Anda di halaman 1dari 27

KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN BUDAYA

DISUSUN OLEH :

“KELOMPOK 3”

1. NIKMA KURNIA ( A1A221200)


2. KAMRIANI ( A1A221236)
3. EINJEL THEOPILIA ( A1A221225)
4. FITRIANI ( A1A221201)
5. SULFA SALSABILAH (A1A221231 )
6. NURFAHIMA ( A1A221174)
7. MANSRIANI ( A1A221090)
8. PUTRI APRIMA DHARMA (A1A221221)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena


dengan berkat dan karunianyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah
“Kebutuhan khusus pada permasalahan budaya”. Penyusun mengucapkan
terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak dan kerjasama kelompok atas
keberhasilan penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi
media untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan untuk memahami
“pentingnya kebutuhan khusus pada permasalahan budaya".

Makassar, 27 Juni 2022

Tim penyusun

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan Masalah ...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Vagina Birth After Ceaseran .................................................................... 5
B. Pemelihan Jenis Kelamin Anak................................................................ 8
C. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Pada Kebutuhan Khusus ................... 10
D. Perawatan Anak Pada Ibu Berkebutuhan Khusus ..................................... 13
E. Promosi Kenormalan Pada Ibu Berkebutuhan Khusus.............................. 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 20
B. Saran ......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam realita sosial, pemaknaan kehadiran anak atau pemelihan jenis kelamin
anak, tidak hanya sekedar pelengkap kebahagiaan keluarga, kehadiran anak
berkaitan juga dengan sosial-budaya. Pada sisi ini, pemaknaan kelahiran anak
secara langsung dipengaruhi oleh pandangan sosial. Pada sistem sosial tertentu,
kehadiran anak, disamping mengemban. harapan dan tanggungjawab pribadinya
juga dibebani untuk memenuhi harapan dan kewajiban keluarga dan lingkungan
sosialnya. Pada masyarakat patrilineal, misalnya, anak laki-laki begitu banyak
diharapkan, karena dianggap sebagai penerus keturunan keluarga. Pada kasus yang
lain, walaupun terkesan eksloitatif, kehadiran anak laki-laki dianggap lebih mampu
melanjutkan suatu dinasti (trah) atau kelanjutan suatu usaha atau setidaknya dapat
membantu menanggung beban ekonomi keluarga.
Banyak keluarga merasa kurang berbahagia jika belum memiliki anak. yang
lengkap (laki-laki atau perempuan). Tanpa kontrol yang jelas, gejala ini akan
menyebabkan terjadinya ledakan pertumbuhan penduduk. Bagi sebagian keluarga
ketidaklengkapan jenis kelamin ini, bahkan dijadikan alasan untuk yang memiliki
struktur masyarakat matrilineal. kedudukan anak perempuan menjadi sangat
penting. Anak perempuan pada masyarakat Minangkabau menjadi penentu
terhadap garis keturunan adat.. Jargon, "anak laki-laki atau perempuan sama saja"
yang gencar disuarakan pada masa sosialisasi Keluarga Berencana (KB) setidaknya
memberikan gambaran tentang kenyataan ini, bahwa belum lengkap kebahagiaan
suatu keluarga manakala belum memiliki anak laki-laki dan perempuan. Keadaaan
di atas memberikan gambaran bahwa di masyarakat muncul suatu keinginan untuk
memrogram jenis kelamin bayi yang dilahirkan. Kenyataan inilah yang kemudian
mendasari penelitian-penelitian medis tentang upaya merencanakan jenis kelamin
anak.

1
Dalam proses penelitian pemrograman jenis kelamin anak, para ahli biologi
menemukan bahwa jenis kelamin anak ditentukan oleh 4 faktor, yakni:
1. Posisi pada waktu berhubungan intim
2. Waktu coitus
3. Jenis makanan
4. Tingkat keasaman dan kebasahan vagina
Dalam penelitian berikutnya ditemukan pula, sebagaimana diungkapkan oleh
dr.Prita Kusumaningsih,Sp.OG."proses perekayasaan jenis kelamin ini sangat
dimungkinkan jika dilakukan sebelum terjadinya konsepsi (pertemuan sel telur dan
sperma) Karena setelah konsepsi berarti telah terjadi penyatuan dan sudah tidak
dapat lagi dilakukan rekayasa apapun untuk merubah jenis kelamin"
Dimungkinkannya perekayasaan ini dimulai dengan ditemukannya struktur
kromosom yaitu suatu struktur yang terdapat dalam inti sel yang ditempati gen
sebagai pembawa sifat keturunan. Pada umumnya, laki-laki dan perempuan
mempunyai dua buah kromosom yang bisa menentukan jenis kelamin. Kromosom
ini terdapat pada tiap sel orang bersama 44 kromosom lainnya (autosom). Pada
wanita, kedua belah kromosom seksnya adalah kromosom X, sementara pada laki-
laki kromosom seksnya terdiri atas belahan X dan belahan Y. Dengan demikian,
susunan normal kromosom seks pada wanita adalah XX dan pada pria XY.
Kromosom X merupakan pembawa sifat perempuan sekaligus penentu jenis
kelamin perempuan, dan kromosom Y merupakan kromosom pembawa sifat laki-
laki dan sekaligus penentu jenis kelamin laki-laki. Apabila sperma yang membuahi
sel telur mengandung kromosom X, maka hasilnya ialah embrio perempuan (XX).
Melihat gambaran kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat erat
memegang adat tersebut, maka pemrograman jenis kelamin anak merupakan salah
satu alternatif dalam rangka mewujudkan kebutuhan dan keinginan manusia. Dan
rekayasa pemilihan jenis kelamin anak mempunyai ruang yang cukup luas dalam
memenuhi hajat manusia, dan merupakan salah satu cara menjaga kebahagiaan
keluarga. Perkembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
bidang kedokteran ini merupakan revolusi yang berpengaruh pada tatanan
kehidupan manusia. Gejala ini perlu disikapi oleh agama Islam, sejauh mana hukum

