Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TENTANG MENGINDENTIFIKASI BUDAYA DI DAERAH BANYUWANGI TERKAIT DENGAN SISTEM


REPRODUKSI ;MENSTRUASI,KHITAN,PERNIKAHAN,PERNIKAHAN DAN MENYUSUI

Disusun Oleh :

Dinar Putri Santika


(201910300511032)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Mengindentifikasi budaya di daerah terkait dengan system
reproduksi :menstruasi,khitan,pernikahan,persalinan,dan menyusui“ ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
antropologi..
Makalah ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Tri Lestari selaku dosen mata kuliah transcultural yang memberikan
motivasi, bimbingan, serta arahan.
2. Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.

3. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Menurut penulis makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ibarat


”Tiada Gading Yang Tak Retak” oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.

Malang ,18 Mei 2021

2
Dinar Putri Santika

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................. i


Kata Pengantar .................................................................................. ii
Daftar Isi .................................................................................. iii

BAB. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1


B. Perumusan Masalah.................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
BAB. II. Konsep Teori

A. Pandangan terkait menstruasi ………….................................... 3


B. Pandangan terkait Khitan………................................................. 10
C. Pandangan terkait pernikahan …………………………………… 11
D. Pandangan terkait persalinan dan menyusui…………………….. 12
BAB. III. PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 17
B. Saran-saran............................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah menstruasi dalam literatur Islam disebut haid. Haid secara etimologi berarti sesuatu
yang mengalir1 . Sedangkan secara terminologi haid merupakan darah yang mengalir dari
pangkal rahim wanita setelah umur baligh dalam keadaan sehat2 . Rahim merupakan salah
satu organ yang hanya dimiliki oleh perempuan. Berbagai persoalan muncul dikarenakan
perempuan memiliki rahim. Persoalan yang dihadapi perempuan memiliki implikasi yang
luas dalam penataan sosial. Karena memiliki rahim, perempuan harus hamil, melahirkan,
menstruasi dan menopause. Fakta biologis ini secara langsung membedakan perempuan
dengan laki-laki secara kodrati.
Masalah haid, termasuk materi yang kedudukannya sangat penting dalam Islam,
permasalahan haid masih dikategorikan sebagai materi yang sangat rumit. Karena untuk
mengetahui keterangan seputar materi yang tercakup di dalamnya, diperlukan ketekunan
dalam menghafal hadithhadith Nabi dan athar-athar sahabat yang berbicara tentangnya. Di
samping itu, diperlukan juga pemahaman yang mendalam dengan menelaah penjelasan-
penjelasan yang diberikan oleh para pakar yang secara khusus mendalami masalah
tersebut.

Khitan merupakan praktik kuno yang dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat untuk
alasan-alasan agama maupun sosial budaya, dan sampai saat ini masih terus berlangsung.
Khitan atau sunat tidak hanya berlaku pada anak laki-laki tetapi juga berlaku pada anak
perempuan. Dalam berbagai kebudayaan peristiwa khitan sering kali dipandang sebagai

