Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ISSUE KEPERAWATAN DENGAN IMPLIKASI HUKUM:


ABORSI
Dosen Pengampu Mata Kuliah Hukum dan Etika Keperawatan: Hosnu Inayah S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh Kelompok 3

1. Zulfa Ima Salsabila (721621600)


2. Novita Indah Pratiwi (721621602)
3. Karisma Ayu Gita Kartika (721621585)
4. Haslina Nurfadila (721621586)
5. Novia Moza Da Costa (721621626)
6. Rivan Erisandy Fajriansyah (721621593)
7. Moh.Kaufan Nur Syarif S (721621617)
8. Ahmad Qawi Arrayyan (721621588)
9. Kamilatul Hasanah (719621301)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami pangjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunyanya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Ada pun tema dari makalah ini
adalah “ISSUE KEPERAWATAN DENGAN IMPLIKASI HUKUM:
ABORSI”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
matakuliah etika hukum keperawatan yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan Terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sungguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membanggung senantiasa kaminharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Sumenep 22 Desember 2022

Penulis

PAGE \* MERGEFORMAT ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................................3
BAB II KONSEP TEORI................................................................................................4
2.1 Definisi Aborsi....................................................................................................4
2.2 Klsifikasi Aborsi.................................................................................................5
2.3 Persyaratan Aboorsi...........................................................................................6
2.4 Aborsi Menurut Bebebrapa Sumber ...............................................................7
2.4.1 Aborsi Menurut Hukum Islam ......................................................................7
2.4.2 Aborsi Menurut Hukum Katholik...............................................................10
2.4.3 Abosrsi Menurut Undang-Undaang Indonesia...........................................13
2.4.4 Aborsi Menurut Etika Keperawatan...........................................................15
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................18
3.1 Kasus..................................................................................................................18
3.2 Pembehasan Kasus Menurut Semua Persepsi Hukum.................................20
BAB IV PENUTUP........................................................................................................23
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................23
4. 2 Saran.................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................24

PAGE \* MERGEFORMAT ii
PAGE \* MERGEFORMAT ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu anugerah luar biasa yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa adalah
kehidupan yang patut disyukuri dan di hormati oleh semua orang baik secara individu
maupun secara sosial. Kehidupan merupakan salah satu Hak Asasi Manusia yang di
berikan dan hanya boleh diambil oleh Tuhan Yang Maha Esa. Berbicara tentang aborsi
tentunya kita berbicara tentang kelangsungan kehidupan anak manusia karena aborsi
sangat erat kaitannya dengan wanita dan janin yang ada didalam kandungan wanita
tersebut. Dibanyak tempat banyak terdapat banyak perdebatan tentang masalah moral,
etika, dan hukum aborsi. Mereka yang menentang aborsi sering berpendapat bahwa
embrio atau janin adalah manusia yang memiliki hak untuk hidup dan mungkin
membandingkan aborsi dengan pembunuhan. Sedangkan mereka yang mendukung
legalitas aborsi sering kali berpendapat bahwa perempuan berhak membuat keputusan
tentang tubuhnya sendiri.
Aborsi merupakan realitas sosial yang menggejala dikalangan masyarakat. Maraknya
praktek aborsi dalam masyarakat mengakibatkan kecenderungan adanya pergeseran nilai
dimana fenomrna tersebut dianggap sesuatu yang lumrah. Ironisnya, aborsi mendapatkan
justifikasi dari beberapa kalangan, antala lain bahwa aborsi dianggap salah satu bentuk
otonomi perempuan atas tubuhnya ( Belton, 2017). Tindakan aborsi bukanlah semata
masalah medis atau kesehatan masyarakat, melainkan lebih pada problem sosial yang
terkait dengan faham kebebasan (liberalism) yang dianut suatu masyarakat.faham asing
ini tak diragukan lagi menjadi pintu masuk bagi merajalelanya kasus-kasus aborsi dalam
masyarakat manapun. Berbagai fakta yang terungkap menunjukkan kondisi moral yang
memprihatinkan tentang tindak aborsi. Morbiditas dan mortalitas ibu terkait dengan
komplikasi aborsi tidak aman telah diidentifikasi menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang utama (Say L, 2014). Data-data statistik yang ada yelah membuktikannya.
WHO (World Health Organization) memperkiraan sekitar 56 juta aborsi dilakukan
setiap tahun di dunia dan hampir setengahnya dilakukan dengan tidak aman (unsafe
abortion). Diperkirakan di dunia setiap tahun di dunia terjadi 26 juta aborsi tidak aman,
26% dari jumlah tersebut tergolomh legal dan lebih dari 70.000 kasus aborsi tidak aman
di Negata berkembang berakhir dengan kematian ibu. Menurut WHO, abprsi tidak aman
adlah salah satu dari tiga penyebab kematian ibu, bersamaan dengan pendarahan dan

PAGE \* MERGEFORMAT 1
PAGE \* MERGEFORMAT 3

sepsis pada saat melahirkan. Bahkan aborsi tidak aman merupakan penyebab utama
kematian dan kesehatan yang buruk pada wanita di negara berkembang. Aborsi yang
tidak aman memiliki sejumlah konsekuensi, seperti konsekuensi ekonomi, biaya
perawatan medis untuk komplikasi terkait aborsi atau biaya perawatan medis untuk
konsekuensi jangka panjang, hilangnya produktivitas bagi negara, dampak pada keluarga
dan masyarakat, dan konsekuensi sosial yang mempengaruhi perempuan dan keluarga.
Bagaimana di Indonesia? Di negeri yang mayoritasnya muslim ini, sangat
disayangkan ternyata praktek aborsi sangat tinggi. Gejala-gejala memprihatinkan yang
menunjukkan bahwa pelaku aborsi jumlahnya juga cukup signifikan. Titik Triwulan Tutik
menyatakan bahwa untuk Indonesia kasus aborsi adalah salah satu penyebab tingginya
kematian ibu, terutama ibu pada masa usai belia sebagai akibat pergaulan bebas, belum
siap memiliki anak, selain persoalan pelayanan kesehatan yang tidak memadai dan faktor
stuktural yang lebih luas. Sederhananya, aborsi seringkali merupakan cara nyaman untuk
menghindari konsekuensi dari membuat kesalahan (Thyer, 2018). Frekuensi terjadinya
aborsi sangat sulit dihitung secara akurat karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa
dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi sehingga perlu perawatan dirumah sakit. Akan
tetapi, berdasarkan perkiraan BKKBN ( Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional) ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang terjadi tiap tahunnya di Indonesia.
Berarti ada 2.000.000 nyawa yang dibunuh tiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang
tahu.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa pengertian aborsi?
 Apa saja klasifikasi dari aborsi?
 Apa saja syarat- syarat melakukan aborsi?
 Bagaimana aborsi menurut hukum islam?
 Bagaimana aborsi menurut hukum khatolik?
 Bagaimana aborsi menurut UU Indonesia?
 Bagimana aborsi menurut etika keperawatan?
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian aborsi
 Untuk mengetahui klasisifikasi aborsi
 Untuk mengetahui syarat-syarat melakukan aborsi
 Untuk mengetahui aborsi menurut islam
 Untuk mengetahui aborsi menurut khatolik
PAGE \* MERGEFORMAT 3

