Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN

SEKSUALITAS PADA NY. S DENGAN KISTA OVARIUM


DI PUSKESMAS SEDINGINAN

Laporan Kasus Individu Stase Praktik Asuhan Kespro, Seksualitas


Perempuan dan Prakonsepsi

Disusun oleh:
MARIA BR TARIGAN
231132066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI AL INSYIRAH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan karunia-Nya penulis berada dalam keadaan sehat walafiat dan

mendapat kesempatan untuk menyusun Laporan Kasus (LK) Stase Praktik

Asuhan Kespro, Seksualitas Perempuan dan Prakonsepsi yang berjudul

“ASUHAN KEBIDANAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN

SEKSUALITAS PADA NY. S DENGAN KISTA OVARIUM DI PUSKESMAS

SEDINGINAN”.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing dan

terima kasih banyak penulis ucapkan kepada Preceptor Klinik di Puskesmas

Sedinginan yaitu Juniar Pince Siallagan, S.Tr.Keb dan Preceptor Akademik Bdn.

Rizka Mardiya, M.Keb yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama

dinas, sehingga tugas laporan pendahuluan ini dapat terselesaikan, ucapan terima

kasih juga kami sampaikan kepada teman – teman yang selalu memberikan

motivasi dan dorongan dalam pembuatan laporan kasus ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa laporan ini memiliki berbagai

kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran kiranya dapat disampaikan kepada

penulis guna penyempurnaan masalah berikutnya. Semoga laporan kasus ini dapat

bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca pada

umumnya dan khususnya bagi seluruh mahasiswa profesi bidan.

Rokan Hilir, Juni 2023


Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN


SEKSUALITAS PADA NY. S DENGAN KISTA OVARIUM
DI PUSKESMAS SEDINGINAN

Laporan Kasus Individu Stase Praktik Asuhan Kespro, Seksualitas


Perempuan dan Prakonsepsi

Telah Disetujui dan Disahkan

Disusun oleh:
Maria Br Tarigan
231132066

Disetujui Oleh

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

(Juniar Pince Siallagan, S.Tr.Keb) (Bdn. Rizka Mardiya, M.Keb)

Ketua Prodi Profesi Bidan

(Bdn. Wira Ekdeni Aifa, SST, M.Kes)

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 3
C. Tujuan Umum dan Khusus................................................... 3
1. Tujuan Umum................................................................ 3
2. Tujuan Khusus............................................................... 3
D. Manfaat................................................................................. 4
1. Manfaat Teoritis............................................................. 4
2. Manfaat Praktis.............................................................. 4

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................... 6


A. Asuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas. 6
B. Definisi Kista Ovarium........................................................ 6
C. Tanda dan Gejala Kista Ovarium......................................... 7
D. Penyebab Kista Ovarium...................................................... 12
E. Patofisiologi Kista Ovarium................................................. 15
F. Pemeriksaan Fisik................................................................. 17
G. Pemeriksaan Penunjang........................................................ 17
H. Terapi/Tindakan Penanganan............................................... 18
I. Komplikasi Kista Ovarium................................................... 19

BAB III LAPORAN KASUS................................................................... 22


A. Subjektif............................................................................... 22
B. Objektif................................................................................. 25
C. Assesment............................................................................. 27
D. Planning................................................................................ 27

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................... 29

BAB V PENUTUP.................................................................................. 32
A. Kesimpulan........................................................................... 32
B. Saran..................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik,

mental, dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses

reproduksi. Ovarium merupakan sepasang organ yang kecil berbentuk seperti

buah kenari berwarna putih dan konsistensinya agak padat. Ukuran ovarium 3

cm x 2 cm x 1 cm dan beratnya 5-8 gram. Struktur ovarium meliputi bagian

luar (cortex) dan bagian dalam (medulla). Pada cortex terdapat folikel-folikel

primodial dan pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf dan

pembuluh limpa (Mayasari et al., 2021).

Ovarium merupakan kelenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus di

bawah tuba uterina. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon wanita,

hormon merupakan bahan kimia yang mengontrol jalannya fungsi dari sel dan

organ tertentu. Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur

dikeluarkan dari satu ovarium dalam proses yang disebut ovulasi yang dimana

telur ini akan berjalan melalui tuba fallopi menuju ke uterus. Ovarium juga

merupukan sumber utama dari hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron.

Hormon-hormon ini mempengaruhi perkembangan dari payudara wanita,

bentuk tubuh wanita, rambut tubuh serta mengatur siklus menstruasi dan

kehamilan (Emilia et al., 2018),

Kista ovarium itu sendiri memiliki resiko yaitu mengalami degenerasi

keganasan menjadi kanker, disamping itu bisa mengalami torsi atau terpuntir

1
2

sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai

kematian. Oleh karena itu kista ovarium merupakan masalah penting yang

menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita. Perjalanan penyakit kista

oavrium sering disebut sillent killer atau secara diam-diam menyebabkan

banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista

ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar

atau membesar. Jenis kista ovarium bisa bervariasi, ada yang berisi cairan

jernih yang biasanya disebut kista fungsional, berisi darah seperti kista merah

(rubrum), kista berisi gigi, rambut, dan cairan lemak yang disebut kista

dermoid, berisi jaringan ikat yang padat seperti fibroma. Di antara kista

ovarium ini ada yang bersifat neoplastik (memerlukan operasi) dan ada yang

bersifat non neoplastik (Widiyastuti et al., 2022).

Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan untuk

melakukan asuhan kebidanan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas

dengan kista ovarium. Oleh karena itu peran bidan sangat penting dalam

memberikan asuhan kebidanan seperti memberikan informasi dan dukungan

moril. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

studi kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pelayanan Kesehatan

Reproduksi dan Seksualitas pada Ny. S dengan Kista Ovarium di Puskesmas

Sedinginan”.
3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana memberikan asuhan kebidanan pelayanan

kesehatan reproduksi dan seksualitas pada Ny. S dengan kista ovarium di

Puskesmas Sedinginan menggunakan manajemen kebidanan SOAP?”

C. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan Umum

Menganalisa dan melakukan asuhan kebidanan pelayanan kesehatan

reproduksi dan seksualitas pada Ny. S dengan kista ovarium menggunakan

manajemen kebidanan SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian data dasar yang meliputi data subjektif

pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada Ny. S dengan

kista ovarium di Puskesmas Sedinginan Kabupaten Rokan Hilir.

b. Melaksanakan pemeriksaan yang meliputi data objektif pelayanan

kesehatan reproduksi dan seksualitas pada Ny. S dengan kista ovarium

di Puskesmas Sedinginan Kabupaten Rokan Hilir.

c. Menetapkan analisis data untuk mengidentifikasi diagnosa kebidanan

dan masalah pada pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada

Ny. S dengan kista ovarium di Puskesmas Sedinginan Kabupaten

Rokan Hilir.
4

d. Membuat perencanaan asuhan pada pelayanan kesehatan reproduksi

dan seksualitas pada Ny. S dengan kista ovarium di Puskesmas

Sedinginan Kabupaten Rokan Hilir.

D. Manfaat

Adapun manfaat penulisan pada kasus tersebut diatas adalah:

1. Manfaat Teoritis

Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman secara utuh dalam

mempelajari asuhan kebidanan dan kasus-kasus pada saat praktik dalam

bentuk manajemen SOAP serta menerapkan asuhan sesuai standar

pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan sesuai dengan kewenangan

bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan

kebidanan secara maksimal terhadap klien. Laporan kasus ini juga

diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa

dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung

peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan

yang berkualitas serta mampu melakukan pendokumentasian secara baik

dan benar.

2. Manfaat Praktis

Bagi profesi untuk tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan

untuk meningkatkan kualitas asuhan kebidanan khususnya pada pelayanan

kesehatan reproduksi dan seksualitas pada Ny. S dengan kista ovarium.

Makalah ini juga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan


5

kesehatan agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih

berkualitas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

social secara utuh, semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam

semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan

prosesnya. Tujuan dari program kesehatan reproduksi adalah untuk membantu

wanita agar memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap

dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggungjawab kaitannya dengan masalah

kehidupan reproduksi. Upaya yang dilakukan melalui advokasi, promosi KIE,

konseling, pelayanan kepada wanita yang memiliki masalah khusus serta

memberi dukungan pada kegiatan yang bersifat positif (Widiyastuti et al.,

2022).

B. Definisi Kista Ovarium

Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi

cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini biasa berupa air, darah, nanah,

atau cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada

wanita usia subur atau usia reproduksi. Kista ovarium adalah sebuah struktur

tidak normal yang berbentuk seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun

dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah padat.

Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul (Permatasari et al., 2022).

Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang

berisi material cairan atau setengah cair. Kista ovarium (kista indung telur)

6
7

berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di

indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja

(Hutomo et al., 2022).

C. Tanda dan Gejala Kista Ovarium

Keluhaan yang ditimbulkan adalah sebagai berikut (Wardani et al.,

2023):

1. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan

pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm, dianggap belum

berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang menopause atau setelah

menopause. Besarnya tumor dapat menimbulkan gangguan berkemih dan

buang air besar terasa berat dibagian bawah perut ibu, dan teraba tumor di

perut.

2. Gejala gangguan hormonal, indung telur merupakan sumber hormon

wanita yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuan tumor dapat

mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan

dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan

pola menstruasi kerena tumor mengeluarkan hormon.

3. Gejala klinis yang terjadi oleh karena komplikasi tumor. Gejala

komplikasi tumor dapat berbentuk infeksi kista ovarium (dengan gejala

demam, perut sakit tegang dan nyeri lepas, penderit tampak sakit).

Mengalami torsi pada tangkai (dengan gejala perut mendadak sakit tidak

tertahan dan keadaan umum penderita cukup baik kecuali sakitnya).


8

Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala

sampai periode tertentu. Namun beberapa wanita dapat mengalami gejala

dibawah ini (Anggraeni et al., 2022):

1. Nyeri saat menstruasi

2. Nyeri di perut bagian bawah

3. Nyeri pada saat berhubungan seksual

4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki

5. Nyeri saat buang air kecil atau buang air

6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak

Kista ovarium merupakan gangguan indung telur yang bersifat fisiologis

atau patologis. Tanda dan gejala kista ovarium berdasarkan tingkat keganasan

kista dibagi menjadi dua yaitu non neoplastik dan neoplastik (Fatmayanti et

al., 2022).

1. Kista ovarium non neoplastik jinak yaitu:

a. Kista Folikel

Kista folikel disebabkan oleh kegagalan folikel ovarium yang

pecah pada saat ovulasi. Ukuran diameter kista folikel pada umumnya

tidak lebih dari 5 cm. Kista folikel bersifat fisiologis dan tidak

memerlukan perawatan. Kista folikel dapat terjadi pada segala usia

tetapi lebih sering terjadi pada wanita usia produktif dan menopause.