5
peristiwa yang sakral, seperti halnya upacara perkawinan. Kesakralan pada khitan terlihat
dalam upacara-upacara yang diselenggarakan. Akan tetapi fenomena kesakralan dengan
segala macam upacara khitan yang dilakukan hanya tampak pada sunat laki-laki,
sedangkan untuk khitan perempuan sangat jarang terlihat. Menurut (Hindi, 2008)
khitan adalah pemotongan sebagian dari organ kelamin, untuk laki-laki pelaksanaan
khitan hampir sama disetiap tempat, yaitu pemotongan kulup ( Qulf ) penis laki-laki.
Sedangan pada perempuan berbeda disetiap tempat, ada yang sebatas pembuangan
sebagian dari klentit (klitoris) dan ada yang sampai memotong bibir kecil vagina (labia
minora ).
Pelaksanaan khitan perempuan telah tersebar diberbagai belahan dunia dan terdapat pada
berbagai suku dan ras. Namun asal- usulnya masih sangat sulit dipaparkan. Bukti-bukti
menunjukkan khitan perempuan sangat terkenal dikalangan masyarakat Mesir kuno dan
merupakan acara ritual bagi masyarakat Mesir yang terjadi sebelum abad ke dua sebelum
Masehi. Konsep khitan perempuan dilaksanakan atas dasar ajaran agama, tidak hanya
agama Islam tetapi beberapa 1 2 agama lainnya. Namun khitan perempuan lebih dikenal
dalam masyarakat Islam dan Yahudi sebagai perintah agama yang harus dilakukan, dan
merupakan ritual keagamaan yang bersifat tradisional (Amriel, 2010).
Dalam budaya matriarki, khitan perempuan merupakan sebuah keharusan. Hal ini tidak
terlepas dari pendapat yang melekat dalam pemikiran masyarakat bahwa tradisi sunat
perempuan merupakan perintah agama dan anggapan perempuan adalah penggoda laki-
laki karena memiliki syahwat yang besar. Anggapan tersebut telah menyumbang mitos
dalam kehidupan perempuan, termasuk dalam tradisi khitan perempuan. Dengan dikhitan,
daya seksual perempuan dibatasi dan dianggap perempuan tidak lagi menjadi penggoda
bagi laki- laki (Gani, 2007). Tradisi khitan perempuan sesungguhnya dikenal dalam
masyarakat Jawa, khususnya lingkungan banyuwangi .

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang
manusia. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan
memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt.
Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain.
Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan,  tetapi yang
membedakan Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan pernikahan.

6
Allah S.W.T menganjurkan Manusia untuk menikah agar dapat mempertahankan
keberadaannya dan mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan
menurut kaiadah norma Agama, Laki-laki dan perempuan memiliki fitrah yang saling
membutuhkan satu sama lain.

Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada proses ini
terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya
melalui jalan lahir (Decherney et al, 2007). Tujuan dari pengelolaan proses persalinan
adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari
petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses
persalinan (Koblinsky et al, 2006).

Menyusui suatu proses yang alami dimana tahapan memberikan makanan pada bayi
berupa air susu ibu (ASI) langsung dari payudara ibu (Depkes RI, 2011) bukan hal baru
yang akan dilalui oleh seorang perempuan setelah melahirkan. Pengetahuan dan latihan
yang tepat sangat diperlukan untuk mengoptimalkanproses menyusui (Riskani, 2012).
Proses menyusui dalam buku Tafsir Ayat Ahkam ash-Shabuni, Ali AshShabuni
menafsirkan “wal waalidaatu yurdhi’na“ sebagai perintah menyusui bagi waalidaat (ibu-
ibu) dalam bentuk kalam khabar (kalimat berita) yang berguna sebagai lilmuballaghah
(suatu keharusan yang sangat) sekalipun zhahirnya kalimat berita, tetapi hakikatnya adalah
perintah (Arini, 2012).

B. Perumusan Masalah

1. Bagaiamana budaya didaerah terkait mesntruasi ?


2. Bagaiamana budaya didaerah terkait Khitan ?
3. Bagaiamana budaya didaerah terkait Pernikahan?
4. Bagaiamana budaya didaerah terkait persalinan ?
5. Bagaiamana budaya didaerah terkait menyusui?

7
B. Tujuan Penulisan
1. Memahami budaya terkait pandangan system reproduksi
:menstruasi,khitan,pernikahan,persalinan dan menyusui
2. Mengindentifikasi masalah kesehatan dan yang bertentangan dengan masalah
kesehatan