 Untuk mengetahui aborsi menurut UU Indonesia


 Untuk mengetahui aborsi menurut etika keperawatan
1.4 Manfaat
 Bagi Penulis
Dengan adanya makalah ini, maka penulis diharapkan dapat memenuhi tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah sekaligus dapat memperoleh
tambahan ilmu dari hasil tugas yang telah dikumpulkan tentang hukum aborsi dari
berbagai perspektif.
 Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya makalah ini, maka diharapkan dapat digunakan sumber informasi
bagi institusi pendidikan dalam pengetahuan, pengembangan, peningkatan mutu
pendidikan di masa yang akan datang.
 Bagi Masyarakat
Dengan adanya makalah ini, maka diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tambahan, sehingga dapat lebih paham tentang hukum aborsi dari berbagai
perspektif hukum.
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Definisi Aborsi

a. Arti Etimologis
Aborsi (abortion) berasal dari bahasa latin abortio ialah pengeluaran hasil
konsepsidari uterus secara prematur pada umur di mana janin itu belum bisa hidup di luar
kandungan pada umur 24 minggu. Secra medis aborsi berarti pengeluaran kandungan
sebelum berumur 24 minggu dan mengakibatkan kematian. Sedangkan dalam pengertian
moral dan hukum, aborsi berarti pengluarang janin sejak adanya konsepsi sampai dengan
kelahirannya yang mengakibatkan kematian.
b. Arti Leksikal
Abortus artinya melakukan pengguguran dengan sengaja, karena tidak mengingikan
bakal bayi yang dikandung. Dalam kamus kedokteran, istilah yang digunakan adalah
abortus, yang berarti keguguran, ya itu terhentinya kehamilan sebelum 28 minggu.
c. Menurut Para Ahli
1. Menurut Eastman
Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dinaman fetus belum
sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apa bila fetus itu
beratnya 400-1000gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu.
2. Menurut Holmer
Aborsi adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-6 dimana plasentasi
belum selesai.
3. Menurut Dr. Boyke Dian Nugraha Spog Mars Seksolog
Menurutnya dimana dunia kedokteran, menggugukan kandungan dikenal dengan
suatu perbuatan yang sangat keji, kecuali abortus itu dilakukan karena
pertimbangan-pertimbangan medis, demi kesalamatn sang ibu.

Definisi aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah


pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu) atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20
minggu), aborsi sebenarnya sudah diatur oleh Undang-Undang tentang Kesehatan Tahun
2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi.

PAGE \* MERGEFORMAT 24
Bahkan, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 3 tahun 2016 tentang Pelatihan dan Penyelenggaraan Pelayanan Aborsi atas
Indikasi Kedaruratan Medis dan Kehamilan Akibat Pemerkosaan.

2.2 Klasifikasi Aborsi

Soekidjo Notadmojo menggolongkan aborsi menjadi kepada dua bentuk


penggolongan, yaitu:

1. Abortuc provacarus therapeutics/medicinalis merupakan sebuah cara pengguguran


dalam kehamilan seorang wanita yang penggurannya tersebut memiliki sebab yang
berasal dari faktor kedaruratan medis, yang hal demikian mempunyai tujuan yang
baik yaitu dalam proses pengguran janin didalam rahim seorang wanita bertujuan agar
menyelamatkan nyawa ibu ataupun sang janin, yang dimana diketahui bahwa
terdapat sebuah penyakit bawaan dari sang ibu sehingga apabila janin tersebut
dipertahankan maka akan menyulitkan untuk bayi hidup diluar kandungan. Aborsi ini
dilakukan dengan izin dari seorang dokter yang dapat dikatakam izin secara legal
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar prosedur medis, dan
pelayanan proses aborsi tersebut difasilitasi dan didukung oleh pelayanan dari menteri
kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa aborsi macam ini merupakan aborsi yang
diperbolehkan secara medis.
2. Abortus provocatus criminalis merupakan suatu proses pengguguran kandungan yang
prosesnya tersebut dilakukan dengan tanpa pembanaran alasan medis tanpa
pembenaran dari sisi alasan hukum. Aborsi macam yang kedua ini merupakan aborsi
yang dapat dikatakan dalam prosesnya tersebut adalah ilegal yang dilakukan baik
oleh si ibi sendiri atau dengan meminta bantuan kepada orang lain yang hal demikian
dilakukan dengan tidak memenuhi standar profesi, standar pelayanan, standar
prosedur medis, dan tempatnya dilakukan aborsi yang dapat dikatakan perbuatannya
merupakan perbuatan yang ilegal, seperti kepada dukun beranak atau bayi ataupun
tempat –tempat semacamlain untuk proses aborsi yang dimana tempat tersebut tidak
mempunyai kompetensi dan juga kewenangan dalam melakukan proses aborsi.
Sehingga aborsi macam kedua ini dapat dikatakatan sebagai aborsi ilegal yang tidak
diperbolehkan karena tidak memiliki dan tidak menjamin akan standar kemanan bagi
sang ibu yang melakukan proses aborsi.

PAGE \* MERGEFORMAT 24
2.3 Persyaratan Aborsi
Aktifitas aborsi diatur dalam Undang-Undang Tentang Kesehatan Tahun 2009 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi. Bahkan,
pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 3
Tahun 2016 tentang Pelatihan Pelayanan Penyelenggaraan aborsi atas Indikasi
Kedaruratan Medis dan Kehamilan Akibat Pemerkosaan. Pada dasarnya setiap orang
dilarang melakukan aborsi. Hal ini sebagaimana dimaksaus pada pasal 75 ayat (1)
Undang-Undang Kkesehatan berikut ini:
 Setiap orang dilarang melakukan aborsi
 Namun menurut pasal 75 ayat 2 UU Kesehatan, larangan ayat tersebut pada ayat (1)
dapat dikecualikan berdasarkan;
 Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, yang
mengancam nyawa dan /atau janin, yang menderita penyakit genetic berat dan /atau
penyakit bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup di luar kandungan; atau
 Kehamilan akibat pemerkosaan yang bisa menyebabkan trauma psikologis bagi
korban pemerkosaan
 Tindakan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konselin dan /atau penasehatan pra tindakan yang dilakukan oleh konselor
yang kompeten dan berwenang.
Menurut pasal 76 Undang-Undang Kesehatan syarat syarat yang memperbolehkan
dilakukannya aborsi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 75 sebagai berikut:
 Sebelum kehamilan berumur enam minggu dihitung dari hari pertama haid terkahir,
kecuali dalam kedaruratan medis;
 Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
 Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
 Dengan izin suami; kecuali korban pemerkosaan; dan
 Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri
Adapaun pidana untuk pelanggar pasal 75 ayat (2) Undang Undang Kesehatan diatas
terdapat didalam pasal 194 Undang-Undang Kesehatan berikut ini:
 “Setiap orang dengan sengaja melakukan aborsi yang tidaak sesuai dengan
ketentuan, sebagaimana dimaksud pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana paling

PAGE \* MERGEFORMAT 24
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak 1.000.000.000 (Satu Miliar
Rupiah).
2.4 Aborsi Menurut Beberapa Sumber
2.4..1 Aborsi menurut Hukum Islam

Pandangan Syariat Islam secara umum mengharamkan praktik aborsi. Hal itu tidak
diperbolehkan karena beberapa sebab:

a) Syariat Islam datang dalam rangka menjaga adhdharu-riyyat al-khams, lima hal
yang urgent seperti yang telah dikemukakan.

b) Aborsi sangat bertentangan sekali dengan tujuan utama pernikahan. Dimana


tujuan penting pernikahan adalah memperbanyak keturunan. Oleh sebab itu
Allah memberikan karunia kepada Bani Israil dengan memperbanyak jumlah
mereka, Allah berfirman

‫ُثَّم َر َد ْد َنا َلُك ُم اْلَكَّرَة َع َلْیِھْم َو َأْم َد ْد َناُك ْم ِبَأْم َو اٍل َوَبِنیَن َو َجَع ْلَناُك ْم َأْكَثَر َنِفیًرا‬

“Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka


kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan
Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.” (QS. Al-Isra: 6)

Nabi juga memerintahkan umatnya agar memperbanyak pernikahan yang


diantara tujuannya adalah memperbanyak keturunan. Beliau bersabda :
“Nikahilah wanita penyayang nan banyak melahirkan, karena dengan
banyaknya jumlah kalian aku akan berbangga-bangga dihadapan umat lainnya
pada hari kiamat kelak”.

c) Tindakan aborsi merupakan sikap buruk sangka terhadap Allah. Seseorang akan
menjumpai banyak diantara manusia yang melakukan aborsi karena didorong
rasa takut akan ketidakmampuan untuk mengemban beban kehidupan, biaya
pendidikan dan segala hal yang berkaitan dengan konseling dan pengurusan
anak. Ini semua merupakan sikap buruk sangka terhadap Allah. Padahal Allah
telah berfirman: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah-lah yang member rezekinya”. Maka, Syariat Islam memandang bahwa
hukum aborsi adalah haram kecuali beberapa kasus tertentu. Dalam kalangan

PAGE \* MERGEFORMAT 24
Ulama terdapat perbedaan pendapat tentang praktik aborsi tersebut, dan mereka
memiliki dalil-dalil yang sama kuat, yaitu sebagai berikut:

a. Dalil-dalil yang melarang dilakukannya aborsi sebelum Islam datang, pada


masa jahilliyah, kaum Arab mempunyai tradisi mengubur hidup-hidup bayi
yang baru dilahirkan. Allah SWT berfirman : “Dan apabila bayi-bayi
perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa Apakah Dia
dibunuh”. (At Takwir 8-9)
Islam membawa ajaran yang menentang dan mengutuk tradisi jahiliyyah ini.
Allah SWT berfirman :

“ ‫“ ِإَّن َر َّبَك َیْبُس ُط الِّر ْز َق ِلَم ْن َیَش اُء َو َیْقِد ُرۚ ِإَّنُھ َك اَن ِبِع َباِدِه َخ ِبیًرا َبِص یًرا‬

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia


kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi
Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Isra:30)

Pada perkembangan selanjutnya,pembunuhan tidak hanya dilakukan pada


bayi bayi yang baru dilahirkan.tetapi juga dilakukan dengan cara membunuh
calon bayi yang dilahirkan.sementara ulama lain berpendapat ,hukum
menggugurkan kandungan tidak dapat disamakan persis dengan membunuh
bayi yang sudah dilahirkan.karena Ketika sperma sudah memasuki Rahim
perempuan,masih ada proses Panjang sebelum akhirnya keluar menjadi bayi
yang dilahirkan.Allah SWT berfirman:

PAGE \* MERGEFORMAT 24
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik”. (QS. Al-Mu’minun:12-14)

Secara sederhana, pendapat para ulama mengenai hukum aborsi dapat


disimpulkan sebagai berikut: Apabila kandungan masih dalam bentuk
gumpalan darah (40-80 hari) atau masih dalam bentuk gumpalan daging (80-
120 hari), maka hukumnya adalah sebagai berikut: Menurut Ibnu Immad dan
Imam Al-Ghozali, haram hukumnya, karena gumpalan itu akan menjadi
makhluq yang bernyawa.

b. Dalil-dalil yang membolehkan dilakukannya aborsi Hukum asal aborsi,


sebagaimana yang telah dikemukakan adalah haram. Akan tetapi dikarenakan
kaidah : “Hal-hal yang darurat dapat menyebabkan dibolehkannya hal-hal
yang dilarang” Para ulama kontemporer membolehkan aborsi dengan syarat-
syarat sebagai berikut:

 Terbukti adanya penyakit yang membahayakan jiwa sang ibu.

 Tidak ditemukannya cara penyembuhan kecuali dengan cara aborsi.

 Adanya keputusan dari seorang dokter yang dapat dipercaya bahwa


aborsi adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan sang ibu.

Imam Abu Ishaq Al-Marwazi berpendapat bahwa hukum mengaborsi adalah


boleh. Karena kenyataannya gumpalan itu masih belum dapat dikatakan
makhluk yang bernyawa. Pendapat ini didukung oleh Imam Romli.
Sedangkan hukum aborsi pada kandungan yang sudah berusia 120 hari
hukumnya adalah haram dan tergolong dosa besar, karena pada usia itu
kandungan sudah berbentuk makhluk hidup dan bernyawa sehingga
hukumnya sama dengan membunuh manusia. Dalam Hadist dinyatakan:

PAGE \* MERGEFORMAT 24
“Sesungguhnya kalian dikumpulkan didalam rahim ibu selama 40 hari dalam
bentuk air mani, dan 40 hari didalam bentuk gumpalan darah, dan 40 hari
dalam bentuk gumpalan daging, lalu Allah SWT mengutus malaikat
meniupkan ruh” (HR. Bukhori, Muslim)

Pelaku aborsi pada kandungan yang sudah berusia 120 hari juga tergolong
pembunuhan yang mewajibkan kaffaroh, yakni puasa dua bulan secara
berturut-turut atau memberi makan 60 orang miskin bagi yang tidak mampu
puasa. Disamping itu juga wajib membayar denda jinayah 5% diyat atau
setara dengan harga emas seribu dinar. Satu dinar setara dengan emas
4.250gr. Akan tetapi menurut pendapat yang di nuqil oleh Imam ibnu Hajar
Al-Haytami dalam kitab Tuhfatu al-Mahtaj dari sebagian ulama madzhab
Hanafi, hukum menggugurkan kandungan secara mutlak diperbolehkan
meskipun kandungan sudah memasuki usia 120 hari. Namun pendapat ini
diragukan kebenarannya oleh Ibnu Abdil Haq As-sanbathi. Beliau berkata :

“Aku menanyakan masalah ini kepada sebagian ulama madzhab Hanafi, dan
mereka mengingkarinya. Mereka bahkan mengaku berpendapat boleh dengan
syarat sebagaimana diatas (sebelum kandungan berusia 120 hari)”.

Meskipun pendapat ini diragukan keberadaannya oleh sebagian ulama, akan


tetapi Syekh Sulaiman Al-Kurdi tetap memperbolehkan untuk diikuti dengan
terlebih dahulu bertaqlid kepada madzhab Hanafi. Dengan demikian,
pendapat ini layak dijadikan sebagai solusi ketika menghadapi kondisi yang
mengharuskan untuk dilakukan aborsi untuk menyelamatkan nyawa ibu.

2.4.2 Aborsi Menurut Hukum Katholik

Di zaman ini, wacana mengenai aborsi dalam Gereja Katolik semakin penting. Ada
desakan sangat kuat dari berbagai pihak agar Gereja Katolik mengendurkan aturannya
dan memperbolehkan aborsi. Desakan terjadi karena Gereja Katolik sejak awal sampai
saat ini tetap mempertahankan pandangannya bahwa Aborsi harus dilarang karena
tidak sesuai dengan kehendak Allah dimana Allah Menghendaki kehidupan bukan
kematian.

PAGE \* MERGEFORMAT 24
I. Pandangan Gereja tentang Aborsi
- Dasar Alkitabiah
Sangat menarik bahwa diseluruh Alkitab baik perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru, tidak ada satupun ayat yang menyebutkan kata “Aborsi” secara langsung dan
bagaimana harus bertindak bila terjadi kasus aborsi. Disini kita akan melihat teks-teks
Kitab Suci yang sering dipakai sebagai landasan argument dalam pembicaraan
mengenai aborsi.
 Kitab Keluaran 21:22-25
Perikop ini adalah bagian Kitab Suci yang sering disebut dalam kerangka
pembicaraan mengenai aborsi.
“Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka bertumbuk
kepada seorang perempuan yang sedang mengandung sehingga
keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat kecelakaan yang
membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan
suami perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut
keputusan hakim. Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang
membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa,
mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki,
lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak”.

Yang menarik dari teks ini adalah dapat dipakai oleh dua pihak yang pertama
melegitimasi aborsi dan yang kedua menolak aborsi. Kalau kita melihat secara
seksama teks diatas maka akan menjadi jelas bahwa peristiwa itu hanya
mengakibatkan keguguran maka orang yang menyebabkan keguguran itu tidak
perlu membayar dengan nyawa tetapi cukup dibayar dengan (sejumlah uang)
menurut keputusan hakim. Sebaliknya kalau peristiwa ini menyebabkan kematian
si ibu dengan anaknya, maka diperlakukan prinsip Lex Talionis, yakni nyawa
ganti nyawa.
Jadi yang dapat disimpulkan dari perikop ini adalah ketika si bayi keguguran
maka tidak perlu diganti dengan bayi tetapi bisa diganti dengan uang, karena bagi
yang pro-aborsi mengatakan bahwa janin itu belum masuk hitungan sebagai
persona manusia. Jika peristiwa itu menyebabkan kematian si ibu dan anak maka
akan dilakukan hukum pembalasan. Dalam alam pikiran Yahudi dimana yang
berlaku adalah hukum pembalasan (Lex Talionis).

PAGE \* MERGEFORMAT 24
- Ajaran Gereja
 Abad Pertengahan
Gereja mengakui dan mendukung kewajiban Negara yang perlu untuk
membela dan memajukan hak-hak manusia. Ajaran Gereja mengenai aborsi dalam
abad pertengahan tidak mengalami perubahan yang berarti karena memang sejak
awal mula Gereja, aborsi selalu dipandang salah dan mendapatkan hukuman
sebagai pembunuhan.
Dalam zaman ini, perkembangan yang terjadi adalah diskusi mengenai
hukuman itu sendiri. Dalam zaman ini terjadi dua arah jenis hukuman itu. Ada
satu aliran yang membedakan antara janin yang sudah terbentuk, yakni ketika
jiwa masuk kedalam janin, dan janin yang belum terbentuk, yakni janin yang
belum kemasukan jiwa. Hukuman dari aborsi itu tergantung pada saat aborsi
dilaksanakan. Kalau dilaksanakan sesudah janin berbentuk (=jiwa sudah masuk),
maka hukumannya sama dengan melakukan pembunuhan; sedangkan kalau
dilakukan sebelum janin berbentuk (=jiwa belum masuk) maka hukumannya tidak
sama dengan pembunuhan. Pembedaan macam ini kemudian disebut late
animation (penyawaan yang tertunda) sebab masuknya jiwa (anima) terjadi
beberapa hari sesudah adanya badan.
Sementara itu aliran pemikiran lainnya tidak membuat pembedaan antara
janin yang sudah terbentuk dan yang belum terbentuk. Semua aborsi adalah
pembunuhan, kapanpun pelaksanaannya. Dalam perkembangan selanjutnya aliran
ini kalah dibanding dengan aliran late animation.
Pandangan semacam ini semakin menjadi pandangan umum pada masa
sesudahnya. Didalam Gereja sendiri juga ada dekrit resmi yang membedakan
antara janin yang sudah dimasuki jiwa yang belum. Aborsi yang dilakukan
sesudah jiwa masuk kedalam badan disebut pembunuhan, sedangkan yang dibuat
sebelum jiwa masuk kedalam badan tidak disebut pembunuhan, tetapi Quasi
pembunuhan. Hukuman diberikan sesuai dengan tingkat pembunuhan janin yang
di aborsi itu.
- Magisterium Gereja
 Konsili Vatikan II
Salah satu dokumen resmi yang paling penting dimasa Gereja modern yang
mengutuk aborsi ialah Konstitusi Pastoral Gaudium Et Spes, yang diumumkan

PAGE \* MERGEFORMAT 24
secara resmi pada tanggal 7 Desember 1965. Disitu dikatakan “apa saja yang
berlawanan dengan kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang
manapun juga, penumpasan suku, pengguguran , euthanasia dan bunuh diri yang
disengaja; apapun yang melanggar keutuhan pribadi manusia seperti pemenggalan
anggota badan, siksaan yang ditimpakan pada jiwa maupun raga, dan sementara
mencoreng peradaban manusiawi, perbuatan-perbuatan itu lebih mencermarkan
mereka yang melakukannya, daripada yang menanggung ketidakadilan, lagipula
sangat berlawanan dengan Sang Pencipta.
2.4.3 Aborsi Menurut Undang-Undang Indonesia

Kasus aborsi di indonesia dimaksukkan kedalam tindak pidana kejahatan yang


masuk kedaalam pasal KUHP. Ketentuan mengenai aborsi dalam pasal KUHP yaitu:

 Pasal 299 KUHP: “ diberitahukan karena yang dilakukan dapat menyebabkan


keguguran pada kehamilannya, dapat dipidana dengan hukuman maksimal 4
tahun lamanya”. tindakan yang dimaksud dalam maksud pidana adalah
kehamilan yang gugur karena adanya seseorang yang menyuruh ibu atau wanita
tersebut untuk diobati.

 Pasal 346 KUHP: “ wanita yang berniat untuk menggugurkan kandungannya


atau dengan cara menyuruh orang lain untuk menggugurkan kandungannya,
dapat dipidana dengan hukuman maksimal 4 tahunn penjara.” dalam pasal ini “
sengaja” yang dimaksud adalah memaang adanya keinginan untuk melakukan
sesuatu. Tindakan disegaja untuk melakukan aborsi dapat berubah meminum
ramuan- ramuan tertentu, memakan daunan- daunan tertentu, bisa juga dengan
perut diurut- urut atau dipukul- pukul secara kasar atau bisa juga datang ke
klinik aborsi untuk dilakukan metode penyemprotan isi rahim atau oprasi
Hytrotomi dengan tujuan untuk mematikan kandungannya.

 Pasal 347 KUHP: “ seseorang yang berniat menggugurkan kandungan wanita


tanpaa adanya persetujuan dari sang waanita, dapat dipidana dengan kurungan
maksimaal 2 tahun lamanya”

 Pasal 348 KUHP: “ seseorang yang berniat menggugurkan kandungan waanita


dengan adanya persetujuan dari sang wanita, dapat dipidana dengan kurungan
maksimal 5 tahun 6 bulan lamanya”

PAGE \* MERGEFORMAT 24
 Pasal 349 KUHP: “ apabila seseorang tenaga ahli membantu wanita hamil untuk
melaakukan tindakan aborsi seperti yang tertuang di dalam pasal 346 KUHP,
atau dengan niatan membantu tindakan aborsi yang dimaksukkan kedalam pasal
347 dan 348 KUHP, maka pidana penjara yang berada dalam pasal 346, 347
dan 348 KUHP dapat ditambahkan lagi sepertiga serta dicabut hak untuk
menjalankan pencariaan dalam mana kejahatan yang dilakukan”

Salah satu kejahatan yang diatur didalam KUHP adalah masalah aborsi kriminalis.
Ketentuan mengenai aborsi kriminalis dapat dilihat dalam Bab XIV Buk uke-II KUHP
tentang kejahatan terhadap nyawa (khususnya pasal 346-349) adapun rumusan
selengkapnya pasal-pasal tersebut:
a. Pasal 299
 Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang Wanita atau menyuruhnya
supaya diobati dengan sengaja memberitahukan atau ditimbulkaan harapan,
bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam pidana
penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
 Jika yang bersalah tersebut demikian untuk mencari keuntungan atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika ia
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya tersebut ditambah sepertiga.
 Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian.
b. Pasal 346 :
Seorang Wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4
tahun.
c. Pasal 347
 Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang Wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama 12 tahun.
 Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya Wanita tersebut, dikarenakan pidana
penjara paling lama 15 tahun. Dalam KUHP ini tidak diberikan penjelasan
mengenai pengertian kandungan itu sendiri dan memberikan arti yang jelas
mengenai aborsi dan membunuh (mematikan) kandungan. Dengan demikian
kita mengetahui bahwa KUHP hanya mengatur mengenai aborsi provocatus

PAGE \* MERGEFORMAT 24
kriminalis, dimana semua jenis aborsi dilarang dan tidak diperbolehkan oleh
undang-undang apapun alasannya. Menyebabkan anak itu mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahuun dan atau denda paling
banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Tidak dapat dipungkiri
meskipun didalam pengaturan hukum di Indonesia pengguguran kandungan
meruupakan bentuk kejahatan dan dapat dipidana, tetapi kebutuhan untuk
dilakukannya praktik aborsi tetap dilakukan secara illegal. Di Indonesia sekitar
750.000 (tujuh ratusnlima puluh ribu) hingga 1.000.000 (satu juta) pertahun
dilakukan unfase abortion (aborsi tidak aman), 2.500 (dua ribu lima ratus)
diantaranya menyebabkan kematian. Perbuatan aborsi atau pengguguran
kandungan didalam KUHP adalah perbuatan yang dilarang.
Pengguran anak atau janin mengakibatkan kematian bagi anak atau janin tersebut.
dengan demikian, setiap tindakan yang merupakan kekerasan terhadap anak terlebiih
kekerasan tersebut menyebabkan anak itu mati, maka pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas ) tahun atau denda paling banyak Rp.
3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Perbuatan pengguran kandungan diatur dalam
pasal 299, 346, 347, 348, dan 349 dimana pasal tersebut menyatakan bahwa perbuatan
pengguguran kandungan itu merupakan perbuatan kejahatan yang dapat dipidana.
Berikut penjabarn pasal-pasal mengenai aborsi dalam KUHP :
 Barang siapa dengan seengaja mengobati seorang perempuan atau mengerjakan
sesuatu perbuatan terhadap seorang perempuan dengan memberitahukan atau
menimbulkan pengharapan, bahwa oleh karena itu dapat gugur kandungannya,
dihukum penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya
Rp. 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah).
 Kalau yang bersalah mengerjakan itu karena pengharapan keuntungan, dari
pekerjaannya atau kebiasannya dalam melakukan kejahatan dalam melakukan
kejahatan itu, atau kalau ia seorang tabib, dukun beranak (bidan) atau tukang
membuat obat, hukum itu dapat ditambah dengan sepertiganya.
 Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, maka dapat
dicabut haknya melakukan pekerjaan itu.
2.4.4 aborsi Menurut Etika Keperawatan
Etika profesi adalah perilaku yang diharapkan bagi setiap anggota profesi untuk
bertindak sesuai dengan kapasitas profesionalnya dan sebagai pedoman menumbuhkan
tanggung jawab atau kewajiban bagi anggota profesi tentang hak-hak yang diharapkan
PAGE \* MERGEFORMAT 24
orang lain. Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum
untuk melindungi anggotanya dan keselamatan klien/ pasien, dengan menjamin
pelayanan yang diberikan berdasarkan standar dan pelaksana pelayanan merupakan
tenaga profesional yang kompeten. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practike
dicipline atau asuhan/ praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan yaitu perawat. Pada kasus Aborsi
akan menjadi salah apabila dilakukan secara ilegal tanpa alasan medis. Berikut prinsip-
prinsip etika keperawatan yang harus diingat oleh perawat dalam melakukan suatu
tindakan, antara lain:
1. Autonomy
Didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berfikir logis dan membuat
keputusannya sediri. Sehingga perawat haruslah menghormati kemandirian klien
dan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya. Jika dikaitkana dengan kasus aborsi yaitu tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun ketika pasien ingin mengambil keputusa tersebut dan
tentunya pasien telah meyakini dan mempertimbangkan keputusan tersebut secara
matang.
2. Beneficence
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu
dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan dan hanya
melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan
atau kejahatan penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan terjaadi
konflik antara prinsip ini dengan prinsip autonomy.
3. Justince

Direfleksikan dalam praktik profesiona ketika perawat bekerja sesuai ilmu dan
kiat keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan
hukum yang berlaku. Sebagai menegakkan keadilan atau kesamaan hak kepada
setiap orang (pasien). Definisi lainnya adalah memperlakukan orang lain secara
adil, layak dan tepat sesuai dengan haknya. Situasi yang adil adalah seseorang
mendapatkan manfaat atau beban sesuai dengan hak atau kondisinya.

PAGE \* MERGEFORMAT 24
4. Non-Maleficence

Prinsip ini berarti perawat dalam memberikan pelayanannya tidak menimbulkan


bahaya atau cedera fisik dan psikologis. Melarang tindakan yang membahayakan
atau memperburuk keadan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non
nocere” atau “do no harm”. pada praktik Aborsi di upayakan untuk tidak
menimbulkan bahaya atau kerugian bagi pasien, namun aborsi sebennarnya
memiliki resiko tinggi yang harus di perhatikan oleh pasien dan tenaga medis
ketika mengambil keputusan untuk dilakukan aborsi namun dengan alasan medis
yang jelas.

5. Veracity

Prinsip ini berarti perawat agar setiap informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Veracity (kejujuran) merupakan dasar membina
hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.

6. Fidelity

Perawat harus memiliki komitmen menepati janji profesi dan menerapkan dalam
melakukan pelayanan keperawatan dan dibutuhkan individu untuk menghargai
janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Pada kasus aborsi yang memang
harus dilakukan karena alasan medis harus dipertimbangkan dengan matang
karena hal tersebut melanggar beberapa prinsip-prinsip etika keperawatan yang
bertentangan dengan etika keperawatan pada poist Fidelity atau menepati janji.

PAGE \* MERGEFORMAT 24
BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus

Kompas.com, Jakarta (2021), Ditrektor kriminal khusus (Dittreskrimsus) polda


metro jaya kembali membongkar praktik aborsi ligal. Kali ini, praktik aborsi ilegal
dilakukan di salah satu rumah di kawasan pedurenan, Mustika jaya, Bekasi. Polisi
menangkap tiga orang tersangka, yakni IR, ST dan RS, dari penggerebekan yang
dilakukan pada 1 Februari 2021

Pelaku Pasutri
Kabid Humas Polda Metro jaya, Kombes Pol Yusril Yunus mengatakan, dua dari tiga
tersangka, yakni IR dan ST mereka pasangan suami istri ( pasutri ).
“ Penangkapan pada 1 Februari 2021 di kediaman suami istri, RI dan ST. Mereka
buka praktik untuk melakukan aborsi ilegal,” kata yusril saat yang disiarkan secara
daring, Rabu ( 10/22012 ). Penangkapan para tersangka berawal dari informasi
adanya praktik aborsi ilegal. Polisi kemudian melakukan penyelidikan hingga
pengerebekan.Selain pansangan suami istri, polisi juga menangkap suatu wanita lain
berinisial RS, pasien aborsi. “Kemudian RS, perempuan. Dia ibu dari pada janin yang
dilakukan aborsi” kata Yusril.
Sudah 5 janin
Berdasarkan keterengan sementara, tersangka RI dan ST sudah menggugurkan lima
janin selama membuka praktik aborsi ilegal sejak akhir 2020. “ Mengaku melakukan
aborsi sudah lima kali. Untuk yang kelima ini yang ditangkap, tapi masi kami
telusuri dan dalami lagi,” kata dia. Yusril menegaskan, RI dan ST tidak memiliki
kopotensi apapun dalam membuka praktik aborsi. Keduanya bukan tenaga kesehatan
ataupun dokter,” kata Yusril. IR hanya pernah bekerja di klinik praktik aborsi ilegal di
kawasan Tunjung priok, Jakarta Utara tahun 2000. Saat itu RI bekerja sebagai
pembersih janin setelah dilakukan aborsi. “ Dari situ disa belajar untuk melakukan
tindaka aborsi, bersama suamai, SR yang bertugas mencari pasien,” kata Yusril.
Peran masing-masing.
Yusril menyebut ketiga tersangka yang ditangkap memiliki peranan masing-masing.
RI sebagai pelaku yang melakukan aborsi. RI bisa melakukan aborsi terhadap pasien
dengan kandungan tertentu, khususnya di bawah delapan minggu. “ Memang yang

PAGE \* MERGEFORMAT 24
PAGE \* MERGEFORMAT 26

bersangkutan tidak berani melakukan tindakan jika usia kandungan delapan minggu
ke atas. Dia hanya berani untuk usia kanduangan dua bulan saja atau 8 minggu ke
bawa,” kata Yusril. Adapun suami RI sendiri, yaitu ST, berperan sebagai orang yang
mencari pasien. ST akan melakukan pemasaran untuk mencapai pasien. Kemudian RS
perempuan yang merupakan ibu (dari) janin yang (hendak) lakukan aborsi,’’ katanya.
Lewat medsos
IR dan ST mencari pasiennya dengan berbagai cara. Berdasarkan pemeriksaan,
tersangka menawarkan jasanya melalui media sosial dan calo. “Sama dengan
beberapa tempat tempat yang lain, khususnya di daerah jakarta pusat (pemasaran
melalui) media sosial dan beberapa calo,” ujar Yusril. Yusril menjelaskan, para
tersangka membagi hasil kejahatan poda calo. Satu pasien yang ingin di aborsi
biasanya di patok biaya Rp 5 juta. “ Tarif ( aborsi ) yang mereka terima adalah Rp 5
juta. Tapi yang msuk ke yang bersangkutan ini Cuma Rp 2 juta karena dia melaui
beberapa calo,” kata Yusril.
Cairan kimia.
Yusril mengatakan, RI dan ST memiliki cara tersendiri untuk membuang unuk
membuang janin hasil praktiknya. Biasanya para tersangka menghancurkan janin
dengan menggunakan cairan kimia sebelum akhirnya dibuang untuk menghilangkan
jejak. "Ada teknisnya sendiri. Karena masih dalam bentuk gumpalan darah sehingga
sangat mudah. dengan menggunakan obat," kata Yusril. Para tersangka tidak mencatat
identitas para pasien yang datang atau menyarankan menggunakan nama samaran.
"Ini sebagai gambaran saja, ini kenapa pasien mau aborsi ditempat ilegal itu? Pertama
karena data pribadi itu tidak dimunculkan yang asli atau disamarkan. Sehingga
banyak orang yang kesitu karena tidak diminta KTP," katanya.
Dari penangkapan tersangka, polisi mendapat barang bukti berupa sejumlah alat kesehatan
yang tidak sesuai standar kesehatan. Adapun para tersangka dikenai pasal 194 juncto pasal
75 undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dengan ancama 10 tahun
penjara atau denda Rp 1 miliar. Kemudian, Pasal 77a juncto Pasal 45A Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang ancamannya 10 tahun penjara. "Dan juga ada Pasal 83
juncto Pasa.l 64 tentang Tenaga Kesehatan. Ini ancaman 5 tahun penjara," tutur Yusril.
PAGE \* MERGEFORMAT 26

3.2 Pembahasan Kasus Menurut Semua Persepsi Hukum

Kasus diatas merupakan suatu tindakan kriminal dimana terdapat pasutri yang bukan
dari tenaga medis membuka praktik aborsi ilegal sejak tahun 2020, mereka mengaku
sudah melakukan praktik aborsi sebanyak 5 kali dalam melakukan prakteknya pasutri ini
membagi tugas, mereka memasrkan tenaga kriminalnya lewat beberapa cara salah satunya
melalui media sosial, dima asetia ada pasien yang hendak menggugurkan kandungannya
dikenai tarif 5 juta mereka mengaku setia praktik yang hendak dilakukan hanya dengan
usia kehamilan maksimal 8 minggu, apabila lebih mereka tidak berani melakukan tindakan
aborsi.

Dalam hal ini tindakan aborsi tersebut jelas merugikan karena menghilangkan nyawa
seseorang dan dari tiga tersangka polisi mendapat barang bukti dan ketiga tersangka
dikenai pasal 194 UU Kesehatan yang berbunyi “ Setiap orang yang sengaja melakukan
aborsi tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimna dimaksud daalam pasal 75 ayat(2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak 1 miliar”
dan pasal 75 UU nomor 36 tahun 2005 yang mengatur tentang pengecualian terhadap
larangan melakukan aborsi yang diberikan hanya dalam 2 kondisi berikut:

a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/ atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak daoat diperbaiki.

b) Kehamilan akibat pemerkosaan yang dapat menyababkan trauma psikologis bagi


korban pemerkosaan.

Selain itu, aborsi ilegal berarti tidak sesuai dengan pasal 76 Undang-Undang Kesehatan
syarat syarat yang memperbolehkan dilakukannya aborsi sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 75 sebagai berikut:
 Sebelum kehamilan berumur enam minggu dihitung dari hari pertama haid terkahir,
kecuali dalam kedaruratan medis;
 Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
 Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
 Dengan izin suami; kecuali korban pemerkosaan; dan
 Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh menteri
PAGE \* MERGEFORMAT 26

Dalam kasus ini pelaku melanggar Undang-Undang Kesehatan pasal 75 butir ke-2
yaitu “oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri” karena sangat jekas sebagaiman yang dikatakan
oleh Kombes Pol Yusril Yunus “Keduanya bukan tenaga kesehatan maupun dokter”. RI
hanya pernah bekerja di klinik praktik aborsi ilegal dikawan Tanjung Priok, Jakarta Utara
tahun 2000. selain melanggap Undang-Undang pasal 75 butir ke-2, RI juga melanggar butir
ke-5 yang berbunyi “Penyedian layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh menteri” karena dilakukan di salah satu rumah di kawasan Pedurenan, Mustika Jaya,
Bekasi.
Tindak pidana yang dilakukan oleh RI selaku pelaku aborsi yaitu Pasal 348 KUHP
yang berbunyi “Seseorang yang berniat menggugurkan kandungan wanita dengan adanya
persetujuan dari sang wanita, dapat dipidana dengan kurungan maksimal 5 tahun 6 bulan
lamanya”. Sedangkan tindak pidana yang dilakukan oleh SR selaku suami pelaku yaitu
pasal 299 butir ke-2 yang berbunyi “Jika yang bersalah demikian untuk mencari
keuntungan atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasan atau jika
ia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya tersebut ditambah sepertiga”.
Selanjutnya, RS ibu dari janin tersebut melakukan tindak pidana pada pasal 346
KUHP: “ wanita yang berniat untuk menggugurkan kandungannya atau dengan cara
menyuruh orang lain untuk menggugurkan kandungannya, dapat dipidana dengan hukuman
maksimal 4 tahunn penjara.” dalam pasal ini “ sengaja” yang dimaksud adalah memaang
adanya keinginan untuk melakukan sesuatu. Tindakan disegaja untuk melakukan aborsi
dapat berubah meminum ramuan- ramuan tertentu, memakan daunan- daunan tertentu, bisa
juga dengan perut diurut- urut atau dipukul- pukul secara kasar atau bisa juga datang ke
klinik aborsi untuk dilakukan metode penyemprotan isi rahim atau oprasi Hytrotomi
dengan tujuan untuk mematikan kandungannya.
Pengguran anak atau janin mengakibatkan kematian bagi anak atau janin tersebut.
dengan demikian, setiap tindakan yang merupakan kekerasan terhadap anak terlebiih
kekerasan tersebut menyebabkan anak itu mati, maka pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas ) tahun atau denda paling banyak Rp. 3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah). Perbuatan pengguran kandungan diatur dalam pasal 299, 346, 347,
348, dan 349 dimana pasal tersebut menyatakan bahwa perbuatan pengguguran kandungan
itu merupakan perbuatan kejahatan yang dapat dipidana. Berikut penjabarn pasal-pasal
mengenai aborsi dalam KUHP :
PAGE \* MERGEFORMAT 26

 Barang siapa dengan seengaja mengobati seorang perempuan atau mengerjakan


sesuatu perbuatan terhadap seorang perempuan dengan memberitahukan atau
menimbulkan pengharapan, bahwa oleh karena itu dapat gugur kandungannya,
dihukum penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya
Rp. 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah).
 Kalau yang bersalah mengerjakan itu karena pengharapan keuntungan, dari
pekerjaannya atau kebiasannya dalam melakukan kejahatan dalam melakukan
kejahatan itu, atau kalau ia seorang tabib, dukun beranak (bidan) atau tukang
membuat obat, hukum itu dapat ditambah dengan sepertiganya.
 Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya, maka dapat
dicabut haknya melakukan pekerjaan itu.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam kasus aborsi atau penguguran terdapat beberapa pandangan hukum yang ada di
Indonesia baik ini secara pandangan hukum UUD pandangan etik dan keperawatan, dan
pandangan medis dan pandangan hukum islam. dapat di simpulkan bahwa aborsi adalah
kelakuan yang sangat tidak dipebolehkan baik secara hukum UUD , etik dan keperawatan,
dan hukum islam kecuali dalam medis bisa diperbolehkan tetapi dengan syarat-syarat atau
alasan tertentu, sementara Salah satu kejahatan yang diatur didalam KUHP adalah masalah
aborsi kriminalis. Ketentuan mengenai aborsi kriminalis dapat dilihat dalam Bab XIV Buk
uke-II KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa (khususnya pasal 346-349)

Aborsi bisa dilegalkan jika seperti dijelaskan sebelumnya, aborsi sebenarnya bisa
dilakukan asalkan memiliki alasan medis yang jelas. Misalnya, kehamilan terjadi di luar
Rahim (kehamilan ektopik), atau kondisi lain yang dinilai dokter bisa membahayakan ibu
atau janin.

4.2 Saran

Sebagai Sebagai calon tenaga Kesehatan ada baiknya kita harus mengetahui tentang
aborsi di dalam hukum UUD, etika dan keperawatan dan hukum islam maupun dalam
tenaga medis di Indonesia. Sehingga nantinya kita bertemu dengan kasus tersebut kita bisa
bertindak sesuai hukum dan peraturan yang ada agar terhindar dari kegiatan aborsi illegal
dan terhindar dari sanksi.

PAGE \* MERGEFORMAT 28
DAFTAR PUSTAKA
Nining. “HUKUM ABORSI MENURUT PERSPREKTIF ISLAM” Jurnal Hukum Replik 6
No. 2 (2018):205
Raihany, Dinda Arimby “ PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PERAWAT DALAM
TURUT SERTA MELAKUKAN TINDAK PIDANA ABORSI BERSAMA BIDAN”
Jurnal Ilmu Hukum
Lismiyan, Erika. “ANALISI YURIDIS TINDAKAN MEDIS BAORSI MENURT PASAL
75 UNDANG-UNDANG KESEHATAN DIKAITKAN DENGAN HUKUM
ISLAM”. Jurnal Langsat 5 No. 1 (2018): 63
Sylvana Yana. “TINDAKAN ABORSI DALAM ASPEK HUKUM PIDANA INDONESIA”
Jurnal Media Hutama 02 No.02 (2021): 511
Kompas.Com. 2021 “Fakta Kasus Aborsi di Bekasi Pelaku Psutri Hingga Hancurkan Janin
Pakai Ciran Kimia” https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2021/02/11/08594791/fakta-
kasus-aborsi-di-bekasi-pelaku-pasutri-hingga-hancurkan-janin-pakai diakses pada 21
Desember 2022 pukul 12.27

Amri, M Saaeful “MEDIS SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENGKAJIAN ISLAM


(STUDI KASUS ABORSI)”. Jurnal Al-Qadau Peradilan dan Hukum Keluarga Islam
6 No. 2 (2019): 201

Tilasanti, Maria Friska “PANDANGAN GEREJA KATAHOLIK TERHADAP ABORSI”

PAGE \* MERGEFORMAT 28

Anda mungkin juga menyukai