Anda di halaman 1dari 36

Tugas Kelompok

Mata kuliah : Pemeriksaan Fisik Ibu dan Bayi


Dosen : Sutrani Syarif, S.ST., M. Keb

PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN DAN OBSTETRIC


SERTA KETERAMPILAN DALAM KOMUNIKASI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I

1. NOVIANTIKA LESTARI A1A221248


2. FITRIANI A1A221201
3. NURFAHIMA A1A221174
4. PUTRI THENRI PHADA A1A221119
5. NURMALIZA A1A221095
6. SULFITRIANI H A1A221094
7. NIKMA A1A221093
8. DESI RATNAH SARI A1A221091
9. MANSRIANI A1A221090
10. DEWI SARTIKA A1A221089
11. ARWAENA A1A221209

PROGRAM STUDY S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena


dengan berkat dan karunianyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah
Pengkajian Riwayat Kesehatan Dan Obstetric Serta Keterampilan Dalam
Komunikasi. Penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai
pihak dan kerjasama kelompok atas keberhasilan penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi
media untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan untuk memahami
dampak persalinan terhadap status kesehatan mental perempuan.

Makassar, 10 November 2021


Tim penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMPAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asuhan Kehamilan (Antenatal Care) .......................................................... 6
2.2 Pengkajian Riwayat Kesehatan dan Obstetric ........................................... 12
2.3 Keterampilan dalam Komunikasi ............................................................ 21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 34
3.2 Saran........................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah proses fisiologi yang normal di alami wanita.
Namun demikian bidan sebagai tenaga kesehatan yang memfasilitasi seorang
ibu hamil haruslah faham dan mengerti dengan benar tentang konsep
kehamilan dan asuhannya sehingga dapat memberikan asuhan sesuai dengan
batas kewenangannya (Khasanah Y, Wahyuni F, 2020).
Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilaksanakan
oleh bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggungjawab
bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan
dan/atau masalah kebidanan meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi
dan keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta
pelayanan kesehatan masyarakat (Asrinah, dkk, 2017).
Khususnya dalam Kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana,
bidan memberikan minimal 6 kali pelayanan antenatal selama masa hamil.
Pelayanan antenatal diberikan selama masa hamil secara berkala sesuai
dengan pedoman pelayanan antental yang telah ditentukan untuk memelihara
serta meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat menyelesaikan kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi
sehat. Pelayanan antenatal yang berkualitas dimulai dari pelayanan di tempat
pendaftaran, pelayanan kesehatan, meliputi anamnese, pelayanan fisik
maupun laboratorium, penyuluhan perorangan atau konseling sampai dengan
pelayanan obat dan atau rujukan. Proses pelayanan tersebut dipengaruhi
tenaga profesional, dana, sarana dan prosedur kerja yang tersedia agar
mendapatkan kualitas yang baik. Kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir
memiliki hubungan yang erat. Sangatlah penting bahwa semua kelahiran
dibantu oleh tenaga kesehatan profesional, karena penanganan dan

4
pengobatan yang tepat waktu dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati
bagi ibu dan juga bayinya (WHO, 2019).
Pemerintah bersama masyarakat beranggung jawab untuk menjamin
bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih dan perawatan pasca perslinan bagi ibu dan bayi. Salah satu
upaya tenaga Kesehatan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas yaitu
melalui komunikasi atau konseling. Konseling merupakan proses pemberian
informasi kepada klien secara objektif dan lengkap. Pemberian layanan
konseling perlu mempunyai panduan keterampilan konseling, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik (Febriati, L, 2021).

1.2 Rumusan Masalah


A. Bagaimana asuhan kebidanan pada masa kehamilan?
B. Bagaimana pengkajian riwayat kesehatan dan obstetric?
C. Bagaimana keterampilan dalam komunikasi?

1.3 Tujuan Masalah


A. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada masahan kehamilan.
B. Untuk mengetahui pengkajian riwayat kesehatan dan obstetric.
C. Untuk mengetahui keterampilan dalam komunikasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Asuahan Kehamilan (Antenatal Care)


A. Pengertian Antenatal Care
Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) adalah suatu program
yang terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada
ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan
yang aman dan memuaskan (Herinawati, dkk, 2021).
Pemeriksaan Antenatal (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) adalah suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu
hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang
aman dan memuaskan (Dartiwen, Nurhayati Y, 2019).
B. Tujuan Antenatal Care
Tujuan asuhan kebidanan dalam kehamilan prinsipnya memberi
pelayanan atau bantuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga. Kegiatan yang dilakukan di dalam
pelayanan kebidanan dapat berupa upaya peningkatan, pencegahan,
penyembuhan, dan pemulihan (Dartiwen, Nurhayati Y, 2019).
Tujuan antenatal care adalah menurunkan atau mencegah
kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Tujuan tersebut akan
tercapai apabila ibu hamil patuh dalam melakukan pemeriksaan
kehamilan (Cahyati Y, Susanti, 2021).
Tujuan utama asuhan antenatal adalah sebagai berikut:
1. Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
2. Mempersiapkan kelahiran.
3. Memberikan pendidikan.

6
Adapun tujuan asuhan antenatal lainnya adalah:
1. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi yang normal.
2. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan
penatalaksanaan yang diperlukan.
3. Membina hubungan yang saling percaya antara ibu dan bidan dalam
rangka mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan
logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya
komplikasi.
4. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif
berjalan normal.
5. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam
memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal
Apabila ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka
tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baikatau
mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetrik yang dapat
membahayakan kehidupan ibu atau janinnya (Herinawati, dkk, 2021).
Kepatuhan pemeriksaan kehamilan selain didukung oleh
pengetahuan juga didukung faktor-faktor lain. Faktor yang mendukung
kepatuhan yaitu pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan
dan sosial, perubahan model terapi, dan meningkatkan interaksi
profesional kesehatan dengan pasien. Ketidakpatuhan dapat disebabkan
karena kurangnya pemahaman tentang instruksi, rendahnya kualitas
interaksi tenaga kesehatan dengan pasien, adanya isolasi sosial dan
keluarga, dan keyakinan sikap dan kepribadian yang tidak mendukung
Menurut (Cahyati Y, Susanti, 2021).
C. Standar Pelayanan Asuhan Antenatal
Pemeriksaan Antenatal Care terbaru sesuai dengan standar
pelayanan yaitu minimal 6 kali pemeriksaan selama kehamilan, dan
minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter pada trimester I dan III. 2 kali
pada trimester pertama (kehamilan hingga 12 minggu), 1 kali pada