Kista folikel ini dapat dideteksi dengan vaginal ultrasound/USG

vagina. Kista folikel biasanya tidak menunjukkan gejala dan

menghilang dalam waktu <60 hari. Jika muncul gejala akan

menyebabkan siklus menstruasi periode berikutnya memanjang atau

memendek. Pemeriksaan untuk kista <4 cm adalah pemeriksaan


9

ultrasonografi awal dan pemeriksaan ulang dalam waktu 4-8 minggu.

Sedangkan pada kista > 4 cm atau kista menetap dapat diberikan

pemberian kontrasepsi oral selama 4-8 minggu yang akan

menyebabkan kista menghilang sendiri.

b. Kista Korpus Luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan

menjadi korpus albikans. Terkadang korpus luteum mempertahankan

diri (korpus luteum persistens), perdarahan yang terjadi di dalamnya

menyebabkan terjadinya kista. Kista korpus 10 luteum berukuran ≥ 3

cm, diameter kista sebesar 10 cm dan cairan berwarna merah coklat

karena darah tua. Kista korpus luteum merupakan perdarahan yang

terjadi pada korpus luteum dan tidak dapat berdegenerasi di 14 hari

setelah periode menstruasi terakhir. Keluhan yang dirasakan yaitu

nyeri pada panggul, amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur dan

gangguan haid. Pemeriksaan untuk kista korpus luteum dengan pelvic

ultrasound. Dilakukan tindakan operasi (kistektomi ovari) atas dugaan

kehamilan ektopik terganggu

c. Kista Lutein

Kista lutein biasanya bilateral, kecil dan jarang terjadi

dibandingkan kista folikel atau korpus luteum. Kista lutein berisi

cairan berwarna kekuning-kuningan. Kista lutein merupakan kista

yang tumbuh akibat pengaruh hormon Human Corioni Gonadotropin

(HCG). Meskipun jarang ditemui, kista ini berhubungan dengan mola

hidatidosa, koriokarsinoma dan sindrom ovarium polikistik. Kista ini

biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Kista lutein
10

dapat terjadi pada kehamilan, umumnya berasal dari korpus luteum

hematoma. Gejala yang timbul biasanya rasa penuh atau menekan

pada pelvis.

d. Sindrom Ovarium Polikistik

Sindrom ovarium polikistik biasa disebut dengan kista

steinlaventhal. Keadaan ini menunjukkan adanya beberapa kista folikel

inaktif pada ovarium yang mengganggu fungsi ovarium. Kista ini

disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal. Ditandai dengan kedua

ovarium membesar 2–3 kali, bersifat polikistik, ovarium berwarna

pucat, permukaan rata dan licin, dan berdinding tebal. Pemeriksaan

untuk stein-laventhal yaitu laparoskopi.

2. Kista ovarium neoplastik jinak yaitu:

b. Kista Ovarii Simpleks

Kista ovarii simpleks merupakan kista yang permukaannya rata

dan halus, biasanya bertangkai, sering kali bilateral dan menjadi besar,

dinding tipis dan cairan dialam kista jernih. Dinding kista tampak

lapisan epitel kubik. Pengangkatan kista ini dengan reseksi ovarium,

namun jaringan yang dikeluarkan untuk segera diperiksa secara

histologik untuk mengetahui adanya keganasan

c. Kistadenoma Ovarii Musinosum

Kista ini berbentuk multilokuler dan biasanya unilateral, dapat

tumbuh menjadi ukuran sangat besar. Pada kista yang ukurannya besar

tidak lagi dapat ditemukan ovarium yang normal. Gambaran klinik

terjadi perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang

menimbulkan perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan


11

peritoneum parietale. Dinding kista agak tebal, berwarna putih keabu-

abuan. Pada pembukaan terdapat cairan lendir, kental, melekat dan

berwarna kuning hingga coklat. Penatalaksanaan dengan pengangkatan

dengan atau tanpa salpingo ooforektomi tergantung besarnya kista

d. Kistadenoma Ovarii Serosum

Kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal

epithelium). Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang

sangat besar dibandingkan kistadenoma ovarii musinosum. Permukaan

tumor biasanya licin, berongga satu, berwarna keabu-abuan. Ukuran

kista yang kecil, tetapi permukaaannya penuh dengan pertumbuhan

papiler (solid papilloma). Penatalaksanaan pada kista ini umumnya

sama seperti pada kistadenoma ovarii musinosum. Namun karena

kemungkinan keganasan lebih besar, maka diperlukan pemeriksaan

teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu

diperiksa sediaan yang dibekukan untuk menentukan tindakan

selanjutnya saat operasi

e. Kista Endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, terdapat

satu lapisan sel-sel pada dinding menyerupai lapisan epitel

endometrium. Terjadi akibat adanya bagian endometrium yang berada

diluar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya

lapisan endometrium setiap bulannya yang mengakibatkan nyeri hebat,

terutama saat menstruasi dan infertilitas.


12

f. Kista dermoid

Kista dermoid merupakan teratoma kistik jinak dengan struktur

ektodermal diferensiasi sempurna dan lebih menonjol daripada

entoderm dan mesoderm. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui

proses partenogenesis dan bisa menjadi ganas seperti karsinoma

epidermoid. Dinding kista terlihat putih keabu-abuan, agak tipis,

konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian padat. Kandungan

tidak hanya cairan melainkan elemen ektodermal, mesodermal dan

entoderm. Dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi

(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal),

mukosa traktus gastrointestinal, epitel saluran pernafasan, dan jaringan

tiroid (endotermal). Gejala klinik kista dermoid dapat terjadi torsi

tangkai dengan nyeri mendadak pada lower abdomen. Terjadi sobekan

dinding kista sehingga isi kista keluar dalam rongga peritoneum.