8
BAB II

KONSEP TEORI
A. Pandangan Mengenai Mesntruasi
Menstruasi adalah proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi diakibatkan siklus bulanan
alami pada tubuh wanita. Siklus ini merupakan proses organ reproduksi wanita untuk bersiap
jika terjadi kehamilan. Persiapan ini ditandai dengan penebalan dinding rahim (endometrium)
yang berisi pembuluh darah. Jika tidak terjadi kehamilan, endometrium akan mengalami
peluruhan dan keluar bersama darah melalui vagina.
Siklus ini berjalan sekitar 4 minggu, dimulai sejak hari pertama menstruasi, hingga hari
pertama menstruasi berikutnya tiba. Siklus menstruasi pada seorang wanita diatur oleh
berbagai hormon, baik yang dihasilkan oleh organ reproduksi maupun kelenjar lain. Beberapa
hormon yang terlibat adalah GnRH (gonadotropin relasing hormone), FSH (folicle stimulating
hormone), LH (luteinizing hormone), estrogen, dan progesteron.
Berdasarkan perubahan kondisi rahim dan konsentrasi hormon, siklus menstruasi dibagi
menjadi beberapa fase, yaitu:
Fase menstruasi. Fase menstruasi merupakan fase pertama di dalam siklus menstruasi. Fase ini
ditandai dengan terjadinya peluruhan dinding rahim yang berisi pembuluh darah dan cairan
lendir. Fase menstruasi terjadi ketika sel telur tidak dibuahi sehingga tidak terjadi kehamilan.
Kondisi ini menyebabkan dinding uterus yang mengalami penebalan pada fase-fase
sebelumnya untuk mempersiapkan terjadinya kehamilan, tidak lagi diperlukan oleh tubuh.
Fase folikular. Fase ini terjadi ketika kelenjar hipotalamus di otak mengeluarkan GnRH untuk
merangsang kelenjar pituitari atau hipofisis sehingga mengeluarkan FSH. FSH akan
merangsang indung telur atau ovarium untuk membentuk folikel yang berisi sel telur yang
belum matang. Folikel akan terus berkembang selama sekitar 16 hari bersamaan dengan
perkembangan sel telur. Folikel yang sedang mengalami pematangan akan mengeluarkan
hormon estrogen yang mulai merangsang penebalan dinding rahim.

9
Fase ovulasi. Fase ovulasi terjadi ketika ovarium melepaskan sel telur yang sudah matang ke
saluran indung Sel telur akan keluar dari ovarium pada saat kadar LH di dalam tubuh
mencapai puncaknya. Sel telur yang keluar dari ovarium akan berjalan menuju rahim untuk
siap dibuahi oleh sperma. Jika tidak dibuahi, sel telur akan melebur 24 jam setelah terjadinya
ovulasi. Pada wanita yang memiliki siklus menstruasi selama 28 hari, umumnya ovulasi
terjadi pada hari ke 14. Pada masa ini, vagina akan mengeluarkan lendir serviks.
Fase luteal. Fase ini terjadi ketika folikel yang sudah mengeluarkan sel telur yang sudah
matang berubah menjadi jaringan yang dinamakan korpus luteum. Korpus luteum akan
mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron untuk menjaga agar dinding uterus atau
rahim tetap tebal, sehinga uterus tetap siap menampung sel telur jika sudah dibuahi. Jika
terjadi kehamilan, tubuh wanita akan mengeluarkan hormon HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) untuk menjaga agar korpus luteum tetap ada di dalam ovarium sehingga
dinding uterus tidak meluruh. Akan tetapi jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum akan
meluruh sehingga kadar hormon estrogen dan progesteron dalam darah juga akan menurun.
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron akan menyebabkan dinding uterus
mengalami peluruhan dan terjadi menstruasi. Fase luteal umumnya terjadi sekitar 11-17 hari
dengan rata-rata lamanya adalah 14 hari.
Normalnya menstruasi terjadi sekitar 3-7 hari pada kebanyakan wanita. Meski demikian, tidak
semua wanita mengalami siklus yang sama, bahkan di antara wanita yang berusia hampir
sama. Siklus mentruasi terkadang bisa datang lebih cepat atau lebih lambat, dengan perbedaan
yang berkisar antara 21 hingga 35 hari.

