Anda di halaman 1dari 50

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Askeb seminar ini diperiksa dan disetujui untuk di pertahankan dalam seminar
PKK II di hadapan pembimbing lahan maupun institusi STIK GIA MAKASSAR pada
tanggal 25 Januari 2021.

Pembimbing lahan Pembimbing Institusi

( Sitti Radiah, S.ST) (Herlianty, S.ST.,SKM.,M.Kes)

MENGETAHUI KETUA PRODI DIII KEBIDANAN

Herlianty, S.ST .,SKM.,M.Kes

1
ASKEB SEMINAR

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” PIII A0 POST PARTUM


HARI PERTAMA DENGAN NYERI LUKA PERINEUM
DI PUSKESMAS BARA-BARAYA
TANGGAL 04-05 FEBRUARI 2021

Disusun Oleh:

1. Nuratika 1218002
2. Eti Haryati 1218005
3. Muliati 1218010
4. Dian Asrini 1218025

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021

2
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat allah SWT serta salawat dan salam
tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar muhammad SAW atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan kebidanan Post Natal
Care.
Kami sadar dengan sepenuhnya dengan segala keterbatasan dan kelemahan yang
ada sehingga kami menyadari bahwa ASUHAN KEBIDANAN PNC ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik serta tanggapan
yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan hasil tulisan ini.
Semoga tuhan yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada semua yang telah membantu kami dari menyusun ASUHAN KEBIDANAN PNC .

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................
A. Latar Belakang ...........................................................................................................
B. Tujuan Penulisan ........................................................................................................
C. Manfaat ......................................................................................................................
D. Waktu Pengkajian ......................................................................................................
E. Tempat Pengkajian.....................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................................
A. Nyeri Ruptur Perineum ..............................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS ...............................................................................................
1. Standar I Identifikasi Data Dasar ..............................................................................
2. Standar II Identifikasi Diagnosa ................................................................................
3. Standar III Intervensi .................................................................................................
4. Standar IV Impelementasi..........................................................................................
5. Standar V Evaluasi .....................................................................................................
6. Pendokumentasian Hasil Asuhan Kebidanan Pada Ny “N” ......................................
7. Catatan Perkembangan Post Partum .........................................................................
8. Satuan Acara Penyuluhan .........................................................................................
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga kesehatan untuk terus
meningkatkan kualitas pelayanan dalam upaya mencapai pembangunan kesehatan.
Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat ditentukan oleh kesehatan ibu dan anak.
Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan berdasarkan angka kematian
ibu dan angka kematian bayi (Kematian Maternal, diakses tanggal 23 Februari 2011).
Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus menjadi
perhatian masyarakat dunia. Memasuki abad ke XXI, 189 negara menyerukan Millenium
Declaration dan menyepakati Millenium Development Goals. Salah satu tujuan
pembangunan Millenium (MDG) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian
maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian tujuan tersebut. Dengan
demikian, akses dan kualitas pelayanan; memerangi kemiskinan; pendidikan dan
pemberdayaan perempuan atau kesetaraan gender menjadi persoalan penting untuk
dikelolah dan diwujudkan. Millenium Declaration menempatkan kematian maternal
sebagai prioritas utama yang harus ditanggulangi melalui upaya sistemik dan tindakan
yang nyata untuk meminimalisasi resiko kematian, menjamin reproduksi sehat dan
meningkatkan 11 kualitas hidup ibu atau kaum perempuan (Kematian Maternal diakses
tanggal 23 Februari 2011).
Asuhan masa nifas diperlukan karena dalam periode ini merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, salah satu
penyebabnya adalah perdarahan masa nifas karena itu diperlakukan penanganan yang
tepat (Wulandari dkk 2011,2).
Masalah nyeri perineum post partum tidak hanya pada nyeri itu sendiri,
tetapi juga mengenai efeknya pada hubungan ibu dengan orang yang dekat
dengannya. Awalnya ini dikaitkan dengan kemampuan ibu untuk menyusui dan
kemudian pemulihan aktifitas seksualnya. Pada ibu post partum yang
mengalami rasa nyeri bisa mendukung terjadinya stress yang akan

5
meningkatkan keletihan (Mender, 2004) .
Nyeri post partum pada ibu seringkali di pengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain adalah usia, paritas, jenis kelamin, budaya, makna nyeri, perhatian,
ansietas, pengalaman masa lalu, pola koping, suport keluarga (Tamsuri,2017).
Nyeri post partum juga bisa bisa disebabkan oleh adanya robekan jalan lahir
baik secara spontan ataupun di sengaja.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum : Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu nifas.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian pada ibu nifas.
b. Dapat menentukan diagnosa kebidanan pada ibu nifas.
c. Dapat melakukan intervensi secara tepat pada ibu nifas.
d. Dapat mengimplementasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.
e. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas.
f. Dapat mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan postpasrtum dalam
bentuk SOAP.

C. Manfaat
1. Bagi Ibu: Untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu dan bayi, dan mendeteksi sedini
mungkin komplikasi yang terjadi pada masa nifas serta tanda-tanda bahaya masa
nifas.
2. Bagi Mahasiswa : Untuk menambah informasi dan pengetahuan serta pengalaman
dalam mendiagnosa dan memberikan asuhan kebidanan yang tepat dengan
menggunakan manajemen kebidanan.
3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan pengetahuan yang didapat ditempat
praktik secara nyata, yang mungkin berbeda dari pengetahuan dan proses belajar
pada pendidikan yang dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya mahasiswa yang berguna dimasa mendatang

6
dan sebagai referensi tentang pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
normal.

D. Waktu Pengkajian
Pengambilan Data dan Pengkajian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny.”N”
post partum hari pertama dilakukan pada tanggal 04-05 November 2021
E. Tempat Pengkajian
Pengambilan Data dan Pengkajian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny.”N”
post partum hari pertama dilakukan di Puskesmas Bara-Baraya.

