Anda di halaman 1dari 7

PENINGKATAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MOBILISASI

DINI DI RUANGAN BEDAH DAN VIV DI RSU MAYJEN AH THALIB


KERINCI TAHUN 2018

Ns. Soviarni, M.kep

Akademi Keperawatan Bina Insani Sakti, Provinsi Jambi

Email Korespondensi: Renitrevia@gmail.com

ABSTRAK

Prevalensi pasien yang manjalani pembedahan dari tahun ke tahun mengalami


peningkatan yang sangat signifikan. Tercatat pada tahun 2011 terdapat 140 juta
pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar 148 juta jiwa (Sartika, 2013 dalam Hartoyo, 2015). Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2009,
tindakan pembedahan menempati urutan yang kesebelas dari 50 penyakit di
rumah sakit se-Indonesia dengan persentase 12,8% yang diperkirakan 32%
merupakan bedah laparatomi (Kusumayanti, 2014). Data laparatomi Indonesia
meningkat setiap tahun dari 162 pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun
2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007 (Hartoyo, 2015).Komplikasi tindakan
pembedahan diperkirakan berjumlah 3-16% dengan kematian 0,4-0,8% di negara-
negara maju. Hampir tujuh juta pasien mengalami komplikasi mayor termasuk
satu juta orang yang meninggal selama atau setelah tindakan pembedahan per
tahun. Angka komplikasi tindakan pembedahan di negara berkembang
diperkirakan jauh lebih tinggi. Angka kematian pasien akibat pembedahan di
negara-negara berkembang berkisar 5- 10% dan angka komplikasi sekitar 3-
16%.Menurut Haryanti, dkk (2013) jumlah pasien dengan tindakan operasi yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun dapat mempengaruhi peningkatan
komplikasi pasca operasi seperti resiko terjadinya infeksi luka operasi dan infeksi
nosokomial. Pasien post operasi laparatomi yang tidak mendapatkan perawatan
maksimal setelah pasca bedah dapat memperlambat penyembuhan dan
menimbulkan komplikasi (Depkes, 2010).

Kata kunci : Peningkatan Pengetahuan Perawat Tentang Mobilisasi Dini di


Ruang Bedah dan VIV RSU Mayjen AH Thalib Kerinci Tahun 2018
ABSTRACT

The prevalence of patients undergoing surgery from year to year has increased
very significantly. It was recorded that in 2011 there were 140 million patients in
all hospitals in the world, while in 2012 there was an increase of 148 million
people (Sartika, 2013 in Hartoyo, 2015). According to the Ministry of Health of
the Republic of Indonesia (Depkes RI) in 2009, surgery ranks eleventh out of 50
diseases in hospitals throughout Indonesia with a percentage of 12.8% which is
estimated to be 32% of laparotomy surgery (Kusumayanti, 2014). Indonesian
laparotomy data increases every year from 162 in 2005 to 983 cases in 2006 and
1,281 cases in 2007 (Hartoyo, 2015). Surgical complications are estimated at 3-
16% with 0.4-0.8% mortality in the country. -developed countries. Nearly seven
million patients experience major complications, including one million who die
during or after surgery per year. The rate of surgical complications in developing
countries is estimated to be much higher. According to Haryanti, et al (2013) the
increasing number of patients with surgery from year to year can affect the
increase in postoperative complications such as risk of surgical wound infection
and nosocomial infection. Post-operative laparotomy patients who do not get
maximum post-operative care can delay healing and cause complications (MOH,
2010).