Mengetahui pengalaman ibu etnis Jawa anak remaja putri ketika menarche Berdasarkan tema
Budaya jawa saat menarche itu meliputi ritual menarche, tujuhan menarche, data yang di peroleh
dari partisipan, bahwa pada budaya jawa yang terkait dengan menarche, saat remaja menstruasi
pertama, ibu selalu menasehati anaknya supaya selalu minum jamu kunyit asam supaya darah
yang keluar tidak terlalu bau amis, selain itu minum jamu kapur sirih biar tidak gatal. Adat turun
temurun pada remaja yang baru menstruasi di suruh naik lumpang tiga kali, naik tangga tiga kali
tujuannya itu sendiri yaitu supaya si anak tersebut tidak lama menstrusi biasanya remaja yang baru
pertama menstruasi ada yang satu minggu bahkan dua minggu tergantung kondisi psikis si anak
tersebut. Pada masyarakat di desa larangan adat jawa yang masih di jalani sampai sekarang, apa
yang dikemukakan di atas masih tradisinya. Berdasarkan tema Persiapan ibu pada remaja putri
saat haid, dari hasil wawancara setiap partisipan menjawab persiapan ibu pada remaja putri saat

10
haid meliputi persiapan perlengkapan saat haid, etika saat haid. Pada waktu remaja haid ibu selalu
suruh beli pembalut, celana dalam, cara memkai pembalut yang benar, di samping itu juga etika saat
haid hasil wawancara partisipan menjawab cara duduk yang benar, cara mencuci sendiri itu
remaja tidak boleh mencuci kotoran haid dengan meludah. Merupakan koping keluarga
eksternal yang utama. Dukungan sosial yaitu jaringan kerja spontan dan informal, dukungan –
dukungan terorganisir yang tidak ditangani oleh petugas perawatan kesehatan professional
(Bungin Burhan, 2003) Mengetahui dampak menarche terhadap psikis remaja putri, ibu dan keluarga
Berdasarkan tema Peran ibu terhadap remaja putri pada saat menarche meliputi perawatan
haid, perawatan genetalia, keluhan fisik, keluhan psikis. Pada perawatan haid diberikan wawasan
masalah haid, pada perawatan genetalia di berikan pengetahuan tentang merawat tubuh terutama
daerah kemaluan. Keluhan fisik meliputi sakit perut, pusing, sakit pinggang, mual dan mules,
pegel – pegel, pinggang kaya mau putus, sedangkan pada keluhan psikis remaja merasa kaget
dan takut. Mengetahui harapan ibu mempunyai remaja menarche Berdasarkan tema harapan orang
tua pada remaja menarche itu tentunya cara bersosialisasi salah satunya adalah di harapkan anak
tidak salah dalam bergaul, rasa tangung jawab itu meliputi jaga diri, jaga kehormatan, jadi wanita
sholekhadan puya rasa tanggung jawab. Pada penerapan etika meliputi berbicara sopan dan
diharapkan anak supaya mudah tersenyum pada orang lain. Tanggung jawab itu sendiri sudah
menjadi bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab.
Bila seseorang tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang akan memaksakan
tanggung jawab itu. Yang dimaksud dengan tanggung jawab adalah kesadaran manusia tentang
tingkah laku atau perbuatannya baik yang disengaja ataupun tidak disengaja. Seseorang mau
bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinsyafan atau pengertian atas segala perbuatan
dan akibatnya terhadap kepentingan pihak lain. Tanggung jawab ini muncul karena manusia hidup
bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam.
B. Pandangan mengenai Khitan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih
yang saling mempengaruhi. Akulturasi merupakan culture contact yang memiliki dua arah, saling
mempengaruhi antara dua kelompok yang mengadakan hubungan, atau oleh Ortiz disebut
transculturation untuk menunjuk pada hubungan timbal balik antar aspek kebudayaan. Hubungan
yang saling mempengaruhi akan menimbulkan terjadinya perubahan kebudayaan.

