan ASI
e. Lakukan rujukan segera
BAB VII
B. URAIAN MATERI
1. Yoga
2. Pilates
Pilates adalah penggabungan seni olah tubuh dari dunia Timur dan
dunia Barat, senam ini terlihat sepintas seperti yoga. Namun beberapa
gerakan dalam pilates juga menggunakan alat bantu. Selain itu, pilates
memiliki teknik pernapasan khusus yang dipraktekkan dalam setiap
gerakan. Teknik nafas yang digunakan tidak dengan perut atau dada,
melainkan dengan diafragma (Muhtadi, 2011). Gerakan Pilates bukan
gerakan aerobic atau cardio, melainkan gerakan peregangan atau
dikenal dengan istilah resistance exercise. Dua elemen kunci untuk
Pilates adalah kekuatan otot dan postur tubuh. Selama melakukan
gerakan harus senantiasa fokus pada kontraksi otot, pernafasan, dan
kualitas dari gerakan. Tujuannya adalah untuk terkoordinasinya antara
fikiran, tubuh, dan semangat yang disebut oleh Joseph Pilates dengan
"contrology" (Muhtadi, 2011).
3. Hypnobirthing
4. Tai Chi
Tai Chi adalah olah raga tradisional Cina dengan gerakan lambat,
pernafasan yang dalam, dan pemusatan pikiran dengan unsur meditasi
(Yeh, et al., 2009 dalam Hikmaharidha, 2011). Gerakan yang lembut
dari Tai Chi ini dapat menjadi pilihan olahraga yang baik khususnya
wanita (Thornton, Sykes, & Wai, 2004 dalam Hikmaharidha, 2011).
Tai Chi dikenal dapat membantu menghilangkan stress yang
merupakan salah satu faktor risiko hipertensi dengan cara latihan
pernafasan yang tepat dikombinasikan dengan latihan otot ringan
sehingga membuat seseorang menjadi rileks. Teknik pernafasan yang
dalam dan gerakan yang lambat dapat meningkatkan konsentrasi
oksigen di dalam darah, memperlancar aliran darah, dan menu denyut
jantung (Hikmaharidha, 2011).
5. Yophytta
Salah satu senam yang juga dilakukan oleh ibu hamil adalah
Senam Yophytta. Senam yophytta diciptakan oleh Putu Arsaningsih
pada tahun 2009. Senam hamil ini merupakan gabungan antara Yoga,
Pilates, Hypnoteraphy dan Tai Chi, sehingga apabila dilakukan secara
teratur akan membuat tubuh ibu hamil menjadi lebih sehat bugar dan
mempermudah proses persalinan (Lestari 2014; Muhimah dan Safe
2010 dalam Umamah, 2011). Perbedaan senam hamil lainnya dengan
yophytta adalah senam lainnya menekankan gerakan fisik sedangkan
senam yophytta menggabungkan latihan fisik, mental, dan spiritual
ibu hamil. Hal tersebut tentunya menjadi kelebihan dari senam
yophytta. Senam yophytta bisa mulai dilakukan pada usia kehamilan 5
bulan, dengan durasi latihan 1-1,5 jam perhari. Senam yophytta dapat
dirasakan manfaatnya saat persalinan apabila dilakukan minimal 2 kali
dalam seminggu atau 6 kali latihan dalam 3 minggu, dengan intensitas
latihan 70 - 90%.
1. Latihan I
a. Duduk relaks dan badan ditopang tangan di belakang.
b. Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka
c. Gerakan latihan: gerakan kaki kanan dan kiri ke depan dan ke
belakang, putar persendian kaki melingkar kedalam dan keluar,
bila mungkin angkat bokong dengan bantuan kedua tangan dan
ujung telapak tangan, kembangkan dan kempiskan otot dinding
perut, kerutkan dan kendorkan otot dubur.
d. Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 setiap gerakan.
2. Latihan II
3. Latihan III
4. Latihan IV
5. Latihan V
6. Latiahan VI
7. Latihan VII
8. Latihan pernapasan
a. Sikap tubuh tidur terlentang di tempat tidur atau matras yang da-
tar.
b. Kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah ditekuk
pada lutut dan santai
c. Satu tangan dilekatkan di atas perut.
d. Bentuk latihan: tarik napas perlahan dari hidung serta
pertahankan dalam paru beberapa saat, bersamaan dengan
tarikan napas tersebut, tangan yang berada di atas perut ikut
serta diangkat mencapai kepala, keluarkan napas melalui perut
secara perlahan, tangan yang diangkat ikut serta diturunkan.
e. Lakukan gerakan latihan ini sekitar 8-10 kali dengan tangan silih
berganti.
f. Bentuk gerakan lain: tangan yang berada di atas perut dibiarkan
mengikuti gerakan saat melakukan tarikan dan saat
mengeluarkan napas, tangan tersebut seolah-olah memberikan
pemberat pada perut untuk memperkuat diafragma.
g. Tujuan latihan: meningkatkan penerimaan konsumsi oksigen ibu
dan janin, menghilangkan rasa takut dan tertekan, mengurangi
nyeri saat kontraksi.
9. Latihan relaksasi.
Pada primigravida kepala janin sudah turun dan masuk PAP pada
minggu ke 36, bila kepala janin belum masuk pintu atas panggul,
terdapat beberapa faktor antara lain: tali pusat pendek, terdapat
lilitan tali pusat, kelainan bentuk kepala janin, panggul ibu sempit
atau sebab lainnya. Dengan masuknya kepala janin ke pintu atas
panggul terutama pada ibu primigravida memberikan petunjuk
bahwa tidak terdapat kesempitan panggul, untuk mengusahakan
agar kepala janin masuk pintu atas panggul, dapat dilakukan
latihan se-bagai berikut:
a. Defenisi
a) Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya pendidikan kesehatan sesungguhnya
adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai
komponen dari masyarakat.
b) Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka
informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain- lain)
maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media
massa.
c) Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-
bidang lain yang berkaitan serta mereka yangdapat memfasilitasi
atau menyediakan sumber daya.
b. Ibu Hamil
a. Umur
b. Pengalaman
c. Pekerjaan
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu
cita-cita tertentu. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah
orang tersebut menerima informasi.
e. Sumber Informasi
C. LATIHAN
Anda pasti telah mempelajari materi di atas dengan dengan seksama dan
penuh konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
tersebut, kerjakanlah latihan berikut Anda dianjurkan untuk mencari dan
mempelajari:
D. RANGKUMAN
Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantansi. Kehamilan dibagi
menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama berlangsung dari umur kehamilan
0-12 minggu, trimester kedua berlangsung dari umur kehamilan 13-27 minggu
dan trimester ketiga berlangsung dari umur kehamilan 28-40 minggu
(Prawirohardjo, 2011). Bidan sebagai tenaga kesehatan, wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil. Bidan tentu menyadari hak-hak yang ibu
dapatkan saat menerima pelayanankesehatan yaitu: 1) berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan komprehensif secara martabat dengan rasa hormat, 2)
asuhan dapat dicapai, diterima, serta terjangkau untuk semua perempuan dan
keluarga, 3) ibu berhak memilih dan memutuskan mengenai kesehatannya, 4)
memperoleh pendidikan dan informasi, 5) memperoleh gizi cukup, 6) berhak
bekerja dan tidak dikeluarkan dari pekerjaanya, 7) mendapat jaminan dari
pemerintah mengenai kehamila tanpa resiko (Jannah, 2012).
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu hamil dengan jumlah peserta
maksimal 10 orang. Dalam kelas ini ibu akan belajar bersama saling bertukar
pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan
sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan.
Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan
paket kelas ibu hamil yaitu Buku KIA, Flip Chart (lembar balik), Pedoman
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.
Peserta Kelas ibu hamil sebaiknya semua ibu hamil yang ada di wilayah
tersebut. Jumlah ibu hamil dalam satu kelas maksimal 10 orang (Kementerian
Kesehatan RI, 2014).
E. EVALUASI
1.Ny. U umur 36 th GVII PV AI, segera setelah plasenta lahir lengkapterjadip
erdarhan,kontraksiuteruslembekserta TFUsulit ditemukan.Hasil pemeriksaa
n tidakada robekkan jalan lahir,kandungkemih kosong.Ny.U kemungkinan
mengalami…
a. Atonia uteri
b. Rupture uteri
c. Inversion uteri
d. Laserasiportio
e. Laserasiperineum
2. NY. A umur 24 th G1 P0 A0, hamil 39 minggu datang ke bidanmengeluh k
enceng-kenceng,perutterasa nyeriyang sangathebat,keluar keringatdingin d
an gelisah.Setelah di lakukan pemeriksaanoleh bidan didapatkan hasil,peru
tteraba keras,denyutnadidanpernafasan meningkat,serta teraba lekukan mel
intang pada segmenbawah rahim setinggipusat.Kontraksiuterusterusmener
usdan sengatkuatdiagnose sesuaikasusdi atas adalah
a. Rupture uteri
b. Plasenta previa
c. Inersia uteriprimer
d. Solusio plasenta
e. Rupture uteriimminent
a. Cemas
b. Kurang pengetahuan
c. Gangguan pola seksual
d. Gangguan Rasa nyaman
e. Rencana Pemasangan IUD
a. Normal
b. Seesio secaria
c. Vacum ekstraksi
d. Forcep ekstraksi
e. Induksi persalinan
A. PENDAHULUAN
Modul ini, akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang askep inc
dasar konsep dasar perawatan payudara pada ibu hamil. Setelah menyelesaikan
kegiatan belajar ini diharapkan anda memahami konsep dasar perawatan
payudara pada ibu hamil secara umum yang penting digunakan dalam
melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan dan praktek keperawatan pada
maternitas yang berkualitas diberbagai tatanan pelatanan kesehatan. Setelah
menyelesaikan kegiatan belajar ini, anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan askep INC
2. Menjelaskan kosep dasar perawatan payudara pada ibu hamil
B. URAIAN MATERI
1. Askep INC
a. Defenisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010) .
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam
masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi
puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PERSALINAN NORMAL
I. DATA UMUM
BB sebelum hamil : 60 Kg
Status obstetric : G8 P6 A1
HPHT : 20 /10 /2017
Kualitas : Baik
Irama :
Reguler
BJ :
81 x 31
TBJ : 2.511 gram
Pemeriksaan Fisik :
N : 96 x/menit,
S : 36,9oC,
P : 20x/mnt
Kepala dan leher : Rambut berwarna
hitam, tidak terdapat lesi, bersih Payudara : Simetris, tidak ada
benjolan
Leopold IV : BDP
V. PSIKOSOSIAL
I. Pengkajian awal
N : 96x/mnt,
S : 36,9oC,
P : 20x/mnt
Leopold IV : BDP
DJJ :152x/menit
Status janin : Hidup, jumlah : 1, presentasi: kepala
Kontraksi
Tanggal/ DJJ VT/Keterangan
jam Uterus
Kala II
N : 98x/mnt,
S : 36,5oC,
P : 20x/mnt
Bonding ibu dan bayi : Setelah IMD, bayi segera di bawa ke ruangan Bayi
Pengobatan :-
Kala III
Ketebalan :-
hitaman
Keadaan psikososial : Ny.J Terharu ketika
bayinya lahir Kebutuhan khusus : Tidak ada kebutuhan
khusus Tindakan :
Melakukan regangan tali pusat terkontrol,
Membersihkan perineum
kedua persalinan
Memeriksa kembali keadaan bayi
Mengisi partograf
ANALISA DATA
KALA II
DATA MASALAH
KEPERAWATAN
DS :
Nyeri akut
1. Pasien mengatakan sakit bertambah kuat
berhubungan
2. Pasien mengatakan ada dorongan kuat untuk
mengedan dengan penekanan
DO: pada daerah
perineum
1. Pasien nampak meringis
(pengeluaran
2. TTV : TD 120/80 mmHg,N : 80x/mnt,S 36,5 C,
o
presentase kepala)
P : 20x/mnt
Kode : 00132
3. VT ∅ 5 cm jam (11:30)
Domain 12
4. VT ∅ 10cm lengkap jam (11:35) :
kenyaman
5. Pasien memegangi daerah yang nyeri
an Kelas
6. Pengkajian nyeri : P : Dilatasi
1:
serviks Q : Tajam
kenyaman
R : Perut bagian bawah S : 9
an fisik
T : Terus menerus
DS : Ansietas berhubungan
dengan krisis situasi
1. Pasien mengatakan khawatir atas proses
kebutuhan tidak
persalinannya
terpenuhi.