7
BAB II
TINJAUN TEORI

A. NYERI RUPTUR PERINEUM


a. Nyeri
Smeltzer dan bare (2015) dalam buku judha (2017) mendefinisikan nyeri adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang actual dan potensial. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih
banyak orang-orang disbanding suatu penyakit manapun.
Nyeri juga didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2017).
Menurut Internasional association for study of pain (IASP), nyeri adalah sensori
subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan actual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadi
kerusakan.
Masalah nyeri perineum post partum tidak hanya pada nyeri itu sendiri, tetapi
juga nmengenai efeknya pada hubungan ibu dengan orang dekat dengannya. Awalnya
ini dikaitkan dengan kemampuan ibu untuk menyusui dan kemudian pemulihan
aktifitas seksualnya. Pada ibu post partum yang mengalami rasa nyeri bisa
mendukung terjadinya stress yang akan meningkatkan keletihan (Mender, 2015).
Nyeri post partum pada ibu sering kali di pengaruhi oleh beberapa factor antara
lain adalah usia, paritas, jenis kelamin, budaya, makna nyeri, perhatian, ansietas,
pengalaman masa lalu, pola koping, support keluarga (Tamsuri, 2017). Nyeri post
partum juga bisa disebabkan oleh adanya robekan jalan lahir baik secara spontan
ataupun sengaja.
b. Klasifikasi nyeri
Tamsuri (2017) mengklasifikasikan nyeri berdasarkan waktu
kejadian meliputi :
a. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi) dari satu detik
sampai dengan kurang dari enam bulan yang pada umumnya terjadi pada
cedera, penyakit akut, atau pada pembedahan denagn awitan yang cepat

8
tingkat keparahan yang bervariasi (sedang sampai berat).
b. Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam
bulan, dimana umumnya timbul tidak teratur, interniten, atau bahkan
persisten.
Sedangkan berdasarkan lokasinya, tamsuri (2017) membedakan
nyeri menjadi :
a. Nyeri superfisial merupakan nyeri yang biasanya timbul akibat
stimulasi terhadap kulit seperti pada laserasi, luka bakar, dan
sebagainya, dimana nyeri ini memiliki durasi yang pendek ,
terlokalisir dan memiliki sensasi yang tajam.
b. Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi
pada otot dan tulang serta struktur penyokong lainya, umumnya
nyeri bersifat tumpul dan distimulasi dengan adanya perenggangan
dan iskemia.
c. Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ
internal.
d. Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah
asal ke jaringan sekitar.
e. Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan olekh klien yang
mengalami amputasi.
f. Nyeri alih (referred pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya
nyeri viseral yang menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri
pada beberapa tempat atau lokasi.
c. Respon tingkah laku terhadap nyeri
a. Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencangkup :
1. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak
nafas,mendengkur).
2. Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit
bibir
3. Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, keteganagn otot,
peningkatan gerakan jari dan tangan )

9
4. kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari
percakapan, menghindari kontak sosial, penurunan rentang
perhatian, fokus padaaktivitas menghilangkan nyeri)
d. Intesitas nyeri
Intesitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individual,
pengukuran intesitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
intesitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan
respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan Teknik ini
juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri 2007).
Menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2016) adalah sebagai berikut :
a. Skala intensitas nyeri deskritif

01 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TidakN NyeriR NyeriS NyeriB Nyeritidak


yeri ingan edang erat terkontrol

b. Skala intensitas nyeri numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 910
Tidak nyeri Nyeri sedang Nyerihebat

c. Skala analog visual

Tidak Nyeri Nyeri


sangat hebat

10
d. Skala nyeri menurut Bourbanis

0 12 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri ringan Nyeri Nyeri berat Nyeri berat


nyeri sedang terkontrol tidak terkontrol

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang secara obyektif klien mendesis, menyeringai,


dapatmenunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikannya, dapat
mengikutiperintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi
nyeri, tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul
e. Ruptur perineum
a. Ruptur adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa (Dorland,2014).
b. Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4
cm (Wiknjosastro, 2015).
c. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan
maupun dengan menggunakan alat atau tindakan (Wiknjosastro, 2012).
d. Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37-42
minggu, presentasi belakang kepala/ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan

11
lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
berlangsung kurang dari 24jam (Djuhadiah. S, 2015).
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan
bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan ini dapat dihindarkan
atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat (Wiknjosastro, 2012).
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi
banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus diperhatikan yaitu
sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal
dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam
bentuk hematoma dan robekan jalan lahir yang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah vena (Wiknjosastro, 2012).

f. Faktor Predisposisi
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan faktor
persalinan pervaginam. Diantara faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai beriut :
a. Faktor ibu
1) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik hidup maupun
mati. Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian ruptur perineum. Pada ibu dengan
paritas satu atau ibu primipara memiliki risiko lebih besar untuk mengalami robekan
perineum daripada ibu dengan paritas lebih dari satu. Hal ini dikarenakan jalan lahir yang
belum pernah dilalui oleh kepala bayi sehingga otot-otot perineum belum meregang
(Wiknjosastro, 2002).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan
sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran
dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejang (Nendhi,
2008). Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memimpin ibu bersalin melakukan
meneran untuk mencegah terjadinya ruptur perineum, diantaranya :

12
a) Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama
kontraksi.
b) Tidak menganjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat meneran.
c) Mungkin ibu akan merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu berbaring miring
setengah duduk, menarik lutut ke arah ibu dan menempelkan dagu ke dada.
d) Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
e) Tidak melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi. Dorongan ini
dapat meningkatkan risikodistosia bahu dan ruptur uteri.
f) Pencegahan ruptur perineum dapat dilakukan saat bayi dilahirkan terutama saat
kelahiran kepala dan bahu.

b. Faktor janin
1) Berat badan bayi baru lahir
Berat badan janin dapat mengakibatkna terjadinya ruptur perineum yaitu berat
badan janin lebih dari 3500 gram, karena risiko trauma partus melalui vagina seperti
distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan berat janin bergantung
pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi. Pada masa kehamilan hendaknya terlebih
dahulu mengukur tafsiran berat badan janin (Nasution, 2008).
2) Presentasi
Presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang janin dengan sumbu
memanjang panggul ibu (Dorland, 1998). Presentasi digunakan untuk menentukan bagian
yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan
dalam. Macam-macam presentasi dapat dibedakan menjadi presentasi muka, presentasi
dahi, dan presentasi bokong.
a) Presentasi muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi
sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter
submentobreghmatika sebesar 9,5 cm. bagian terendahnya adalah bagian antara
glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella
dan breghma (Oxorn, 2010).
b) Presentasi dahi

13
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan
dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,
merupakan diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2010).
Presentasi dahi primer yang terjadi sebelum persalinan mulai jarang dijumpai,
kebanyakan adalah sekunder yakni terjadi setelah persalinan dimulai. Bersifat
sementara dan kemudian kepala fleksi menjadi presentasi belakang kepala atau
ekstensi menjadi presentasi muka. Proses lewatnya dahi melalui panggul lebih
lambat, lebih berat, dan lebih traumatik pada ibu dibanding dengan presentasi lain.
Robekan perineum tidak dapat dihindari dan dapat meluas atas sampai fornices
vagina atau rektum, karena besarnya diameter yang harus melewati PBP (Pintu
Bawah Panggul).
d). Persentasi bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.
Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum.
Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat
macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi
booking kaki, dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2010). Kesulitan pada
persalinan bokong adalah terdapat peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara
manual padajalan lahir akan meningkatkan risiko infeksi pada ibu. Berbagai
perasat intra uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus yang sudah tipis, atau
persalinan setelah coming head lewat servik yang belum berdilatasi lengkap, dapat
mengakibatkan ruptur uteri, laserasi serviks, ataupun keduanya.
g. Klasifikasi Ruptur Perineum
Ruptur perineum adalah laserasi atau robekan yang terjadi pada daerah perineum dan
jaringan sekitarnya selama proses kelahiran pada kala II persalinan tanpa tindakan bedah
(Prawirohardjo, 2008).
- Klasifikasi rupture perineum yaitu :
a. Derajat pertama : robekan terjadi hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum.

14
b. Derajat kedua : robekan mengenai selaput lender dan otot perineum transversalis,
tetapi tidsk mengenai spingter ani.
c. Derajat ketiga : robekan mengenai perineum sampai otot spingter ani.
d. Derajat keempat : robekan mengenai perineum sampai dengan otot spingter ani
(Prawirohardjo, 2008).
Robekan sekitar klitoris dan uretra menimbulkan perdarahan yang banyak mungkin
sulit untuk diperbaiki (Saifudin, 2010).
h. Macam-macam ruptur perineum yaitu:
1. Rupture perineum spontan : yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-
sebab tertentu tanpa dilakukan tindskan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi
pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur (Oxom, 2015)
2. Rupture perineum yang disengaja (episiotomi) : yaitu insisi perineum untuk
memperlebar ruang pada lubang keluar jalan lahir sehingga mempermudahkan
kelahiran anak (Oxom, 2015).
i. Tingkat Robekan Perineum
Tingkat robekan perineum dibagi menjadi 4 bagian :
a. Tingkat satu : Robekan ini hanya terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,
kulit perineum.
b. Tingkat dua : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum
dan otot perineum.
c. Tingka tiga : Robekan terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum,
otot-otot perineum dan sfingterani eksterna.
d. Tingkat empat : robekan mengenai perineum sampai otot sfingter ani dan mukosa
rectum (Wiknjosastro, 2012).
j. Tanda dan Gejala Robekan Perineum
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik,
dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir (Depkes,
2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :
a. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
b. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.

15
c. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa
vagina.
d. Bila kulit perineum pada garis tengah mulai robek, diantara fourchette dan spingter
ani.
k. Dampak nyeri perineum
Menurut puji (2009) dalam penelitian Rahayuningsih (2013) akibat dari laserasi
perineum yang terjadi pada ibu post partum adalah adanya nyeri perineum sebanyak
70,9%. Dan dampak nyeri perineum tersebut adalah stress, traumatic, takut terluka, tidak
nafsu makan sulit tidur dan depresi. Karacam (2003) menyatakan bahwa episiotomy
menimbulkan nyeri perineum pada postpartum yang berdampak pada keterlambatan
bonding antara ibu dan bayi.
Menurut Sayiner (2009) Tindakan episiotomy maupun robekan perineum yang
terjdi spontan mempunyai dampak ketidak nyamanan pada ibu post partum. Ketidak
nyamanan itu berupa nyeri perineum, inkontonensia urin dan dyspareunia. Chaweewan
(2007) menyatakan bahwa adanya laserasi perineum menyebabkan ketidak nyamanan
post partum berupa nyeri pada perineum sehingga ibu post partum mengalami
keterlambatan mobilisasi, gangguan rasa nyaman pada saat duduk, berdiri, berjalan dn
bergerak sehingga berdampak pada gangguan istirahat ibu post partum dan keterlambatan
kontak awal antara ibu dan bayinya.
l. Komplikasi
Risiko komplikasi yang mungkin terjadi jika ruptur perineum tidak segera diatasi, yaitu :
a. Perdarahan
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam
waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama
kala satu dan kala empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan darah yaitu
dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta
memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot (Depkes, 2015).
b. Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada
vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka, maka air
kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat menekan kandung kencing

16
atau rectum yang lama antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia
(Wiknjosastro, 2012).
d. Hematoma
Adalah didapatkannya gumpalan darah sebagai akibat cederanya atau robeknya
pembuluh darah pada wanita hamil aterm tanpa cedera mutlak pada lapisan jaringan
luar. Penyebabnya terutama karena gerakan kepala janin selama persalinan (spontan),
akibat pertolongan persalinan, karena tusukan pembuluh darah selama anastesi local
atau penjahitan dan dapat juga karena penjahitan luka episiotomi atau ruptur
perineum yang kurang sempurna (Wiknjosastro, 2012).
d. Infeksi
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Faktor
pemicu infeksi bisa karena partus lama, terutama dengan ketuban pecah dini, tindakan
bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan jalan lahir, tertinggalnya sisa plasenta,
selaput ketuban, dan bekuan darah. Infeksi ditandai dengan kenaikan suhu sampai
38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum (Wiknjosastro,
2012).

17
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “N” PIII A0 POST PARTUM
HARI PERTAMA DENGAN NYERI LUKA PERINEUM
DI PUSKESMAS BARA-BARAYA
TANGGAL 04-05 FEBRUARI 2021

No. Register : 15022021


Tanggal Masuk : 03 Februari 2021, pukul 09.25 wita
Tanggal Partus : 03 Februari 2021, pukul 11.45 wita
Tanggal Pengkajian : 04-05 Februari 2021, pukul 09.15 wita
Nama pengkaji : Nuratika

STANDAR I. INDENTIFIKASI DATA DASAR


A. Identitas istri / suami
Nama : Ny “ N” / Tn “A”
Umur : 34 thn / 45 thn
Nikah / Lamanya : 1x / ± 10 tahun
Suku ; Makassar / Makassar
Agama : Islam /Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Sopir
Alamat : Jl. Kesatuan NO. 30 C Kel. Maccini Parang
B. Keluhan utama
- Ibu mengeluh nyeri pada jalan lahir yang dirasakan sejak tanggal 03 Februari 2021
C. Riwayat keluhan utama
a. Mulai dirasakan oleh ibu setelah melahirkan tanggal 03 Februari 2021
b. Sifat keluhan hilang timbul
c. Lokasi keluhan didaerah sekitar perineum
d. Usaha ibu untuk mengatasi keluhan yaitu dengan berbaring miring

18
D. Riwayat Persalinan sekarang
1. Kala I
Ibu masuk kamar bersalin dengan pembukaan 7 cm dan terdapat pelepasan lendir dan darah
2. Kala II
Pembukaan lengkap jam 11.30, dan bayi lahir jam 11.45 dengan JK laki-laki, BBL 3200
gram, PBL 48 cm, LK : 33 cm, LP : 33 cm, A/S : 8/10.
3. Kala III
Plasenta lahir lengkap jam 11.50, dengan pendarahan ± 300 cc
4. Kala IV
Jam ke Wakt Tekanan Nadi Tinggi fundus uteri Kontraksi Kandung perdarahan
u darah uterus kemih
1 12.00 110/80 mmttg 80x/i 1 jrbpst Lembek Kosong ± 150 cc
12.15 110/80 mmttg 80x/i 1 jrbpst Lembek Kosong ± 30 cc
2 12.30 110/80 mmttg 80x/i 1 jrbpst Lembek Kosong ± 30 cc
12.45 110/80 mmttg 80x/i 1 jrbpst Lembek Kosong ± 20 cc
13.15 110/80 mmttg 80x/i 1 jrbpst Keras Kosong ± 10 cc
13.45 110/80 mmttg 80x/i 1 jrbpst Keras Kosong ± 10 cc

E. Riwayat kehamilan, Persalinan, KB dan Nifas yang lalu


Hal
Riwayat
Ikhwal
No Tahun Persalinan Nifas
Kehamilan Penolo Berlang J Lamanya KB
ng sung K
1. 2010 Aterm Bidan Normal ♂ 40 hari ASI Medroxyprogesteron Hidup
e Acetate
2. 2013 Aterm Bidan Normal ♂ 40 hari ASI Medroxyprogesteron Hidup
e Acetate
2. 2021 Aterm Bidan Normal ♂ Sekarang - Hidup

19
F. Riwayat obstetri
1. Riwayat haid
Menarche : 15 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Disminorea : tidak ada
2. Riwayat ginekologi
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seksual seperti PMS, Gonore, Sifilis,
HIV/AIDS
G. Riwayat psikososial, sosial, spritual dan ekonomi
1. Ibu dan keluarga senang dengan kelahiran bayinya
2. Hubungan ibu dan keluarga baik dan harmonis
3. Ibu menggunakan KIS untuk membiayai persalinannya
4. Kebutuhan sehari-hari di tanggung oleh suami
5. Ibu dan keluarga selalu menjalankan ibadah sholat
H. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
NO Kebutuhan Sebelum Melahirkan Pada saat pengkajian
1 Nutrisi
a. Porsi makan 1 porsi 1 porsi
b. Frekuensi 3x sehari 3x sehari
c. Jenis makanan Nasi, sayur, ikan Nasi, sayur, ikan, telur
d. Air minum 7-8 gelas/hari 7-8 gelas/hari
e. Jenis Minuman Air putih Air putih
2 Eliminasi
BAB
a. Frekuensi 2 x sehari Belum BAB
b. Konsistensi Padat
c. Bau Aseton
d. Warna Kecoklatan
BAK
a. Frekuensi 4-5 x / hari 3 x sehari

20
b. Bau Amoniak Amoniak
c. Warna Kekuningan Kekuningan

3 Istirahat
Tidur siang
a. Pola Teratur -
b. Durasi 1-3 jam -
Tidur malam
a. Pola Teratur Tidak teratur
b. Durasi 7-8 jam 5-7 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari 2x sehari
b. Sikat gigi 2x sehari 2x sehari
c. Keramas 2-3x seminggu 2-3x seminngu
d. Ganti baju Setiap kali mandi Setiap kali mandi

I. Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran komposmentis
2. Keadaan umum baik ditandai dengan :
a. Penampilan ibu baik dan bersih
TTV : TD : 110 / 70 mmttg (N : Systole 110-130, Dyastole 70-90)
N : 80 x / menit (N : 70-100x/menit)
P : 22 x / menit (N : 18-24x/menit)
S : 36,5 ºC (N : 36,5-37,5 ºC)
Lila : 24,5 cm (N : 23,5 cm)

J. Pemeriksaan Head to toe


1. Kepala

21
Inspeksi : kulit kepala tampak bersih, warna rambut hitam
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan atau massa pada kulit kepala dan tidak ada nyeri
tekan
2. Wajah
Inspeksi : ekspreasi ibu ceria, tidak pucat
Palpasi : simetris, tidak ada udem pada pipi dan rahang
3. Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sclera tidak icterus
4. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan , tampak bersih dan tidak ada serumen
5. Hidung
Inspeksi : tidak ada pernapasan cuping hidung, lubang hidung simetris kiri dan kanan
6. Mulut dan gigi
Inspeksi : bibir lembab, tidak pucat dan tidak pecah-pecah, gigi tidak terdapat caries dan
tidak ada yang tanggal
7. Leher
Inspeksi : tidak tampak pembesaran pada kelenjar tryroid
Palpasi : tidak teraba pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroyd, serta tidak teraba
peningkatan tekanan pada vena jagularis.
8. Payudara
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, putting susu menonjol, hyperpigimentasi pada aerola
mammae
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan atau massa, saat putting susu
dipencet terdapat ASI colostrum
9. Abdomen
Inspeksi : terdapat strie livide, dan striae albicans, tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : TFU 1 jari di bawah pusat
10. Genetalia
Inspeksi : tidak ada verices, terdapat pengeluaran lochea rubra
11. Anus
Inspeksi : tidak ada hemeroid

22
12. Ekstremitas
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, kuku berwarna merah muda, jari-jari lengkap
Palpasi : tidak ada udem
13. Ekstremitas bawah
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, jari-jari lengkap, kuku berwarna merah muda, tidak ada
varices
Palpasi : tidak ada udem
Perkusi : refleks patella kiri dan kanan (+/+)

STANDAR II . IDENTFIKASI DIAGONSA


Diagnosa : PIII A0, Postpartum hari pertama dengan nyeri luka perineum, skala nyeri 1-3
1. PIII A0
DS : ibu mengatakan ini kehamilan yang ketiga dan tidak pernah keguguran
DO : perut ibu tampak kendor, terdapat strie livide dan striae albican
Analisa dan interpretasi data
Pembesaran perut pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot-otot polos uteus dapat
mengikuti pertumbuhan janin (ilmu kebidanan, Ida bagus gede manuaba, 2015)
2. Post partum hari pertama
DS : Ibu mengatakan bersalin pada tanggal 03 Februari 2021
DO : TFU 1 jari dibawah pusat
: Kontraksi uterus baik, teraba bulat dan keras
: Tampak pengeluaran lochea, berwarna merah, berbau khas.
Analisa dan interpretasi data
• Sesudah melahirkan uterus mengalami involusio dan bereaksi keras sehingga dapat menutupi
aorta yang bermuara pada bekas implantasi plasenta (Prawirahrdjo, 2015)
• Lochea rubra adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada hari pertama dan
kedua. Lochea rubra terdiri atas darah segar yang bercampur sisa-sisa selaput ketuba, sel-sel
desidua, lanugo, dan vernik kaseosa (Sarwono, 2014)
3. Nyeri luka perineum
DS : Ibu mengatakan nyeri pada jalan lahir, tapi tidak mengganggu aktivitas
DO : Skala nyeri 1-3

23
Analisa dan interpretasi data
• Menurut WHO (2012) hampir 90% proses persalinan normal mengalami luka robekan pada
perineum. Luka robekan perineum di Asia juga merupakan masalah yang cukup banyak
terjadi dalam masyarakat. 50% dari kejadian rupture perineum di dunia terjadi di Asia.
• Nyeri yang dirasakan oleh ibu post partum pada bagian perineum disebabkan oleh luka jahitan
pada waktu melahirkan karena adanya jaringan yang terputus. Respon nyeri pada setiap
individu adalah unik dan relative berbeda. Skala nyeri menurut Bourbonis, dengan keterangan
nyeri : 0 : tidak nyeri, 1-3 : nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik, 4-6 : nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukan
lokasi nyeri, dapat mendeskrispikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik, 7-9 : nyeri
berat, secara obyektif klien tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi, 10 : nyeri sangat berat : pasien sudah tidak
mampu lagi berkomunikasi, memukul. (Judha, M.(2012) Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri
Persalinan).

STANDAR III . INTERVENSI


Diagnosa : PIII A0 Post partum hari pertama dengan nyeri luka perineum, skala nyeri 1-3
Tujuan : Masa nifas berlangsung normal
Kriteria : TFU turun setiap 1 cm tiap hari
: Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti : peningkatan suhu tubuh yang melebihi
37,5 °C, luka jahitan perineum bengkak, berwarna merah, dan pengeluaran lochia
yang berbau.
:Ekspresi ibu ceria
: TTV : TD : Systole 110 – 130, Dyastole 70 – 80 mmttg
N : 70 – 100 x / menit
P : 18 – 24 x / menit
S : 36,5 – 37,5 ºC
: Kontraksi uterus baik (teraba bundar dan keras)
: pengeluaran lochea berubah seiring proses pengeluaran

24
a. Lochea rubra : 1 – 3 hari pasca persalinan
b. Lochea sanguinolenta : 3 – 7 hari pasca persalinan
c. Loschea serosa : 7 – 14 hari pasca persalinan
d. Lochea alba : Setelah 2 minggu pasca persalinan
e. Lochea purolenta : Cairan seperti nanah berbau busuk karena infeksi
f. Lochea statis : Lochea yang tidak lancar keluar
: Produksi ASI colostrum lancar
: Tahapan ASI
a. Kolostrum : Tahap pertama ASI yang berlansung selama kehamilan hingga
1 – 3 hari pasca persalinan
b. ASI Transisi : Menggantikan kolostrum dalam 4 hari setelah persalinan
c. ASI Matur : Muncul setelah ASI transisi dan muncul sekitar akhir dari minggu
kedua setelah persalinan

INTERVENSI
Tanggal 04 Februari 2021
Masa Nifas Normal hari Pertama
1. Minta persetujuan ibu dan jelaskan semua yang dilakukan serta menyampaikan hasil
pemeriksaan
Rasional : Dengan menyampaikan hasil pemeriksaan ibu dapat mengethaui keadaannya
sehingga ibu dapat bekerja sam dalam setiap tindakan yang dilakukan.
2. Observasi TFU
Rasional : Dengan mengobservasi TFU, maka konstraksi uterus dapat diketahui serta
mempercepat proses penyembuhan
3. Observasi adanya tanda-tanda infeksi pada luka jahitan perineum
Rasional : tanda-tanda infeksi merupakan indikator untuk mengetahui keadaan ibu dan
menentukan Tindakan selanjutnya.
4. Observasi TTV
Rasional : Dengan mengobservasi TTV merupakan indikator untuk memantau keadaan umum
ibu.
5. Observasi pengeluaran lochea rubra

25
Rasional : Dengan mengobservasi pengeluaran lochea rubra, dapat mencegah terjadinya
infeksi akibat involusio yang kurang baik, yang disebakan oleh pengeluaran
lochea yang abnormal.
6. Anjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini
Rasional : Mobilisasi yang baik dapat mempercepat proses involusio uterus seperti berjalan-
jalan disekitar tempat tidur.
7. Jelaskan pada ibu tentang :
a. Gizi seimbang
Rasional : Agar ibu mempunyai cukup energi untuk beraktifitas agar proses involusio uteri
dapat berlangsung dengan baik dan memperlancar produksi ASI seperti kacang-kacangan,
sayuran hijau seperti bayam dan ikan
b. Personal hygiene
Rasional : Dapat memberi rasa nyaman dan mencegah infeksi
c. Istirahat yang cukup
Rasional : Dengan istirahat yang cukup dapat mengurangi beban kerja jantung.
8. Jelaskan pada ibu tentang :
a. ASI eksklusif
Rasional : agar pemenuhan gizi pada bayi dapat terpenuhi
b. Menyusui secara ondemen
Rasional : agar payudara ibu tetap kosong dan ASI tidak menumpuk yang dapat
menyebabkan payudara bengkak.

26
STANDAR IV . IMPLEMENTASI
Tanggal 04 Februari 2021, jam 09.15 wita
1. 09.15 wita . Meminta persetujuan dan menjelaskan semua tindakan yang dilakukan serta
menyampaikan hasil pemeriksaan. Ibu mengerti dengan penjelsan yang diberikan.
2. 09.20 wita . Mengobservasi TFU
TFU : 1 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus baik
3. 09.24 wita. Mengobservasi tanda-tanda infeksi luka jahitan perineum. Mengajarkan dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka perineum dan menjaga kebersihan vulva.
Ibu mengerti dan mau melakukannya
4. 09.26 wita . Mengobservasi TTV
TD : 110 / 80 mmttg
N : 80 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5 ºC
5. 09.28 wita . Mengobservasi pengeluaran lochea rubra pengeluaran lochea rubra (berwarna
merah dan berbau khas)
6. 09.30 wita . menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti jalan-jalan disekitar tempat tidur,
ibu mengerti dan mau melakukannya
7. 09.32 wita . Menjelaskan pada ibu tentang
a. Gizi seimbang : Ibu mengerti dan mau melakukannya.
b. Personal hygiene : Ibu mengerti dan mau melakukannya.
c. Istirahat yang cukup : Tidur siang maksimal 30 menit, tidur malam 7 – 8 jam. Ibu mengerti
dan mau melakukannya
8. 09.36 wita . Menjelaskan pada ibu tentang
a. ASI eksluksif : Agar kebutuhan bayi terpenuhi. Ibu mengerti dan mau melakukannya
b. Menyusui secara ondemen : Agar tidak terjadi pembengkakakn pada payudara ibu. Ibu
mengerti dan mau melakukannya.

27
STANDAR V . EVALUASI
Tanggal 04 April 2020, jam 09.15 wita
1. Post partum hari 1 berlangsung normal ditandai dengan :
a. Keadaan umum ibu baik
b. TFU 1 jari dibawah pusat
c. Kontraksi uterus baik, teraba keras dan bulat
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi yang ditemukan. Suhu tubuh 36,5°C, luka jahitan tidak
merah, dan Jahitan luka tampak masih basah.
e. Pengeluaran lochea (berwarna merah dan berbau khas)
f. TTV : TD : 110 / 80 mmttg
N : 80 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5 ºC
g. ASI kolostrum lancar dan bayi kuat menyusu.

28
PENDOKUMENTASIAN HASIL KEBIDANAN PADA NY “N”
POST PARTUM HARI PERTAMA
TANGGAL 04 Februari 2021
Data Subjektif (S)
1. Ibu melahirkan tanggal 03 Februari 2021
2. Ibu merasa nyeri pada jalan lahir

Data Objektif (O)


a. Keadaan umum ibu baik
b. Kesadaran komposmentis
c. TTV : TD : 110 / 80 mmttg
N : 80 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5 ºC
d. TFU 1 jari dibawah pusat
e. Kontraksi uterus baik, teraba bulat dan keras
f. Luka perineum masih basah
g. Pengeluaran lochea rubra yang berbau khas
h. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti : peningkatan suhu tubuh yang melebihi 37,5 °C,
luka jahitan perineum bengkak, berwarna merah, dan pengeluaran lochia yang berbau.
i. ASI lancar dan bayi kuat menyusu
j. Ekspresi wajah ibu ceria
Analisa (A)
Diagnosa : PIII A0, Post partum hari pertama dengan nyeri luka perineum, skala nyeri 1-3
Penatalaksanaan (P)
Tanggal 04 Februari 2021, jam 09.15 wita
1. 09.15 wita . Meminta persetujuan dan menjelaskan semua tindakan yang dilakukan serta
menyampaikan hasil pemeriksaan. Ibu mengerti dengan penjelsan yang diberikan.
2. 09.20 wita . Mengobservasi TFU
TFU : 1 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus baik

29
3. 09.24 wita. Mengobservasi tanda-tanda infeksi luka jahitan perineum. Mengajarkan dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka perineum dan menjaga kebersihan vulva.
Ibu mengerti dan mau melakukannya
4. 09.26 wita . Mengobservasi TTV
TD : 110 / 80 mmttg
N : 80 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5 ºC
5. 09.28 wita . Mengobservasi pengeluaran lochea rubra pengeluaran lochea rubra (berwarna
merah dan berbau khas)
6. 09.30 wita . menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti jalan-jalan disekitar tempat tidur,
ibu mengerti dan mau melakukannya
7. 09.32 wita . Menjelaskan pada ibu tentang
a. Gizi seimbang : Ibu mengerti dan mau melakukannya.
b. Personal hygiene : Ibu mengerti dan mau melakukannya.
c. Istirahat yang cukup : Tidur siang maksimal 30 menit, tidur malam 7 – 8 jam. Ibu
mengerti dan mau melakukannya
8. 09. 36 wita . Menjelaskan pada ibu tentang
a. ASI eksluksif : Agar kebutuhan bayi terpenuhi. Ibu mengerti dan mau melakukannya
b. Menyusui secara ondemen : Agar tidak terjadi pembengkakakn pada payudara ibu. Ibu
mengerti dan mau melakukannya.