11
Untuk perbedaan atau pandangan yang dilakukan biasannya membuat sebuah nasi yang dibuat seperti
kerucut yang kemudian diberi cabai, bawang merah, dan bawang putih yang ditusuk pakai lidi
kemudian ditancapkan di ujung nasi yang berbentuk kerucut ini. Sajen ini tidak semua diletakkan
bersama sesajen lainnya di kamar. Satu diletakkan di kamar, kemudian satu lagi diletakkan di atas
pintu kamar mandi, kemudian diletakkan di atas pintu masuk rumah, dan satu lagi diletakkan di
jembatan kali dekat rumah yang punya hajat agar tidak ada halangan apapun pada anak yang dikhitan
mulai dari dia mau berangkat sampai dia kembali lagi ke rumahnya setelah dikhitan. Masyarakat di
sini masih percaya akan adanya makhluk-makhluk halus, seperti tuyul contohnya. Dengan
kepercayaan mereka itu, maka ada juga di dalam ruangan itu yang meletakkan cermin besar, air cabai,
kemudian kepiting sawah yang diletakkan di baskom, kendi tempat uang yang ditutupi kain putih.

Tujuannya adalah dengan adanya itu tuyul itu akan memainkan kepiting sawah dan ketika melihat air
cabai, sehingga uang orang yang melakukan hajat itu tidak bisa diambil olehnya. Jika ada tuyul, maka
cermin besar tadi akan bergoyang-goyang.1Setelah semua sesajen sudah rapih dibuat dan diletakkan
sesuai tempatnya kemudian dimulailah pembakaran menyan di dalam ruangan tadi. Akan tetapi ketika
pembakaran menyan kita tidak akan menemukan mantra-mantra aneh, namun kemenyan itu didoakan
seperti doa-doa biasa yang suka kita dengar. Doa itu ditujukan pada roh-roh orang tua yang telah
meninggal, para wali, para rajaraja Jawa, dan juga kepada para nabi dan rasul.

Setelah pembakaran kemenyan selesai, secara otomatis bahwa kamar itu telah dikunci dan tidak ada
seroang pun yang boleh memasuki kamar tersebut kecuali tuan rumah yang punya hajat. Nasi kolong
ini dibuat dari nasi biasa yang dibungkus daun pisang dengan diisi dengan lauk pauk seperti bihun,
ayam, telur, sayuran seperti wortel dan buncis yang akan dibagi-bagikan kepada tetangga maupun
saudara. Namun, tidak semua masyarakat menggunakan nasi kolong ini. Ini hanya tradisi biasa yang
dapat diganti dengan makanan lainnya. Seiring dengan berjalannya waktu, orang bisa mencari cara
yang praktis dan lebih simpel. Masyarakat juga bisa menggunakan roti yang dibungkus untuk
dibagikan kepada tetangga maupun saudaranya. Hal yang terpenting dari makna pembagian nasi
kolong ini adalah orang yang memiliki hajat sudah memiliki rasa ikhlas, mau memberi, dan rela
berbagi sebagai rasa syukur kepada Allah Swt karena telah dapat menjalankan perintahnya.

C. Pandangan Mengenai pernikahan

12
Tradisi Larangan Nikah Lusan Besan Bagi Masyarakat Suku Jawa Pandangan masyarakat
Jawa tentang kehidupan mengatakan bahwa antara masyarakat dan alam merupakan
lingkungan kehidupan sejak lahir. Masyarakat sebagai perwujudan kumpulan keluarga besar,
bermula atau berwal dari keluarga kecil (sendiri), keluarga tetangga, baik yang dekat maupun
yang jauh dan akhirnya seluruh desa atau kelurahan. Lingkungan ini diatur dengan berbagai
norma dan adat, sehingga akhirnya setiap anggota akan menemukan identitasnya dan
keamanan jiwa. Bila anggota masyarakat terpisah dari aturan diatas, maka mereka merasa
dikucilkan, sendirian, dan seolah-olah hidupnya tanpa makna.

Masyarakat bagi orang Jawa merupakan sumber rasa aman. Begitu pula alam, dihayati sebagi
kekuasaan yang menentukan keselamatan dan kehancurannya. Oleh karena itu, alam dan
indrawi bagi orang Jawa merupakan ungkapan alam ghaib, yaitu misteri yang berkuasa yang
mengiringinya, dan darinya akan diperoleh eksistensinya, sebab alam merupakan ungkapan
kekuasaan yang menentukan kehidupannya yang penting, misalnya kelahiran, puputan,
tetesan, khitanan, perkawinan, kehamilan, proses penuaan dan kematian.