DO:
Kode : 00146
1. Pasien nampak cemas
Domain 9 :
2. Pasien nampak gelisah
Koping/toleransi
3. Pasien nampak sering stress Kelas 2 :
Respon koping
menanyakan tentang persalinannya
KALA III
KALA IV
Diagnose keperawatan
Kala II
Kala III
2. Risiko perdarahan
Kala IV
Kala II
Kala III
Kala IV
CATATAN PERKEMBANGAN
Kala II
Kala III
N Tgl/ thn Jam Implementasi Evaluasi
O
1. 25 Juli 2018 11.40 1. Melakukan pengkajian Rabu ,25/07/2018
nyeri komprehensif : jam 13:40
meliputi lokasi, WITA
karakteristik, durasi,
S : pasien
frekuensi, kualitas,
mengatakan sudah
intensitas atau beratnya
ada dorongan kuat
nyeri dan faktor pencetus.
dari dalam tubuh
Hasil :
O : pengeluaran
P : Pengeluaran plasenta plasenta utuh
Q : Tajam
A:
R : Perut bagian bawah S :
Masalah
6
Nyeri
11.45 T : Hilang timbul
akut,belu
2. Mengajarkan nafas, m teratasi
relaksasi dan tehnik P:
11.50 visualisasi Hasil : Lanjutkan
Pasien merasa lebih intervensi
relaks ke KALA
3. Melakukan posisi yang IV
meningkatkan
kenyaman maternal &
perfusi plasenta
Hasil : Plasenta mulai
11.55 keluar denga sendirinya
4. Memasase perineum
untuk
melonggarkan dan
merelaksasikan jaringan
Hasil : Plasenta keluar dengan
spontan
2 1. Mengkaji riwayat obstetric Rabu ,25/07/2018
dan catatan persalinan : jam 13:50 WITA
terkait dengan faktor resiko
perdarahan post partum
Hasil : Pasien mengatakan
ini adalah kehamilan ke
delapan
2. Meningkatkan pijatan
fundus
Kala IV
a. Defenisi
1. Puting Lecet
3. Pengerasan Payudara
a. Massase
Pijat sel-sel pembuat ASI dan saluran ASI tekan 2-4 jari ke dinding
dada, buat gerakan melingkar pada satu titik di area payudara
Setelah beberapa detik pindah ke area lain dari payudara, dapat
mengikuti gerakan spiral. mengelilingi payudarake arah puting
susu ataugerakan lurus dari pangkal payudara ke arah puting susu.
b. Stroke
1) Mengurut dari pangkal payudara sampai ke puting susu dengan
jari-jari atau telapak tangan.
2) Lanjutkan mengurut dari dinding dada kearah payudara
diseluruh bagian payudara.
3) Ini akan membuat ibu lebih rileks dan merangsang pengaliran
ASI (hormon oksitosin).
c. Shake (goyang) Dengan posisi condong kedepan, goyangkan
payudara dengan lembut, biarkan gaya tarik bumi meningkatkan
stimulasi pengaliran.
1) Pengurutan Pertama
2) Pengurutan kedua
3) Pengurutan ketiga
a. Tempelkan kapas yang sudah di beri minyak atau baby oil selama 5
menit, kemudian putting susu di bersihkan.
b. Letakan kedua tangan di antara payudara
c. Mengurut payudara dimulai dari arah atas, kesamping lalu kearah
bawah.
d. Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan
kearah sisi kanan.
e. Melakukan pengurutan kebawah dan kesamping.
f. Pengurutan melintang telapak tangan mengurut kedepan kemudian
kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi gerakan 20 – 30 kali.
g. Tangan kiri menopang payudara kiri 3 jari tangan kanan membuat
gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara
sampaipada puting susu, lakukan tahap yang sama pada payudara
kanan.
h. Membersihkan payudara dengan air hangat lalu keringkan payudara
dengan handuk bersih, kemudian gunakan bra yang bersih dan
menyokong.
i.
C. LATIHAN
Anda pasti telah mempelajari materi di atas dengan seksama dan penuh
konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
tersebut, kerjakanlah latihan berikutl Anda dianjurkan untuk mencari dan
mempelajari:
1. Bagaimana pengetahuan tengtang Askep INC
2. Bagaimana penerapan Perawatan Payudara Pada Ibu Hamil
D. RANGKUMAN
Perawatan payudara pada masa kehamilan adalah salah satu bagian penting
yang harus diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya. Payudara
perlu dipersiapkan sejak masa kehamilan sehingga bila bayi lahir dapat segera
berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Perawatan payudara juga sangat
membantu keberhasilan dalam pemberian ASI dini, yang mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif (1). Pemeriksaan payudara bertujuan untuk
mengetahui lebih dini adanya kelainan, sehingga diharapkan dapat dikoreksi
sebelum persalinan. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada kunjungan
pertama ibu dimulai dari inspeksi kemudian palpasi (2) Pemeriksaan puting
susu dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui, maka pada saat
kehamilan puting susu ibu perlu diperiksa kelenturannya dengan cara : sebelum
dipegang, periksa dulu bentuk puting susu, cubit areola di sisi puting susu
dengan ibu jari dan telunjuk,dengan perlahan puting susu dan areola ditarik.
Bila puting susu mudah ditarik,berarti lentur. Tertarik sedikit berarti kurang
lentur, masuk ke dalam berarti puting susu terbenam
E. EVALUASI
3.Yang tidak termasuk Indikasi Perawatan Payudara... Klien yang ukum putting
susunya kecil atau mendelep
a. 10-12 minggu
b. 6-8 minggu
c. 13-14 minggu
d. 8-10 minggu
e. semuanya benar
5. Songkong payudara kiri dengan tangan kiri, 2 atau 3 jari dan tangan yang
berlawanan membuat gerakan memutar searah jarum jam sambil menekan, mulai
dari pangkal payudara dan berakhir pada putting payudara. Dilakukanschanyak...
a. 10-15x gerakan
b. 20-25x gerakan
c. 20-22x gerakan
d. 5-8x gerakan
e. 3 x gerakan
6. pada saat proses breast care Kompres dengan air bergantian selama 3 x
berturut-turut sesuai SOP yaitu....
a. dingin,hangat dingin
b. Hangat, dingin, dingin
c. hangat, dingin, hangat
d. hangat hangat dingin
e. dingin, hangat, hangat
a. 15 menit
b. 3 menit
c. 20 menit
d. 5-10 menit
e. semua salah
a. Montgomery glands
b. Korpus
c. Papilla
d. prolaktin
e. Laktasi
BAB X
ASKEP KEPERAWATAN MATERNITAS
A. PENDAHULUAN
Modul ini, akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep
dasar keperawatan maternitas yang meliputi Askep pada masa post partum
dan Askep dengan komplikasi, Askep pada ibu dengan infeksi puerperalis
dan Askep pada ibu dengan hemoragia post partum. Setelah menyelesaikan
kegiatan belajar ini diharapkan anda memahami konsep dasar keperawatan
maternitas secara umum yang penting digunakan dalam melaksanakan
pelayanan asuhan keperawatan dan praktek keperawatan pada maternitas
yang berkualitas diberbagai tatanan pelatanan kesehatan. Setelah
menyelesaikan kegiatan belajar ini, anda diharapkan mampu:
11. Menjelaskan Askep pada masa post partum
12. Menjelaskan Askep dengan komplikasi
13. Menjelaskan Askep pada ibu dengan infeksi puerperalis
14. Menjelaskan Askep pada ibu dengan hemoragia post partum
B. TINJAUAN MASALAH
a. Askep Pada Masa Post Partum Dan Askep Dengan Komplikasi
1. Askep Masa Post Partum
a) Pengertian Post Partum
Masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psiko sosial
terhadap proses melahirkan, dimulai segera setelah melahirkan
sampai tubuh menyesuaikan secara sempurna dan kembali
mendekati keadaan sebelum hamil kurang lebih 6 minggu.
2) Sistem Reproduksi
a) Involusi uterus kembalinya kepada keadaan normal
Akhir Kala III, uterus berada di midline dan lebih kurang 2
cm di bawah umbilikalis, dimana fundus di sakral
promomtoriun pada waktu ukuran uterus :
Umur kehamilan 16 minggu
Ukuran panjang 14 cm, lebar 12 cm, tebal 10 cm
Pada hari ke-6 post partum, fundus berada di pergelangan
simphisis pubis dan umbilikus.
Uterus tidak teraba dengan palpasi sesudah hari ke-9 post
partum.
Uterus dalam kehamilan full term lebih kurang 11 kali berat
sebelum hamil :
Seminggu post partum 500 gra
2 minggu post partum 350 gram
6 minggu post partum 50-60 gram
b) Lochia
Yaitu cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam
masa nifas sifatnya alkalis, jumlahnya lebih banyak dari
pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau
anyir dan lochea di bagi dalam beberapa jenis :
1) fernicsiosa, dan sisa Leukosit, trombosit merah terang/tua.
2) Hari 3-4 post partum lochea serosa berwarna pink sampai
kekuningan (sel darah tua, serum Leukosit dan sisa
jaringan).
3) Hari ke 10 post partum lochea alba berwarna kuning sampai
putih (Leukosit, sel epitel, mukosa servik lochea alba
sampai lebih kurang 2-6 minggu setelah melahirkan.
c) Perubahan servik
1) Edema tipis dan terbuka untuk beberapa hari setelah
melahirkan.
2) Setelah 12 jam post partum servik memendek mengeras dan
pada akhir minggu pertama sudah pulih.
3) Bentuk osteum uteri sedikit melebar/fish mouth.
4) Tanda-tanda Vital
a) Suhu badan
24 jam pertama postpartum suhu badan akan naik sedikit
(37,5-38) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan
kehilangan cairan dan kelelahan apabila keadaan normal suhu
badan biasa.
b) Nadi
Biasanya denyut nadi ibu sehabis melahirkan akan lebih cepat.
c) Tekanan darah
Tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena
aranya perdarahan.
d) Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga akan
mengikuti kecuali ada gangguan khusus pada saluran
pernafasan.
5) Sistem Gastrointestinal
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong
mengeluarkan cairan yang berlebihan pada waktu persalinan
kurang makan, hemoroid, laserasi jalan lahir.
d) Perubahan Psikososial
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan
menunjukkan gejala depresi ringan sampai berat sebab beban kerja
ibu bertambah di samping ibu harus memperhatikan dirinyajuga
harus memperhatikan bayinya, apalagi ada ibu yang baru
melahirkan.
Faktor lain yang menyebabkan ialah :
1) Riwayat pekawinan yang abnormal.
2) Riwayat obstetri yang abnormal.
3) Riwayat kelahiran mati/cepat
4) Riwayat penyakit lain
3) Perawatan Perineum
Perineum dibersihkan secara rutin pada umumnya ibu merasa
takut untuk membersihkan sekitar jahitan dan ibu perlu diingatkan
tentang warna dan bau lochea sehingga kelainan dapat dikaji
sedini mungkin, selain itu juga lukaepisiotomi dapat mengalami
infeksi karena hygiene yang kurang.