2
Islam memberikan ruang bagi pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
dan teknologi ini.
Berawal dari ditemukannya kromosom penentu jenis kelamin (kromosom x
dan y), maka anak dengan jenis kelamin tertentu pun bisa di desain. Teknologi ini
mulai menjamur di hampir semua negara-negara maju, dan ini menjadi menarik
untuk dikaji karena untuk mengetahui bagaimana sebenarnya teknologi
pemrograman jenis kelamin ini dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap
pelaksanaan teknologi ini karena image yang tertanam dalam masyarakat selama
ini adalah bahwa jens kelamin adalah hak mutlak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pentingnya
mengetahui kebutuhan khusus pada permasalahan budaya yaitu sebagai berikut:
1. Pentingnya seorang bidan mengetahui apa yang di maksud dengan Kebutuhan
khusus pada permasalahan budaya ?
2. Mengetahui pemelihan jenis kelamin anak ?
3. Pentingnya seorang bidan mengetahui Vaginal Birth After Ceaserean itu apa ?
4. Mengetahui pentingnya persalinan dan kelahiran pada berkebutuhan khusus ?
5. Mengetahui perawatan anak pada ibu berkebutuhan khusus?
6. Mengetahui manfaat dari promosi kenormalan pada ibu berkebutuhan khusus ?

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pentingnya seorang bidan mengetahui apa yang di maksud
dengan Kebutuhan khusus pada permasalahan budaya.
2. Untuk mengetahui pemelihan jenis kelamin anak.
3. Untuk mengetahui pentingnya seorang bidan mengetahui Vaginal Birth After
Ceaserean.
4. Untuk mengetahui pentingnya persalinan dan kelahiran pada berkebutuhan
khusus.
5. Untuk mengetahui perswatan anak pada ibu berkebutuhan khusus.

3
6. Untuk mengetahui manfaat dari promosi kenormalan pada ibu berkebutuhan
khusus.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Vagina Birth After Ceaseran


1. Pengertian Bedah Caesar (section caesarea)
Bedah Caesar (section caesarea) saat ini sedang menjadi salah satu trend
persalinan di kalangan masyarakat dan kedokteran medis. Berkembangnya
sains dan teknologi, terutama dalam bidang kedokteran yang meliputi alat-
alat kedokteran dan anestesi pada akhirnya mulai bergerak menuju ranah
hukum dan agama. Tindakan seksio dengan resiko yang cukup tinggi bagi
pasien dan bayi yang dikandung menjadi salah satu pertimbangan agama
dalam menjaga kehidupan seseorang. Di satu sisi, keputusan tindakan section
caesarea memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melahirkan tanpa
merasakan sakit melalui tindakan pembedahan. Di sisi lain, resiko tinggi yang
ditimbulkan dari tindakan Caesar ini berdampak pada pasien dan bayi yang
dilahirkan, sehingga tindakan Caesar ini hanya dapat dilakukan karena
adanya kedaruratan medis dalam persalinan normal yang menghendaki
seseorang harus melakukan bedah Caesar.
2. Indikasi Persalinan Bedah Caesar (section caesarea)
Setiap tindakan medis tentunya harus berdasarkan diagnosis medis pula.
Terlebih pada tindakan medis dengan resiko tinggi. Sectio Caesarea pada
awalnya dilakukan dengan alasan adanya kelainan pada passage11, sehingga
kelahiran tidak dapat melalui jalan normal. Kelainan power, misalnya akibat
daya mengejan ibu yang lemah, ibu yang berpenyakit jantung atau ibu hamil
yang usianya lebih dari 35 tahun. Kelainan passenger, diantaranya bayi
terlalu besar (giant baby), bayi melintang, bayi sungsang,bayi yang tertekan
terlalu lama pada pintu atas panggul dan janin yang menderita denyut jantung
lemah. Kelainan passage, diantaranya meliputi panggul sempit, trauma
persalinan serius pada jalan lahir, atau adanya infeksi pada jalan lahir yang
dapat menular pada anak, misalnya kondolima sifilitik yang lebar dan pipih,
penyakit infeksi, herpes kelamin, hepatitis B, dan hepatitis C.

5
Dari data dan fakta yang terjadi, tidak semua ibu dapat melahirkan
secara normal. Berbagai alasan medis seperti yang dikemukakan di atas
memaksa ibu untuk melahirkan dengan jalan alternatif. Yang seharusnya,
cara demikian ini dilakukan ketika keadaan ibu dan bayinya dalam keadaan
darurat dan hanya dapat diselamatkan dengan jalan operasi. Secara spesifik,
indikasi medis dilaksanakannya tindakan section caesarea meliputi:
a. Indikasi fetus/janin
Kondisi fetus atau janin dalam kandungan menunjukkan kondisi yang
mengarah pada section, yaitu karena insufisiensi plasenta. Pada kasus ini,
maka keputusan persalinan dengan jalan section dapat diambil sebelum
terjadinyapersalinan. Berbeda ketika terjadi kelainan denyut jantung pada tes
stress oksitoksin dan pada pewarnaan mekonium dalam cairan omnion,
keduanya adalah indicatoryang sangat penting. Pada keadaan dimana adanya
retardasi pertumbuhan maupun penurunan kadar HPL dan estriol yang
dikemukakan oleh dokumentasi sonografi, sehingga pelaksanaan seksio
dibenarkan dalam keadaan ini, yaitu ketika keadaan serviks tidak
memungkinkan induksi persalinan.
Selain itu, prolapsus tali pusat dan korioamnionitis yaitu keadaan yang
sangat menbahayakan fetus, dimana ia didiagnosis oleh demam diatas 38˚C
disetai cairan amnion yang berbau busuk. Keadaan lain dimana termasuk di
dalamnya beresiko pada janin adalah kondisi gawat janin akibat air ketuban
kurang, posisis bayi yang sungsang, pertumbuhan janin kurang baik dan
sebagainya. Secara spesifik, keadaan tersebut meliputi:
 Plasenta previa, yaitu keadaan dimana plasenta berada di bawah dan
menutupi jalan lahir. Pada umumnya keadaan seperti ini sudah diketahui
di awal kehamilan.
 Ketidakseimbangan antara tulang panggul ibu dan ukuran bayi. Misal
pada kasus tulang panggul ibu terlalu sempit atau ukuran bayi terlalu
besar (giant baby).
 Ibu mengalami preeclampsia atau kondisi dimana tekanan darah ibu
terlalu tinggi sehingga ibu mengalami kejang-kejang.

6
 Janin dalam posisi sungsang atau melintang. Sungsang adalah kondisi
janin dengan posisi kepala janin berada di atas. Sedangkan melintang
adalah kondisi janin dengan kepala berada di sisi kanan atau kiri,
sedangkan pada persalinan normal menghendaki persalinan bayi dengan
posisi kepala berada di bawah dekat jalan lahir.
 Bayi terlilit tali pusar. Indikasi Caesar untuk kasus ini adalah keadaan
dimana bayi terlilit tali pusar dengan kencang sehingga mengakibatkan
bayi sulit bernafas. Denyut jantung bayi dapat diketahui melalui
pemeriksaan dokter yang normalnya antara 120-140 kali permenit.Jika
turun sampai 120 denyut permenit berarti janin mengalami masalah. Dan
jika turun sampai 100 kali permenit, maka bayi bisa dinyatakan terancam.
 Postmature atau kehamilan yang lewat masa 42 minggu. Lebih dari ini,
fungsi plasenta drop dan rusak sehingga bayi beresiko mati mendadak.
b. Indikasi ibu
Indikasi terhadap ibu, dapat diklasifikasikan menjadi:
 Usia ibu
 Riwayat penyakit serta hipertensi
 Diabetes mellitus
 Letak plasenta ibu menutupi jalan lahir janin
Secara khusus, indikasi ibu dapat meliputi adanya tumor pada uterus dan
ovarium di dalam kehamilan yang menyumbat jalan lahir, sehingga
memerlukan tindakan bedah. Hal yang serupa dapat terjadi pada ibu yang
memiliki karsinoma serviks atau adanya kanker pada serviks yang sekalipun
hal tersebut tidak meyebabkan kesulitan pada proses kelahiran, tetapi adanya
kanker jelas memperburuk prognosis.

7
3. Jenis Bedah Caesar (section caesarea)

Sayatan pada sectio caesarea klasik

Sayatan pada sectio caesareainsisi melintang.

Sayatan sectio caesareapada insisi membujur.

B. Pemilihan Jenis Kelamin Anak


Kehadiran anak laki-laki dan anak perempuan dalam suatu keluarga
khususnya di tengah-tengah masyarakat memegang arti penting, tidak lengkap
rasanya suatu keluarga jika tidak memiliki anak. Salah satu tujuan keluarga adalah
untuk mendapatkan keturunan, atau jika suatu keluarga hanya memiliki anak
perempuan saja atau anak laki-laki saja juga dianggap tidak lengkap.
Kehadiran anak laki-laki dalam rumah tangga masyarakat sangat memiliki
arti karena laki-laki adalah sebagai pemimpin. Oleh karena itu beratnya peran
sebagai pemimpin, maka sejak dini anak laki-laki dibekali bagaimana menjadi

8
pemimpin kelak dia dewasa. Sedangkan kehadiran anak perempuan tengah
keluarga yaitu hanya akan menjadi ibu rumah tangga. Oleh karena itu banyak usaha
yang dilakukan oleh suatu keluarga masyarakat dalam mencapai keseimbangan
dalam keluarga tersebut.
Hal ini dilakukan adalah dengan berupaya sepenuh hati untuk melakukan
berbagai hal dalam mencapai keinginannya mendapatkan anak laki-laki atau anak
perempuan yang sangat didambakan. Meskipun harus melakukan suatu hal yang
dianggap mitos yakni suatu hal yang dianggap sebagaian masyarakat belum benar
diantara lain :
1. Mitos-mitos terkait dengan jenis kelamin dalam kandungan
 Jenis kelamin laki-laki :
 Perut terlihat runcing ke depan
 Lebih menyukai daging, makanan yang asin dan gurih
 Gerakan janin sangat aktif
 Jenis kelamin perempuan :
 Perut terlihat melebar ke samping
 Janin diperut condong ke bawah
 Gerakan jaanin lambat
A. Budaya masyarakat untuk mendapatkan jenis kelamin tertentu
Berbagai macam usaha yang dapat dilakukan demi bisa mendapatkan bayi
dengan jenis kelamin tertentu. Usaha yang dilakukan oleh masyarakat dengan
mendatangi tukang urut yang terkenal mampu dalam melakukan ini. Metode urut
adalah salah satu cara yang dilakukan dalam melakukan pertolongan kepada yang
membutuhkan. Sebenarnya yang dilakukan oleh tukang urut yang pertama kali
adalah mengurut badan secara keseluruhan guna memperbaiki jalannya peredaran
darah. Setelah itu barulah diberikan makanan atau ramuan yang digunakan
pengobatan selanjutnya
B. Persepsi masyarakat terhadap mitos
Keberadaan tanda-tanda dan usaha yang tampak dalam keseharian ibu hamil
dalam menjalankan aktivitasnya memang tidak semuanya benar berhubungan
dengan jenis kelamin anak. Bagi sebagian masyarakat yang mempercayainya, maka

9
mitos dari tanda-tanda itu akan memberikan hubungan yang sangat erat. Berbeda
dengan sebagian masyarakat yang tidak mempercayai mitos tersebut. Mereka hanya
berujar bahwa tanda tersebut hanya kebetulan saja dengan jenis kelamin anak yang
dilahirkan. Usaha yang dilakukan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin.

C. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Pada Kebutuhan Khusus


1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses fisiologis yang memungkinkan terjadinya
serangkaian perubahan besar pada calon ibu untuk dapat melahirkan janinnya
melalui jalan lahir (Ilmiah, 2015). Persalinan atau melahirkan bayi adalah
suatu proses normal pada wanita usia subur. Persalinan merupakan persiapan
penting yang sangat ditunggu oleh setiap pasangan suami-istri, menyambut
kelahiran sang buah hati merupakan saat yang membahagiakan setiap
keluarga bahkan seluruh anggota masyarakat, demi kesejahtera ibu dan janin
(Firdaus & Iswahyudi, 2010).
2. Persiapan persalinan
Persalinan ada empat hal yang perlu dipersiapkan, yaitu:
 Persiapan fisik
Persiapan fisik persiapan persalinan meliputi kesiapan kondisi kesehatan
ibu, meliputi kesiapan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan fisiologis
selama hamil sampai menjelang persalinan. pengaturan kebutuhan nutrisi saat
kehamilan, serta upaya perencanaan persiapan persalinan dan pencegahan
komplikasi yang mencakup tanda-tanda bahaya dan tanda-tanda persalinan.
Dalam menyiapkan kondisi fisik, ibu perlu menyiapkan makan makanan
bergizi dan minum yang cukup banyak. Tetap melakukan aktivitas seperti
berjalan pagi, atau kegiatan rumah lainnya, dan tetap istirahat yang cukup
juga merupakan persiapan fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu.
Dengan mengetahui teknik mengedan dan bernafas yang baik juga dapat
memperlancar dan memberikan ketenangan dalam proses persalinan. Penting
untuk ibu menjaga kebersihan badan dan kesesuaian pakaian. Kebersihan
badan menjelang persalinan bermanfaat karena dapat mengurangi

10
kemungkinan adanya kuman yang masuk selama persalinan dan dapat
mengurangi terjadinya infeksi sesudah melahirkan. Ibu akan merasa nyaman
selama menjalani proses persalinan.
 Persiapan psikologis
Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari
kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat
melalui saat-saat persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta
dukungan dari orang-orang terdekat. Perhatian dan kasih sayang tentu akan
membantu memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan dan
merupakan motivasi tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam
menghadapi persalinan.
Perasaan takut dalam persalinan dapat diatasi dengan meminta keluarga
atau suami untuk memberikan sentuhan kasih sayang, meyakinkan ibu bahwa
persalinan dapat berjalan lancar, mengikutsertakan keluarga untuk
memberikan dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu atau
keluarga.
 Persiapan finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan suatu
kebutuhan yang mutlak harus disiapkan, dimana berkaitan dengan
penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama
kehamilan berlangsung sampai persalinan seperti menyiapkan biaya
persalinan, menyiapkan popok bayi dan perlengkapan. Menyiapkan pendonor
darah ketika dibutuhkan transfusi darah setelah persalinan merupakan hal
yang perlu dipertimbangkan dan disiapkan.
 Persiapan kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi yang kurang baik
terhadap kehamilan agar persiapan yang berhubungan dengan kebiasaan tidak
baik selama kehamilan dapat dihindari. Kepercayaan dan budaya akan
perilaku yang pantas selama masa kehamilan akan mempengaruhi respon
suami maupun petugas kesehatan terhadap kebutuhan. Persiapan persalinan,
yaitu pertanyaan-pertanyaan mengenai siapa yang akan menolong persalinan,

11
dimana akan melahirkan, siapa yang akan membantu dan menemani dalam
persalinan, kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul permasalahan,
metode transportasi bila diperlukan rujukan, dan dukungan biaya.
3. Persiapan Persalinan dan Kelahiran dalam Permasalahan Budaya
Persalinan dapat terjadi secara alami dengan atau tanpa pertolongan,
narnun banyak ha1 mungkin terjadi dalam proses persalinan yang dapat
membahayakan jiwa ibu dan bayi yang mungkin terjadi dalam proses
persalinan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi misalnya perdarahan,
partus lama, eklamsi, infeksi dan lain-lain. Salah satu contohnya, Limatema
budaya yang menjadi akar perilaku ibu-ibu Suku Amungme dan Suku
Kamoro dalam penanganan persalinannya adalah yaitu :
 Tema budaya pertama
Penduduk mempercayai bahwa darah dan kotoran persalinan dapat
menimbulkan penyakit yang mengerikan bagi laki-laki dan anak-anak, karena
itu ibu bersalin harus dijauhkan atau disembunyikan. Pada penduduk yang
masih tinggal di pedalaman lokasi penyingkiran ibu bersalin ini berada
di luar radius 500 meter dari perkampungan. Desa pemukiman baru ini
ini meskipun mereka sudah tinggal selama lebih dari 10 tahun, masih tetap
ada akar budaya jijik atau takut terhadap perempuan yang sedang bersalin.
Hal ini terlihat dari tempat ibu-ibu melakukan persalinan di rumah bisa, di
dalam kamar mandi, di dapur, di bawah rumah, atau di tempat khusus yang
dibuat di belakang rumah hutan (bivak). Ini menunjukkan bahwa meskipun
sudah tinggal di pemukiman baru, ibu tetap tidak berani melanggar tradisi
dengan mengurung diri di bagian belakang rumah sementara suami dan anak-
anak menunggu di ruang depan rumah.
Kepercayaan ini sangat memojokkan posisi perempuan dan sangat
merugikan kesehatannya, saat perempuan yang berjuang untuk tugas
reproduksi yang berbahaya tidak mendapat perhatian dari suaminya. Cara
penanganan persalinan juga sering bertentangan mendapat perhatian dari
suaminya. Cara penanganan persalinan juga sering bertentangan dengan

12
cara pelayanan kesehatan modem misalnya posisi jongkok di toilet,
pemotongan dan pengikatan tali pusat dengan tali rafia atau akar pohon.
 Tema budaya kedua
Kematian ibu dipercayai karena ibu tersebut mendapat kutukan dari
tuan tanah (teheta) atau roh nenek moyang. Kemalangan yang menimpa ibu
karena ketidaktahuan dan tidak adanya bantuan pelayanan yang
seharusnya rnenjadi hak kesehatan reproduksinya dianggap wajar karena
kesalahannya sendiri. Prinsip ini membuat nasib kaum perempuan Papua
makin terpinggirkan. Peristiwa kematian ibu kurang mendapatnasib kaum
perempuan Papua makin terpinggirkan. Peristiwa kematian ibu kurang
mendapat perhatian selayaknya bagi banyak penduduk pedesaan, mereka
menganggap itu peristiwa yang wajar dianggap mati syahid bahkan akan
masuk syurga. Ada pula masyarakat menganggap persalinan suatu
peristiwa yang mengerikan, misalnya arwah ibu dapat menjadi menjadi
kuntilanak atau leak. Karena itu sering kematian itu disembunyikan atau tidak
dilaporkan.

D. Perawatan Anak Pada Ibu Berkebutuhan Khusus


1. Pengertian Anak Berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau
keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang
berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia
dengannya.
2. Ciri-ciri anak berkebutuhan khusus
Anak-anak yang masuk ke dalam kategori kebutuhan khusus ini memang
memiliki perilaku yang berbeda jika dibandingkan dengan anak normal pada
umumnya, mulai dari perilaku, mental, emosi, serta fisik. Berikut ini beberapa
jenis anak kebutuhan khusus beserta ciri cirinya.
 Tunanetra, anak yang memiliki gangguan pada daya penglihatannya baik

sebagian ataupun menyeluruh.

13
 Tunarungu, anak yang memiliki gangguan pada daya pendengarannya baik

sebagian atau keseluruhan sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan


untuk melakukan komunikais secara verbal.
 Tunalaras, anak yang memiliki kesulitan ketika menyesuaikan diri

sehingga berperilaku yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang
berlaku di lingkungannya. Sehingga tentunya akan merugikan diri sendiri
dan orang lain di sekitarnya.
 Tunadaksa, anak yang memiliki kelainan atau cacat permanen pada bagian

sistem gerak tubuh meliputi oto, sendi, tulang.


 Tunagrahita (down syndrome), anak yang memiliki dan mengalami

hambatan serta keterbelakangan mental yang jauh dari rata-rata (IQ berada
di bawah 70). Sehingga menyebabkan anak kesulitan dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik, berkomunikasi, maupun menjalani
kehidupan sosialnya. Tuna grahita terbagi menjadi 2 jenis, tuna grahita
biasa dan down syndrome.
 Cerebral palsy, gangguan yang terjadi dikarenakan kerusakan otak yang

menyebabkan gangguan pada pengendalian fungsi motorik.


 Gifted, anak yang memiliki potensi diatas rata-rata anak pada umumnya

meliputi kecerdasan, kreativitas, serta tanggung jawab yang diatas anak-


anak di usianya.
 Autisme, kelainan yang menyerang perkembangan anak dikarenakan

adanya gangguan yang terjadi di sistem syaraf pusat. Sehingga


menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi, perilaku, serta hubungan
sosial.
 Asperger Disorder (AD), sama halnya dengan autisme yang memiliki

kekurangan dalam berkomunikasi, perilaku dan hubungan sosial, hanya


saja anak yang menderita gangguan ini lebih ringan jika dibandingkan
dengan anak-anak yang mengidap autisme. Yang membedakan adalah
kemampuan bicara dari anak asperger jauh lebih baik dibandingkan
dengan autisme.

14
 Retss’ Disorder, gangguan perkembangan anak ini masuk ke dalam

kategori ASD. Yang termasuk ke dalam gangguan Rett’s disorder ini


adalah anak yang tiba-tiba mengalami kemunduran perkembangan saat
mulai menginjak usia 18 tahun.
 ADHD atau yang dikenal dengan “anak hiperaktif” merupakan gangguan

yang menyebabkan anak tidak bisa diam dan mudah bergerak dari tempat
ke tempat lainnya. Tak hanya itu, rentang konsentrasinya juga sangat
pendek dan sering kesulitan dalam mengikuti akademik.
 Lamban belajar (slow learner), anak yang memiliki potensi kecerdasan di

bawah normal namun belum sampai ke tahap tunagrahita.


 Anak yang memiliki kesulitan dalam belajar hal-hal spesifik.

Karena berbeda dari umumnya, maka anak-anak kebutuhan khusus tentunya


membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang lebih spesifik. Cara merawat
anak-anak pada ibu berkebutuhan khusus :
 Orang Tua Harus Lebih Terbuka Pemikirannya
Sebelum menangani anak, tentunya pihak orang tua sendiri haruslah lebih
terbuka pemikirannya mengenai anak-anak berkebutuhan khusus ini. Sikap
keterbukaan ini tentunya harus anda tunjukkan dari rasa menerima segala
kondisi anak anda saat ini. Dari sikap keterbukaan ini lah anda bisa mencari
usaha dan cara yang tepat untuk mendidik anak anda. Tanamkan ke dalam
diri anda jika anak berkebutuhan khusus bukanlah aib yang harus ditutupi.
Jika hal ini anda lakukan hanya akan memperparah kondisi anak anda ketika
sudah dewasa.
 Lakukan Pengawasan Sedari Dini
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, anak-anak kebutuhan khusus
tentunya membutuhkan pengawasan yang lebih dibandingkan anak-anak
pada umumnya, Untuk itu pentingnya pengawasan sedari dini terkait tumbuh
kembang anak. Cara ini dilakukan agar orang tua dapat mengetahui setiap
tahap perkembangan anak. Sehingga nantinya bisa sedikit waspada bila
terjadi pertumbuhan fisik dan mental yang tidak mengalami perubahan dalam
waktu yang lama.

15
 Berikan Motivasi, Perhatian dan Bimbingan
Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tentunya membutuhkan
motivasi, perhatian, serta bimbingan yang lebih dibandingkan dengan anak-
anak lainnya. Dengan perhatian dan motivasi yang besar dan intens tentunya
membantu anak bisa berkembang menjadi lebih baik lagi. Tentu butuh
kesabaran yang ekstra bagi orang tua yang menangani anak-anak
berkebutuhan khusus namun semua ini demi perkembangan anak yang lebih
maksimal.
 Adaptasi Dengan Anak
Dibutuhkan adaptasi antara pengasuh, orang tua, serta anak-anak
kebutuhan khusus sendiri. Jika adaptasi tersebut tidak berjalan dengan lancar,
tentu segala cara yang dilakukan tidak akan membantu perkembangan anak.
Ketika proses adaptasi bisa berjalan dengan baik, tentu membuat segala
proses selanjunya berjalan dengan mudah. Adaptasi yang baik tentu akan
membantu anda memahami kondisi serta potensi anak.
 Meningkatkan Kedekatan Emosional Dengan Anak
Kedekatan emosional menjadi salah satu bagian penting yang harus ada
ketika anda menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Kedekatan
emosional ini dibutuhkan agar anak anak bisa percaya serta menjadi dekat
dengan anda. Ketika sudah terjalin kedekatan emosional yang tinggi tentunya
anak akan merasa aman dan terbuka dengan anda.
 Ajari Untuk Mengeksplor Ketrampilannya
Orang tua dengan anak-anak berkebutuhan khusus tentunya membutuhkan
energi ekstraketika mendidik anak-anaknya. Meskipun anak-anak anda
memiliki kebutuhan khusus namun sudha emnjadi sebuah kewajiban bagi
orang tua untuk mendampingi dan mendidiknya. Anda bisa mengisi waktu
luangnya untuk rekreasi atau membuat ketrampilan yang dapat membantu
fokus serta kosentrasi anak. Dari hal-hal semacam ini, anda bisa mengetahui
potensi yang dimiliki anak sehingga membuat anak menjadi lebih produktif.
 Tanamkan Kemandirian Sedari Dini

16
Pada dasarnnya anak-anak kebutuhan khusus sama saja seperti anak-anak
umum lainnya. Sehingga anda tak perlu memanjakan anak terlalu berlebihan.
Tanamkan kemandirian pada anak sedari dini sehingga anak bisa bertahan di
lingkungannya. Ajari anak-anak kebutuhan khusus ketrampilan-ketrampilan
dasat seperti makan, mandi, berangkat sekolah, dan lainnya. Jika hal-hal
seperti ini terus anda ajarkan kepada anak-anak anda tentunya bukan tidak
mungkin jika anak kebutuhan khusus dapat hidup selayaknya anak lainnya.
 Lakukan Pembiasaan Mengenai Sanksi dan Hukuman
Ibu kebutuhan khusus juga perlu diajarkan tentang aturan dan norma yang
berlaku serta kesalahan yang dilakukannya. Sehingga ketika anak melakukan
sebuah kesalahan tentu anda harus memberitahu anak jika hal tersebut
merupakan perbuatan yang salah. Namun sebisa mungkin hindari hal-hal
yang bersifat kekerasan dan usahakan untuk memberikan pengertian kepada
anak anda. Jika hal ini bisa anda lakukan dengan baik, maka tentunya
memudahkan anak untuk memahami hal mana yang salah dan benar.
 Pelajari Kebiasaan dan Kebutuhan Ibu
Tentunya karena kondisinya yang berbeda, ibu yang kebutuhan khusus
memiliki kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda. Sehingga sebagai orang tua
penting untuk mengetahui kedua hal tersebut. Dengan memahami kebutuhan
dan kebiasaan anak tentunya membuat anda semakin terbiasa menghadapi
anak-anak dengan kebutuhan khusus.
 Ikuti Saran-Saran Pakar
Bagi anda yang tidak terlalu memahami dengan baik cara tepat untuk
menangani anak-anak kebutuhan khusus. Anda bisa mencoba untuk meminta
saran dari pakar, entah dari guru, ahli psikologi, ataupun ahli-ahli lainnya di
bidang tersebut. Sehingga nantinya anda bisa mendapatkan cara yang tepat
untuk menangani anak-anak anda.
 Ikutkan Pada Terapi-Terapi Yang Ada
Banyak sekali terapi-terapi penyembuhan yang memang ditujukan untuk
anak-anak kebutuhan khusus. Untuk itu sebisa mungkin bawalah anak-anak

17
anda untuk rutin mengikuti terapi-terapi yang ada. Bisa jadi terapi yang rutin
tersebut dapat membantu anak untuk hidup selayaknya anak-anak lainnya.

E. Promosi Kenormalan Pada Ibu Berkebutuhan Khusus


Promosi kenormalan adalah merupakan suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu.
Dengan adanya pesan diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut
akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku sasaran.
Promosi kesehatan juga merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input)
dan keluaran (output). Suatu proses promosi kenormalan yang menuju tercapainya
tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak factor.
Faktor tersebut disamping faktor masukannya juga factor metode, materi atau
pesannya, pendidik atau promoter kesehatan yang melakukannya, dan alat-alat
Bantu/alat peraga promosi kesehatan yang dipakai.
Agar mencapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus
bekerja sama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masaukan (sasaran
promosi kenormalan tertentu harus menggunakan cara tertentu pula. Materi harus
disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bantu promosi kesehatan. Untuk
sasaran kelompok, maka metodenya harus berbeda dengan sasaran masa dan
sasaran individual. Dibawah ini akan diuraikan beberapa promosi kenormalan pada
ibu berkebutuhan khusus secara individual, kelompok dan massa (public).
1. Metode promosi kenormalan secara individual (perorangan)
Dalam promosi kesehatan atau kenormalan, metode promosi kesehatan yang
bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina
seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
Misalnya membina seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang
ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja
memperoleh/mendengarkan promosi kesehatan. Pendekatan yang digunakan
agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil tersebut segera minta
imunisasi, adalah pendekatan secara perorangan. Perorangan disini tidak hanya

18
berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga
kepada suami atau keluarga ibu tersebut. Dasar digunakannya pendekatan
individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-
beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
2. Metode promosi kenormalan secara kelompok
Dalam memilih metode promosi kesehatan kelompok, harus diingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok
yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok yang kecil. Efektifitas suatu
metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran promosi kesehatan.
3. Metode promosi kenormalan secara massa
Metode promosi kesehatan massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran
promosi kesehatan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan dan
sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awereness atau kesadaran
masyrakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai
perubahan perilaku.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik,
intelektual, emosi, dan sosial. Anak-anak ini dalam perkembangannya
mengalami hambatan, sehingga tidak sama dengan perkembangan anak
sebayanya. Hal ini menyebabkan anak berkebutuhan khusus
membutuhkan suatu penanganan yang khusus. Anak yang mempunyai
keterbatasan fisik belum tentu mempunyai keterbatasan intelektual, emosi,
dan sosial. Namun, apabila seorang anak mempunyai keterbatasan
intelektual, emosi, dan sosial, biasanya mempunyai keterbatasan fisik.
2. Kehadiran anak laki-laki dalam rumah tangga masyarakat sangat memiliki
arti karena laki-laki adalah sebagai pemimpin. Sedangkan kehadiran anak
perempuan tengah keluarga yaitu hanya akan menjadi ibu rumah tangga.
Hal ini dilakukan adalah dengan berupaya sepenuh hati untuk melakukan
berbagai hal dalam mencapai keinginannya mendapatkan anak laki-laki
atau anak perempuan yang sangat didambakan. Meskipun harus
melakukan suatu hal yang dianggap mitos yakni suatu hal yang dianggap
sebagaian masyarakat belum benar.
3. Bedah Caesar (section caesarea) saat ini sedang menjadi salah satu trend
persalinan di kalangan masyarakat dan kedokteran medis. Berkembangnya
sains dan teknologi, terutama dalam bidang kedokteran yang meliputi alat-
alat kedokteran dan anestesi pada akhirnya mulai bergerak menuju ranah
hukum dan agama. Tindakan seksio dengan resiko yang cukup tinggi bagi
pasien dan bayi yang dikandung menjadisalah satu pertimbangan agama
dalam menjaga kehidupan seseorang.
4. Penting untuk ibu menjaga kebersihan badan dan kesesuaian pakaian.
Kebersihan badan menjelang persalinan bermanfaat karena dapat
mengurangi kemungkinan adanya kuman yang masuk selama persalinan