Terapi pada kista dermoid dengan pengangkatan seluruh ovarium

D. Penyebab Kista Ovarium

Kista ovarium disebabkan oleh gangguan pembentukan hormon pada

hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Penyebab lain timbulnya kista adalah

ovarium adalah adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena

adanya bakteri dan virus, adanya zat dioksin dan asap pabrik dan pembakaran

gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia yang akan

membantu tumbuhnya kista, faktor makan makanan yang berlemak yang

mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme


13

sehingga akan meningkatkan resiko timbulnya kista. Faktor resiko

pembentukan kista ovarium terdiri dari (Syatriani et al., 2023):

1. Usia. Kista ovarium jinak terjadi pada wanita kelompok usia reproduktif.

Pada wanita yang memasuki masa menopause (usia 50-70 tahun) lebih

beresiko memiliki kista ovarium ganas.

2. Status menopause. Ketika wanita telah memasuki masa menopause,

ovarium dapat menjadi tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat

tingkat aktifitas wanita menopause yang rendah.

3. Faktor genetik. Di dalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yaitu

disebut dengan gen protoonkogen. Protoonkogen dapat bereaksi akibat

dari paparan karsinogen (lingkungan, makanan, kimia), polusi dan paparan

radiasi.

4. Pengobatan infertilitas. Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat

kesuburan dilakukan dengan induksi ovulasi dengan gonadotropin

(konsumsi obat kesuburan). Gonadotropin yang terdiri dari Follicle

Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dapat

menyebabkan kista berkembang.

5. Kehamilan. Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada

trimester kedua pada puncak kadar Human Chorionic Gonadotrpin (HCG).

6. Hipotiroid. Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone

tiroid yang dapat menyebabkan kelenjar pituitari memproduksi Thyroid

Stimulating Hormone (TSH) lebih banyak sehingga kadar TSH meningkat.

TSH merupakan faktor yang memfasilitasi perkembangan kista ovarium

folikel
14

7. Merokok. Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk

pertumbuhan kista ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko kista

ovarium dan semakin menurun Indeks Massa Tubuh (IMT) jika seseorang

merokok.

8. Ukuran massa. Kista ovarium fungsional pada umumnya berukuran

kurang dari 5 cm dan akan menghilang dalam waktu 4-6 minggu.

Sedangkan pada wanita pasca menopause, kista ovarium lebih dari 5 cm

memiliki kemungkinan besar bersifat ganas.

9. Kadar serum pertanda tumor CA-125. Kadar CA-125 yang meningkat

menunjukkan bahwa kista ovarium tersebut bersifat ganas. Kadar

abnormal CA-125 pada wanita pada usia 16 reproduktif dan premenopause

adalah lebih dari 200 u/mL, sedangkan pada wanita menopause adalah 35

u/mL atau lebih.

10. Riwayat keluarga. Riwayat keluarga menderita kanker ovarium,

endometrium, payudara, dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin

banyak jumlah keluarga yang memiliki riwayat kanker tersebut, dan

semakin dekat tingkat hubungan keluarga, maka semakin besar resiko

seorang wanita terkena kista ovarium.

11. Konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko

terbentuknya kista ovarium, karena alkohol dapat meningkatkan kadar

estrogen. Kadar estrogen yang meningkat ini dapat mempengaruhi

pertumbuhan folikel.

12. Obesitas. Wanita obesitas yang memiliki Body Mass Indeks (BMI) lebih

besar atau sama 30kg/m2 lebih beresiko terkena kista ovarium baik jinak
15

maupun ganas. Jaringan lemak memproduksi banyak jenis zat kimia, salah

satunya adalah hormon estrogen, yang dapat mempengaruhi tubuh.

Hormon estrogen merupakan faktor utama dalam terbentuknya kista

ovarium.

E. Patofisiologi Kista Ovarium

Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih sebanyak

1.000.000 sel germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada umur satu

tahun ovarium berisi folikel kistik dalam berbagai ukuran yang dirangsang

oleh peningkatan gonadotropin secara mendadak, bersamaan dengan lepasnya

steroid fetoplasental yang merupakan umpan balik negative pada hipotalamus-

pituitari neonatal. Pada awal pubertas sel germinal berkurang menjadi 300.000

sampai 500.000 unit dari selama 35- 40 tahun dalam masa kehidupan

reproduksi, 400-500 mengalamai proses ovulasi, folikel primer akan menipis

sehingga pada saat menopause tinggal beberapa ratus sel germinal

(Fatmayanti et al., 2022).

Pada rentang 10-15 tahun sebelum menopause terjadi peningkatan

hilangnya folikel berhubungan dengan peningkatan Follicle Stimulating

Hormone (FSH). Peningkatan hilangnya folikel kemungkinan disebabkan

peningkatan stimulasi FSH. Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi

folikel yang khas termasuk ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Proses

ini terjadi akibat interaksi hipotalamus-hipofisis-gonad di mana melibatkan

folikel dan korpus luteum, hormon steroid, gonadotropin, hipofisis dan faktor

autokrin atau parakrin bersatu untuk menimbulkan ovulasi (Seriana et al.,

2023).
16

Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista

fungsional jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal. Kista ini terjadi

karena kegagalan ovulasi Luteinizing Hormone (LH surge) dan kemudian

cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa keadaan,

kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana gonadotropin

diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Hipotalamus

menghasilkan Gonadotrophin Releasing Hormone (GnRH), yang disekresi

secara pulpasi dalam rentang kritis. Kemudian GnRH memacu hipofisis untuk

menghasilkan gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi secara pulpasi juga.