30
CATATAN PERKEMBANGAN POST PARTUM PADA NY “N”
HARI PERTAMA
NO Hari/tanggal Waktu Catatan Perkembangan Evaluasi
1 Kamis, 04-02- Subjektif (S)
2021 a. Ibu melahirkan tanggal 03
Februari 2021
Objektif (O)
a. Keadaan umum ibu baik
b. Kesadaran komposmentis
c. TTV : TD : 110/80 mmttg
N : 80 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5 ºC

d. Pengeluaran lochea rubra yang


berbau khas
e. Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi seperti : peningkatan
suhu tubuh yang melebihi 37,5
°C, luka jahitan perineum
bengkak, berwarna merah, dan
pengeluaran lochia yang
berbau.
f. Ekspresi wajah ibu ceria TFU 1 jari dibawah
pusat
Analisa (A)
Post partum hari pertama
Penatalaksanaan (P) TD : 110 / 80
a. Mengobservasi TFU mmttg
N : 80 x / menit
P : 22 x / menit

31
b. Mengobservasi TTV S : 36,5 ºC
Tidak ada tanda-
tanda infeksi yang
ditemukan. Suhu
tubuh 36,5°C, luka
c. Mengobservasi tanda-tanda jahitan tidak merah,
infeksi luka jahitan perineum. dan Jahitan luka
d. Mengobservasi pengeluaran tampak masih
lochea basah.
e. Menganjurkan ibu untuk Lochea rubra dan
memberikan ASI eksklusif dan berwarna khas.
menyusui secara ondemen Ibu mengerti dan
f. Mengajarkan ibu dan anjurkan bersedia
ibu teknik relaksasi melakukannya
Ibu mengerti dan
g. Menjelaskan penyebab nyeri langsung
pada ibu melakukannya
h. Penatalaksaan pemberian obat Ibu mengerti

i. Mengajarkan dan Ibu mengerti dan


menganjurkan ibu untuk Vulva mau meminnumnya
Hygiene Ibu mengerti dan
bersedia
melakukannya

32
CATATAN PERKEMBANGAN POST PARTUM PADA NY “N”
HARI KEDUA
NO Hari/tanggal Waktu Catatan Perkembangan Evaluasi
1 Jumat, 05-02-2021 Subjektif (S)
a. Nyeri perineum masih terasa
namun agak berkurang
Objektif (O)
a. Ekspresi wajah ibu tampak
ceria
b. TFU 2 jari dibawah pusat
c. Luka perineum masih tampak
lembab
d. Pengeluaran lochea rubra
e. TTV : TD : 120/80 mmttg
N : 82 x / menit
P : 22 x / menit
S : 36,5 ºC
Analisa (A)
Post partum hari kedua
Penatalaksanaan (P)
a. Menganjurkan ibu untuk Ibu mengerti dan
melakukan personal hygiene bersedia
melakukannya
b. Menganjurkan ibu istirahat Ibu mengerti
yang cukup
c. Mengajarkan ibu dan anjurkan Ibu mengerti dan
ibu teknik relaksasi langsung
melakukannya
d. Mengajarkan pada ibu bila tidur Ibu mengerti dan
atau duduk agar merapatkan bersedia
kakinya melakukannya

33
e. Mengajarkan dan Ibu mengerti dan
menganjurkan ibu untuk Vulva bersedia
Hygiene melakukannya

34
SAP
(Satuan Acara Penyuluhan)

Pokok bahasan : Post Natal Care (PNC)


Sub pokok bahasan : Tekhnik menyusui yang baik dan benar
Hari/Tanggal : 04 Februari 2021
Waktu : 30 menit
Tempat : PKM Bara-Baraya
Sasaran : Ibu Menyusui

A. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta mengerti tentang cara menyusui yang baik dan
benar

B. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
2. Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
3. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
4. Langkah-langkah menyusui yang benar
5. Cara pengamatan tekhnik menyusui yang benar.
6. Lama dan frekuensi menyusui

C. Materi
1. Pengertian tekhnik menyusui yang benar
2. Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
3. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
4. Langkah-langkah menyusui yang benar
5. Cara pengamatan tekhnik menyusui yang benar.
6. Lama dan frekuensi menyusui

35
D. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

E. Media
1. Leaflet

F. Kegiatan penyuluhan
No Tahap/waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
1. Pembukaan : d. Memberi salam pembuka - Menjawab salam
3 menit e. Memperkenalkan diri
f. Menjelaskan pokok bahasan dam - Memperhatikan
tujuan penyuluhan - Memperhatikan
g. Membagi leaflet - Memperhatikan
2. Pelaksanaan : a. Menjelaskan pengertian tekhnik - Memperhatikan
20 menit menyusui yang benar
b. Menjelaskan posisi dan perlekatan - Memperhatikan
menyusui yang benar
c. Menjelaskan persiapan memperlancar- Memperhatikan
pengeluaran ASI
d. Menjelaskan langkah-langkah - Memperhatikan
menyusui yang benar
e. Menjelaskan cara pengamatan - Memperhatikan
tekhnik menyusui yang benar.
c. Lama dan frekuensi menyusui - Memperhatikan
3. Evaluasi : Menanyakan kepada peserta tentang Menjawab pertanyaan
5 menit materi yang telah diberikan.
4. Penutup : - Mengucapkan terimakasih atas peran- Mendengarkan
2 menit serta dan peserta
- Mengucapkan salam penutup - Menjawab salam

G. Evaluasi
1. Jelaskan cara menyusui yang baik dan benar?
2. Jelaskan posisi bagaimana cara menyusui bayi kemabar yang baik dan benar?

36
3. Sebutkan langkah-langkah menyusui yang baik damn benar?

H. Hasil
1. Ibu bisa menjelaskan tekhnik cara menyusui yang baik dan benar.
2. Ibu bisa menjelaskan dan memperagakan bagaimananya caranya menyusui bayi dengan baik
dan benar.
3. Ibu mampu menyebutkan langkah-langkah menyusui yang baik dan benar.