7
trimester kedua (kehamilan diatas 12 minggu sampai 26 minggu), 3 kali
pada trimester ketiga (kehamilan diatas 24 minggu sampai 40 minggu)
(Buku KIA Terbaru Revisi tahun 2020).
Ibu hamil wajib melakukan Screening COVID 19 dengan Rapid
test yaitu 7 hari sebelum persalinan/hari perkiraan persalinan, jika rapid
test menunjukan hasil reaktif maka ibu hamil dianjurkan untuk SWAB
test dan persalinan dilakukan di Rumah 18 sakit rujukan (Kemenkes,
2020).
Penerapan praktek sering dipakai standart minimal perawatan
Antenatal Care yang disebut 14 T yaitu:
1. Timbang berat badan dan mengukur tinggi badan
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelu
hamil dihitung dari trimester 1 sampai trimester 3 yang berkisar
anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang
tergolong normal adalah 0,4-0,5 kg tiap minggu mulai trimester 2.
Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi
faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan
keadaan rongga panggul.
2. Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan
darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi
disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria).
3. Ukur Lingkar Lengan Atas (LiLA).
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk
skrining ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang
energi kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan
dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

8
4. Hitung Denyut Jantung Janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit
atau DJJ cepat lebih dari 160/menit menunjukkan adanya gawat
janin.
5. Ukur tinggi fundus uteri
Pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah
menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa
di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir
(HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan.TFU yang normal
harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam
HPHT.
6. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Pemberian Imunisasi TT Imunisasi harus segera di berikan
pada saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama
dan dilakukan pada minggu ke-4.
7. Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus
mendapat tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
diberikan sejak kontak pertama.
8. Tes terhadap penyakit seksual menular
a. Tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko
tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.
b. Pemeriksaan HIV/AIDS
Pemeriksaan HIV/AIDS terutama untuk daerah dengan
risiko tinggi kasus HIV/AIDS dan ibu hamil yang dicurigai
menderita HIV/AIDS. Ibu hamil setelah menjalani konseling
kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV/AIDS.

9
Pengujian dan Konseling (Provider-initiated testing and
counselling) untuk HIV harus dianggap sebagai komponen rutin
paket perawatan untuk ibu hamil di semua pengaturan perawatan
antenatal. Dalam pengaturan dengan prevalensi rendah, PITC
dapat dipertimbangkan untuk wanita hamil dalam pengaturan
perawatan antenatal sebagai komponen kunci dari upaya untuk
menghilangkan penularan HIV dari ibu ke anak, dan untuk
mengintegrasikan tes HIV dengan sifilis, tes virus atau tes kunci
lainnya, yang relevan dengan pengaturan, dan untuk memperkuat
sistem kesehatan ibu dan anak yang mendasarinya (WHO, 2016).
c. Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi
Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain
pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
9. Tes glukosa
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal
sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali
pada trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
10. Tes Hemoglobin dan golongan darah
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester
ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil
tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena
kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin
dalam kandungan. Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak
hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga
untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

10
11. Tes protein urine
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu
hamil.
12. Tentukan Presentasi Janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II
dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke
panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah
lain.
13. Pemberian obat malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
14. Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil
pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu
hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai
dengan sistem rujukan (Sungkar A, Surya, 2020).

11
2.2 Pengkajian Riwayat Kesehatan dan Obstetric
A. Pengkajian Data
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi
keadaan klien. Data ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan data objektif
serta data penunjang
1. Identitas Klien
a. Nama suami/istri
Pengkajian nama dilakukan untuk mengenali ibu dan suami
serta menghindari terjadinya kekeliruan dengan klien yang lain
b. Umur
Pengkajian umur dilakukan untuk mengetahui pengaruh
atau resiko umur terhadap permasalahan kesehatan klien. Umur
yang terlalu lanjut (> 35 tahun) atau terlalu muda (< 20 tahun),
maka persalinan lebih banyak resikonya. Risiko itu bisa terjadi
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap bayi yang
dikandungnya. Resiko ini bisa terjadi karena pertumbuhan linear
atau tinggi badan, pada umunya baru selesai pada usia 16-18
tahun (Handayani N, dkk, 2021).
Pertumbuhan itu kemudian dilanjutkan dengan pematangan
pertumbuhan rongga panggul beberapa tahun setelah
pertumbuhan linear selesai, dan pertumbuhan linear itu selesai
pada umur sekitar 20 tahun. Akibatnya, seorang ibu hamil yang
usianya belum menginjak 20 tahun, mungkin saja akan
mengalami berbagai komplikasi persalinan, serta gangguan
penyelesaian pertumbuhan optimal. Hal ini dikarenakan, proses
pertumbuhan dirinya sendiri memang belum selesai, serta karena
berbagai asupan gizi tidak atau belum mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan dirinya yang memang masih tumbuh,
sedangkan seorang perempuan yang mengalami kehamilan

12
pertama pada usia 35 tahun lebih, juga amat beresiko (Handayani
N, dkk, 2021).
Pada usia lebih dari 35 tahun, seorang yang mengalami
kehamilan akan lebih mudah terserang penyakit. Organ
kandungan pada perempuan itu kan semkin menua, serta jalan
lahir semakin kaku, Pada Usia lebih dari 35 tahun, ada resiko
untuk mendapatkan anak cacat, serta terjadi persalinan macet, dan
perdarahan pada ibu hamil akan terbuka lebih besar (Handayani
N, dkk, 2021).
c. Agama
Pengkajian mengenai agama digunakan untuk
mengidentifikasi kepercayaan klien yang berhubungan dengan
kehamilan. Pada saat keadaan yang gawat, penolong dapat
melakukan antisipasi dengan siapa harus berhubungan.
d. Suku/Ras
Pengkajian mengenai suku dilakukan agar mengetahui
kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi perilaku Kesehatan
e. Pekerjaan
Pekerjaan perlu untuk ditanyakan agar mengetahui
kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan
kesehatan klien. Pekerjaan klien dapat menunjukkan taraf hidup
dan sosial ekonominya agar nasehat yang diberikan dapat sesuai.
f. Pendidikan
Pendidikan klien perlu ditanyakan untuk mengetahui
tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang.
g. Alamat
Pengkajian mengenai alamat dilakukan agar dapat
mengetahui tempat tinggal klien dan mengetahui keadaan
lingkungannya. Data mengenai alamat juga memudahkan dalam
menghubungi keluarga apabila ada hal mendesak.