Dikarenakan alam adalah ungkapan kekuasaan yang menentukan manusia maka dalam
masyarakat Jawa untuk melangsungkan suatu pernikahan harus ditetapkan tradisi tertentu yang
diyakini akan ikut memberikan keberuntungan serta menghindari yang akan dapat berakibat
kerugian.

Perkawinan menurut masyarakat Jawa adalah sesuatu yang sakral, agung, dan monumental
bagi setiap pasangan hidup. Karena itu, perkawinan bukan hanya sekedar mengikuti Agama
dan meneruskan naluri para leluhur untuk membentuk sebuah keluarga dalam ikatan hubungan
yang sah antara pria dan wanita, namun juga memiliki arti yang sangat mendalam dan luas
bagi kehidupan manusia dalam menuju bahtera kehidupan rumah tangga seperti yang dicita-
citakan.

Dalam tradisi masyarakat Jawa ada tradisi larangan menikah (larangan menerima mantu).
Adapun tradisi yang dimaksud adalah larangan nikah lusan besan. Nikah lusan besan ialah
”orang tua pihak laki-laki yang sudah menikahkan anak kandungnya sebanyak dua kali,
sedangkan orang tua pihak perempuan baru satu sekali. Dari situlah istilah tradisi lusan besan
itu ada. Jika ada dua orang dikarnakan lusan besan melakukan pernikahan maka pernikahan

13
tersebut dilarang dan tidak boleh dilakukan ditempat tinggalnya, pernikahan tersebut harus
dilakukan di luar daerah tempat tinggalnya, dan wali dari pihak perempuan tidak menjadi wali
nikah. mereka menganggap tradisi ini sangat sakral oleh sebab itu, masyarakat Jawa enggan
untuk melangsungkan suatu pernikahan anaknya. Untuk melaksanakan suatu perkawinan,
yang mana ditentukan oleh orang yang dituakan biasanya orang Jawa memanggilnya dengan
sebutan “Mbah”.

D.Pandangan Mengenai persalinan


Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari berbagai suku, salah satunya adalah suku
jawa. perbedaan suku akan menyebabkan berbeda dalam adat istiadat yang dilakukanya.
Tujuan menganalisis perilaku kesehatan yang berhubungan dengan budaya dan adat istiadat
suku jawa untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang bagaiman pengalaman keluarga
tentang perilaku ibu hamil dan nifas. Metode penelitian ini kualitatif dengan desain
fenomenologis. Sampel diambil dengan tehnik snowball sampling , yang masing-masing
kecamatan diambil 10%, Sampel berjumlah 21 keluarga kemudian dipilih 6 orang dari salah
satu anggota keluarga tersebut yang mempunyai anggota keluarga sedang hamil atau
nifas,untuk dilakukan interview secara mendalam. Hasil penelitian diskriptif , dari sampel
diseluruh kabupaten sukoharja rata-rata 50%-75% masih melalukan upacara penguburan
placenta, mempunyai pantangan dan kebiasaan yang harus dilakukan pada saat hamil,
mempunyai pantangan dan kebiasaan yang harus dilakukan saat nifas. Melalui tahapan analisis
kualitatif dan content analisis teridentifikasi alasan perilaku ibu hamil dan nifas adalah terkait
dengan budaya untuk mempertahankan kesehatan individu dan keluarga menurut persepsi
keluarga. Perilaku yang menjadi pantangan ketika hamil diataranya adalah tidak boleh
kerokan, tidak boleh minum panas dan ketika nifas adalah tidak boleh banyak gerak sampai 40
hari, tidak boleh banyak minum. Sedangkan yang dianjurkan ketika hamil diantaranya minum
jamu sehat dan ketika nifas antra lain memakai pilis, duduk kaki lurus dan rapat serta minum
jamu Upacara pembuangan placenta pada umumnya dikuburkan atau dihanyutkan ke sungai
dengan alasan agar tidak dimakan binatang buas. Perjalan sampai penguburan placenta
dimasukan kendil kemudian digendong bapak. Alat penyerta dalam pembuangan ini pada
umumnya adalah jarum, benang, pensil, dan empon- empon. Temuan yang didapatkan dalam
penelitian ini adalah teridentifikasinya alasan keluarga yang mempunyai perilaku budaya pada
masa kehamilan dan nifas adalah dalam upaya mempertahankan kesehatanya. Pada  penelitian
lebih lanjut bisa dilakukan dengan menspesifikan pada masalah perilaku budaya tertentu.