Segera setelah menopause tidak ada folikel ovarium yang tersisa. Terjadi

peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar 3 kali lipat dan

kadar maksimal dicapai 1-3 tahun pasca menopause, selanjutnya terjadi

penurunan yang bertahap walaupun sedikit pada kedua gonadotropin tersebut.

Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat kehidupan merupakan bukti pasti

terjadi kegagalan ovarium (Prawirohardjo, 2020).

Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum yang

berukuran sekitar 2 cm-6 cm, dalam keadaan normal lambat laun akan

mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan

mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi di dalamnya

menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan bewarna merah coklat tua karena

darah tua. Korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, 20 berupa

amnorea diikuti perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula

menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan berulang

dalam kista dapat menyebabkan ruptur (Idayanti et al., 2022).


17

F. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien. Untuk kista

ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan lanjutan (Nelwan, 2019).

Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis tumor adneksa.

Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi, dan derajat nyeri serta kapan mulai

timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan penegakan diagnosis.

Pemeriksaan fisik perlu dilakukan termasuk pemeriksaan dalam rongga

panggul diantaranya (Lontaan et al., 2023):

1. Fisik umum sebagai tanda vitalnya.

2. Pemeriksaan palpasi: teraba tumor di abdomen (bentuk kista padat),

bergerak, terasa nyeri atau tidak nyeri.

3. Pemeriksaan dalam: melihat letak tumor apakah melekat dengan uterus.

4. Pemeriksaan spekolum: melihat serviks dilakukan biopsi atau PAP smear.

5. Pemeriksaan rektal: memberikan konfirmasi jelas tentang keberdaan tumor

G. Pemeriksaan Penunjang

Kista ovarium dapat dilakukan pemeriksan lanjut yang dapat

dilaksanakan dengan (Wardani et al., 2023):

1. Laparoskopi: pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui apakah

tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat

tumor itu.

2. Ultrasonografi: dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas

tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
18

apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan

dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

3. Foto rontgen: pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya

hidrotoraks.

4. CA-125: memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA125.

Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun tidak ada

proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada

perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan, kadar normal CA-125

(0-35 u/ml).

5. Parasentensis pungsi asites: berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu

diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei

dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

H. Terapi/Tindakan Penanganan

Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode (Ekawati

et al., 2020):

a. Terapi Hormonal

Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan

estrogenprogresteron) boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron

cyproteron asetat yang akan mengurangi ukuran besar kista. Untuk

kemandulan dan tidak terjadinya ovulasi, diberikan klomiphen sitrat. Juga

bisa dilakukan pengobatan fisik pada ovarium, misalnya melakukan

diatermi dengan sinar laser.


19

b. Terapi Pembedahan/Operasi

Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu

mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur penderita, ukuran

kista, dan keluhan. Apabila kista kecil atau besarnya kurang dari 5 cm dan

pada pemeriksaan Ultrasonografi tidak terlihat tanda-tanda proses

keganasan, biasanya dilakukan operasi dengan laparoskopi dengan cara,

alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan melakukan

sayatan kecil pada dinding perut. Apabila kista ukurannya besar, biasanya

dilakukan pengangkatan kista dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan

dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista bisa diperiksa

apakah sudah mengalami proses keganasan atau tidak. Bila sudah dalam

proses keganasan, dilakukan operasi sekalian mengangkat ovarium dan

saluran tuba, jaringan lemak sekitar dan kelenjar limpe

I. Komplikasi Kista Ovarium

Hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ialah berubah

menjadi ganas dan banyak terjadi komplikasi. Menurut (Boimau et al., 2022),

komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium yaitu:

1. Perdarahan ke dalam kista

Perdarahan kista biasanya terjadi sedikit-sedikit dan berangsur

menyebabkan pembesaran pada kista dan menimbulkan gejala klinik yang

minimal. Tetapi jika perdarahan terjadi tiba-tiba dengan jumlah yang

sangat banyak dapat menimbulkan distensi cepat dan nyeri abdomen

secara mendadak. Selain itu, tidak ada patokan mengenai ukuran besar
20

kista yang berpotensi pecah. Ada kista yang berukuran 5 cm sudah pecah,

namun ada pula yang sampai berukuran 20 cm belum pecah. Pecahnya

kista menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya

perdarahan.

2. Torsio (Putaran Tangkai)

Torsio terjadi pada tumor dengan diameter 5 cm atau lebih. Putaran

tangkai menimbulkan tarikan ligamentum infundibulo pelvikum terhadap

peritonium parietale yang menimbulkan rasa sakit. Jika putaran tangkai

berjalan terus, akan menimbulkan nekrosis hemoragik dalam tumor, jika

tidak segera dilakukan tindakan, dapat merobek dinding kista dengan

perdarahan abdominal atau peradangan sekunder. Jika putaran tangkai

terjadi perlahan, tumor melekat pada omentum.

3. Infeksi kista ovarium

Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba

dan menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista ovarium

yaitu badan panas, nyeri pada abdomen, perut terasa tegang, diperlukan

pemeriksaan laparotomi dan laboratorium untuk mengetahui adanya

infeksi pada kista.