13
2. Keluhan Utama
Pada kasus kehamilan data yang harus ditanyakan adalah hal
yang mendorong klien datang untuk memeriksakan kehamilannya.
Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui keluhan utama klien yang
meliputi pertanyaan mengenai apa yang klien rasakan, sejak kapan,
berapa lama, apakah mengganggu kegiatan sehari-hari. Keluhan yang
sering terjadi pada saat kehamilan trimester 3, antara lain:
a. Peningkatan frekuensi berkemih
Pembesaran uterus menekan kandung kemih, menimbulkan
rasa ingin berkemih walaupun kemih hanya berisi sedikit urine.
b. Nyeri pinggang dan punggung bagian bawah
Terjadi relaksasi ringan dan peningkatan mobilitas sendi
panggul normal selama asa hamil, pemisahan simphisis pubis, dan
ketidakstabilan sendi akroiliaka yang besar dapat menimbuilkan
nyeri dan kesulitas berjalan
c. Konstipasi
Terjadi relaksasi pada usus halus sehingga penyerapan
makanan menjadi lebih maksimal. Relaksasi juga terjadi pada
usus besar sehingga penyerapan air menjadi lebih lama.
d. Edema
Terjadi gangguan sirkulasi darah akibat pembesaran dan
penakanan uterus terutama pada vena cava inferior ketika
berbaring; peningkatan penyerapan kapiler
3. Riwayat Menstruasi
Data yang harus diperoleh dari riwayat menstruasi adalah
menarche (usia pertama kali menstruasi), siklus menstruasi, volume
(banyaknya menstruasi), lama saat menstruasi, keluhan disaat
mengalami menstruasi.
Riwayat menstruasi berpengaruh pada tafsiran persalinan apakah
maju lebih awal atau mundur dari tafsiran persalinan tersebut. Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT) diperlukan untuk menetukan usia

14
kehamilan, cukup bulan/ prematur. Tafsiran Persalinan (TP)
digunakan untuk menentukan perkiraan bayi dilahirkan, dimana
dihitung dari HPHT.
4. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan perlu ditanyakan untuk mengetahui
pengaruh riwayat perkawinan terhadap permasalahan kesehatan klien.
Data riwayat pernikahan ini juga untuk membantu menentukan
bagaimana keadaan alat reproduksi klien.
Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada klien mengenai riwayat
perkawinannya adalah:
a. Banyak pernikahan: kali
b. Usia pernikahan: tahun
c. tatus pernikahan: (sah/tidak)
d. Lama pernikahan: (tahun/bulan)
B. Pengkajian Riwayat Kesehatan klien
Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status
kesehatan/penyakit yang dialami ibu hamil.
1. Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan. Termasuk dalam
klasifikasi ini adalah hyperemesis gravidarum,
preeklampsi/eklampsia, kelainan lammnya kehamilan, kehamilan
ektopik, kelainan plasenta atau selaput janin, pendarahan antepartum
dan gemelli.
2. Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan
kehamilan. Terdapat hubungan timbal balik dimana penyakit ini dapat
memperberat serta mempengaruhi kehamilan atau penyakit ini dapat
diperberat oleh karena kehamilan. Contoh yang termasuk dalam
kategori ini adalah:
a. Penyakit atau kelainan alat kandungan; varises vulva, kelainan
bawaan, edema vulva, hematoma vulva, peradangan, gonorea,
trikomonisiasis vaginalis, kandidiasis, amoebiasis, DM,
bartholinitis, kista bartholini, kondilomata akuminata, fistula

15
vagina, kista vagina. Kelainan bawaan uterus, kelainan letak
uterus, prolapsus uteri, tumor uteri, mioma uteri, karsinoma
serviks, karsinoma korpus uteri, dan lain-lain.
b. Penyakit kardiovaskular, mislanya penyakit jantung, hipertensi,
stenosis aorta, mitral, isufisiensi, jantung rematik, endokarditis.
c. Penyakit darah misla anemia dalam kehamilan, leukemia,
penyakit hodgkin hemostasis dan kelainan pembekuan darah,
purpura trombositopeni, hipofibronogenemia, iso-
imunisasieritroblastosis fetalis.
d. Penyakit saluran nafas, misalnya influensa, bronkitis, pneumonia,
asma bronkiale, TB paru.
e. Penyakit traktus digestivus, misalnya ptialismus, karies,
ngingivitis, pirosis, hernia diafragmatikagastritis, ileus,
valvulusta, hernia, appendiksitis, kolitis, megakolon, tumor usus,
hemorroid, dan lain lain.
f. Penyakit hepar dan pankreas misalnya hepatitis, ruptur hepar,
sirosis hepatitis, ikterus, atrofi hepar, penyakit pankreas dan lain
lain.
g. Penyakit ginjal dan saluran kemih misalnya infesksi saluran
kemih, bakteriuria, sititis, pielenofritis, glomerulonefritis,
sindroma nefrotik, batu ginjal, gagal ginjal, TBC ginjal, dan lain
lain.
h. Penykit endokrin misalnyaa diabetes dalam kehamilan, kelainan
kelenjar gondok dan anak ginjal, kelainan hipofisis dan lain lain.
i. Penyakit saraf misalnya korea gravidarum, epilepsia, perdarahan
intrakranial, tumor otak, poliomielitis, sklerosis multipleks,
miastenia gravis, otosklerosis dn lain lain. 10. Penyakit menular
misalnya IMS (penyakit akibat hubungan seksual), AIDS,
kondilomata akuminata, thypus, kolera, tetanus, erisipelas, difetri,
lepra, TORCH, morbili, campak, parotitis, variola, malaria, dan
lain-lain (Asrinah, dkk, 2017).

16
Kondisi medis dapat dipengaruhi ataupun mempengaruhi
kehamilan. Bila tidak diatasi dapat berakibat serius bagi klien. Riwayat
kesehatan yang umum dapat berpengaruh pada kehamilan antara lain:
1. Anemia (Jika HB < 6 gr%)
Anemia dalam kehamilan dapat berdampak pada janin yaitu
terjadinya kematian janin dalam kandungan atau Intra Uterine Fetal
Death (IUFD), persalinan prematur, dan berdampak bada ibu pula
yaitu terjadinya persalinan lama, dan perdarahan postpartum.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya anemia dalam
kehamilan diantaranya paritas, umur, tingkat pengetahuan, status
ekonomi, tingkat pendidikan dan kepatuhan minum tablet Fe. Faktor
umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil.
Umur seorang ibu berkenaan dengan alat-alat reproduksi wanita.
Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat
berpengaruh terhadap kejadian anemia (Septiyaningsi R, YUanadi F,
2021).
Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian
anemia zat besi dalam kehamilan. Wanita yang sering mengalami
kehamilan dan melahirkan makin anemia karena banyak kehilangan
zat besi, hal ini disebabkan selama kehamilan wanita menggunakan
cadangan besi yang ada dalam tubuhnya (Septiyaningsi R, Yuanadi
F, 2021).
2. Tuberkulosis (TBC) paru, janin akan tertular setelah lahir. Bila TBC
berat akan menurunkan kondisi ibu hamil, tenaga, bahkan ASI juga
berkurang. Dapa terjadi abortus, bayi lahir prematur, persalinan
lama, dan perdarahan postpartum
3. Diabetes Melitus. Ibu hamil yang mengidap diabetes melitus dapat
berdampak terjadinya persalinan prematur, polihydramnion, kelainan
bawaan, Bayi Baru Lahir besar atau makrosomia, kematian janin
dalam kandungan (IUFD).