Keywords : Increased Knowledge of Nurses About Early Mobilization in the


Surgical Room and VIV RSU Mayjen AH Thalib Kerinci in 2018
1. PENDAHULUAN
Berdasarkan data (WHO), menunjukkan bahwa Prevalensi
kejadian gastritis diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26.4%
masyarakat dunia mengidap gastritis, angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29.2% ditahun 2020. Dari 972 juta pengidap gastritis,
333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya berada di negara
berkembang. Prevalensi gastritis tertinggi berada di daerah Afrika yaitu
46% orang dewasa berusia di atas 25 tahun telah didiagnosis gastritis,
sehingga hipertensi masih menjadi permasalahan Kesehatan di Dunia yang
membutuhkan perhatian (WHO, 2017).
Prevelansi kejadian gastritis berdasarkan hasil Riskesdas tahun
2018 adalah 34.1%. Angka tersebut lebih tinggi di bandingkan tahun 2013
yang menyentuh angka Prevalensi 25.8%. Hasil tersebut merupakan
kejadian hgastritis berdasarkan hasil pada masyarakat Indonesia berusia 18
tahun ke atas (Kemenkes RI, 2018).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung
(munandar,2002) Lambung merupakan serangan awal mula terjadinya
berbagai macam penyakit. Pola makan yang tampak sepele ternyata
memiliki efek yang dahsyat (Suwardi, 2019). Pola makan sehat
akan meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup bagi orang yang
mampu mengembangkan kebiasaan yag baik dan dan berfokus untuk
hidup sehat (Rafani, 2020). Namun demikian, permasalahan pola makan
justru kerap dikesampingkan. Jika lapar, tingal maka. Bila haus, tinggal
minum. tidak ada masalah. Kualitas dan kuantitas akan dan minum tidak
terlalu diperhatikan. Kini, orang lebih gemar mengkonsumsi makanan
instan serta makanan olahan (junk food) dari pada makanan segar alami,
seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang bernilai gizi tinggi. Bahkan,
gejalanya baru muncul setelah bertahun-tahun (Suwardi, 2019).
2. MASALAH
Alasan kami memilih tempat kegiatan karena di wilayah kerja
depatiVII adalah karena banyak keluarga belum mengetahui bagaimana
cara mangatasi gastritis Selain itu, pengetahuan masyarakat tentang
gastritis masih sangat minim. Dan tujuan khusus dari penatalaksanaan dan
pelatihan singkat ini adalah agar masyarakat dengan gastritis mengerti dan
memahami bagaimana cara mengatasi gastritis

Gambar 2.1 Peta Lokasi Kegiatan Pengbdian Kepada Masyarakat.

3. METODE
a. Tujuan Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan adalah pembuatan preplanning, persiapan
penyajian leaflet. Pembuatan leaflet dimulai pada hari sabtu 2 Januari
2021, pada tanggal 4 Januari 2021 dilakukan pengecekan untuk
persiapan penatalaksanaan dan pelatihan singkat dalam mengatasi
gastritis.
b. Tahap pelaksanaan
Acara ini dengan dengan pemberitahuan kepada puskesmas depati VII
untuk mengarahkan masyarakat dengan hipertensi untuk berkumpul.
Dan dilanjutkan dengan Pencegahan dan Penanganan Gastritis
c. Evaluasi
1) Struktur
Peserta hadir sebanyak 45 orang dengan gastritis di wilayah kerja
puskesmas depati VII. Setting tempat sudah sesuai dengan rencana
yang dibuat dan perlengkapan yang dilakukan untuk penyuluhan
sudah tersedia dan sudah digunakan sebagaimana mestinya.
Penggunaan bahasa yang digunakan sudah komunikatif dalam
penyampaiannya, masyarakat dapat memahami materi yang sudah
disampaikan tim pengabdian masyarakat dan dapat memfasilitasi
audiensi selama berjalannya penyuluhan.
2) Proses
Pelaksanaan kegiatan jam 08.30 wib s/d selesai. Sesuai dengan
jadwal yang telah direncanakan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Metode pelaksanaan dalam kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4
Januari 2021 di Aula puskesmas depati VII ”. Pelaksanaan dan pelatihan
singkat ditujukan pada masyarakat dengan gastritis yang belum tahu cara
mengatasi gastritis . Media dan alat yang disediakan berupa leaflet.
Metode yang digunakan adalah penyuluhan, tanya jawab atau
evaluasi.Berikut gambar pelaksanaan kegiatan :

Gambar 2.2 Foto Kegiatan PKM

Gambar 2.3 Kegiatan PKM


Gambar 2.4 Selesai Kegiatan PKM

5. Kesimpulan
a. Dari hasil kegiatan penyuluhan pada masyarakat tentang cara
Pencegahan dan Penanganan Gastritis
dapat disimpulkan :
b. Terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang cara Pencegahan
dan Penanganan Gastritis
c. Terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang cara Pencegahan
dan Penanganan Gastritis
6. DAFTAR PUSTAKA
Achjar, H. A. Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:
Sagung Seto
Budiono & Pertami, Sumirah Budi. (2017). Konsep Dasar Keperawatan:
Bumi Medika
http://jurnal.syrdzasaintika.ac.id : 2 Desembaer 2016
Junaedi Edi Dkk. (2013),gastritis Kandas Berkat Herbal, Ciganjur,
Jagakarsa, Jakarta Selatan: FMedia
Kardiyudiani, Ni Ketut & Susanti, Dwi Ayu Brigitta. (2019). Keperawatan
Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Pustaka Baru

Anda mungkin juga menyukai