4. Robek dinding kista (rupture)

Robek dinding kista terjadi pada putaran tangkai, tetapi dapat pula

akibat jatuh, trauma, atau saat berhubungan intim. Kista yang berisi cairan

serus, rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritonium akan segera

berkurang. Tetapi, jika terjadi robekan dinding kista disertai hemoragik


21

akut, perdarahan akan terus berlangsung ke dalam rongga peritonium dan

menimbulkan nyeri terus menerus disertai tanda abdomen akut.

5. Degenerasi keganasan

Degenerasi ganas berlangsung pelan “silent killer”. Terdiagnosa

setelah stadium lanjut, diagnosa dini karsinoma ovarium menggunakan

pemeriksaan tumor marker CA-125 untuk mengetahui terjadinya

degenerasi ganas.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Subjektif

1. Hari/ tanggal : 2 Juni 2023

2. Pukul : 11.00 WIB

3. Tempat : Puskesmas Sedinginan

4. Identitas pasien :

Nama : Ny. S Nama : Tn. K

Umur : 44 tahun Umur : 46 tahun

Suku : Melayu Suku : Melayu

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Sedinginan Alamat : Sedinginan

5. Keluhan utama

Ibu mengatakan perutnya terasa penuh dan nyeri perut bagian bawah.

6. Riwayat kesehatan

Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit seperti

jantung, asma, diabetes militus. Ibu mengatakan saat ini tidak sedang

memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, asma, diabetes militus,

jantung. Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai

riwayat penyakit seperti asma, jantung, hipertensi, diabetes militus.

7. Riwayat mentruasi

22
23

a. Menarche : 13 tahun

b. Siklus : 28-30 hari, teratur

c. Durasi : 5-7 hari

d. Disminorhea : Ada, pada hari pertama menstruasi

e. Fluor albus : Ada

f. Warna : Putih

g. Bau : Khas

h. Gatal : Tidak ada

8. Riwayat pernikahan

a. Status menikah : Sah

b. Pernikahan yang ke : Ke 1

c. Lama pernikahan : 25 tahun

d. Usia pertama kali menikah: 20 tahun

9. Riwayat keluarga berencana

Ibu pernah menjadi Akseptor KB suntik 3 bulan selama 2 tahun.

10. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas: G0P3A0

N Tahun Jenis Tempat Komplikas Penolong BB JK


o Persalinan Bersalin i Ibu dan
Bayi
1 2000 Normal Bidan - Bidan 2700 Laki-laki
Praktek gr
2 2004 Normal Bidan - Bidan 3000 Perempuan
Praktek gr
3 2007 Normal Bidan - Bidan 2900 Laki-laki
Praktek gr

11. Kebiasaan sehari-hari


24

a. Nutrisi

Makan : 2 x/hari

Porsi : 1 piring

Jenis : nasi, lauk

Gangguan : tidak ada

Minum : 8 x/hari

Porsi : 1 gelas

Jenis : teh, air putih

Gangguan : tidak ada

b. Eliminasi

BAB : 1 x/hari

Konsistensi : lembek

Warna : kuning

Gangguan : tidak ada

BAK : 3-4 x/hari

Warna : jernih

Gangguan : tidak ada

c. Personal hygine

Mandi : 2 x/hari

Gosok gigi : 3 x/hari

d. Pola seksual: 2 x seminggu

Gangguan : tidak ada

e. Pola istirahat
25

Siang : 1 jam

Malem : 7 jam

Gangguan : tidak ada

12. Sosial ekonomi

Penghasilan : Rp ±1.800.000/bulan

Penanggung jawab perekonomian : Suami

Pengambil keputusan : Ibu dan suami

13. Data pengetahuan: Ibu tidak mengerti tentang penyakit yang dideritanya

14. Data sosial dan budaya: Ibu percaya dengan budaya setempat seperti

minum jamu–jamuan.

15. Data spiritual : Ibu sholat 5 waktu dan rajin mengaji

16. Aktivitas

Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyapu,

mengepel, masak.

17. Perilaku kesehatan

Ibu tidak pernah merokok dan minum minuman beralkohol.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Komposmentis

c. Tanda-tanda vital:

Tekanan darah : 120/78 mmHg

Suhu : 36,6oC

Nadi : 82x/ menit


26

Pernapasan : 21x/ menit

d. Tinggi badan : 159 cm

e. BB : 55 kg

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala: kulit kepala bersih, tidak ada ketombe dan rambut tidak rontok

b. Wajah: tampak pipi tembam, tidak ada cloasma, tidak ada oedema dan

nyeri tekan.

c. Mata: simetris kiri dan kanan, konjungtiva pucat, sklera putih.

d. Hidung: tidak ada pembesaran polip, skret dalam batas normal

e. Mulut: bibir tidak pucat, tidak ada sariawan, gigi tanggal 1 dan ada

caries gigi.

f. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis.

g. Payudara: simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, tidak ada

benjolan dan nyeri tekan, areola kehitaman.

h. Ekstremitas: simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan, tidak

ada varices, refleks patella kanan dan kiri (+).

i. Genetalia: bersih dan terjaga

j. Anus: ada hemoroid

3. Pemeriksaan Obstetri

Mamae : Simetris

Puting susu : menonjol

Kolostrum/ASI : tidak ada

Kebersihan : terjaga
27

Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada pembesaran hepar dan

Limfe. Ada pembesaran abdomen.