17
4. Jantung. Penyakit jantung pada ibu hamil bahayanya yaitu
bertambahnya payah jantung, kelahiran prematur/lahir mati.
5. HIV/AIDS. Ibu hamil yang mengidap penyakit HIV/AIDS dapat
berdampak pada bayi yaitu terjadi penularan melalui ASI dan ibu
mudah terinfeksi.
C. Riwayat Kesehatan keluarga
Keluarga Informasi tentang kesehatan keluarga klien dikaji untuk
mengidentifikasi wanita yang beresiko menderita penyakit yang genetik
yang dapat mempengaruhi kehamilan atau beresiko memiliki bayi yang
menderita penyakit genetic.
Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan antara lain meliputi kanker,
penyakit jantung, hipertensi, diabetes, penyakit ginjal, penyakit jiwa,
kelainan bawaan, kehamila ganda, TBC, epilepsi, kelainan darah, alergi,
dan kelainan genetic.
D. Riwayat Kehamilan Sekarang
Pengkajian mengenai riwayat kehamilan sekarang meliputi:
1. Gerakan janin
Gerakan janin yang dirasakan pertama kali oleh klien
disesuaikan dengan usia kehamilan. Klien yang ragu tentang HPHT
maka kaji gerakan janin pertama yang dirasakan klien sebagai catatan
untuk membantu memperkirakan usia kehamilan. Gerakan janin
selama trimester III dirasakan oleh klien setidaknya 10 kali dalam 24
jam. Gerakan janin pertama kali dirasakan primigravida sekitar usia
kehamilan 18-20 minggu dan untuk multigravida dapat dirasakan
sekitar usia kehamilan 16 minggu.
2. Tanda bahaya atau penyulit
Pengkajian mengenai tanda bahaya meliputi perdarahan
pervaginam, sakit kepala hebat, dan demam.
3. Keluhan umum
Keluhan fisiologis yang lazim pada kehamilan atau
ketidaknyamanan pada trimester III seperti nyeri punggung bawah,

18
sesak nafas, edema dependen, peningkatan frekuensi berkemih, nyeri
ulu hati, konstipasi, kram tungkai, insomnia, kesemutan.
4. Obat yang dikonsumsi
Pengkaji perlu menggali tentang obat- obat yang dikonsumsi
klien termasuk jamu-jamuan atau tindakan invasiv yang potensial
mengarah pada teratogenik seperti 15 penggunaan sinar X, cobalt,
pengobatan cytotoxic atau zat-zat radioaktif.
E. Riwayat Obstetric
1. Kehamilan
Pada kehamilan dikaji apakah kehamilan yang lalu sampai pada
usia kehamilan aterm (37-42 minggu), preterm (28-36 minggu),
postterm (>42 minggu). Klien biasa periksa dimana dan berapa kali.
Pengkajian ini juga meliputi tentang adakah gangguan seperti muntah-
muntah berlebihan, hipertensi, perdarahan selama kehamilan yang
lalu.
2. Riwayat Persalinan
Pengkajian mengenai riwayat persalinan meliputi:
a. Apabila persalinan yang lalu klien secara normal: apakah klien
setelah mengalami perdarahan pasca persalinan atau tidak, apabila
iya harus dievaluasi penyebab perdarahan tersebut. Jika seseorang
wanita telah pernah dibantu dalam melahirkan terdahulu dengan
menggunakan forcep, vacum, maka penting sekali untuk
memahami mengapa hal tersebut diperlukan. Jika pernah
mengalami robekan pada bekas jaringan yang terdahulu.
b. Apabila persalinan yang lalu klien secara caesar: dikaji
kemungkinan apakah ibu bisa melalui persalinan secara normal
untuk selanjutnya. VBAC (Vaginal Birth After Caesar)
merupakan metode persalinan normal yang dilakukan pada ibu
dengan riwayat caesar. VBAC dapat dilakukan kepada ibu dengan
syarat: Ibu yang memiliki bekas sayatan operasi caesar berbentuk
garis horizontal yang terletak rendah di bawah perut, saat ini

19
mengandung 1 bayi, dan hanya pernah 1 kali operasi caesar
sebelumnya tapi bukan dengan sayatan vertical, sedang
mengandung bayi kembar, dan pernah operasi caesar sebelumnya
tapi bukan dengan sayatan vertikal, persalinan terjadi secara
spontan setelah induksi, sehingga kontraksi berlangsung cepat,
tulang panggul ibu berukuran cukup besar, sehingga
memungkinkan bayi untuk keluar dengan mudah, belum pernah
melakukan operasi berat pada rahim, seperti miomektomi untuk
mengangkat tumor rahim jinak (fibroid), belum pernah
mengalami rahim robek di kehamilan sebelumnya, tidak memiliki
kondisi medis yang membuat persalinan melalui vagina menjadi
berisiko, misalnya plasenta previa atau fibroid.
c. Nifas
Pengkajian mengenai riwayat nifas dikaji apakah pernah
mengalami perdarahan, infeksi dan bagaimana proses laktasinya
d. Anak
Pengkajian berupa jenis kelamin, hidup atau mati, kalau
meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal, serta berat
badan lahir.
F. Riwayat Keluarga Berencana (KB)
Pengkajian mengenai riwayat KB yaitu untuk mengetahui apakah
ibu sebelum hamil pernah menggunakan KB atau belum, jika pernah
lamanya berapa tahun, dan jenis KB yang digunakan, dan perencanaan
mengenai KB yang akan digunakan setelah persalinan ini (Dartiwen,
Nurhayati Y, 2019).