Perawatan perineum :
a) Vulva hygiene selama 1 x 6 jam selama 24 jam pertama cairan
desinfektan, kapas cebok steril, pemberian antiseptic lokal,
pemasangan pembalut harus tepat/tidak menggeser sehingga
menimbulkan iritasi.
b) Setelah 24 jam di atas dilakukan1 x 24 jam sampai stadium
lochea serasa berair.
c) Selama lochea, vulva hygiene cukup 1 x sehari
d) Senam hamil (yang dimulai jika klien sudah merasa kondisinya
kuat) untuk meningkatkan vaskularisasi darah perineum.
4) Perawatan Hemorrhoid
Hemorrhoid biasanya menyertai persalinan. Perawatan dengan
memberikan compress dingin karena efektif mengurangi bengkak,
maka diberikan compress es. Disamping itu dapat menggunakan
air hangat dengan suhu 37-38 derajat celcius selama 20 menit.
5) Eliminasi
a) Miksi
Normalnya dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu diusahakan
mampu BAK sendiri bila tidak, dilakukan dengan : dirangsang
dengan mengalirkan air kran di dekat klien, mengkompres air
hangat di atas simpisis, sambil sith bath klien disuruh kencing.
Bila tidak berhasil, maka dilakukan kateterisasi.
b) Defekasi
Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAK maka
sebaiknya diberikan laksan atau parafin (1-2 hari postpartum)
dan minumair hangat. Bila tidak berhasil dilakukan huknah.
6) Laktasi
Agar laktasi dapat lancar dan terhindar dari kesulitan-kesulitan
dalam menyusui maka dilakukan perawatan buah dada.
7) Test laboratorium
Terutama terhadap hematokrit untuk melihat konsentrasi darah
dalam tubuh setelah tiga hari post partum.
8) Istirahat
Seorang ibu cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak.
Hal ini mengakibatkan susah tidur. Juga akan terjadi gangguan
pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangunt engah
malam untuk menyusui atau mengganti popok yang sebelumnya
tidak pernah dilakukan.
9) Exercise
a) Ambulasi dini
Merupakan kebijakan selekas mungkin membimbing parturien
keluar/ turun dari tempat tidurnya dan membimbingnya
secepat mungkin berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya
ambulasi dikerjakan setelah 8 jam.
b) Senam nifas
Program senam di mulai dari yang sederhana sampai yang
sulit. Dimulai dengan mengulang tiap 5 gerakan. Setiap hari
harus ditingkatkan sampai 1 kali gerakan. Kalau sudah pulang,
senam semakin meningkat, pekerjaan rumah yang agak ringan
dikerjakan sampai minggu III, yang agak berat sampai minggu
ke IV ke X.
11) Senggama
Bila perdarahan sudah berhenti dan episiotomi sudah sembuh,
maka coitus bisa di lakukan (3-4 minggu post partum).
12) Hospitalisasi
Parturent pada komplikasi dapat dirawat sampai 3 hari. Kontrol
ulang biasanya dilakukan setelah 6 minggu post partum atau lebih
sedikit lagi 3-4 minggu post partum yang perlu dikontrol dalam
hal ini adalah : perut, buah dada, vagina dan kaki.
b. Etiologi
Penyebab dari depresi post partum belum diketahui secara pasti
tetapi kemungkinan merupakan kombinasi dari aspek biologis,
psikososial, stress situasional. Hal ini juga berhubungan dengan latar
belakang depresi personal atau keluarga, dukungan social yang
rendah dan masalah selama kehamilan dan kelahiran.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko gangguan dapat
berupa :
1) Prustasi hormonal seiring dengan kelahiran
2) Latar belakang depresi, gangguan mental
3) Disfungsi mental atau kesulitan berhubungan dengan orang
terdekat
4) Kemarahan terhadap kehamilan
5) Perasaan terisolasi atau tidak ada dukungan dari keluarga
6) Kelelahan, kurang tidur, kekhawatiran financial, melahirkan bayi
cacat
7) Kehamilan yang tidak diinginkan.
c. Klasifikasi
1) Post partum blues
Tipe paling banyak dan depresi post partum adalah post partum
blues, merupakan suatu gangguan penyesuain terhadap kehidupan
baru (kelahiran). Ibu mengalami gangguan mood selama masa
transisi, tersebut kurang dari 1-14 hari, dimana puncak pada hari
ke-5.
2) Servere post partum depression
Disebut juga affektif (neurotic) depression terjadi dengan singkat
setelah kelahiran tetapi mungkin tidak terdiagnosa untuk beberapa
bulan post partum ibu akan mengalami pengalaman yang
mendalam, perasaan kehilangan dan kesedihan yang persisten,
diikuti oleh kecemasan, mudah tersinggung, gangguan tidur,
kurang nafsu makan dan perasaan salah.
3) Women with borderline personalities
Pada ambang gangguan personal biasanya mempunyai beberapa
gejala seperti diatas tetapi ditambah oleh perasaan putus asa,
hampa dan tidak berguna. Perasaan ini bisa timbul sebelum
kehamilan tapi lebih menonjol pada saat kehamilan.
4) Post partum psikologis
Ibu dengan depresi psikotik kehilangan kontak dengan realita dan
mengalami delusi dan disorientasi, umunya berhubungan dengan
kesehatan bayi dan seksualitas.
d. Manifestasi klinis
a) Post partum blues
Depresi ringan, menangis, perasaan kehilangan, kelelahan,
konsentrasi menurun.
b) Afektif (neurotic) depression
Mencakup tahap-tahap ansietas, fobia, ketakutan akan
membahayakan bayi, berat badan menurun, imsomnia, mudah
tersinggung, perasaan bersalah bahkan apatis.
c) Women with botderline depresion personalities
Bisa berfluktasi dan neurotik depresi ke psikotik
d) Post partum psychosis
Delusi, halusinasi, disorientasi, rasa marah terhadap diri sendiri
dan bayi
e) Penatalaksanaan
1) Terapi terbaik dari depresi tersebut adalah kombinasi dari
psikoterapi, dukungan social dan meditasi. Psikoterapi mungkin
lebih berguna dalam membantu ibu untuk mengatasi perubahan
dalam hidup mereka, pasangan, dan keluarga terdekat harus ikut
dalam sesi konseling sehingga mereka bisa memahami apa yang
mereka rasakan dan butuhkan.
2) Pengobatan psikoterapi obat-obat penenang atau peningkatan
suasana hati atau gangguan obat-obat ini dapat diindikasikan
terapi spesifik tergantung pada sifat gangguan psikiatri
3) Anti depresan sering digunakan untuk depresi post partum dan
mungkin diteruskan selama 6 bulan atau lebih, jika ibu ingin
melanjutkan pemberian asi obat-obat yang digunakan harus aman
selama laktasi karena hal ini dapat mempengaruhi proses banding.
4) Rawat inap mungkindiperlukan untuk mencegah cedera diri atau
ansietas yang tidak tertahankan atau peranan tingkah laku yang
tidak dapat dikontrol.
f) Asuhan Keperawatan
1) Pengakjian
a) Identitas Klien
b) Riwayat kesehatan
RKD
Biasanya klien pernah mengalami stress psikologis pada
kehamilan sebelumnya.
RKS
Biasanya pada klien yang mengalami psikologis sering
murung, gelisah, cemas, kekhawatiran yang berlebihan dan
kurang tidur.
RKK
Biasanya keluarga klien kurang memberi dukungan kepada
klien termasuk suami klien.
c) Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/ istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
2) Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang
meningkat
3) Eliminasi
Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare
4) Makanan/ cairan
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus ,
membrane mukosa kering
5) Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
6) Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal
7) Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah
abdomen dan kepala
8) Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
9) Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
10) TTV
Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD
meningkat
d) Kebiasaan sehari-hari
1) Kebersihan perorangan
Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan
kurang)
2) Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah
3) Data sosek
Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada
ekonomi rendah
4) Data psikologis
Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada
orang lain, cemas, menari diri.
2) Diagnosa Keperawatan
1) Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri
negative, system pendukung, yang tidak adekuat
2) Gangguan interaksi social b/d depresi berat
3) Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan b/d
depresi mental dan efek pada keluarga
4) Resiko mencederai diri sendiri dan bayi b/d psikologis pada
post partum
5) Gangguan istirahat dan tidur b/d kelelahan, kekhawatiran
financial
6) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh b/d gangguan psikologis/ stress psikologis
7) Harga diri rendah b/d perasaan terisolir, kurangnya dukungan
keluarga
3) Intervensi Keperawatan
a. Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri
negative, system pendukung, yang tidak adekuat
Tujuan : Koping individu kembali efektif
Kriteria :
Klien menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah
Klien menunjukkan kemampuan untuk mengekspresikan
perasaannya serta menunjukkan kemampuan memenuhi
kebutuhan fisiolgis dan psikologis
Intervensi :
Intervensi :
4) Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik.
Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk
kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan yang diharapkan
5) Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang
diharapkan terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien
dapat teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan
balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/
teratasi.
2. Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme
anaerob dan aerob patogenyang merupakan flora normal serviks dan
jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebabyang terbanyak dan
lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya
tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman
yang sering menyebabkaninfeksi puerperalis antara lain :
3. Faktor presdisposisi
Faktor presdisposisi dari infeksi puerperalis yaitu :
a) Semua tindakan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu
seperti perdarahan, anemia, nutrisi buruk, status sosial ekonomi
rendah, dan imunosupresi.
b) Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama.
c) Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan
lahir.
d) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah
4. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah
luka dengan diameter kirakira 4 cm. Permukaannya tidak rata,
berbenjol – benjol karena banyak vena yang ditutupi trombus.
Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-
kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita.
Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga
vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat
masuknya kuman-kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada
luka-luka tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun
infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
a) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan
pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang
sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain
adalah bahwa sarung tangan atau alat – alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan
dokter atau petugas lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh
karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus ditutup
dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas dilarang
memasuki kamar bersalin.
c) Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal
dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini
bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke
handuk, kain-kain yang tidak steril, dan alat-alat yang digunakan
untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
d) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi
penting, kecuali jika menyebabkan pecahnya ketuban.
e) Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala
pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum
biasanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban
sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan pemeriksaan dalam.
Gejal-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan
leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat
pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada
infeksi intra partum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada
waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat
menimbulkan infeksi pula pada janin.
5. Klasifikasi
Infeksi puerperalis dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1) Infeksi yang terbatas pada perineum , vulva , vagina , serviks ,
dan endometrium.
a) Infeksi perineum, vulva, dan serviks Tanda dan gejalanya :
Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan
atau tanpadistensi urine. • Jahitan luka mudah lepas, merah,
dan bengkak.
Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat,
suhu sekitar 38oC, dan nadi kurang dari 100x/menit.
Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak
dapat keluar, demam bisa meningkat hingga 39-40 Celcius,
kadang-kadang disertai menggigil.
b) Endometritis
Kadang –kadang lokhea tertahan dalam uterus oleh darah
sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiametra.
Pengeluaran lokia bisa banyak atau sedikit, kadang-kadang
berbau/tidak, lokhea berwarna merah atau coklat.
Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum,
menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu tubuh.
Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.
Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan
lembek, his susulan biasanya sangat mengganggu.
Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm³.
b) Peritonotis
c) kembung dan nyeri,serta ada defensif muskuler. Wajah klien
mula-mula kemrahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung,
kulit wajah dingin, serta terdapat facishipocratica.
Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak
seberat peritonis umum klien demam, perut bawah
nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik.
d) Selulitis pelvis
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai
rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan
dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvic.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan
nyeri di sebelah uterus.
Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses
dimana suhu yang mula mula tinggi menetap , menjadi naik
turun disertai menggigil.
Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
6. Gejala klinis
Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu :
1) Peningkatan suhu
2) Takikardi
3) Nyeri pada pelvis
4) Demam tinggi
5) Nyeri tekan pada uterus
6) Lokhea berbau busuk/ menyengat
7) Penurunan uterus yang lambat
8) Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy
7. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Baik, CM, Tidak Anemis
2) Vital Sign
3) Status Generalis
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar
tiroid.
Dada : Pernafasan kanan dan kiri tidak simetris, tidak ada
retraksi, tidak ada ronki
Abdomen : Tenang, supel, NT (-), tidak teraba masa dan tidak
nyeri tekan
Ekstremitas : Tidak ada gangguan gerak dan edema.
4) Status Obstetri Inspeksi :
Mata : Konjungtiva tidak anemis
Dada : Hiperpikmentasi papila dan aerola mamae terlihat
Abdomen : Tenang, Supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
massa, dan tidak nyeri tekan
Ekstremitas : Tidak ada edema
8. Pemeriksaan Diagnostic
a) Jumlah sel darah putih (SDP) : normal atau tinggi dengan
pergeseran diferensial ke kiri.
b) Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah(SDM)
sangat meningkat dengan adanya infeksi.
c) Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada
keadaan anemia.
d) Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau
intraservikal atau drainase luka atau perwarnaan gram di uterus
mengidentifikasi organisme penyebab.
e) Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.
f) Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta
yang tertahan melokalisasi abses perineum.
g) Pemeriksan bimanual : menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis,
massa atau pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan
trombosis.
9. Prognosis
Prognosis baik jika diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut
derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat dengan
mortalitas tinggi diikuti peritonitis umum.
10. Penatalaksanaan
1) Pencegahan
Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet
yang baik.
Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesai persalinan dengan
trauma sedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan
penularan penyakit dan petugasdalam kamar bersalin. Alat-alat
persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila
perlu dan atas indikasi tepat.
Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan
merawat ibu dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan
wanita dalam nifas yang sehat.
2) Penanganan medis
a) Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
b) Berikan terapi antibiotik prokain penisilil 1,2-2,4 juta unit 1M
penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr
setiap 6 jam 1 M ditambah dengan ampisilin kapsul 4 x 250
mg per oral.
c) Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
d) Lakukan transfusi darah bila perlu.
e) Hati-hati bila ada abses , jaga supaya nanah tidak masuk ke
dalam rongga peritoneum.
b) Sistem vascular
Perdarahan diobservasi setiap 2 jam selama 8 jam. 1 jam
pertama kemudian tiap 8 jam berikutnya.
Tekanan darah diawasi setiap 8 jam.
Apakah ada tanda-tanda thrombosis,kaki sakit, bengkak
dan merah. · Hemoroid diobservasisetiap 8 jam terhadap
besar dan kekenyalannya.
c) System reproduksi.
Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat kali
postpartum,kemudian setiap 8 jam selama 3 hari
meliputitinggi fadus uterus dan posisinya serta
konsistensinya.
Lokia diobsevasi setiap setiap8 jam terhadap warna
banyak dan bau. · Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk
melihat tanda-tanda infeksi luka jahitan dan apakah ada
jahitan yang lepas.
Vulva dilihat apakah ada edema atau tudak.
Payudara dilihat apakah ada edema atau tidak
d) Traktus urinarius.
Diobserasi setiap 2 jam selama 2 hari pertama meliputi
miksi lancer/tidak,spontan/tidak.
e) Traktus gastrointestinal
Observasi terhadap nafsu makan, anoreksia,mual
muntah, haus, membrane mukosa kering.
Apakah ada obstipasi, diare, bising usus mungkin tidak
ada bila terjadi paralisis usus.
Distensia abdomen,nyeri lepas{peritonitis}
f) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri local,disuria dan ketidaknyamanan abdomen.
Afterpain berat/lama,neri abdomen bawah atau uterus
serta nyari tekan dengan guarding{endometritis}
Nyeri/kekakuan abdomen unilateral/bilateral.
Sakit kepala
g) Status psikologis/psikososial.
Ansiestas jelas{peritonius}
Status social ekonomi rendah dengan stressor
bersamaan
2) Diagnosa keperawatana.
a) Nyeri atau ketidaknyamanan yang berhubungan dengan proses
tubuh pada agen tidak efektif,sifat infeksi{miksedema kulit
atau jaringan,eritema}
b) Resiko tinggi komplikasi yang berhubungan dengan adanya
infeksi, kerusakan kulit atau jaringan yang
trauma,vaskularisasi tinggi pada area yang sakit, prosedr
invansif dan peningkatan pemajanan lingkungan,penyakit
kronis.
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat,anoreksia,mual, mutah, pembatasan medis.
d) Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua yang
berhubungan dengan infeksi pada proses persalinan,penyakit
fisik,ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri.
3) Rencana Keperawatan
a) Nyeri atau ketidanyamanan yang berhubungan dengan proses
tubuh pada agen tidak efektif, sifat infeksi.
Tujuan 1 :
Tujuan : Setelah diberikan askep, diharapkan nyeri hilang atau
berkurang dengan kriteria hasil : pasien tampak rileks, skala
nyeri 0-3.
Intervensi :
Mandiri
Kaji lokasi dan sifat ketidakyamanan atau nyeri
Berikan instruksi mengenai membantu mempertahankan
kebersihan dan kehangatan.
Instruksi ibu untuk melakukan teknik relakasasi dengan
memberikan aktivitas pengalihan seperti radio,televise atau
bacaan.
Anjurkan keseimbangan menyusui saat kondisi
memungkinkan karena anjurkan dan berikan instruksi
dalam memompa payu darah listrik atau manual.
Kolaborasi
Kolaborasi
Kolaborasi
Rasional Mandiri
Kolaborasi
5. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoniauteri dan subinvolusi uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-
pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga
perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi
yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu
misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau
kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
merupakan penyebab dari perdarahan post partum. Perdarahan yang sulit
dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
6. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah
yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1) Perdarahan post partum akibat Atonia uteri.
Perdarahan post partum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian
plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada
jalan lahir. Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang
lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti
pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering
(multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi
bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong
rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui.
Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari
penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan
gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar
dan lembek.
b) Robekan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum
tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa,
tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam,
terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada
dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.
c) Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih
kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia
suboksipito bregmatika. Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya
dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang berlangsung lama yang
menyertai kontraksi uterus yang kuat.
7. Pemeriksaan laboratorium
a) Kadar Hb, Ht, Masa perdarahan dan masa pembekuan
b) Pemeriksaan USG
c) Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan
konsepsi intrauterine
d) Urinalisis memastikan kerusakan kandung kemih
e) Profil koagulasi menentukan peningkatan degradasi kadar produk
fibrin, penurunan fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa
tromboplastin parsial.
8. Penatalaksanaan
a) Penatalaksaan keperawatan
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak
berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut. Pijat dengan lembut
uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk
menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap
kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus,
mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan
dengan lembut.
9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain – lain
2) Riwayah kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa
plasenta.
d) Riwayat obstetric
Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang
keberapa, Usia mulai hamil.
b. Pemeriksaan Fisik
1) B1: Breathing
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak
normal
2) B2: Blood
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat. Tekanan darah biasanya
stabil. Keluar darah pervaginam, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
3) B3: Brain
Kesadaran (GCS) Normal / turun
4) B4: Bowel
Observasi terhadap nafsu makan dan defekasi. Fundus
uteri/abdomen lembek/keras, subinvolusi
5) B5: Bladder
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar
atau tidak, spontan dan lain-lain.
6) B6: Bone
Pola aktifitas sehari-hari seperti makan dan minum, istirahat atau
tidur, personal hygiene.
c. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam
3) Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau
ancaman kematian
4) Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan
d. Rencana tindakan keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam
Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume
cairan
KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x2 jam klien Nampak
a) perdarah berkurang atau sduah berhenti
b) volume cairan / intake output dalam keadaan seimbang
Intake = ± 2500 cc
Output = ± 2300 cc
c) TTV dalam batas normal
Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
Denyut nadi : 70-80 x/menit
Pernafasan : 20 – 24 x/menit
Suhu : 36 – 37 oc
GCS 15
Turgor kulit elastic
Mukosa bibir lembab
Mata tidak cowong
Rencana tindakan :
a) Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan
badannya tetap terlentang.
Rasional : Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous
return dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
b) Monitor tanda vital
Rasional : Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin
hebat
c) Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya
diletakan diatas simpisis.
Rasional : Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan
membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis
mencegah terjadinya inversio uteri
d) Batasi pemeriksaan vagina dan rectum
Rasional : Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum
meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi
laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom.
e) Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil
dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat,
segera kolaborasi pemberikan infus atau cairan intravena
Rasional : Cairan intravena mencegah terjadinya shock.
f) Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )
Rasional : Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan
mengontrol perdarahan
g) Berikan antibiotic
Rasional : Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi
karena perdarahan pada.
Rencana keperawatan :
a) Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
Rasional : Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan
pada tanda vital
b) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu
kulit
Rasional : Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital,
sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan
sianosis dan suhu kulit yang dingin.
c) Observasi ada / tidak adanya produksi ASI
Rasional: Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin
dimana diperlukan dalam produksi ASI
d) Tindakan kolaborasi :
Monitor kadar gas darah dan PH
Rasional: perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda
hipoksia jaringan
e) Berikan terapi oksigen
Rasional: Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi
sirkulasi jaringan.
Rencana tindakan :
a) Tindakan kolaborasi
Berikan zat besi (Anemi memperberat keadaan)
Beri antibiotika (Pemberian antibiotika yang tepat
diperlukan untuk keadaan infeksi).
b) Lakukan vulva hygiene dan personal hygiene lainnya
Rasional: mencegah terjadinya infeksi
c) Catat perubahan tanda-tanda vital
Rasional : Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi
terjadinya infeksi
d) Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi
uterus yang lembek, dan nyeri panggul
Rasional : Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya
bakterimia, shock yang tidak terdeteksi
e) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
Rasional : Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi
pengeluaran lokea yang berkepanjangan.
f) Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya
infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing
Rasional : Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan.
C. LATIHAN
Anda pasti telah mempelajari materi di atas dengan dengan seksama dan
penuh konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
tersebut, kerjakanlah latihan berikut Anda dianjurkan untuk mencari dan
mempelajari:
1. Bagaimana penerapan Askep pada masa post partum, dan Askep dengan
komplikasi, Menjelaskan Askep pada ibu dengan infeksi puerperalis
2. Bagaimana Askep pada ibu dengan hemoragia post partum
D. RANGKUMAN
Masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psiko sosial terhadap
proses melahirkan, dimulai segera setelah melahirkan sampai tubuh
menyesuaikan secara sempurna dan kembali mendekati keadaan sebelum
hamil kurang lebih 6 minggu.
Depresi post partum adalah keadaan emosi yang ditandai oleh episode
menangis ringan sesaat dan perasaan sedih selama 10 hari pertama setelah
melahirkan.
Psikosa post partum adalah gangguan kepribadian derajat berat yang
mengurangi kemampuan fungsi tangguang jawab pasien, Gejala-gejala ini
diklasifikasikan sebagai psikosis manik depresi psikosis post partum,
skizoprenia dan keadaan kebingungan toksik. (Kapita selekta kedaruratan
obstetri dan ginekologi : 367)
puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kumanke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas
(Sarwono Prawirohardjo, 2005 :689 ). Infeksi puerperalis adalah keadaan
yang mencakup semua peradangan alat-alatgenetalia dalam masa nifas
(Mochtar Rustam, 1998 : 413). Infeksi puerperalis adalah infeksi peradangan
pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan
ketentuanmeningkatnya suhu badan melebihi 380 C tanpa menghitung hari
pertama dan berturut-turutselama 2 (dua) hari.