14
E.Pandangan mengenai Menyusui
Mayoritas penduduk yang tinggal di wilayah banyuwangi, adalah para warga pendatang dari
suku madura yang memilih menetap di banyuwangi . Masyarakat madura terkenal dengan
budaya-budayanya yang masih sangat kental. Kepercayaan dan tradisi yang ada akan
mempengaruhi perilaku masyarakatnya. Kepercayaan di dalam sosial budaya datang dari apa
yang dilihat dan apa yang diketahui seseorang. Kepercayaan yang telah diyakini oleh
seseorang akan menjadi dasar untuk berperilaku. Namun pada kenyataannya tidak selalu
kepercayaan tersebut benar. Ada kalanya karena ketidaktahuan akan informasi yang benar
mengenai suatu kejadian atau objek yang terjadi justru membentuk sebuah kepercayaan.
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh budaya dengan perilaku
masyarakat yang sudah tinggal lama di suatu wilayah. Tetapi belum banyak yang meneliti
tentang pengaruh perbedaan budaya yang ada antara wilayah asal dengan tempat tinggal
selanjutnya. Salah satu penelitian yang sudah dilakukan oleh Saaty, et.al. (2015), dengan
tujuan untuk mengetahui praktik menyusui dikalangan imigran yang berasal dari Arab dan
tinggal di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menemukan fakta bahwa adanya perbedaan
persepsi dan budaya antara negara asal dengan negara tempat tinggal sekarang mempengaruhi
perilaku ibu-ibu dalam menyusui bayinya. Perilaku dibentuk oleh budaya dan nilai-nilai serta
kenyakinan agama para ibu-ibu Arab ini berkembang dengan adanya perbedaan persepsi serta
budaya ditempat mereka tinggal sekarang.
percayaan yang berkembang dimasyarakat. Kepercayaan dan tradisi yang ada di masyarakat
menggiring pola pikir masyarakat atas tindakan yang akan dilakukan untuk menyikapi sesuatu.
Kepercayaan yang ada di masyarakat menjadi hal yang sangat berperan dalam membentuk
perilaku seseorang.
Hal ini mungkin dapat terjadi karena responden kurang mengetahui fakta yang sebenarnya
dibalik kepercayaan tersebut. Sebagai contoh, apabila responden sudah sejak sebelum
melahirkan percaya bahwa memberikan cairan lain selain air susu ibu seperti madu atau air
manis ketika bayi lahir dapat membuat bayi menjadi lebih kuat. Maka responden tersebut akan
menanamkan bahwa memberi madu dan air manis dapat akan membuat bayi menjadi lebih
kuat. Kepercayaan ini dapat dengan mudah melemahkan terlaksanakannya ASI eksklusif yang
seharusnya menyusui bayi dengan air susu ibu saja dari lahir hingga umur 6 bulan pertama
Sistem pencernaan yang dimiliki bayi baru lahir masih belum kuat. Sehingga bayi
dikhawatirkan belum mampu untuk mencerna makanan lain selain ASI. Kandungan ASI juga

15
sudah mencukupi seluruh kebutuhan nutrisi yang diperlukan bayi. Namun masyarakat
biasanya sudah terlanjur percaya dengan informasi yang berkembang dimasyarakat. Banyak
para ibu yang memberikan makanan pendamping kepada bayinya yang baru berusia dua bulan
karena ketidak tahuan ibu akankegunaan ASI. Beberapa riset yang dilakukan di beberapa
negara membuktikan bahwa ASI adalah nutrisi paling baik untuk bayi sampai usia 6 bulan
pertama kemudian disempurnakan hingga 2 tahun selanjutnya
Kepercayaan mengenai makanan pantangan bagi ibu yang menyusui juga tidak memiliki dasar
yang sesuai. Justru ibu yang sedang menyusui memerlukan banyak nutrisi tidak hanya untuk
dirinya tetapi untuk bayi yang akan mendapatkan nutrisi dari ASI yang diberikan ibu. Salah
satu nutrisi yang diperlukan ibu adalah protein. Makanan tertentu seperti ikan, makanan laut
dan cumicumi merupakan makanan yang mengandung protein cukup tinggi. Sehingga nutrisi
tersebut baik untuk ibu asal dikonsumsi dengan porsi yang wajar dan tidak berlebihan.
A.Kesimpulan
Perubahan remaja putri secara fisik saat menarche adalah di mana terjadi perubahan reproduksi
pembentukan tubuh, perubahan reproduksi, perubahan hormon, di tandai dengan tubuh mulai
membesar, payudara kelihatan besar, pinggang mulai melebar, alat reproduksi mulai siap di buahi,
jerawat mulai tumbuh, daerah kemaluan dan ketiak mulai tumbuh rambut.

Perubahan remaja putri secara mental pada saat mengalami haid adalah di mana anak sudah tidak
di katakan lagi sebagai anak – anak di tandai dengan pertumbuhan secara cepat anak menjadi
dewasa, pada perubahan secara mental terpacu pada kejiwaan anak. Karakteristik menarche meliputi
bentuk menarche, waktu menarche dan warna menarche.

Menarche itu sendiri adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuamasi) endometrium. Biasanya lama haid ± 7 hari, di mana Panjang siklus haid ialah jarak
antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus haid yang
normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari. Perilaku saat remaja menarche
adalah biasanya remaja mudah tersinggung, minder, melamun, malas beraktivitas, murung di
kamar dan berkhayal. Perilaku remaja saat menarche sering berubah dan tidak menentu kadang
ceria kadang sedih.

Budaya jawa saat system reproduksi ini di mana nilai - nilai budaya itu merupakan konsep -
konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat
mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidupnya.

B. Saran-saran

Diperlukan penyuluhan yang melibatkan beberapa pihak dan lintas sektor seperti Puskesmas, Dinas
Kesehatan dan Perangkat Desa. Tujuan dari penyuluhan untuk mengubah persepsi masyarakat tentang

16
kepercayaan dan tradisi yang ada terkait nutrisi mentrusasi ,pernikahan ,khitan,persalinan serta
pemberian ASI yang eksklusif. Penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan media yang
menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat. Contohnya dengan melalui video pendek yang
membandingkan mitos dan fakta tentang nutrisi mentrusasi ,pernikahan ,khitan,persalinan serta
pemberian ASI yang eksklusif. Perlu dilakukan penelitian lebih jauh untuk mengetahui cara
pendekatan untuk merubah persepsi yang sesuai dengan keadaan di masyarakat. Selain itu perlu
adanya studi intervensi terkait media informasi atau cara pendekatan dan program pelayanan yang
sudah diberikan terkait nutrisi mentrusasi ,pernikahan ,khitan,persalinan serta pemberian ASI yang
eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin Burhan. Metodologi penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003

Danim S. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metedologi . Jakarta : EGC. 2003

F.J Monks, Koers, Siti Rahayu Haditomo. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai
bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2002.

http:www.auara – karya online.com/news.htmI?d=89556.Diakses tanggal 25 juni 2009


Lexy. J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Mappiare Andi. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional, 1982
Irwanto, dkk. Psikologi perkembangan. Ed.5. Jakarta : PT Gramedia, 1996

Agus, Bustanuddin. Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Rajawali Pers, 2007.

17
Azwar, Syaifudin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Capt. R.P Suyono. Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis.
Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2009.

Daglas, M., Antoniou, E. 2012. Cultural Views and Practices Related to Breastfeeding. Health
Science Journal, [e-journal] 6 (2): pp. 353–361.

Depkes RI. 2009. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PPASI). Jakarta: Depkes
RI.

18

Anda mungkin juga menyukai