20
2.3 Keterampilan Dalam Komunikasi
A. Pengertian Komunikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Komunikasi adalaha
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Purwanti Y, cholifah S,
2019).
Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal
antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah
laku. Komunikasi adalah proses interaksi interaksi antar pribadi manusia
atau proses penyampaian informasi dengan menggunakan bentuk verbal
ataupun nonverbal untuk mencapa tujuan tertentu (Dewi Y, 2021).
Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan
sistem simbol linguistik, seperti simbol verbal (kata-kata), No verbal.
Sistem ini dapat diasosiasikan secara langsung atau tatap muka atau
melalui media lain seperti: tulisan, oral, dan visual.
Dari banyak pengertian Komunikasi tersebut diatas maka
kesimpulan dari pengertian Komunikasi adalah suatu proses interaksi
manusia dengan berbagai bentuk/cara untuk menyampaikan informasi
atau untuk tujuan tertentu.
B. Unsur-unsur Komunikasi
Unsur-unsur komunikasi yaitu sebagai berikut:
1. Pihak yang mengawali Komunikasi/sumber/komunikator
Pihak yang mengawali Komunikasi untuk mengirim pesan
disebutsender dan ia menjadi sumber pesan (source). Pengirim yang
dimaksud disini adalah orang yang masuk ke dalam hubungan, baik
interpersonal dengan diri sendiri, interpersonal dengan orang lain
dalam kelompok kecil atau dalam kelompok besar. Pengirim pesan
akan menyampaikan stimulus berupa ide ke dalam bentuk yang dapat
diterima oleh orang lain atau penerima pesan secara tepat.
2. Pesan yang dikomunikasikan/massage/content/information

21
Pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Agar dapat diterima dengan baik pesan
hendaknya dirumuskan dalam bentuk yang tepat, disesuaikan,
dipertimbangkan berdasarkan keadaan penerima, hubungan pengirim
dan penerima, dan situasi waktu Komunikasi dilakukan. Pesan yang
efektif adalah pesan yang jelas dan teroganisasi serta diekspresikan
oleh pengirim pesan.
3. Media atau saluran yang digunakan untuk komunikasi dan gangguan-
gangguan yang terjadi pada waktu komunikasi dilakukan.
Media merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan
pesan dari sumber kepada penerima pesan. Setelah dikemas pesan
dapat disampaikan melalui saluran (chanel) atau media. Media dapat
berupa lisan (oral), tertulis atau elektronik.
a. Media lisan
Dapat dilakukan dengan menyampaikan sendiri pesan
secara lisan (oral), baik melalui telepon atau saluran yang lainnya
kepada perorangan, kelompok kecil, kelompok besar, atau masa.
Keuntungan dari penyampaian pesan secara lisan ini adalah si
penerima pesan mendengar secara langsung tanggapan atau
pertanyaan, memungkinkan disertai nada atau warna suara, gerak-
gerik tubuh atau raut wajah, dan dapat dilakukan dengan cepat.
a. Media tertulis
Pesan disampaikan secara tertulis melalui surat, memo,
hand- out, gambar dll.keuntungannya adalah ada catatannya
sehingga data dan informasi tetap utuh tidak dapat berkurang atau
tambah seperti informasi lisan, memberi waktu untuk dipelajari
isinya, cara penyusunannya dan rumusan kata- katanya.
b. Media elektronik
Disampaikan melalui faksimili, email, radio, televisi.
Keuntungannya adalah prosesnya cepat, data bisa disimpan.
Penggunaan media dalam penyampaian pesan tentunya dapat

22
mengalami gangguan atau masalah sehingga dapat menghambat
Komunikasi. Gangguan itu dapat berupa hal- hal yang dapat
menggangu panca indera seperti suara terlalu keras atau lemah,
udara panas, faktor pribadi seperti prasangka, perasaan tidak
cakap dan lain-lain.
b. Lingkungan/ situasi ketika komunikasi dilakukan
Lingkungan atau situasi (tenpat, waktu, cuaca, iklim
keadaan alam dan psikologis) ialah factor-faktor yang dapat
mempengaruhi proses komunikasi. karena itu pada waktu
berkomunikasi dengan orang lain kita perlu memperhatikan
situasi. Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi empat macam,
yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan
psikologis dan dimensi waktu. Lingkungan fisik yang dimaksud
contohnya adalah keadaan geografi, ini dapat menyebabkan
kesulitan dalam komunikasi, hal ini bisa disebabkan karena jarak
yang jauh, dimana tidak terdapat fasilitas Komunikasi seperti
telepon, faksimili, kantor pos dan lain-lain. Faktor sosial
menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik bisa
menjadi hambatan untuk Komunikasi, misalnya kesamaan bahasa,
orang yang punya bahasa berbeda dan tidak saling memahami
bahasa yang digunakan maka dapat menimbulkan macetnya suatu
Komunikasi.
c. Pihak yang menerima pesan
Penerima pesan adalah pihak yang menerima pesan atau
menjadi sasaran pesna yang dikirim oleh sumber. Penerima biasa
disebut juga dengan khalayak, sasaran, komunikan, atau
audience/receiver. Penerima pesan adalah elemen penting karena
menjadi sasaran dalam Komunikasi. Apabila pesan tidak diterima
dengan baik oleh penerima pesan maka dapat mengakibatkan
berbagai masalah yang seringkali menuntut perubahan, entah pada

23
sumber pesan atau saluran. Penerima pesan ini bisa perorangan,
atau suatu kelompok, organisasi atau negara.
d. Umpan balik (Feedback)
Umpan balik merupakan tanggapan penerima terhadap
pesan yang diterima dari pengirim. Tetapi ada juga yang
beranggapan bahwa umpan balik terjadi sebagai akibat pengaruh
yang berasal dari penerima. Umpan balik ini dapat berupa umpan
balik positif atau negatif. Umpan balik positif bila tanggapan
penerima menunjukkan kesediaan menerima atau mengerti pesan
dengan baik, serta memberi tanggapan sesuai yang diinginkan
pengirim. Umpan balik positif ini bisa membuat Komunikasi tetap
berlanjut, urusan balik positif ini bisa membuat Komunikasi tetap
berlanjut, urusan selesai dan hubungan tetap baik. Umpan balik
negatif adalah umpan balik yang menunjukkan penerima pesan
tidak dapat menerima dengan baik pesan yang diterimanya.
Umpan balik negatif dapat benar atau salah. Benar jika cara
penyampaiannya dilakukan dengan benar, serta penafsiran pesan
juga benar. Salah jika isi dan cara penyampaian pesan dilakukan
secara benar tetapi penafsiran penerima yang salah (Purwanti Y,
cholifah S, 2019).
C. Tujuan dari komunikasi/konseling dalam Kebidanan
1. Membantu klien melihat permasalahannya supaya lebih jelas sehingga
klien dapat memilih sendiri jalan keluarnya.
2. Dapat memberikan konseling kesehatan yang tepat untuk
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi
orang tua yang bertanggung jawab
3. Mampu menjadi konselor yang baik, sehingga jumlah kelompok yang
resiko tinggi yang mendapat konseling meningkat, pengobatan resiko
tinggi menjadi lebih efektif dan kompliksi dapat dicegah
4. Membantu pasien mengubah perilakunya sehinga AKI dan AKB
berkurang