Materi Penyuluhan
“Tekhnik Menyusui yang Baik dan Benar”

A. Pengertian Tekhnik Menyusui yang benar


Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Saminem,2009)
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2010,)
Tekhnik menyusui yang benar adalah kegiatan yang menyenangkan bagi ibu sekaligus
memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak dengan cara yang benar (Yuliarti,
2010).
Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu dan memperkuat
refleks menghisap bayi.
Jadi, Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
posisi ibu yang benar, sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.

B. Posisi dan perlekatan menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

37
Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

38
Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar.
Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar
dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan
kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu
sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak (Vivian Nanny Lia Dewi,
Tri Sunarsih, 2011)

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

39
Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan


C. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
Persiapan mempelancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
1. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak , sehingga epital yang lepas tidak
menumpuk.
2. Putting susu di tarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.

40
3. Bila putting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu.

D. Langkah –langkah menyusui yang benar


1. Cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.
2. Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .
3. Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu. jangan hanya leher dan bahunya
saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan hadapkan bayi kedada ibu, sehingga hidung bayi
berhadapan dengan putting susu, biarkan bibir bayi menyentuh putting susu ibu dan tunggu
sampai terbuka lebar .
4. Segera dekatkan bayi kepayudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak
dibawah puting susu. Cara meletakan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada
payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bayi membuka lebar.
5. Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu kesebelah kanan sampai bayi
merasa kenyang.
6. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan lap bersih
yang telah direndam dengan air hangat.
7. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.
8. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI tahan puting susu dengan kain supaya ASI berhenti
keluar.

Gambar 9. Cara meletakan bayi

41
Gambar 10. Cara memegang payudara

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi

Gambar 12. Perlekatan benar

42
Gambar 13. Perlekatan salah

E. Cara Pengamatan Tekhik Menyusui yang benar


Menyusui dengan tekhnik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet dan asi tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjut nya
atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar, maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menemel pada payudar ibu.
5. Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih banyak yang masuk.
6. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.
7. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin aerola ( tidak hanya putting saja),lingkar aerola
atas terlihat lebih banyak bila dibandingkan dengan lingkar aerola bawah.
8. Lidah bayi menopang putting dan aerola bagian bawah .
9. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
10. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
11. Puting susu tidak terasa nyeri.
12. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
13. Kepala bayi agak menengadah.
14. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai dengan berhenti sesaat.

43
F. Lama dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakukan disetiyap bayi membutuhkan karena bayi
akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis
bukan karena penyebab lain (BAK, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau
ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.
Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai
pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal dan sesuai
kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan
agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan
memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan ukuran kedua payudara, maka sebaiknya setiap kali menyusui
harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai
payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui,
dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu
menggunakan kutang (bra) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
(Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011).

44
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Langkah-langkah menyusui yang benar
yaitu Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting,
duduk dan berbaring dengan santai. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi
sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi
lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu,
dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu
sampai mulut bayi terbuka lebar. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa
sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi
dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir
bawah bayi membuka lebar.
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan
tanda-tanda sebagai berikut yaitu: bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu,
mulu bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, sebagian areola masuk
kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk, bayi nampak menghisap kuat
dengan irama perlahan, puting susu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada
satu garis lurus, kepala bayi agak menengadah.
Dalam menyusui, terdapat macam posisi menyusui, cara menyusui yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Adapun posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti ibu pasca operasi
Caesar. Bayi diletakan di samping kepala ibu dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi
kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di
payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas
dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, sehingga dengan posisi ini bayi tidak
tersedak.

45
B. Saran
Setelah mengetahui cara menyusui yang baik dan benar, di harapkan kepada ibu
menyusui agar dapat menyusui bayinya dengan baik dan benar.

46
DAFTAR PUSTAKA

Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Salemba
Medika: Jakarta

47
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Melaksanakan pengkajian pada Ny “N” masa nifas melalui anamnesa, pemeriksaan fisik
kemudian data yang diperoleh dianalisis menjadi data subjektif dan data objektif
2. Mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual pada Ny “N” masa nifas dengan keluhan
nyeri luka perineum setelah melahirkan.
3. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “N“ masa nifas secara tepat
4. Mengimplementasikan asuhan kebidanan pada Ny “N” masa nifas normal
5. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Ny “N” masa nifas dengan nyeri luka
perineum setelah melahirkan
6. Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada Ny “N” masa nifas dengan keluhan
nyeri luka perineum setelah melahirkan dalam bentuk SOAP
B. Saran
1. Untuk Klien
a. Diharapkan pada setiap ibu nifas agar mengkonsumsi makanan yang bergizi karena
makanan yang bergizi akan memenuhi kebutuhan energi, juga untuk mempercepat
proses penyembuhan dan pengembalian alat reproduksi mendeteksi keadaan
sebelum hamil serta untuk memperbanyak produksi ASI.
b. Diharapkan pada setiap ibu nifas agar senantiasa menjaga kebersihan dirinya
terutama daerah genitalia untuk mencegah terjadinya infeksi pada diri ibu.
c. Diperlukan keterlibatan suami/keluarga dalam perawatan untuk meningkatkan
hubungan yang lebih erat antara pasien dengan bayinya demi menambah
pengetahuan dan bimbingan sebagai kelanjutan perawatan dirumah.
2. Untuk Bidan
a. Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan diharapkan senantiasa
berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan yang lebih profesional berdasarkan manajemen kebidanan
sebagai pertanggung jawaban apabila ada gugatan.
b. Dalam melaksanakan tugas sebagai bidan harus sepengetahuan dan mendapat
persetujuan dari klien.

48
c. Diharapkan bidan dalam memberikan asuhan kepada klien menerapkan manajemen
kebidanan serta pendokumentasian asuhan sebagai pertanggung jawaban apabila
ada gugatan.

49
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2015). Buku ajar keperawatan Maternitas. Jilid 4 Jakarta : EGC
Imamah, E.N. (2009) Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri Luka Jahitan
Perineum Pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Muhamadiyah Lamongan Tahun 2009.
SURYA. Vol.02,No.VI
Judha,M (20012) Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Manuaba, L.B.G (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan Keluarga berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Saifudin, A.B. (2015). Ilmu Kebidanan. Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Tamsuri, A. (2017). Konsep Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.

50

Anda mungkin juga menyukai