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan
aerob patogenyang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau
mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah
streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni
normal jalan lahir.
Definisi perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500
ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah
perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih dini
akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat
perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan perubahan
tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat
dingin, sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi > 100/menit), maka
penanganan harus segera dilakukan (Prawirohardjo, 2011).
BAB XII
DENGAN KOMPLIKASI
A. Pendahuluan
B. URAIAN MATERI
1. Konsep Ketuban Pecah Dini
primature kurang dari tiga cm dan multipara kurang dari lima cm. Faktor
waktunya atau sebelum ada tanda tanda melahirkan (Legawati & Riyanti,
2018). Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan kurang dari 37
bisa meningkatkan resiko infeksi pada janin dan ibu hamil (Rohmawati &
Fibriana, 2018).
Ketuban pecah sebelum waktunya bisa menjadi resiko pada seseorang
yang berumur kurang dari dua puluh tahun atau lebih dari 35 tahun, hal
ini bisa terjadi karena diusia kurang dari 20 tahun sistem reproduksi
2. Etiologi
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi pada neonatus masih menjadi masalah yang gawat
Jaringan akan menipis dan rentan pecah apabila dipacu oleh persalinan
yang sering ditemukan pada cairan ketuban saat kehamilan kurang dari
c. Infeksi Genitalia
Normal ph vagina adalah 3,8 - 4,5 ketika ph kurang atau lebih bisa
partum dan ketuban pecah dini serta endometrium post abortus (Tahir,
2021).
d. Trauma
seminggu ketika hamil bisa menyebabkan trauma. Ada juga hal yang
pada uterus adalah bikornis dan septum uterus. dari sebagian kasus ini
(Tahir, 2021).
2021).
bertambahnya hari akan bertambah umur kita maka dari itu penyakit
usia tiga puluh lima tahun sistem reproduksi wanita mulai berkurang
3. Klasifikasi
Pecahnya ketuban yang terjadi pada kehamilan kurang dari tiga puluh
Pecahnya ketuban yang terjadi pada kehamilan lebih dari tiga puluh
tujuh minggu sampai empat puluh minggu dapat terjadi infeksi dan
komplikasi, penyebab dari ketuban pecah dini belum pasti tetapi ada
a. Polihidramnion
banyak. Hal ini bisa disebabkan karena sedikitnya air ketuban yang
sedikit. Hal ini bisa terjadi pada penderita diabetes, kehamilan pada
2019).
b. Oligohidramnion
atau bisa juga karena ketuban yang pecah dan merembes keluar dari
yaitu :
Menurut dari Tahir (2021) tanda dan gejala yang sering muncul saat
b. Memiliki bau amis dan tidak seperti bau amoniak pada cairan vagina.
c. Nyeri diperut.
5. Penatalaksanaan
kehamilan :
menggunakan oksitosin.
korioamnionitis.
c. 24-33 minggu
pemeriksaan serial.
paru paru jika sudah ada tanda tanda matang maka selanjutnya bisa
6. Patofisiologi
Patofisiologi dari ketuban pecah dini yaitu apabila ada perubahan struktur,
salah satu akibat dari ketuban pecah dini, yang disebabkan karena adanya
patogen dari saluran genetalia yang disebut chlamidia trachomatis,
yang disebabkan oleh lepasnya mediator inflamasi oleh patogen. Hal ini
pada serviks, selain ini ada juga peningkatan tekanan secara tiba tiba
mengejan yang sering terjadi pada kontraksi uterus preterm (kurang dari
tiga puluh tujuh minggu) ataupun anterm (lebih dari tiga puluh tujuh
MMP atau peningkatan sitokin lokal dari respon kolnisasi mikroba juga
bisa disebabkan oleh lepasnya mediator inflamasi oleh patogen. Hal ini
pada serviks, selain ini ada juga peningkatan tekanan secara tiba tiba
mengejan yang sering terjadi pada kontraksi uterus preterm (kurang dari
tiga puluh tujuh minggu) ataupun anterm (lebih dari tiga puluh tujuh
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Kala 1
(Kartajini, 2016).
persalinan yang dulu, riwayat nifas yang lalu, kondisi bayi saat
(Kartajini, 2016).
3) Pemeriksaan fisik
c. Kala 2
perinium keluar)
2) Periksa kemajuan persalinan yang meliputi status selaput amnion,
mengedan.
(Kartajini, 2016).
d. Kala 3
1) Kaji kontraksi.
4) Tingkat kelelahan.
(Kartajini, 2016).
e. Kala 4
2. Diagnosa Keperawatan
(D.0142).
1. Pengertian
oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada kepala bayi tidak berhasil
untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala
lahir bahu tidak dapat di lahirkan dengan car pertolongan biasa dan tidak di
dapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3
definiskan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi
memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posserior memasuki panggul lebih
dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu posterior
berada di cekungan tulang atau sekitar spina iskhiadika dan memberikan ruang
yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang
pubis atau berotasi dari fenomena obturator. Apabila bahu berada dalam posisi
antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior
dapat tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam
keadaan demikian kepala yang sudah di lahirkan akan tidak dapat melakukan
putar paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi antara bahu
fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan
kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan
lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami
a. Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan
resiko lingkar bahu-kepala lebih besar dari pada ibu non diabetes walaupun
b. Janin besar (makrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan
berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir separuh dari kekahian
c. Lewat waktu, karena bayi terus tumbuh dan menjadi lebih besar seiring
rasio lingkar bahu kepala yang lebih besar sejalan pertumbuhan diameter
diparietal yang lambat, tetapi tidak pada diameter bahu dan dada.
f. Multiparitas
bahu, terdapat kasusu distosia bahu rekuen pada 5 (12%) di anatara 42 wanita
(Smith, dkk)
h. Cephalopelvic disproportion (bentuk pelvic yang memperpendek diameter
anterior posterior dan atau deformitas pelvis misalnya akibat kecelakaan atau
riketsia)
i. Fase aktif yang tidak tentu pada kala I, pada fase ini pasien hanya mengalami
yang dalam persalinan hal ini dapat menjadi tanda bahwa distosia bahu akan
terjadi.
dan kegagalan kepala untuk turun tercermin dalam deep transverse arrest.
k. Ada indikasi perlu rotsi midpelvis dan atau kelahiran dengan forcep atau
vakum ekstraktor
3. Manifestasi Klinis
b. Usia
4. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang dengan tulang belakang bahu
umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis.
Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada
di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan
sumbu miring dan tetap berada pada posisi depan terhadap sinfisis sehingga bahu
5. Komplikasi
Komplikasi maternal:
b. Fistula Ractovaginal
e. Rupture uteri
Komplikasi Fetal :
b. Fraktura clavicle
c. Kematian janin
d. Hipoksia janin
e. Fraktur humerus
6. Penatalaksanaan
a. Tetap tenang. Anda tahu apa yang harus di lakukan dan akan menangani
lahir sebelum dokter datang, maka dokter akan menangani perdarahan yang
Teknik ini di temukan pertama kali oleh Gonik dkk, tahun 1963 dan
Housten, Manauver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan
melakukan fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu. Tindakan ini
yang terhimpit.
h. Cek posisi bahu, ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter
oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari tangan di
letakan pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggung
janin sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat
brachialis. Cara menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling
bawah perut.
j. Bila persalinan belum di lahirkan, istirahat sebentar (sekitar 40-45 detik) agar
anda lebih memahami situasi, mendapat kesempatan, dan sedikit ruang untuk
bertambah besarnya janin pada daerah thirak dan abdomen oleh karena tumor,
lingkaran bandl yang mengindikasikan akan terjadi ruptre uteri., locked twins
pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam,
kemudian di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan
berlawanan arah dengan jarum jam putar 180o. lakukan gerakan pemutaran
m. Manuver Rubin
1) Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan
tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka di lakukan langkah
berikutnya.
2) Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk di jangkau dan
Manuver Rubin II
2) Bahu anak yang paling mudah di jangkau di dorong ke arah dada anak
12-13.
q. Manuver Zavanelli
lahirkan melalui SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau
posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Kala 1
dulu, riwayat nifas yang lalu, kondisi bayi saat lajir, pemberian asi dan
3) Pemeriksaan fisik
dirasa sejak kapan, kapan keluar cairan dari kemaluan dan bagaimana
c. Kala 2
1) Periksa TTV dengan melihat jam berapa kala 2 lalu lakukan evaluasi
keluar)
3) Periksa detak janntung janin, gimana kondisi vesika urinaria penuh atau
kosong.
4) Respon sikap apakah ada cemas, kelelahan, nyeri, keinginan mengedan.
(Kartajini, 2016).
d. Kala 3
1) Kaji kontraksi.
4) Tingkat kelelahan.
(Kartajini, 2016).
e. Kala 4
Dikaji selama dua jam sekali setelah keluarnya plasenta, monitoring ibu
setiap 15 menit sekali di jam pertama, 30 menit dijam kedua dengan indikasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Resiko perdarahan
c. Resiko cedera janin
1. Pengertian
Prolaps tali pusat adalah suatu keadaan dimana tali pusat atau umbilical
merupakan kegawat daruratan obstetrik. Prolaps tali pusat dibagi menjadi dua,
prolaps adalah tali pusat yang melewati bagian fetus dan keluar dari serviks
kondisi tali pusat berada di sisi fetus tetapi tidak terlihat keluar serviks karena
2. Etiologi
kelainan pada tali pusat, seperti true knots, sedikitnya gel Wharton atau satu
arteri umbilikal. Namun, teori mengenai kelainan tali pusat tidak saling
mendukung, sehingga keterlibatan tali pusat sebagai etiologi prolaps tali pusat
Tali pusat normalnya terdiri dari 2 arteri dan 1 vena, bisa hanya terdiri dari 1
pada fetus ini merupakan risiko untuk terjadinya prolaps tali pusat. Selain itu,
tali pusat yang tipis, tidak melingkar, memiliki sedikit gel Wharton, dan tidak
kaku berisiko lebih tinggi untuk menjadi prolaps pada saat ketuban pecah.
3. Patofisiologi
pelvis, sehingga terdapat ruang kosong yang mengakibatkan tali pusat turun
melewati fetus ketika ketuban pecah. Kantong amnion memiliki tekanan yang
lebih besar daripada lingkungan luar, sehingga ketika ketuban pecah, cairan
terdorong keluar oleh gravitasi. Oleh karena itu, tindakan amniotomi tidak
boleh dilakukan ketika bagian terbawah fetus belum melekat pada pelvis.
Tali pusat yang prolaps akan tertekan antara fetus dengan dinding pelvis atau
serviks, yang menyebabkan kompresi arteri umbilikal. Selain itu, akan terjadi
vagina. Oleh karena 50% sirkulasi fetus berasal dari arteri umbilikal, maka
bahkan asfiksia total akut yang ditandai denyut jantung fetus berkurang atau
hipotensi dan bradikardi pada fetus, sehingga aliran darah ke otak berkurang
menunjukkan bahwa prolaps tali pusat merupakan “all or none event” untuk
janin.
4. Faktor Resiko
Prolaps tali pusat sering terjadi pada kehamilan atau persalinan dengan faktor
umumnya disertai dengan bayi kecil <2,5 kg, sehingga bagian terbawah
fetus sering tidak terfiksasi pada pelvis dan berisiko prolaps tali pusat
memiliki risiko prolaps tali pusat pada anak kedua sebesar 35%
f. Ketuban pecah dini atau ketuban pecah spontan, 57% kasus prolaps tali
pusat terjadi kira-kira 5 menit setelah ketuban pecah, 67% kasus terjadi
memiliki risiko 1,26 kali lebih besar untuk prolaps tali pusat. Studi
Prolaps tali pusat iatrogenik dapat terjadi pada +47%, beberapa tindakan medis
e. Amnioinfusion
C. Pengkajian
D. a. Identitas klien
E. b. Riwayat kehamilan (GPA)
F. c. Pemeriksaan umum : kesadaran, tanda vital, keadaan umum.
G. d. Pemeriksaan khusus :
H. 1) Abdomen :
I. o Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.
J. o Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
K. o Auskultasi : DJJ normal tidak.
L. o Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
M. o Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak.
N. o Pemeriksaan vaginal toucher
O. o Teraba tali pusat pada daerah ostium uterus
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Riwayat Kehamilan
d. Pemeriksaan khusus :
1) Abdomen
a) Inspeksi : ada stirae dan linea apa tidak, ada bekas luka operasi apa
tidak.
e. Sirkulasi : tekanan darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksia pada janin
tali pusat, kaji adaya kelainan pada jalan lahir seperti panggul yang sempit,
A. Pengertian
hidup di luar kandungan dengan berat badan sekitar 500 atau gram kurang dari
1000 gram, terhentinya proses kehamilan sebelum usia kehamilan kurang dari 28
buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup dengan batasan berdasar umur
B. Klasifikasi Abortus
sebelum janin mampu hidup (viabel) dan hampir 60% abortus terapeutik
dilakukan sebelum usia gestasi 8 minggu, dan 88% sebelum minggu ke-12
1. Abortus buatan
berdasarkan :
a. Indikasi medis
hati yang berat, gangguan jiwa ibu dengan dijumpai kelainan bawaan berat
dengan pemeriksaan ultrasonografi dan gangguan pertumbuhan
b. Indikasi sosial
kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil, kehamilan yang tidak
2. Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
kehamilan lengkap dengan berat janin mati kurang lebih 500 gram. Usia
abortus terjadi sebelum usia 16 minggu dan kira-kira 60% terjadi sebelum 12
minggu. Paling sedikit 80% dari seluruh kehamilan berakhir secara spontan
lengkap dengan atau tanpa kontraksi uterus tanpa dilatasi serviks dan
abortus imminens ini hasil kehamilan yang belum viabel berada dalam
Abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta
kehamilan lengkap. Seluruh hasil konsepsi sudah keluar dan rasa sakit
Abortus spontan yang terjadi berturut-turut sebanyak tiga kali atau lebih
faktor plasenta, dan faktor infeksi. Dan dugaan penyebab khusus yaitu
adanya serviks yang inkompeten dan terdapat reaksi immunologis
(Manuaba, 2010).
terlatih atau dukun. Sebagian besar dalam bentuk tidak lengkap dan
kurang dari 20 minggu tetapi hasil konsepsi tertahan dalam rahim selama
lebih dari 6-8 minggu. Rasa sakit dan nyeri tekan tidak dirasakan oleh ibu
hamil, serviks agak kaku dan sedikit terbuka, uterus mengecil dan
perdarahan spontan.
Kehamilan yang patologi dimana mudigah dan kantong kuning telur tidak
tidak ada janin di dalamnya. Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi
abortus spontan
C. Patofisiologi Abortus
Rahmani (2014) mengemukakan bahwa pada permulaan abortus terjadi
Hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Hal ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan hasil
konsepsi. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada yang
hanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (blighted ovum) dan ada yang berupa janin lahir mati. Mudigah yang
mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka dapat diliputi oleh lapisan
bekuan darah dan isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apabila pigmen darah telah diserap sehingga semuanya tampak seperti
daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini tampak berbenjol-benjol
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh
sebab diserap, maka menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih
lanjut menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain
pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi yaitu kulit
terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan
Penyebab abortus disebabkan oleh berbagai faktor baik dari faktor janin, faktor
1. Faktor janin
Faktor janin merupakan penyebab yang sering terjadi pada abortus spontan.
2. Faktor ibu
Faktor yang menyebabkan abortus terbagi menjadi faktor internal dan faktor
eksternal, yaitu :
a. Faktor Internal
muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima
secara medik merupakan usia yang rawan untuk kehamilan. selain itu,
dari 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26% pada
2) Paritas
Pada kehamilan, rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu
3) Jarak kehamilan
rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam
5) Faktor genetik
lainnya misalnya Sindroma Marfan dan ibu dengan sickle cell anemia
6) Faktor anatomik
endometrium.
7) Faktor immunologis
8) Faktor infeksi
immunodeficiency virus).
Pada kasus abortus berulang yang ditandai defek plasentasi dan adanya
rasa nyeri pada trimester kedua atau awal trimester tiga yang disertai
imatur. Riwayat trauma pada serviks saat adanya dilatasi atau pada
kehamilan.
b. Faktor Eksternal
kehamilan muda.
upacara adat yang disebut crisis rites (upacara waktu krisis) dan rites
3) Pendidikan
dan pemenuhan zat gizi. Hal ini pada akhirnya berpengaruh pada
kondisi saat kehamilan yang berisiko pada kejadian abortus. Selain itu,
5) Pekerjaan
yang dilakukan oleh seorang wanita dapat juga setara dengan beban
6) Alkohol
7) Merokok
kebiasaan gaya hidup termasuk status merokok pada ibu dan suaminya
dan lebih dari 20 batang perhari memiliki efek pada ibu mengalami
3. Faktor ayah
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan
syok.
1. Perdarahan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan
perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh
luas dan mungkin pula terjadi perlukaan pada kandungan kemih dan usus.
segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah
2. Komplikasi
Menurut Mitayani (2012), komplikasi yang dialami bergantung pada derajat preeklamsia
1) Eklamsia
2) Solusio plasenta
(DIC).
count)
6) Ablasio retina
2) Premature
3) Asfiksia neonatorum.
3. Pencegahan
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
4. Penanganan Preeklamsia
eklamsia, hendaknya janin lahir hidup serta trauma pada janin seminimal mungkin
(Sofian, 2015
5. KONSEP DASAR SOLUSIO PLASENTA
yang normal dari uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku
minggu atau berat janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta dimulai
pada korpus uteri sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat
b. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau
bebas.
sedang di gendong.
h. Mioma uteri.
k. Perdarahan retroplasenta.
m. Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
1. Kelas 0 : asimptomatik
dan sedikit sekali bahkan tidak ada, perut terasa agak sakit terus-
distress.
3. Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus. Solusio
plasenta sedang dalam hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya
bagian bagian janin sulit diraba, apabila janin masih hidup bunyi jantung
janin telah meninggal, uterus sangat tegang seperti papan dan sangat
koagulopati.
ringan.
tetanik
7. Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
uteroplasenta.
D. Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan
belum terganggu, dan tanda serta gejala pun belum jelas. Kejadian baru
hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang
telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
bertambah besar, sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding
dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban
berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus couvelaire (perut terasa sangat
darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya.
Keadaan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding
uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, akan terjadi anoksia
mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau juga akan mengakibatkan gawat
ginjal, dan keadaan janin. Makin lama penanganan solusio plasenta sampai
antara selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks
karena jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
Perdarahan pada solusio plasenta terutama berasal dari ibu, namun dapat
E. Gejala
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana
dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang
mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3
solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala
sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan
mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika
masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus
janin sukar untuk diraba. Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar
terjadi, walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta
berat.
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya, terjadi sangat tiba-
tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah
ringannya atau luas permukaan maternal plasenta yang terlepas. Belum ada uji
coba yang khas untuk menentukan diagnosisnya. Gejala dan tanda klinisnya
yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan yang berwarna
tua keluar melalui vagina (80% kasus), rasa nyeri perut dan uterus tegang
menunjukkan tanda atau gejala klasik, gejala yang lahir mirip tanda persalinan
prematur saja. Oleh karena itu, kewaspadaan atau kecurigaan yang tinggi
G. Komplikasi
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya
dengan kriteria :
2) Ruptur uteri
c. Retardasi pertumbuhan
d. Anemia
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta, pada prinsipnya adalah
anak :
hidup
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
keseimbangan cairan
perdarahan.
darah segar dalam jumlah besar dan bila perlu fibrinogen dengan
rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam
persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup
dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah
endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
2. Mioma uteri
6. Riwayat abortus
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai
hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi pada perokok berat (> 20
batang/hari).
menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan
mendekati atau menutupi ostoum uteri internum. Endometrium yang kurang baik
juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu
di tempat yang lebih rendah dekat ostium uteri internum. Plasenta previa juga
dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas seperti pada eritroblastosis,
3. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,
Kuret,dll).
hasil konsepsi.
7. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
D. Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum. Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir.
Janin bisa dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous
sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri
internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Risiko
perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan janin bisa dilahirkan secara normal
(Ostium).
3. Tingkat 3, Complete placenta previa: plasenta menutupi ostium waktu
adalah:
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
bagian belakang.
bagian depan.
c. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium
E. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin
juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta
jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian
dari uteri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks
mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang
terlepas.
Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal
yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan
segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti kan terjadi
diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi
dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya minimal, dengan akibat pembuluh
Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi
mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih
banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan
berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian
perdarahan. Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless).
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (pain-less).
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi lebih awal
dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian
terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau
letak rendah perdarahan baru akan terjadi pada waktu mendekati atau mulai
persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada
perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan
atas.
Berhubung tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium uteri internum,
maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk hematom
koagulopati pada plasenta previa. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding
segmen bawah rahim yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas,
akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi
plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa
sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta previa. Plasenta akreta
dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya
elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan
kejadian perdarahan pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga
karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri
lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik.
F. Komplikasi
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada ostium dan
merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien biasanya anemis
karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah. Bahaya plasenta previa adalah :
1. Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan segmen rahim terjadi secara
ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat berulang
dan semakin banyak dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah.
2. Akibat plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen
sebab dari kejadian plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta. Paling ringan
adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum
plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi
retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang
yang pernah seksio sesaria. Dilaporkan plasenta akreta terjadi sampai 10%-35%
pada pasien yang pernah seksio sesaria satu kali dan naik menjadi 60%-65% bila
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai dengan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu
harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual ditempat ini misalnya
pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim
ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta.
Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali
dengan cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim,
maka pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa
5. Kehamilan prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena tindakan
6. Solusio plasenta
8. Infeksi sepsis
C. LATIHAN
Anda pasti telah mempelajari materi di atas dengan dengan seksama dan penuh
konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi tersebut,
kerjakanlah latihan berikutl Anda dianjurkan untuk mencari dan mempelajari:
1. Bagaimana Askep pada masa intranatal dengan komplikasi
D. RANGKUMAN
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada yang
hanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (blighted ovum) dan ada yang berupa janin lahir mati. Mudigah yang mati
tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah
dan isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila
pigmen darah telah diserap sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose dalam hal ini tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma
antara amnion dan korion
E. EVALUASI
7. Tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada wanita dengan dismenore, antara
lain adalah ....
a. mandi air hangat
b. distraksi
c. latihan fisik
d. tidak melakukan aktivitas
8. Respon psikologis seorang wanita yang mengalami sindrom pramentruasi , antara
lain adalah ....
a. nyeri kepala
b. depresi
c. nyeri payudara
d. panik
9. Intervensi keperawatan untuk mengurangi gangguan psikologis pada wanita yang
mengalami sindrom pramenstruasi, antara lain adalah ....
a. tidur yang cukup
b. makan banyak
c. distraksi
d. tidak melakukan aktivitas
10. Hasil yang diharapkan pada wanita yang mengalami endometriosis setelah
mendapatkan tindakan, adalah sebagai berikut ....
a. memahami penyebabnya
b. memahami program pengobatan yang akan dijalani
c. dapat beradaptasi dengan kondisinya
d, mengembangkan dirinya menjadi lebih berman
BAB XIII
RUPTUR UTERI
A. PENDAHULUAN
Kegiatan belajar ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada anda
tentang konsep pada masa intranatal dan pendidikan yang meliputi:
pengertian,jeni Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini diharapkan anda
memahami konsep pada masa intranatal secara umum yang penting dipahami oleh
setiap perawat dalam melaksanakan fungsi dan perannya sebagai perawat
maternitas dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan hak-hak klien sebagai
individu yang harus dilindungi. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar,
diharapkan Anda dapat: Berdasarkan tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar,
maka secara berurutan bahan kajian yang akan dipaparkan dimulai dengan konsep
dasar, dilanjutkan dengan pendidikan kesehatan.
B. URAIAN MATERI
A. Konsep Dasar Ruptur Uteri
1. Pengertian
Ruptur uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang kebidanan
karena angka kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang terjadi di luar
rumah sakit sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum abdomen. Ruptura
uteri masih sering dijumpai di Indonesia karena persalinan masih banyak didorong
oleh dukun. Dukun sebagian besar belum mengetahui mekanisme persalinan yang
Robekan rahim (ruptura uteri) adalah pecahnya dinding rahim sehingga sebagian
plasentanya. Dalam keadaan demikian janin pasti telah meninggal, tetapi masih
2. Klasifikasi
1) Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri gravidarum) Ruptur uteri
yang terjadi karena dinding uterus yang lemah yang dapat disebabkan oleh
2) Ruptur uteri pada waktu persalinan (ruptur uteri intrapartum) Ruptur uteri
pada dinding uterus baik, tapi bagian terbawah janin tidak maju/turun yang
dapat disebabkan oleh versi ekstrasi, ekstraksi forcep, ekstraksi bahu, dan
manual plasenta.
3. Etiologi
a. Ruptur uteri spontan (non violent) Ruptur uteri spontan pada uterus normal
maju. Persalinan yang tidak maju ini dapat terjadi karena adanya rintangan
kecelakaan dan tindakan. Kecelakaan sebagai faktor trauma pada uterus berarti
c. Ruptur uteri jaringan parut Ruptur uteri yang terjadi karena adanya locus
minoris pada dinding uterus sebagai akibat adanya jaringan parut bekas
kali lebih sering menimbulkan ruptur uteri daripada parut bekas seksio sesaria
profunda. Hal ini disebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus
yang merupakan daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas dapat
Menurut Varney, 2001, tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau
tenang.
1. Dramatis
a. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat
memuncak
d. Tanda dan gejala syok Denyut nadi meningkat (cepat dan terus menerus),
tekanan darah menurun, pucat, dingin kulit berkeringat, gelisah atau adanya
perasaan bahwa akan segera menjelang ajal atau meninggal, sesak (napas
g. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada
gerakan dan denyut jantung janin sama sekali tidak terdengar atau masih dapat
didengar.
2. Tenang
g. Hematuri (kadang-kadang)
j. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada serviks atau kontraksi
1. Nyeri
c. Nyeri abdomen bagian bawah bisa muncul bersama kontraksi, atau nyeri
d. Ibu merasa bahwa uterusnya sangat nyeri saat disentuh atau diraba
2. Kontraksi uterus
a. Takikardia
d. Kemungkinan yang terjadi pada ibu: - Tampak dingin dan lembab - Tampak
gelisah, agitasi, atau menarik diri - Berkata bahwa ia takut dan ada sesuatu yang
sebagai cairan amnion bercampur darah atau perdarahan segar. Kadang seperti
D. Penatalaksanaan
dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas transfusi darah. Menghadapi ruptur uteri
keadaan syok
dikurangi
pertolongan
4. Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan
lakukan histerektomi
6. Bila terdapat tanda-tanda infeksi segera berikan antibiotika spektrum luas. Bila
terdapat tanda-tanda trauma alat genetala/luka yang kotor, tanyakan saat terakhir
perlindungan terhadap tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5
ml IM.
1. Pengkajian
a. Identitas Sering terjadi pada ibu yang berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35
tahun.
b. Keluhan utama Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat dingin,
100mmHg ) - Nadi : Normal atau meningkat (100 – 120 kali per menit) -
Lembek atau keras - Kulit : Dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat - Vagina :
Keluar darah, robekan - Kandung kemih : Produksi urin menurun atau berurang.
Diagnosa
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami
abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik
terganggu. Kehamilan ektopik dapat terjadi diluar rahim misalnya dalam tuba, ovarium
atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi didalam rahim misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. Sebagian besar kehamilan ektopik
terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus (Dewi, 2016).
Terjadinya kehamilan ektopik terganggu dapat terjadi secara tiba-tiba pada seluruh kasus
dalam obstetri yang perlu penanganan segera. Perlunya diagnosis dini maupun observasi
klinis sangat diperlukan mengingat pentingnya kelangsungan hidup ibu maupun
ii. Patofisiologi
Salah satu fungsi saluran telur yaitu untuk membesarkan hasil konsepsi (zigot) sebelum
turun dalam rahim, tetapi oleh beberapa sebab terjadi gangguan dari perjalanan hasil
konsepsi dan tersangkut serta tumbuh dalam tuba. Saluran telur bukan tempat ideal untuk
pecahnya pembuluh darah. Gangguan perjalanan hasil konsepsi sebagian besar karena
infeksi yang menyebabkan perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah karena tidak
tertimbun dalam ruang abdomen. Perdarahan tersebut menyebabkan perdarahan tuba yang
dapat mengalir terus ke rongga peritoneum dan akhirnya terjadi ruptur, nyeri pelvis yang
Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba yaitu darah mengalir antara 2 lapisan dari
mesosalping dan kemudian ke ligamentum latum. Perubahan uterus dapat ditemukan juga
pada endometrium. Pada suatu tempat tertentu pada endometrium terlihat bahwa sel-sel
antara sel-sel kurang jelas. Perubahan ini disebabkan oleh stimulasi dengan hormon yang
berlebihan yang ditemukan dalam endometrium yang berubah menjadi desidua. Setelah
janin mati desidua mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotong demi sepotong.
Pelepasan desidua ini disertai dengan perdarahan dan kejadian ini menerangkan gejala
1. Kehamilan tuba merupakan kehamilan ektopik pada setiap bagian tuba fallopi.
Merupakan bagian jenis terbanyak gestasi ekstra uterin yang paling sering terjadi
sekitar 95% dari kehamilan ektopik. Kehamilan tuba akan menghasilkan salah satu
a. Kematian hasil konsepsi dalam stadium dini : hasil konsepsi ini kemudian bisa di
b. Abortus tuba, yaitu hasil akhir yang paling sering ditemukan, bersama-sama hasil
konsepsi (dan kemungkinan pula darah) akan dikeluarkan dari tuba untuk masuk
c. Ruptura tuba : erosi dan akhirnya rupture tuba terjadi kalau hasil konsepsi terus
2. Kehamilan ovarial merupakan kehamilan pada ovarium, perdarahan terjadi bukan saja
disebabkan oleh pecahnya kehamilan ovarium tetapi juga rupture tuba korpus luteum,
torsi dan endometriosis. Meskipun daya akomodasi ovarium terhadap kehamilan lebih
besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium umumnya mengalami ruptur
3. Kehamilan uterus merupakan kehamilan pada uterus tidak pada tempat yang tepat,
pada endometrium kavum uteri sebab implantasi terjadi pada kanalis servikalis
(gestasi pada servikal uteri), diverticulum (gestasi pada invertikulum uteri), kurnua
(gestasi pada kornu uteri), tanduk rudimenter (gestasi pada tanduk rudimenter).
4. Kehamilan servikal adalah jenis dari kehamilan ektopik yang jarang terjadi. Nidasi
terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya hasil konsepsi, serviks
abdominal.
b. Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain misalnya didalam
saluran telur atau ovarium yang selanjutnya berpindah ke dalam rongga abdomen
6. Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan intrauterin yang dapat terjadi dalam waktu
kehamilan intrauterin setelah lebih dahulu terjadi kehamilan ektopik yang telah
mati atau pun ruptur dan kehamilan intrauterin yang terjadi kemudian berkembang
seperti biasa.
7. Kehamilan interstisial yaitu implantasi hasil konsepsi terjadi dalam pars interstitialis
tuba. Kehamilan ini juga disebut sebagai kehamilan kornual (kahamilan intrauterin,
tetapi implantasi plasentanya di daerah kornu, yang kaya akan pembuluh darah.
Karena lapisan miometrium di sini lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-
(bagian yang berada di antara kedua lapisan peritoneum visceral yang membentuk
ligamentum latum).
10. Kehamilan tuboabdominal berasal dari tuba, dimana zigot yang semula mengadakan
kavum peritoneal.
11. Kehamilan tuboovarial digunakan bila kantung janin sebagian melekat pada tuba dan
Gambaran kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun
petugas medis biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan. Pada
1. Amenorhoe
6. Pada pemeriksaan pervagina terdapat nyeri goyang bila serviks digoyangkan dan
Gejala dan tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak tiba-tiba
dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas, sehingga sukar membuat
diagnosisnya, gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik, abortus atau
ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum
E. Penatalaksanaan
ektopik, kondisi anatomis organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro dokter, dan
kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat. Pada keadaan kondisi ibu buruk yaitu
dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik
di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya ditangani dengan menggunakan
nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan adalah tata laksana yang disarankan
1. Umur
Istilah umur diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan
waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat
perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Dorlan 2010 dalam Ekasari, 2015).
Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah usia ibu.
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20 tahun sampai dengan 30 tahun. Kematian maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata dua sampai lima kali lebih
tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.
terjadinya komplikasi dalam kehamilan oleh karena organ reproduksi yang belum
matang dan masih dalam masa pertumbuhan (Komariah dan Nugroho, 2020).
pada tuba yang dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu (Dewi,
2016). Hamil diusia lebih dari 35 tahun juga memiliki risiko tinggi terjadinya
2. Gravida
Gravida adalah jumlah total kehamilan ibu, termasuk kehamilan intrauterine normal,
abnormal, abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Jenis gravida pada ibu
b. Multigravida: wanita yang sudah pernah hamil lebih dari satu kali.
c. Grandemultigravida: wanita yang sudah pernah hamil lima kali atau lebih.
kehamilan ektopik terganggu, hal ini dikaitkan dengan riwayat kehamilan terdahulu
seperti riwayat abortus dan riwayat kehamilan ektopik terdahulu yang merupakan
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita oleh ibu.
terganggu meliputi:
a. Riwayat infeksi menular seksual
klamidia, gonorea dan sebagainya yang timbul karena infeksi bakteri inilah, hasil
konsepsi yang seharusnya menempel pada rahim gagal mencapai rahim dan justru
tumbuh dan berkembang ditempat lain ( Pratiwi, 2019:144). Bila penyakit tersebut
tidak diobati akan menimbulkan adhesi perituba, oklusi tuba, fimbria phimosis
Riwayat kebidanan yang lalu merupakan riwayat kehamilan, persalinan dan masa
nifas. Riwayat kebidanan yang lalu yang merupakan faktor risiko kehamilan ektopik
c. Riwayat abortus
karena terjadinya infeksi pada rahim yang tidak ditangani atau kerusakan dinding
rahim terutama pada abortus berulang (Dewi, 2016). Infeksi yang tidak ditangani
kinking pada tuba (sumbatan akibat saluran tuba yang terbelit) dan menyempitkan
5. Riwayat kontrasepsi
Salah satu faktor risiko kehamilan ektopik terganggu adalah kegagalan penggunaan
(sterilisasi tuba), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), kontrasepsi darurat (EC)
estrogen dosis tinggi, dan minipills yang hanya mengandung progestin (Aling dkk.,
2014). Kegagalan tubektomi menyebabkan sperma dan sel telur masih dapat bertemu
namun kerusakan pada tuba dapat mengakibatkan terhambatnya hasil pembuahan
untuk bernidasi pada endometrium kavum uteri (Khairani, 2018). Kegagalan AKDR
yaitu terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi kedalam kavum uteri. Kegagalan
alat kontrasepsi yang mengandung estrogen tinggi atau hanya progesteron berkaitan
dengan faktor fungsional yaitu berubahnya motilitas tuba karena perubahan hormon
6. Riwayat merokok
Wanita hamil yang dalam masa kehamilannya terpajan asap rokok berisiko lebih
tinggi untuk mengalami komplikasi. Wanita hamil yang terpajan asap rokok memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik (Dewi, 2016: 55).