24
5. Membantu pasien memilih alat kontrasepsi yang cocok (Oktarina M,
Sari R, 2018).
D. Pemahan Diri
1. Memahami diri sendiri
Pemahaman diri meliputi: Siapa, apa kelemahan, perasaan,
keinginan dan lai-lain. Pemahaman terhadap diri sndiri perlu agar
potensi diri dapat dipertahankan/ditingkatkan. Agar
kelemahan/kekurangan bisa dirubah sehingga mengantarkan diri pada
kesuksesan. Memahami diri bertujuan untuk mengetahui dan
mengenal siapakah diri kita, apakah persepsi orang lain terhadap diri
kita sama atau tidak. Misal mungkin anda merasa ramah, namun
menurut orang lain anda judes dan lain-lain.
Pemahaman diri meliputi pengetahuan tentang siapa aku, apa
kelemahanku, bagaimana perasaanku, apa keinginanku. Kita perlu
memahami diri kita agar apa yang menjadi diri kita agar apa yang
menjadi potensi dari dalam diri kita pertahankan ayau bahkan kita
tingkatkan dan apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan kita.
bisa kita rubah atau kita tutupi, agar menjadi lebih baik, sehingga hal
ini akan mengantar kita kearah kesuksesan.
Bidan bekerja melibatkan berbagai aspek, orang dan kondisi.
Perlu dipahami setiap orang mmpunyai Bio-Psiko Sosial Spiritual
yang berbeda sehingga perlu pemahaman diri untuk menghadapi
berbagai karakteristik. Harus memahami untuk bisa menghadapi
kecemasan, kesedihan dan kegembiraan klien. Mampu
mengendalikan emosinya, jika bidan tidak bisa memahami diri
sendiri maka akan sulit memahami apa yang dialami klien.
2. Pengetahuan, Keterampilan & Sikap yang dimiliki Konselor
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu aspek
kogniktif, aspek psikomotor dan aspek afektif (perasaan, sifat, sikap).
Pengetahuan yang harus dimiliki Bidan tidak hanya pengetahuan
kebidanan saja tapi dalam semua bidang ilmu. Antara lain

25
pengetahuan tentang psikologis, kesehatan reproduksi, kebidanan dan
kandungan, keluarga berencana, kesehatan neonatus, bayi dan balita,
ilmu sosial budaya, pengetahuan tentang hubungan antar manusia,
komunikasi interpersonal, pengetahuan tentang konseling dan
sebagainya.
Keterampilan yang perlu dimiliki Bidan tentunya semua
keterampilan yang sesuai dengan kompetensi Bidan yaitu ada
sembilan kompetensi Bidan. Dalam komunikasi dan konseling
keterampilan yang harus dapat dikuasai Bidan adalah keterampilan
dalam melakukan komunikasi. antara lain: terampil dalam membantu
memecahkan masalah yang dihadapi klien, terampil dalam melakukan
komunikasi interpersonal, terampil dalam menggunakan alat bantu
visual untuk pemberian informasi, terampil dalam mengatasi masalah
genting yang dihadapi klien terampil membantu klien mengambil
keptusan dan sebagainya. Adapun sikap yang sebaiknya dimiliki bidan
adalah mempunyai motivasi yang tinggi untuk membantu orang lain,
bersikap ramah, sopan santun, menerima klien apa adanya, empati
terhadap klien membantu dengan ikhlas, terbuka terhadap pendapat
orang lain.
3. Pemahaman Diri Terhadap KIP/K
Bidan harus mampu memahami untuk bisa menghadapi
kecemasan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan klien. Bidan
harus mengetahui bagaimana dia harus mengambil sikap, dan ini bisa
menghindarkan dari hal- hal yang tidak diinginkan. Bayangkan
apabila Bidan sendiri tidak memahami dirinya, dia tidak tahu bisa
mengendalikan diri, misalnya Bidan yang mudah marah, maka apabila
dia mendapatkan pasien yang memberikan pendapat lain tentang
keadaan yang dialaminya, maka bidan tidak akan mampu
mengendalikan emosinya sehingga pertengkaran akan terjadi sehingga
memperkeruh suasana. Bidan harus mengetahui bagaimana dia harus

26
mengambil sikap, dan ini bisa menghindarkan dari hal-hal yang tidak
diinginkan (Dewi Y, 2021).
E. Keterampilan Membina Hubungan Baik
Keterampilan membina hubungan baik merupakan proses
interpersonal dasar dari proses pemberian bantuan. Hubungan yang baik
akan memudahkan klien memahami saran bidan sehingga mau
mengikutinya. Klien merasa lebih puas dan akan kembali lagi untuk
memeriksaan diri ke bidan. Sikap dan prilaku dasar yang dibutuhkan oleh
bidan agar ercipta hubungan baik:
1. S: Face your clients Squarely (menghadap ke klien) dan Smile/nod at
client (senyum/mengangguk ke klien).
2. Open and non-judgemental facial expression (ekspresi muka
menunjukkan sikap terbuka dan tidak ternilai).
3. Lean towards client (tubuh condong ke klien).
4. Eye contact ina cultural-acceptable manner (kontak mata/tatap mata
sesuai cara yang diterima budaya setempat).
5. Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat).
Intonasi dan volume suara dapat mencerminkan sikap
hangat/tidaknya seseorang. Suara yang keras, mengebu-gebu, kurang
menunjukkan kehangatan dibandingkan dengan volume dan intonasi suara
yang lembut, tidak terlalu keras.
Tiga hal penting lain yang perlu diperhatikan pada waktu konseling
agar hubungan baik lebih mantap yaitu:
1. Menunjukkan tanda perhatian verbal
Tanda perhatian verbal yang dimaksud adalah kata kata pendek
atau ungkapan kata yang singkat seperti: hemm, ya, lalu, oh ya, terus,
begitu, ya.
Dalam komunikasi hindari hal-hal sebagai berikut: menasehati,
berkhotbah, menyalahkan, interogasi, menyalahkan, introgasi, banyak
bertanya kenapa, mengarahkan, beralih ke lain topik, menumbuhkan
ketergatungan, membuang muka, jaga jarak, mengerutkan dahi,

27
menguap, intoasi suara yang tidak menyenangkan, bergerak terlalu
banyak dan tidak ada ekpresi wajah
2. Menjalin kerja sama
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang
mementingkan hubungan baik dengan klien. Hal ini akan terwujud
bila selama proses konseling bidan selalu berusaha bekerja sama
dengan klien.
3. Memberikan respon yang positif: pujian, dukungan.
a. Memberi pujian maksudnya mengungkapkan persetujuan
mendorong atau tingkah kekaguman laku yang sehingga baik,
penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan klien dengan
baik. Misalnya memuji klien, menunjukkan bahwa bidan
menghargai perhatian klien terhadap kesejahteraan dirinya.
b. Memberikan dukungan maksudnya memberi dorongan,
kepercayaan dan harapan. Bidan mengungkapkan klien kata-kata
agar menyadari kemampuannya dalam mengatasi masalahnya.
Misalnya, mengemukakan alternative yang bisa diharapkan,
menekankan hal baik yang telah mereka lakukan, dan perlu
dilanjutkan, seperti mengatakan kepada klien bahwa dengan
datang ke Polindes berarti mereka telah menolong diri mereka
sendiri.
Contoh prilaku atau respon positif bidan yang mendukung
terciptanya hubungan baik, menimbulkan perasaan nyaman pada klien
misalnya:
1. Bersalaman dengan ramah
2. Mempersilakan duduk
3. Bersabar
4. Tidak menginterupsi / memotong pembicaraan klien
5. Menjaga kerahasiaan klien
6. Tidak melakukan penilaian

28
7. Mendengarkan dengan penuh perhatian Menanyakan alasan
kedatangan klien
8. Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien
9. Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien (Dewi Y,
2021).
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Komunikasi Dalam
Kebidanan
Komunikasi yang tidak efesien bisa disebabkan oleh banyaknya
permasalahan teknis dan manusiawi yang berbeda-beda. Beberapa faktor
yang menjadi kajian dalam kesalahan dan ketidakefesienan Komunikasi
bidan dengan klien, diantaranya adalah:
1. Penggunaan bahasa
Pesan-pesan yang disampaikan seorang bidan sebagai
komunikator kebidanan, sebaiknya memperhatikan hal berikut:
a. Mengunakan bahasa sederhana dan jelas sesuai bahasa klien yang
mudah di pahami.
b. Pesan yang berisi ide-ide yang sederhana atau sedikit, akan mudah
di pahami dibandingkan dengan pesan yang panjang dengan anyak
ragam.
c. Kemudahan memahami pesan terutama pesan tertulis.
2. Pemahaman Pesan
Sekarang ini kita sudah memiliki teknologi penyampaian pesan
yang cangih, merambah ke seluruh dunia dengan cepat. Akan tetapi
hingga kini belum ada cara untuk menjamin bahwa seseorang yang
menerima pesan akan memahami seluruh isi dari pesan Komunikasi.
Sekalipun demikian ada beberapa petunjuk dan masukkan bagi
bidan untuk meningkatkan pemahaman menyeluruh terhadap isi pesan
atau informasi, diantaranya: Analisis Situasi, misal dengan
menentukan sasaran Komunikasi, penggunaan media atau saluran
Komunikasi, struktur bahasa dan isi pesan sesuai kebutuhan dan

29
situasi penerima pesan. Memprediksi kemungkinan masalah yang
akan timbul dan membuat Langkah-langkah pencegahan.
3. Pengulangan
Karakteristik pesan yang memungkinkan mempenaruhi
pemahaman penerima pesan (komunikan) diantaranya adalah: cara
penyampaian, pengulangan pesan yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman komunikan.
4. Umpan Balik yang tepat
Beberapa kasus membutuhkan bentuk umpan balik yang
berbeda untuk menentukkan pesannya sudah diterima dan dimengerti,
khususnya bila isi pesannya rumit atau sulit dipahami. Jika pesan
kurang dimengerti komuniukator bisa melakukan pengulangan, ada
beberapa hal yang dapat dilakuan komunikator guna memperoleh
umpan balik dari komnikan, diantaranya: Mengajukan beberapa
pertanyaan kepada komunikan tentang isi pesan yang disampaikan.
Meminta komunikan mengulang apa yang elah disampaikan
komnikator.
5. Kecakapan komunikator dan komunikan
Mengembangkan Komunikasi informasi bidan dan klien
seharusya tidak dianggap masalah kemampuan dari bidan semata,
akan tetapi kecakapan Komunikasi klien sebagai komunikan juga
perlu ditingkatkan, misalnya memberikan pelatihan dan pendidikan
tertentu berkaitan denga cara menjadi pendengar yang baik dll,
memberikan perhatian. Komunikator yang bisa menciptakan
Komunikasi efektif harus bisa mendengarkan pendapat orang lain dan
tidak mengangap dirinya paling benar, selalu ingin kerjasama dengan
orang lain, tidak mendominasi, mengadakan komunikasi timbal balik,
efektifitas
Komunikasi juga dipengaruhi oleh, sifat, sikap, tindakan juga
ketrampilan dalam beromunikasi baik komunikator maupun
komunikan. Seorang bidan agar menjadi komunikator yang handal

30
harus mempunyai kemampuan memusatkan seluruh panca indra
dalam berkomunikasi, jeli dalam menerima umpan balik, mampu
mengendalikan jarak komunikasi, menjaga kecepatan bicara, peka
pada kode pesan komunikan begitu juga dengan sikap bidan
diharapkan memiliki kemampuan menerima gagasan orang lain,
terampil memilih dan menyeleksi informasi, kemampuan
menghubungkan ide-ide ari pendidikan dan pengalamannya.
6. Kelebihan beban dalam menerima pesan
Ketidakefektifan suatu komunikasi dalam jaringan kerja
kebidanan juga disebabkan oleh pembagian kerja yang terlalu banyak
informasi atau terlalu sedikit informasi atau terlalu sedikit informasi.
Setiap orang memiiki kapasitas tertentu untuk menangkap pesan-
pesan yang datang padanya. Jika pesan yang datang melebihi
kapasitasnya, maka dia melakukan Komunikasi yang tidak sesuai
dengan harapan komunisasi, menolak menolak pesan tertentu yang
sebenarnya pesan itu penting atau bisa saja orang tersebut menjadi
nervous.
7. Beberapa cara yang dapat dilakukan, diantaranya; Penyaringan pesan
dengan menolak pesan yang yang kurang relevan begitu juga dengan
medianya misal dengan menyisihkan surat-surat yang kurang penting,
menolak panggilan orang tertentu, memilih pesan sesuai kebutuhan.
Selanjutnya penundaan: yaitu melakukan proses penundaan pesan
seperti memproses pesan berdasarkan prioritas kepentigan pesan, hal
ini dengan membuat beberapa urutan pangilan, tugas dan pertemuan,
efektifitas penundaan pesan di pengaruhi oleh ketepatan penilaian
seseorang tentang prioritas pesan dan atas ketersediaan waktu yang
diperlukan untuk memproses pesan. Begitu juga perlu meningkatkan
kapasitas pemrosesan informasi (Oktarina M, Sari R, 2018).