20
dan dapat mengurangi terjadinya infeksi sesudah melahirkan. Ibu akan
merasa nyaman selama menjalani proses persalinan
5. Ibu kebutuhan khusus tentunya membutuhkan pengawasan yang lebih
dibandingkan anak-anak pada umumnya, Untuk itu pentingnya
pengawasan sedari dini terkait tumbuh kembang anak. Cara ini dilakukan
agar orang tua dapat mengetahui setiap tahap perkembangan anak.
Sehingga nantinya bisa sedikit waspada bila terjadi pertumbuhan fisik dan
mental yang tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
6. Manfaat promosi kenormalan yang utama adalah memberikan informasi
yang pada tingkatan lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat
mengenai program atau gerakan yang tengah dicanangkan oleh
pemerintah. Direktorat Promosi Kesehatan menjadi bagian yang secara
khusus membawahi segala aktivitas promkes atau promosi
kesehatan yang ditujukan bagi masyarakat luas.

B. Saran
Untuk mengubah budaya yang merugikan menjadi menguntungkan
kesehatan ibu bukan suatu hal yang yang mudah. Penggalian tema budaya
budaya yang diikuti dengan pendekatan etnografi secara perlahan-lahan yang
dilakukan tanpa menyinggung perasaan penduduk dan tanpa mereka merasa
dipersalahkan akan lebih berhasil pelaksanaan program yang seragam bagi semua
etnis di Indonesia yang sering tidak sesuai dengan budaya setempat sehingga bisa
mengalami kegagalan.

21
DAFTAR PUSTAKA

American College Of Obstetricians And Gynecologists. 2017

Firdaus, F., & Iswahyudi, F. (2010). Aksesibilitas Dalam Pelayanan Publik Untuk
Masyarakat Dengan Kebutuhan Khusus. Jurnal Borneo
Administrator, 6(3).
Hamdani, R. Gambaran Persalinan Pervaginam Pada Pasien Bekas Sc Di
Rs.Dr.M.Djamil Padang Tahun 2004.(Skripsi).Universitas Andalas
Padang.2005.
Handayani, D. E., & Wardani, Y. (2019). Pengaruh Penyuluhan Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Pada Pendidikan Seksual Remaja
Berkebutuhan Khusus Di Slbn Pembina Yogyakarta. Jurnal Kesmas
(Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa, 6(3), 115-126.

Hakim, Z., & Rizky, R. (2019). Sistem Pakar Menentukan Karakteristik Anak
Kebutuhan Khusus Siswa Di Slb Pandeglang Banten Dengan Metode
Forward Chaining. Jutis (Jurnal Tek. Inform.) Progr. Stud. Tek. Inform.
Tek. Univ, 7(1), 93-99.
Hidayati, N. (2011). Dukungan Sosial Bagi Keluarga Anak Berkebutuhan
Khusus. Insan, 13(1), 12-20.

Ilmiah, W. S. (2015). Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal.


Iswari, M. (2007). Pendidikan Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Kealy, Ma, Small Re, Lamputtong P.Recovery After Caesarean Birth : A
Qualitative Study Of Women’s Accounts In Victoria, Australia. Bmc
Pregnancy And Childbirth.2010; 10: 47.
Oxorn, Harry,Dkk.2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : Yayasan Essential Medika
Pratami, Evi. 2016. Evidence-Based Dalam Kebidanan Kehamilan, Persalinan Dan
Nifas. Jakarta : Egc

Rajudin . 2018. Ruptur Uteri Sebagai Komplikasi Tolac Pada Pasien Dengan
Ketuban Pecah Dini. Jurnal Averrous Vol 4 No.2
Rahayuningsih, S. I., & Andriani, R. (2011). Gambaran Penyesuaian Diri Orang
Tua Yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus Di Banda Aceh. Idea
Nursing Journal, 2(3).

22
Sulistianingsih, A. R., & Bantas, K. (2018). Peluang Menggunakan Metode Sesar
Pada Persalinan Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(2), 125-
133.
Simarmata, S. G. (2013). Pusat Perawatan Anak Berkebutuhan Khusus Arsitektur
Perilaku.

Vaginal Birth After Cesarean Delivery. 2017. Practice Bulletin No. 184 Summary
Vol 130: Obstetrics & Gynecology

23
TUPOKSI
MATERI :
1. NIKMA KURNIA
2. FITRIANI

3. EINJEL THEOPILIA

4. NURFAHIMA
5. KAMRIANI

6. SULFA SALSABILA

BAB I :
NIKMA KURNIA

BAB II & III :


MANSRIANI

PPT :
1. KAMRIANI

2. PUTRI APRIMA DHARMA

24

Anda mungkin juga menyukai