A. Pengertian
Mola hidatidosa merupakan suatu kehamilan yang tidak wajar, yang sebagian atau
histologis ditandai oleh kelainan vili korionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas
dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. MH biasanya terletak di rongga
Walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak abad keenam, tetapi sampai sekarang
pengetahuan tentang faktor resiko menjadi penting agar dapat menghindari terjadinya
MH, seperti tidak hamil di usia ekstrim dan memperbaiki gizi (Martaadisoebrata,
2005).
C. Patogenesis
Ada beberapa teori yang diajukan menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas.
darah akibat matinya embrio pada minggu ke 3-5 (missed abortion), sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenhim vili dan terbentuklah kista-kista kecil
yang makin lama makin besar, sampai pada akhirnya terbentuklah gelembung mola.
Sedangkan proliferasi trofoblas merupakan akibat dari tekanan vili yang oedemateus
adalah adanya jaringan trofoblas yang abnormal, baik berupa hiperplasia, displasi
maupun neoplasi. Bentuk abnormal ini disertai pula dengan fungsi yang abnormal,
dimana terjadi absorbsi cairan yang berlebihan ke vili. Keadaan ini menekan
2005).
Reynolds mengatakan bahwa, bila wanita hamil, terutama antara hari ke 13 dan 21,
kekurangan gizi ini akan menyebabkan kematian embrio dan gangguan angiogenesis,
yang pada gilirannya akan menimbulkan perubahan hidrofik (Martaadisoebrata,
2005).
Teori yang sekarang dianut adalah teori sitogenetik. Seperti diketahui, kehamilan
yang sempurna harus terdiri dari unsur ibu yang akan membentuk bagian embrional
(anak) dan unsur ayah yang diperlukan untuk membentuk bagian ekstraembrional
Imprint gen mempunyai peranan yang penting pada perkembangan MH. Pencetakan
satu set gen yang dicetak secara maternal dan gen lain dicetak secara paternal. Pada
MH, dua set gen yang dicetak secara paternal. Pada keadaan ini trofoblas displasia,
Studi yang dilakukan pada mencit memperlihatkan bahwa gen yang berasal dari
paternal mempunyai peranan dalam perkembangan plasenta dan gen yang berasal dari
genetik paternal dapat menyebakan proliferasi trofoblas yang berlebihan. Pada MHK
hanya punya DNA paternal sehingga terjadi proliferasi trofoblas yang banyak bila
D. Faktor Resiko
1. Usia ibu
Peningkatan resiko untuk MHK karena kedua usia reproduksi yang ekstrim
(terlalu muda dan terlalu tua) (Daftary, 2006). Menurut Kruger TF, hal ini
TF, 2007). Ovum patologis terjadi karena gangguan pada proses meiosis, sehingga
ovum tidak memiliki inti sel (Martaadisoebrata, 2005). Jika ovum patologis
tersebut dibuahi oleh satu sel sperma maka karyotipe yang dihasilkan adalah
46,XX homozigot dan ini adalah karyotipe tersering yang ditemukan pada MHK
(90%) (Berek, 2007). Menurut Berek, ovum dari wanita yang lebih tua lebih
untuk MHK meningkat 2,0 kali lipat untuk wanita yang lebih tua dari 35 tahun
dan 7,5 kali lipat untuk wanita yang lebih tua dari 40 tahun (Berek, 2007).
2. Status gizi
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan
keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang
dan perkembangan janinnya (Saleh, 2005). Studi kasus kontrol dari Italia dan
Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa asupan makanan rendah karoten dapat
Faktor diet, karena itu, sebagian dapat menjelaskan variasi regional dalam insiden
(Berek, 2009).
3. Riwayat obstetri
Resiko untuk MHK dan MHP meningkat pada wanita dengan riwayat aborsi
merupakan faktor resiko yang kuat (Berek, 2009). Ibu multipara cenderung
4. Genetik
Faktor resiko lain yang mendapat perhatian adalah genetik. Hasil penelitian
sitogenetik Kajii et al dan Lawler et al, menunjukkan bahwa pada kasus MH lebih
normal (4,6% dan 0,6%). Ada kemungkinan, pada wanita dengan kelainan
sitogenetik seperti ini, lebih banyak mengalami gangguan proses meiosis berupa
nondysjunction, sehingga lebih banyak terjadi ovum yang kosong atau intinya
Resiko untuk mola parsial dihubungkan dengan penggunaan kontrasepsi oral dan
lebih dari 2 kali lipat (Berek, 2009). Pada salah satu penelitian efek ini terbatas
pada pengguna estrogen dosis tinggi, meskipun pada penelitian yang lain
menyebutkan pil tidak berefek pada komplikasi pascaMH (Hoskins WJ, 2005).
6. Golongan darah
Ibu dengan golongan darah A dan ayah dengan golongan darah A atau O memiliki
Penemuan ini mendukung faktor genetik atau faktor imunologik berkaitan dengan
merokok lebih dari 15 batang per hari adalah 2,6 dibandingkan 2,2 pada wanita
yang merokok kurang dari 15 batang per hari. Lama waktu merokok berhubungan
dengan insiden GTD. Peran alkohol dan infeksi (Human Papilloma virus,
E. Klasifikasi
MHK merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya
edema stroma vili tanpa vaskularisasi disertai hiperplasia dari kedua lapisan
trofoblas (Sastrawinata S, 2004). Pada waktu yang lalu MHK rata-rata terjadi pada
usia kehamilan 16 minggu, tetapi pada saat ini dengan kemajuan teknologi
ultrasonografi, MHK dapat didetiksi pada usia kehamilan yang lebih muda. Secara
klinis tampak pembesaran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan dan pasien
melihatkan gejala toksik kehamilan. Abortus terjadi dengan perdarahan abnormal
Merupakan keadaan dimana perubahan mola bersifat lokal serta belum begitu jauh
dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion. Umumnya janin mati
F. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan
Perdarahn uterus hampir bersifat universal, dan dapat bervariasi dari bercak
sampai perdarahn berat. Perdarahan mungkin terjadi sesaat sebelum abortus atau,
yang lebih sering, terjadi secara intermitten selama beberapa minggu sampai
bahkan bulan. Efek delusi akibat hipervolumia yang cukup berat dibuktikan
perdarahan berat yang tertutup di dalam uterus. Anemia defisiensi besi sering
kurangnya asupan gizi karena mual dan muntah disertai meningkatnya kebutuhan
2. Ukuran Uterus
Uterus sering membesar lebih cepat daripada biasanya. Ini adalah kelainan yang
etrsering dijumpai, dan pada sekitar separuh kasus, ukuran uterus jelas melebihi
sangat membesar akibat kista-kista teka lutein sehingga sulit dibedakan dari uterus
3. Aktivitas janin
Walaupun uterus cukup membesar sehingga mencapai jauh di atas simfisis, bunyi
sementara plasenta lain dan janinya tampak normal, demikian juga, walaupun
sangat jarang, plasenta mungkin mengalami perubahan mola yang luas tetapi
4. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum yang ditandai dengan mual dan muntah yang berat.
Keluhan hiperemesis terdapat pada 14-18% kasus pada kehamilan kurang dari 24
minggu dan keluhan mual muntah terdapat pada MH dengan tinggi fundus uteri
lebih dari 24 minggu. Pada kehamilan MH, jumlah hormon estrogen dan
(Manuaba, 2008).
Pada banyak kasus MH, ovarium mengandung banyak kista teka lutein yang
gonadotropin korion (hCG) dalam jumlah besar, dapat mengalami torsio infark,
dan perdarahan. Karena kista mengecil setelah melahirkan, ooferektomi jangan
dilakukan, kecuali jika ovarium mengalami infark yang luas (Leveno KJ, 2004).
C. LATIHAN
Anda pasti telah mempelajari materi di atas dengan dengan seksama dan penuh
konsentrasi. Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi tersebut,
kerjakanlah latihan berikutl Anda dianjurkan untuk mencari dan mempelajari:
1. Bagaimana Askep pada ibu dengan kegawatan ruptur uteri
D. RANGKUMAN
Ada beberapa teori yang diajukan menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas.
darah akibat matinya embrio pada minggu ke 3-5 (missed abortion), sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenhim vili dan terbentuklah kista-kista kecil
yang makin lama makin besar, sampai pada akhirnya terbentuklah gelembung mola.
Sedangkan proliferasi trofoblas merupakan akibat dari tekanan vili yang oedemateus
adalah adanya jaringan trofoblas yang abnormal, baik berupa hiperplasia, displasi
maupun neoplasi. Bentuk abnormal ini disertai pula dengan fungsi yang abnormal,
dimana terjadi absorbsi cairan yang berlebihan ke vili. Keadaan ini menekan
2005).
E. EVALUASI
1. Yang tidak diharapkan bagi wanita maupun pria terkena Penyakit Menular
Seksual, adalah ....
a. penderitaan
b. sakit berkepanjangan
c. kemandulan
d. kematian
2. Peningkatan angka kejadian PMS , disebabkan beberapa fakor antara lain ....
a. seks bebas
b. kemiskinan
c. gaya hidup
d. pengangguran
3. Promosi kesehatan pada kelompok resiko tinggi terkena PMS, adalah dengan ....
a. pencegahan infeksi ulang
b. perilaku seks yang aman
c. penatalaksanaan infeksi
d. makan banyak
4. Penyebab dan faktor predisposisi terkena kanker serviks antara lain ....
a. virus HPV tipe 16 da 18
b. menikah kurang lebih usia 25 tahun
c. ganti–ganti pasangan
d. tidak ada yang terkena kanker serviks dalam keluarga
5. Tujuan penanggulangan kanker pada pasien yang mengalami, agar dapat hidup
nyaman, antara lain adalah ....
a. deteksi dini
b. pengobatan (kuratif)
c. pencegahan terkena kanker
d. mengatasi nyeri
6. Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks dengan cara ....
a. vaksinasi
b. pemeriksaan darah
c. pap smear
d. pemeriksaan vagina
7. Gejala wanita yang sudah memasuki masa premenopause adalah ....
a. ketidakstabilan Vasomotor
b. keletihan
c. nyeri kepala
d. gangguan emosi
8. Intervensi keperawatan pada wanita yang mengalami gejala–gejala premenopause,
dengan cara ....
a. olah raga teratur
b. istirahat yang cukup
c. pendekatan spiritual
d. makanan seimbang
9. Perubahan pola seksual pada wanita yang sudah memasuki premenopause,
disebabkan karena ....
a. kering pada daerah vagina
b. iritasi
c. dispareunia
d. banyak lendir
10. Intervensi keperawatan untuk mengatasi perubahan pola seksual pada wanita yang
sudah memasuki masa menopause dengan cara ....
a. konseling pasangan
b. menggunakan pelumas pada waktu melakukan hubungan seks
c. olah raga teratur
d. menjaga keharmonisan dengan pasangan