31
G. Ciri-Ciri Hasil Komunikasi Yang Efektif Dalam Kebidanan
Hasil Komunikasi yang efektif antara bidan dan klien bisa dilihat
dari beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya saling pengertian
Sikap saling pengertian menjadi indikator awal dari efektifnya
Komunikasi bidan dengan klien, jika tidak ada saling pengertian maka
timbul kesalah pahaman, bahkan menimbulkan konflik, prkelahian
dan sebagainya. Komunikasi bidan dengan klien dikatakan efektif bila
klen semakin mengerti, memahami dan mengikuti ntervesi kebidanan,
semakin rendah tingkat pemahaman, menurunya sikap saling
pengetian kliendan semakn tidak termotivasinya klien untuk
mengikuti intervensi ebidanan berikut mencerminkan semakin kurang
efektifnya kmunikasi yang diciptakan oleh bidan tersebut.
2. Menumbuhkan kesenangan
Komunikasi yang efektif selain tercapainya tujuan juga akan
menimbulkan rasa senang misal, bidan mengucapkan salam pada
klien, akan menimbulkan rasa senang klien merasa diperhatikan,
sehingga membuat hubungan bidan dengan klien akan semakin
hangat, akrab dan menyenangkan. Komunikasi yang di awali dengan
ucapan salam seperti ini memudahkan bidan membina hubungan baik
dengan klien sehingga Komunikasi efektif bisa tercapai. Komunikasi
antara bidan dan klien dikatakan memberikan hasil yang semakin
efektif terkondisi dari adanya rasa kesenangan klien untuk
melaksanakan hasil Komunikasi, hal ini bisa terlihat dari motivasi dan
antusias mengikutio Komunikasi berikutnya serta adanya kesadaran
klien melaksanakan intervensi kebidanan.
3. Pengaruh pada sikap
Seorang Bidan yang bijak berKomunikasi tentu dia mengetahui
hal-hal mana yang harus dia lakukan dan mana yang tidak boleh.
Bidan bisa menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi dari klien.
Hal ini sesuai dengan etika bidan dalam menjalankan profesinya

32
dalam untuk menjunjng tinggi sikap positif, seperti sikap respek
sekalipun klien berasal dari berbagai latar belakang, suku, ras agama
dan sosial.
Kemampuan bidan untuk membedakan sikap tidak terlepas dari
sejauh mana dia mau melakukan Komunikasi secara persuasive
dengan klien., terutama jika ingin mewujudkan harapannya
mendorong klien mau menerima isi pesan Komunikasi. Dengan
Komunikasi persuasif dari seorang bidan dapat mengubah atau
membentuk perilaku baru klien.
4. Hubungan yang semakin baik
Komunikasi yang efektif bisa membuat hubungan personal yang
baik, tidak akan pernah ada suatu Komunikasi dikatakan baik jika
tidak bisa menciptakan hubungan baik. Sedangankan hubungan yang
kurang baik, menjadikan perilaku agresif, senang memanipulasi dan
tidak memiliki tanggungjawab social.
5. Tindakan
Akhir dari ukuran Komunikasi yang efektif bidan degan klien
adalah bentuk tidakan nyata dari mereka. Bentuk tindakan nyata
output Komunikasi bidan tercermin dari keingginanya melakuan
tindakan intervensi kebidanan secara sadar, empati dan
bertangungjawab dan menjunjung tinggi etika profesi. Sementara
bentuk tindakan nyata output Komunikasi klen adalah kesadaran
untuk melaksanakan setiap intervensi kebidanan yang diberikan
(Oktarina M, Sari R, 2018).

33
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pada masa kehamilan Ibu diharuskan melakukan kunjungan ANC
secara teratur sebanyak 2 kali pada trimester I, sebanyak 1 kali pada trimester
II, dan sebanyak 3 kali pada trimester III. Kunjungan yang dilakukan Ibu
termasuk dalam ibu hamil resiko rendah dan keluhan-keluhan yang dirasakan
masih dalam batas normal.
Komunikasi adalah suatu proses interaksi manusia dengan berbagai
bentuk/cara untuk menyampaikan informasi atau untuk tujuan tertentu.
Tujuan komunikasi adalah memberikan kemudahan dalam memahami pesan
yang disampiakan antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas,
lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih menggunakan
bahasa non verbal secara baik.

3.2.Saran
Sebagai bidan kita harus memberikan edukasi yang baik kepada ibu
hamil agar ibu ingin memeriksakan kehamilannya secara teratur sesuai
dengan anjuran seperti pada trimester I harus berkunjung 2 kali, pada
trimester II harus berkunjung 1 kali dan pada trimester III harus berkunjung
sebanyak 3 kali agar keluhan atau resiko pada kehamilan ibu yang dialami
dapat teratasi.
Bidan harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dalam
memberikan pelayanan kebidanan agar memberi kemudahan pada pasien/
klien dalam memahami pesan yang disampaikan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Graha Ilmu:


Yogyakarta.

Cahyati Y, Susanti. 2021. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan


Kunjungan Antenatal Care Pada Masa Pandemi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sei Langkai. Zona Kebidanan, 11 (1). 82-83.

Dartiwen, Nurhayati Y. 2019. Asuhan Kebidanan pada Kehamilam. Andi Offset:


Yogyakarta.

Dewi Y. 2021. Buku Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan. Media Sains
Indonesia: Jawa Barat

Febriati L, dkk. 2021. Pelaksanaan Komunikasi Interpersonal Atau Konseling


(Kip/K) Oleh Bidan Pada Asuhan Antenatal Care. Jurnal Kebidanan
Indonesia, 12 (1). 3-4.

Handayani N, dkk. 2021. Hubungan Umur Ibu, Paritas Dan Jarak Kehamilan
Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronik (Kek) Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Tahun
2020. Jurnal Doppler, 5 (2). 158.

Herinawati, dkk. 2021. Pentingnya Antenatal Care (ANC) di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan di Desa Penyengat Olak Kecamatan
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Abdidas, 2 (1). 11-15.

Kemenekes Ri. 2020. Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak. Kementrian Kesehatan
dan JICA: Jakarta

Khasanah Y, Wahyuni F. 2020. Risiko Kehamilan Berdasarkan Riwayat


Kesehatan Ibu Di Puskesmas Bantul II. Jurnal Ilmu Kebidanan, 7 (1). 13-16.

Mufdilah. 2017. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Numed Offset: Yogyakarta.

Oktarina M, Sari R. 2018. Buku Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan. Budi
Utama: Yogyakarta.

Purwanti Y, cholifah S. 2019. Buku Ajar Mata Kuliah Komunikasi dan Konseling
Dalam Praktik Kebidanan. Umsida Pres: Jawa Timur

Septiyansih R, Yunadi F. 2021. Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kejadian


Anemia Dalam Kehamilan. Jika 6 (1). 15-17.

35
Sungkar A, Surya. 2020. Antenatal Care for HighRisk Pregnancy. CDK, 47 (8).
731-733.

WHO. Maternal mortality [Article on Internet]. WHO. [updated 2019 Sept 19;
cited 2020 Jan 9]. Available from: Maternal mortality (who.int) .

WHO. 2016. WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy


experience [Book on Internet]. Geneva.

Yuliani D, dkk. 2021. Asuhan Kehamilan. Yayasan Kita Menulis. Jakarta

36

Anda mungkin juga menyukai