Genetalia : Bersih, tidak oedem

4. Pemeriksaan USG

Oleh: Dokter

Kesan: Kista ovarium, uterus dalam batas normal

5. Pemeriksaan Penunjang

Hb: 13,8 gr%

HbsAg: Negatif

Golongan darah: AB

C. Assesment

Ny. S 44 tahun G0P3A0 dengan kista ovarium.

D. Planning

1. Sampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu memiliki kista

ovarium.

2. Menyarankan ibu untuk dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan yang

lebih lengkap.

3. Memberikan support mental kepada ibu supaya ibu tidak terlalu cemas

dengan kondisinya.

4. Berikan dukungan psikologis dan spiritual pada ibu dengan melibatkan

suami dan keluarga dalam perawatan klien. Dukungan psikologis dan

keterlibatan suami dan keluarga merupakan psikoterapi dalam perawatan


28

klien sehingga dapat memberikan semangat dan membantu dalam proses

penyembuhan. Disamping ibu agar ibu lebih optimis menghadapi sakitnya

dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5. Memberitahukan ibu untuk tidak terlalu bekerja berat, hindari mengangkat

beban yang terlalu berat dan luangkan waktu untuk istirahat di siang hari

1-2 jam dan 6-8 jam di waktu malam hari.

6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga personal hygiene terutama daerah

genitalia seperti mengganti celana dalam setiap kali merasa lembab atau

basah agar tidak ada jamur yang dapat menyebabkan keputihan.

7. Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi yang mengandung

karbohidrat seperti nasi dan roti. Sayuran hijau, yang mengandung protein

seperti telur, daging, tahu dan tempe.

8. Melakukan kolaborasi dan melaksanakan advise dr. SpOG

9. Mempersiapkan rujukan untuk ibu.

10. Melakukan pendokumentasian.


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada

Ny. S dengan kista ovarium. Berdasarkan hasil asuhan kebidanan pada Ny. S

dilakukan pada tanggal 2 Juni 2023 dengan hasil analisa data didapatkan beberapa

hasil pemeriksaan kebidanan sesuai dengan SOAP. Penulis membandingkan

antara konsep teori dengan asuhan kebidanan yang dialami oleh Ny. S.

Dalam pengkajian dimulai dari pengumpulan data baik dari ibu maupun dari

pihak keluarganya, dilanjutkan dengan pemeriksaan berupa inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi, pemeriksaan laboratorium dan USG. Pada tinjauan khusus

bahwa gejala Kista Ovarium adalah adanya pembesaran pada abdomen, abdomen

terasa penuh/berat, nyeri pada abdomen serta gangguan BAK dan BAB akibat

pembesaran tumor itu sendiri. Pada tinjauan kasus yaitu melalui pengkajian pada

anamnesa pasien mengatakan adanya nyeri pada perut bagian bawah dan perut

terasa berat serta pada pmeriksaan fisik ditemukan adannya massa pada abdomen

dan disertai nyeri saat ditekan. Kemudian pada pemeriksaan USG oleh dokter

terdapat kesan kista ovarium.

Pada tinjauan khusus kista ovarium disebutkan bahwa tanda gejala dari kista

ovarium adalah akibat pertumbuhan, aktivitas hormonal, atau komplikasi dari

tumor-tumor tersebut. Tanda dan gejala dari kista ovarii akibat pertumbuhan

dapat menyebabkan pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya

disebabkan besarnya kista atau posisinya dalam perut dapat menekan kandung

kencing dan dapat menimbulkan gangguan miksi sedangkan kista yang lebih

besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan

29
30

rasa berat di perut. Sedangkan pada studi kasus Ny. S, pasien mengeluh nyeri

perut bagian bawah, adanya nyeri pada saat perut ditekan dan terdapat massa pada

saat dilakukan pemeriksaan palpasi pada abdomen. Pasien cemas dan takut

dengan keadaannya serta ekspresi wajah tampak meringis, sehingga penulis

merumuskan diagnosa/masalah aktual : Kista Ovarium, Nyeri pada perut bagian

bawah dan kecemasan. Dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan kasus

secara garis besar tidak ada kesenjangan kecuali masalah kecemasan tidak

didapatkkan dalam tinjauan pustaka, tetapi didapatkan saat pengkajian

berlangsung.

Pada kasus Ny. S diagnosa potensial dari kista ovarium adalah perdarahan,

putaran tangkai/torsi, infeksi pada tumor, robek dinding kista dan perubahan

keganasan. Kasus pada Ny. S diagnosa potensial berupa kegansan tidak terjadi.

Dengan demikian, antara teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan karena pada

kasus tersebut diagnosa potensial dari kista ovarium adalah keganasan pada

ovarium.

Beberapa data menunjukan situasi emergensial dimana bidan perlu

bertindak segera dimana demi keselamatan ibu, beberapa data menunjukan situasi

yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu instruksi dokter dan juga

memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengavaluasi situasi

setiap pasien untuk menentukan asuhan yang paling tepat. Pada kasus kista

ovarium diperlukan adanya tindakan segera dengan dokter Sp.OG untuk

penaganan lebih lanjut. Pada kasus Ny. S dengan kista ovarium dilakukan

antisipasi dan tindakan segera dengan dilakukan kolaborasi dengan dr. SpOG

yaitu dengan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan USG dan rujukan ke rumah


31

sakit. Dengan demikian tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan

kasus, karena antisipasi tindakan segera yang telah dilakukan bidan adalah dengan

melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG.

Pada tahap awal penulis tidak menemui kendala apapun. Hal ini terlihat dari

perilaku ibu yang dapat menerima kehadiran penulis selama pendataan sampai

tindakan selesai. Ibu menunjukkan sikap terbuka dan menerima anjuran dan saran

yang diberikan oleh penulis dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan

asuhan. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh bidan dan klien agar dapat

dilaksanakan secara efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana

tersebut. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan ini harus rasional

dan benar-benar valid atas dasar yang relevan dan diakui kebenarannya dan sesuai

dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

Dalam memberikan asuhan kepada klien, penulis mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, diantaranya bidan di lahan praktik yang memberi kepercayaan,

bimbingan serta saran dosen pembimbing yang membantu penulis agar

memaksimalkan pengaplikasian asuhan sesuai dengan teori yang ada. Serta klien

dan suami yang bersedia kooperatif dan terbuka sehingga memudahkan penulis

untuk melakukan pemeriksaan fisik dan memberikan asuhan sesuai kebutuhan

klien. Dalam melakukan asuhan pada klien, penulis didampingi oleh tenaga

kesehatan yang telah memiliki sertifikasi dari lembaga pelatihan yang berwenang.

Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan gejala yang

timbul. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dan kasus.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mahasiswa mampu memberikan asuhan dan didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dan mengumpulkan data

subjektif pada Ny. S.

2. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data objektif berupa

pemeriksaan fisik dan penunjang pada Ny. S.

3. Diagnosa yang ditetapkan yaitu Ny. S 44 tahun dengan kista ovarium.

4. Mahasiswa mampu membuat perencanaan asuhan pada Ny. S dengan kista

ovarium.

B. Saran

1. Untuk Klien

a. Mematuhi setiap asuhan yang diberikan agar kondisi klien selalu sehat.

b. Segera melakukan rujukan ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan

penanganan yang lebih lengkap.

2. Untuk Bidan

a. Bidan harus memperdalam ilmu mengenai hal-hal apa saja yang

menjadi wewenangnya dan apa saja yang tidak boleh untuk dilakukan

dan tindakan apa saja yang harus melakukan penanganan segera

maupun kolaborasi dengan dokter mengenai ibu dengan kista ovarium.

32
33

b. Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan

pelayanan yang baik mengenai kista ovarium agar pasien bisa merasa

puas dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan.

3. Untuk Institusi

Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya

pembelajaran tentang penerapan manajemen asuhan kebidanan dalam

pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat

proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna

menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan professional.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, E., Fitriani, R., Naimah, A., Setiana, E. M., Sulaimah, S., Argaheni, N.
B., & Purnama, Y. (2022). Kesehatan Reproduksi Wanita. Padang: Global
Eksekutif Teknologi.
Boimau, S. V., Seran, A. A., Tabelak, T. V. I., Boimau, A. M. S., & Manalor, L.
L. (2022). Modul Kesehatan Reproduksi. Malang: CV. Literasi Nusantara
Abadi.
Ekawati, R., Deniati, E. N., Hapsari, A., & Rachmawati, W. C. (2020). Program
Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Jakarta: Wineka Media.
Emilia, O., Prabandari, Y. S., & Supriyati. (2018). Promosi Kesehatan dalam
Lingkup Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Fatmayanti, A., Laili, A. N., Titisari, I., Ula, Z., Munawarah, R., Pratamaningtyas,
S., … Rahmawati, R. S. N. (2022). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta: Get Press.
Hutomo, C. S., Azizah, N., Yani, D. P., Prihartini, S. D., Siregar, R. N.,
Haninggar, R. D., … · R. S. (2022). Asuhan Kebidanan pada Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.
Idayanti, T., Umami, S. F., Mulyati, I., Khasanah, R. N., Yaner, N. R., Pastuty, R.,
… Khayati, N. (2022). Kesehatan Reproduksi Pada Wanita. Banjarmasin:
Media Sains Indonesia.
Lontaan, A., Wulandari, S., Johan, R. B., Umarudin, Tirtawati, G. A., Sejati, P. E.,
… Ernawati. (2023). Kesehatan Reproduksi Medis Sosial Psikologi. Padang:
Global Eksekutif Teknologi.
Mayasari, A. T., Febriyanti, H., & Primadevi, I. (2021). Kesehatan Reproduksi
Wanita di Sepanjang Daur Kehidupan. Aceh: Syiah Kuala University Press.
Nelwan, J. E. (2019). Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Deepublish.
Permatasari, D., Hutomo, C. S., Istiqomah, S. B. T., Purba, J., Akhlaq, M. N. El,
Sirait, S. H., … · L. G. (2022). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.
Prawirohardjo, S. (2020). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Ke-4.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Seriana, I., Bakoil, M. B., Fitriani, A., Lindayani, I. K., Astari, R. Y., Usman, H.,
… · B. R. (2023). Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana (KB). Bandung: Media Sains Indonesia.
Syatriani, S., S, H., Pawenrusi, E. P., Dewi, C., Hengky, H. K., Kamariana, …
Fajrah, S. (2023). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rizmedia Pustaka
Indonesia.
Wardani, S. P. D. K., Mufidah, A., Putri, Mellya, K., Setyorini, Dhiana, … Diana,
S. A. (2023). Kesehatan Wanita dan Kesehatan Reproduksi. Bandung: Media
Sains Indonesia.
Widiyastuti, N. E., Pastuty, R., Banase, E. F. T., Mulyati, I., Demang, F. Y.,
Danti, R. R., … Hakiki, M. (2022). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Bandung: Media Sains Indonesia.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai