Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN DASAR 1

“ BAYI TABUNG ”

Dosen pembimbing : Ns.Ayu lestari.,s.kep.,m.kep

Disusun oleh Kelompok : 3

1. Herna wandira (A1C219117)


2. Maria phiIomena. k (A1C219119)
3. Silva rusli putri (A1C219134)
4. Abdullah mahardika.w (A1C219115)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSTAS MEGA REZKY MAKASSAR

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang bayi tabung ini.
Gagasan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah konep
dasar keperawatan 1.Atas terselesaikannya makalah ini, kami tak lupa
mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ns.ayu lestari s.kep,m.kep, selaku dosen mata kuliah konsep dasar
Keperawatan 1
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik material maupun
spiritual
3. Semua teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Demikian makalah bayi tabung yang kami susun dengan segenap
kemampuan kami. Kami menyadari banyak kekurangan-kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua pihak yang membacanya, dan khususnya bagi lingkungan Akademi
Keperawatan .

Makassar,13 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bayi Tabung.................................................................. 3
B. Sejarah Penemuan Bayi Tabung..................................................... 3
C. Jenis-Jenis Bayi Tabung.................................................................. 4
D. Pelaksanaan Bayi Tabung di Indonesia........................................... 4
E. Teknologi Bayi Tabung Aspek Agama............................................ 5
F. Teknologi Bayi Tabung Aspek Sosial Budaya................................ 11
G. Teknologi Bayi Tabung Aspek Hukum........................................... 13
H. Contoh Kasus.................................................................................. 15
I. Alternatif Keputusan Yang Dapat Diambil..................................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 16
B. Saran.................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada akhir-akhir ini ilmu kedokteran dan teknologi mengalami
perkembangan pesat. Hal ini memberikan dampak yang positif bagi umat
manusia. Hasil penemuan dibidang ini salah satunya adalah cara dalam
memproduksi manusia yang dikenal dengan isitilah kedokteran yaitu fertilisasi
InVitro atau lebih dikenal dengan bayi tabung.
Dengan program bayi tabung, pasangan suami istri yang tidak mampu
melahirkan keturunan secara alami yang disebabkan karena ada kelainan pada
tubanya atau pun dari faktor lain. Dalam hal ini bayi tabung mampu menjadi
salah satu alternatif dalam menyelesaikan masalah ini dan dapat memberikan
kebahagiaan bagi pasangan suami istri tersebut. Namun dibalik itu ternyata
program bayi tabung menimbulkan persoalan di bidang agama,
hukum,psikososial,dll.Timbulnya persoalan di bidang agama, disebabkan
karena belum ada anak yang dilahirkan dari hasil bayi tabung sehingga belum
ada hukum-hukum yang mengatur hal itu. Permasalahan hukum timbul karena
perundangundangan yang mengatur kedudukan anak dilahirkan melalui proses
ini.Sedangkan hukum bertujuan untuk melindungi kepentingan
masyarakat/manusia agar tercipta ketertiban, keadilan dan kepastian hukum.
Dalam psikologi masalah timbul karena anak yang dilahirkan kelak siapa yang
akan menjadi orang tua sebenarnya dan garis keturunan yang dianutnya.
B.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung?
2. Bagaimana sejarah penemuan bayi tabung?
3. Apa saja jenis-jenis bayi tabung?
4. Bagaimana pelaksanaan bayi tabung di Indonesia?
5. Bagaimana jika teknologi bayi tabung di lihat dari aspek Agama, Sosial
Budaya dan Hukum?
6. Apa alternatif keputusan yang dapat diambil dalam program bayi tabung?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan bayi tabung
2. Untuk menjelaskan bagaimana sejarah penemuan bayi tabung
3. Untuk menjelaskan apa jenis-jenis bayi tabung
4. Untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan bayi tabung di Indonesia
5. Untuk menjelaskan bagaimana jika teknologi bayi tabung dilihat dari
aspek agama, sosial budaya, dan hukum.
6. Untuk menjelaskan apa alternatif keputusan yang dapat diambil dalam
program bayi tabung
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bayi Tabung


Bayi tabung adalah suatu proses untuk menjaga spesies agar tidak punah
adalah dengan menggunakan teknik bayi tabung dimana sperma dan ovum dari
pasangan suami istri dimasukkan kedalam tabung gelas kemudian dipindah
kedalam rahim ibu pengganti. Jadi ibu pengganti inilah yang akan mengandung
dan melahirkan bayi tersebut dan kemudian menyerahkan kepada orang tua
yang menitipkan embrio.
B. Sejarah Penemuan Bayi Tabung Diluar Negeri
1. Di Luar Negeri
Tehnologi bayi tabung pertama kali dicoba oleh Daniel
Petrucci,seorang ilmuwan Italia yaitu fertilisasi ovum (ova) dalam
laboratorium. Pada tanggal 25 Juli 1978 berhasil dilakukan oleh Dr. P.C
Steptoe dan Dr.R.G Edwards atas pasangan suami istri John Brown dan
Leslie. Dan proses teknologi ini lahirlah bayi tabung pertama kali yakni
Louise Brown di Oldham lnggris. Bayi tabung ke-dua Candice Reid,
Australia 1980 dan Elizabeth Can, Amerika 1981 dan diikuti oleh bayi
tabung yang lain. Bahkan menjelang awal lahun 19889 lebih dan 1000 anak
dilahirkan.
2. Di dalam Negeri
Indonesia negara yang sedang berkembang tetapi perkembangan
IPTEK mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini juga bisa dilihat dari
mampunya ilmuwan Indonesia yang mengembangkan program bayi tabung
dan mengalami sukses yang luar biasa. Dengan lahirnya Nugoho Karyanto
pada tanggal 2 Mei 1988 dan pasangan Tn. Markus dan Ny. Chai Ai Lian
membuktikan ilmu kedokteran berkembang di Indonesia. Kemudian diikuti
oleh lahirnya bayi tabung yang kedua tanggal 6 November 1988. Ketiga
pada tanggal 22 Juni 1984. Keempat tanggal 27 Maret 1984 yang kembar
tiga kmudian diberi nama Melali, Suci, Lestari oleh Ibu Tien Soeharto.
Kelima tanggal 30 Juli 1989 yang terakhirtanggal 15 Februari 1990
kesemuanya lahir di Rumah Sakit Anak Bersalin Harapan Kita Jakarta.
C. Jenis-jenis Bayi Tabung
John C Fletcher membagi jenis bayi tabung menjadi 2 macam
yakni:
1. In Vitro (Outside the Human Body) fertilization (IVP) Usig Sperm of
Husband or donor and
2. Egg of wit n’ Surrogate Mother.Ditinjau dari segi sperma dan ovum dan
tempat dimana embrio ditranspantasikan dibagi menjadi 8, yaitu:
a. Sperma dan ovum dari suami-istri, ditransplantasikan kedalam
rahim istri
b. Sperma dan ovum dari suami-istri, ditransplantasikan kedalam
rahim ibu pengganti
c. Sperma dari suami, ovum dari donor ditransplantasikan kedalam
rahim istri
d. Sperma dari donor, ovum dari istri ditransplantasikan kedalam
rahim istri
e. Sperma dari donor, ovum dari istri lalu ditransplantasikan kedalam
rahim ibu pengganti
f. Sperma dari suami, ovum dan donor ditransplantasikan kedalam
rahim Surrogate Mother
g. Sperma dari ovum dan donor ditranspantasikan kedalam rahim istri
h. Sperma dari ovum berasal dari donor dan ditransplantasikan
kedalam rahim Isurrogate mother. Secara teknologis sudah dapat
dilakukan, namun didalam kasus penggunaannva mencakup 5 jenis
yakni 1, 2, 3, 4 dan 7.
D.Pelaksanaan Bayi Tabung Di Indonesia
Bayi tabung yang menyangkut masalah Moral, etika Hukum dan
agama masih memerlukan pengkajian lebih dalam. Oleh karena itu perlu
pengendalian terhadap hal itu. Pengendahan itu diatur dalam interuksi
MENKES RI No. 379/Menkes/NSI/VIII/1990 tentang pelayanan bayi tabung.
Juga ditegaskan daam pasal 16 UU No. 23 tahun 1992 tentang Undang-Undang
kesehatan yang
bunyinya:
1. Kehamilan diluar cara alami dapat dilakukan sebagai upaya terakhir
suami istri yang syah untuk mendapatkan keturunan.
2. Hasil sterma dan ovum harus dari suami-istri yang bersangkutan dan
ditanamkedalam rahim istri dimana ovum itu berasal.
3. Jadi hanya sperma, ovum dan juga embrio dengan ditanam kepada
istri yang syah yang diperbolehkan.
PROSEDUR BAYI TABUNG
Adapun prosedur dan teknik bayi tabung terdiri dari:
1. Pengobatan untuk merangsang indung telur dengan cara memberi
obatuntuk mengeluarkan banyak ovum, dapat berupa suntikan
maupunobat sejak permulaan hari dan baru dihentikan setelah sel telur
matang.
2. Pengambilan sel telur dengan cara suntikan lewat vagina
dibawahbimbingan USG.
3. Pembuahan atau fertilisasi sel telur. Sperma suami yang
baikdipertemukan dengan ovum sang istri ditabung gelas di
laboratorium,dibiakkan dalam lemari pengeram, dipantau 18-20 jam
kemudian.
4. Pemindahan embrio dilakukan melalui vagina kedalam rongga
rahimibunya 2-3 hari kemudan.
5. Pengamatan terjadinya kehamilan.
6. Setelah implantasi embrio maka tinggal menunggu apakah
kehamilanterjadi, 14 hari tidak terjadi haid diadakan pemeriksaan kencing
untuktentukan kehamilan baru dipastikan dengan USG seminggu
kemudian.Apabila semua tahapan ini sudah dilakukan oleh istri dan
hamilmaka menunggu proses kelahirannya waktunya 9 bulan 10 hari.
Pada saatini istri diperkenankan bekerja berat karena dikhawatirkan akan
terjadi keguguran.
E. Teknologi Bayi Tabung Ditinjau Dari Aspek Agama
Dalam bab ini akan ditinjau secara mendalam anak yang dihasilkan dari
teknik bayi tabung. Karena dengan melihat berbagai aspek yang ada dalam
masyarakat, seperti ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama maupun
pandangan-pandangan kebudayaan yang ada dalam masyarakat mempunyai
arti yang sangat penting dalam menentukan keabsahan tentang program bayi
tabung.
1.Agama Islam
a) Dalam Agama Islam kedudukan anak yang dilahirkan melalui
proses bayi tabung dengan menggunakan sperma dan ovum dari
pasangan suami istri.
Kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim istri
adalah anak yang sah dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dengan anak kandung. Hal ini didukung oleh hasil Mukhtamar Tarjid
Muhamaddiyah ke 21 di Klaten tanggal 6-11 april 1980, menyatakan
bahwa: Menyatakan bahwa bayi tabung menurut proses dengan
sperma dan ovum istri menurut hukum islam adalah muhbah, dan
Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor; Kep-
952/MUI/Xl/1990 menyehutkan bahwa : “Inseminasi buatan dengan
sperma dan ovum yang diambil dari suami istri yang sah muhtamar,
dibenarkan oleh islam selama mereka dalam ikatan perkawinan yang
sah.
b) Kedudukan Anak Yang dilahirkan melalui Proses Bayi
Tabungdengan sperma donor.
Apabila ditelaah dari al-Quran sural al-Baqoroh ayat 223
dansurat An-nuur ayat 30-31 maka jelaslah bahwa meletakkan sperma
kedalam rahim seorang wanita yang tidak sah baginya adalah dosa besar
sesudah syirik kepada Allah SWT. Dan kedudukan anak yang dihasilkan
dan proses ini adalah anak haram atau anak zina. Diharamkannya
penggunaan sperma dari donor. Karena padahakekatnya perkawinan
dalam islam adalah bertujuan untuk mengembangkan keturunan,
terutama diharapkan nantinya keturunan itu baik dan saleh.
c) Kedudukan anak yang Dilahirkan Melalui Proses Bayi
TabungDengan Cara Surrogate Mother.
Menurut pandangan dan pendapat ulama secara tegas
menyebutkan bahwa cara ini diperbolehkan oleh agama dan disamakan
dengan ibu susuan yang di kenal dalam agama Islam.
2. Agama Kristen Protestan
a) Kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung
dengan menggunakan sperma suami.
Ada 3 alasan yang mendasar untuk menetukan keabsahan anak
yang dilakukan melalui sperma suami sebagai anak yang sah adalah:
a. Teknologi bayi tabung membenikan dampak yang positif bagi
pasangan suami istri yang mandul.
b. Anak tersebut karunia Tuhan.
c. Anak memberikan kesenangan dan kebahagiaan bagi suami istridan
keluarganya.Maka jelaslah bahwa kedudukan anak yang dilahirkan
adalah sah dari pasangan suami istri, sedangkan teknologi hanyalah
membantu dalam proses pembuahannya saja.
b) Bayi tabung dengan Menggunakan Sperma Donor
Bayi tabung dengan menggunakan sperma donor dan ovum dari
istrii kemudian embrionya ditransplantasikan ke rahim istri secara tegas
di tolak, karena bertentangan dengan agama. Hal ini disebabkan bahwa
didalam alkitab memandang pernikahan sebagai perjanjian atau
persekutuan antara seorang wanita dan seorang pria diikat di Hadirat
Tuhan untuk seumur hidup. Salah satu ungkapan dari persekutuan hidup
yang total ini adalah pesetubuhan yang menghasilkan anak. Kehendak
Tuhan tidak sama dengan anak yang dilahirkan dengan cara bayi tabung
mempunyai 2 ayah yaitu ayah biologis (yang memberi sperma) dan ayah
agama atau yuridis.
c) Bayi Tabung dengan Cara Surrogate Mother.
Ada 2 alasan yang dikemukakan oleh Eka Darma Putra yaitu:
a. Bayi tumbuh bukan saja kerena petemuan antara sperma suami dan
ovum istri tetapi juga dihentikan oleh kesatuan dengan ibu yang
mengandung. Selama 9 bulan bayi ada dalam kandungan bukan saja
tumbuh secara jasmaniah, tetapi bayi itu juga berkembang secara
psikologi didalam kesatuan ibu yang mengandung.
b. Sekalipun dikatakan melahirkan anak-anak adalah karunia Allah
tetapi oleh karena justru ia adalah karunia Allah maka Allah dalam
Mahakuasanya dan Kebesarannya dapat juga tidak memberikan
keturunan kepada keluarga tertentu. Manusia harus dapat menerima
itu, kalaupun diusahakan tentu dalam batas-batas tertentu jangan
menggunakan segala jalan yang haram dan melanggar kodrat yang
telah ditentukan oleh Allah. Pandangan ini secara tegas menolak
penggunaaan bayi tabung menggunakan cara surrogate mother, hal
ini disebabkan karena dalam alkitab bahwa bayi tumbuh dari
perpaduan sperma ayah dan ovum ibu.Disimpulkan bahwa anak
yang dilahirkan melalui proses bayi tabung yang menggunakan
surrogate mother adalah anak zina, dan menimbulkan kerancauan
dalam keluarga.
3. Agama Katolik
a) Kedudukan Anak yang dilahirkan melalui proses Bayi Tabung Yang
menggunakan Sperma Suami
Pengertian anak yang sah menurut Kan 1137 dapat digunakan
sebagai analog dalam menentukan status anak-anak yang dilahirkan
melalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma suami dan ovum
istri lalu embrionya ditransplantasikan kedalam rahim istri. Hal ini
disebabkan karena anak itu dikandung dan dilahirkan dari perkawinan
yang sah, tetapi yang berbeda adalah proses pembuahanya saja. Anak sah
yang terdapat dalam Kan, 1137 dihasilkan dari persetubuhan secara
manusiawi antara suami-istri, sedangkan dalam teknik bayi tabung proses
pembuahanya terjadi dalam tabung gelas kemudian ditransfer ke dalam
rahim istri
b) Kedudukan Anak yang Dilahirkan Melalui Proses Bayi tabung yang
Menggunakan Surrogate Mother.
lntrusks Kongregasi Ajaran Iman (SCDF) Danum Vatie
tidak saja memuat larangan terhadap bayi tabung yang homolog, tetapi
juga memuat larangan atau penolakan terhadap teknik bayi tabung yang
heterogen. Adapun alasanya adalah bahwa unsur hetrogen bertentangan
dengan :
a. Kesatuan dan kesetiaan suami dan istri dengan hak eksklusif
untuk menjadi ibu atau bapak hanya melalui satu sama Jam.
b. Hak anak untuk dikandung dan dilahirkan dalam dan dari
perkawinan. Unsur hertolog merampas hubungan anak dengan
asal usulnya dan menghambat perkembangan identitas
pribadinya.Demikian pula unsur heterolog memutuskan kesatuan
orang tua genetis, pengandung dan pengasuhnya.
c. Maksud baik tak membuatnya menjadi selaras dengan sifat sifat
obyektif perkawinan.
c) Kedudukan anak yang dilahirkan melalui Proses Bayi Tabung Yang
menggunakan Surrogate Mother.
Jelaskan bahwa seorang wanita yang menerima embrio dalam
rahimnya dan genetis asing atau memang berasal dari ovumnya tapi
dibuahi sperma bukan milik suaminya dengan kewajiban menyerahkan
kepada pihak yang lain di tolak oleh agama dengan
alasan:
a. Kesatuan perkawinan dan martabat Prokreasi pribadi manusia
b. Pelanggaran obyektif kewajiban cinta ibu, Kesetiaan suami istri dan
yang tanggunga jawab keibuan
c. Pelanggaran martabat dan hak anak untuk dikandung, dilahirkandan
diasuh oleh orang tuanya sendiri.
d. Merugikan keluarga : Pemisahan antara unsur-unsur fisik, psikis,dan
moral yang membentuk keluarga. Dari uraian diatas dapat
dikemukakan bahwa teknik Bayi Tabung yang menggunakan
Surrogate Mother ditolak oleh Agamawan Katolik, maka dengan
sendirinya status anak menjadi tidak sah. Hal ini disebabkan oleh
pelangggaran martabat dan hak untuk dikandung, dilahirkan dan
diasuh oleh orang tuanya sendiri.
4. Agama Hindhu
a) Kedudukan anak yang dilahirkan melalui Proses Bayi tabung yang
menggunakan Sperma Suami.
Dari beberapa jenis anak yang terdapat dalam agama Hindhu
dapatlah diketahui kedudukan anak yang dilahirkan melaui proses bayi
tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami dan
istri kemudian embrionya ditransplantasikan di rahim istri adalah dapat
disamakan dengan anak Ksetraja oleh karena anak itu dilahirkan dalam :
a. Perkawinan yang sah
b. Spermanya dan suami dan ovumnya dan istri
c. Anak itu dikandung dan dilahirkan oleh istri yang sah.Cuma yang
berbeda adalah pembuahannya. Didalam teknik bayi tabung
pembuahan terjadi diluar tubuh, sedangkan anak Ksetraja yang
dikenal Manawa Dharma Sastra adalah anak yang dihasilkan dari
hubungan badani antarawanita yang dinaytakan sebagai tanah dan
laki-laki yang dinyatakan sebagai perempuan.
b) Keludukan anak yang dilahirkan melalui Proses bayi tabung
menggunakan Sperma Donor.
Anak Levirat muncul disebabkan karena kegagalan seorang
wanita memperoleh anak dari suaminya, maka ia diperkenankan secara
khusus menurut Undang - Undang Hukum Hindhu untuk meperoleh anak
melalui Levirat dengan saudara angkatnya atau dengan saudara sedarah
dengan suaminya (Pasal 50, Buku IX M. Dhs,) Dan cara ini dikenal
dengan istilah Minjam Jago. Pada hakekatnya tujuan dan penunjukan
saudara angkat atau saudara sedarah dengan suami untuk mengadakan
hubungan dengan istri adalah untuk mendapatkan anak laki-laki karena
anak laki-laki dapat menyelamatkan para orang tuanya dari neraka Put.
Anak dari hubungan tersebut adalah anak dan pasangan suami istri
sedangkan orang yang ditunjuk tadi tidak mempunya hubungan apa-apa
dengan anak tersebut.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak
lewat dapat disamakan dengan anak yang di lahirkan melalui proses bayi
tabung, yang berbeda hanya proses pembuahannya saja.
c) Kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses Bayi tabung dengan
cara Surrogate Mother
Apabila diperhatikan secara seksama ketentuan dalam Pasal 58
Buku IX M. Dhs. Maka kita dapat menyamakan ketentuan ini dengan
tekhnik bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dan pasangan
suami istri kemudian embrionya di transplantasikan kedalam rahim
Sorrogate Mother. Maka dalam pelaksanaan bayi tabung yang
menggunakan surrogate mother maka pasangan suami istri yang
menginginkan anak menitipkan embrionya kepada ibu pengganti apakah
itu kepada istri adiknya atau kepada istri kakaknya atau kepada orang lain.
Sedangkan yang menjadi syaratnya adalah bahwa ibu pengganti harus
menyerahkan anak tersebut kepada orang tua biologis sesuai dengan
perjanjian kehamilan. Dan anak tersebut disebut kapatita.
5.Agama Budha
a) Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melaiui Proses bayi Tabung yang
Menggunakan Sperma Suami.
Wakil ketua Umum/Ketua harian pimpinan pusat Walubi, yaitu
Drs. Anngi Tjetje, S.H. mengatakan bahwa; “Bayi tabung di Indonesia
merupakan temuan ilmu pengetahuan yang belum ada di zaman dimana
agama Budha diturunkan. Kita hanya bisa mencari analogi dan pararelisasi
dengan ajaran Budha. Kalau benih bayi tabung ini berasal dan pasangan
suami istri menurut agama hudha tidak ada larangan” Dan pendapat diatas
dapatlah dikemukakan bahwa penggunaan teknologi bayi tabung menurut
ajaran agama Budha tidak dilarang asal sperma dan ovumnya berasal dan
suami istri yang sah dan embrionya dipindahkan ke rahim istri. Dan anak
tersebut mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anak yang
dilahirkan secara alami.
b) Kedudukan Anak yang Dilahirkan Melalui Proses Bayi Tabung yang
Menggunakan Sperma Donor.
Dalam ajaran Budha disebutkan bahwa bayi tabung yang
menggunakan sperma donor adalah tidak sah dan anaknya termasuk
kategori anak zina, karena hal ini melanggar salah satu sila dalam
pancasila Budhis, yaitu tidak boleh melakukan perzinahan. Konsepsi
tentang perzianahan dalam agama Budha tidak saja dalam bentuk
hubungan badan secara fisik tetapi juga dalam bentuk pikiran.
c) Kedudkan Anak yang Dilahirkan Dengan Cara Surrogate Mother
Sekretaris Jendral budayana Indonesia, cabang Yokyakarta
yaitu Effendi menyatakan sah anak yang dilahirkan mealui surrogate
mother, adaiah bahwa; penitipan embrio dan pasangan suami istri yang sah
kepada ibu pengganti, semestinya tidak apa-apa sepanjang ibu itu
menyadari bahwa itu bukan miliknya dan tidak menimbulkan kericuhan
dibelakang hari. Menurut ajaran budhis kedudukan anaknya adalah sah
Dan ibu pengganti sebagai ibu asuh.
F.Teknologi Bayi Tabung Ditinjau Dari Aspek Sosial Budaya
1. Anak Menentukan Nilai Wanita
Pada sebagian besar masyarakat patriachat, satu-satunya jalan bagi
wanita untuk mencapai status sosial dan status pribadi adalah menjadi ibu
rumah tangga. Hal ini dianggap sebagai peranan yang sesuai dengan kodrat
wanita. Dalam urusan rumah tangga para wanita berkuasa penuh, selingga
keberadaan anak-anak tentu saja akan memperluas aktivitas dan kekuasaan
mereka. Selanjutnya, dalam masyarakat seperti itu wanita akan mencapai
status tertinggi dalam keluarga pada saat anak-anaknya menikah, karena
sebagai mertua mereka berhak berhenti bekerja dan memikirkan diri mereka
sendiri, para peneliti menyimpulkan bahwa dalam sistem seperti itu wanita
yang mempunyai banyak anak akan mempunyai pengaruh dan gengsi,
sebaliknya wanita yang tidak mempunyai anak akan menjadi orang asing,
mereka tidak berperan dalam masyarakat tidak mempunyai kekuasaan dan
akan cemooh oleh banyak orang. Dengan demikian tingkat kesuburan yang
tinggi disamping memberikan prestis pada wanita juga terbukti
mengantarkan mereka pada status kelas 2 dan ketidak puasan.Sebagai
contoh lain persalinan yang menjadi satu satunya jalan bagi wanita untuk
mencapai sukses. Hasil studi membuktikan bahwa adat istiadat dan
kebiasaan secara kaku dan membatasi komunikasi pengantin wanita dengan
pengantin pria sampai dapat dibuktikan bahwa ia mampu melahirkan
beberapa orang anak.
2. Kejantanan atau Machismo
Pada berbagai masyarakat ada anggapan bahwa wanita yang
melahirkan anak banyak, membuktikan kejantanan suaminya sehingga
meningkatkan gengsi. Jumlah anak yang banyak sangat dihargai sehingga
akan merubah formula ukuran keluarga yang diinginkan dan menetapkan
wanita untuk hamil tanpa batas hanya karena alasan yang bersifat simbolik.
3.Pilihan Anak Laki-Laki
Di kalangan orang orang Iteso dan Uganda Bayi laki laki yang baru
saja lahir disebut sebagi kutub sentral, untuk menunjukkan dukungan sentral
keluarga yang luas. Sementara bayi perempuan dianggap hanya seorang
pelacur karena nasib menentukannya untuk dijual dalam perkawinan atau
ditukarkan ternak. Walaupun pilihan anak laki-laki pertama merupakan
sikap pikir hal tersebut didorong atau ditunjang oleh pola yang ada dalam
masyarakat. Sebagai contoh, pada banyak daerah di negara berkembang
garis keluarga diteruskan melalui anak laki-laki. Anak perempuan hanya
mewarisi separoh dan yang diwariskan pada anak laki-laki. Banyak wanita
tetap akan berusaha mendapatkan anak laki-laki tanpa memperhatikan
betapa banyak anak wanita yang telah ada.
4. Anak-anak Sebagai Tenaga Kerja Dan Jaminan Masa Tua
Salah satu alasan terpenting bagi wanita untuk punya anak tidak
dikaitkan dengan prestis atau kebutuhanya sendiri pada anak laki-laki tetapi
ada hubungan dengan kelangsungan hidup. Anak merupakan jaminan dihari
tua.
G. Teknologi Bayi Tabung Ditinjau Dari Aspek Hukum
1. Kedudikan hukum anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung
yang menggunakan sperma suami
Hukum yang mengatur kedudukan bayi tabung di
Indonesia belum ada, sedangkan hukum positif yang mengatur tentang
status hukum anak, apakah itu anak yang sah atau luar kawin diatur di
dalam KUHPerdata dan UU No. 1 Tahun 1974. Di dalam pasal 250 KUH
Perdata diatur tantang pengertian anak yang sah. Anak sah adalah tiap tiap
anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan
memperoleh si suami sebagi bapaknya. Selanjutnya dalam Pasal 42 UU
No. I Tahun 1974 di sebutkan bahwa anak sah adalah anaka yang
dilahirkan dalam atau sebagai akibat dan perkawinan yang sah. Tetapi
dengan adanya teknologi bayi tabung setiap suami yang ingin mengadakan
perceraian dengan alasan istrinya tidak dapat melahirkan keturunan secara
alami karena adanya kelainan fisik, maka pasangan suami istri dapat
disarankan oleh Hakim, Au Ulama, BP 4, maupun orang tuanya untuk
mengikuti program bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dan
pasangan suami istri, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam
rahim istri. Di samping cara itu, maka kemungkinan lain untuk mempunyai
anak adalah dengan cara pengangkatan anak, anak piara atau anak pungut
dan anak asuh. Apabila ditinjau dari sperma dan ovum yang di gunakan
dan tempat embrio yang ditransplantasikan diatas maka nampaklah bahwa:
a. Anak itu secara biologis adalah anak pasangan suami istri. Yang
melahirkan anak itu adalah istri dan suami
b. Orang tua anak itu adalah terikat dalam perkawianan yang sab. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa anak yag dilahirkan adalah anak yang
sah menurut hukum.
2. Kedudukan hukum anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung
dengan menggunakan sperma donor.
Munculnya peroalan di bidang hukum terhadap anak yang
dilahirkan rnelalui proses bayi tabung yang menggunakan sperma donor,
adalah disebabkan pada satu sisi anak itu dilahirkan dalam ikatan
perkawinan yang sah, tetapi pada sisi lain benihnya berasal dari donor.
Dengan demikian maka dapat dikualifikasikan dengan anak yang sah atau
anak yang zina. Menurut ketentuan salah satu pasal yang tercantum dalam
Undang-Undang yang berlaku di Australia pada tahun 1984, di tentukan
bahwa suami dan seorang istri yang melahirkan anak yang kehamilan
terjadi karena sel sperma donor adalah ayah dari anak itu, karena
pemakaian sperma donor itu atas ijinnya. Dari rekomendasi tersebut maka
jelaslah bahwa kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses bayi
tabung yang menggunakan sperma donor sebagai anak yang sah dari
pasangan suami istri, asal penggunaan sel sperma donor itu atas ijin suami.
3. Kedudukan hukum anak yang dilahirkan melalui proses bayi tabung
dengan menggunakan Surrogate Mother.
Hukum positif yang megatur tentang Surrogate Mother secara
khusus di Indonesia belum ada. Maka kita dapat menerapkan Pasal 1548
KUHPerdata, Pasal 1320 KUHPerdata. Apabila syarat pertama dan kedua
diterapkan dalan perjanjian sewa menyewa rahim, maka perjanjian itu
dapat terpenuhi karena disini orang orang yang telibat atau para pihak
yang mengadakan pihaka perjanjian yaitu orang tua yang menitipkan
embrio dan ibu pengganti adalah orang orang yang cakap melakuakan
perbuatan hukum. Sedangkan masalah syarat ketiga dan keempat dalam
pasal 1320 KUH Perdata dapat diterapkan dalam perjanjian sewa
menyewa rahim, karena rahim dapat dijadikan objek dalam perjanjian dan
sebab yang halal juga dapat diterapkan karena hal itu tidak bertentangan
dengan Undang Undang, Kesusilaan, dan Ketertiban Umum. Walaupun
ada keputusan pengadilan yang melegitimasi sewa menyewa rahim namun
komisi Wamok di Inggris tidak menyetujui adanya sewa menyewa rahim
karena bagaimanapun harus diperhatikan tentang perlindungan ibu
pengganti dan orang tua genetis dan eksploitasi dan menghindari akibat-
akibat yang tidak manusiawi terhadap komersialisasi kehamilan pengganti.
H. Contoh Kasus
Ada seorang laki-laki (35 thn), dan seorang perempuan (30 thn).
Mereka sudah menikah selama 5 tahun. Akan tetapi mereka belum juga
dikaruniai seorang anak. Padahal dalam suatu pernikahan, keturunanlah atau
mempunyai anaklah yang didambakan. Mereka periksa ke dokter spesialis
apakah di dalam tubuhnya terdapat ketidaknormalan. Dan akhirnya dokter
mengatakan bahwa salah satu dari mereka ada yang tidak normal dalam
tubuhnya. Dan factor itulah yang menyebabkan mereka tidak punya anak.
Akan tetapi mereka tetap berusaha bagaimanapun caranya. Dan akhirnya
mereka menggunakan cara agar memperoleh keturunan yaitu dengan bayi
tabung. Akhirnya pun mereka mempunyai keturunan.
I.Alternatif Keputusan yang Diambil
Dalam program bayi tabung ini menurut saya diperbolehkan dan
diperuntukkan bagi pasangan suami istri yang mengalami kesusahan dalam
mendapatkan keturunan. Akan tetapi apabila program ini hanya dibuat
senangsenang dan hanya dipermainkan saja akan menimbulkan dampak di
berbagai bidang. Maka dari itu program ini diperbolehkan dan disenangi oleh
pasangan suami istri yang mandul agar mendapatkan keturunan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi tabung yang diperuntukkan bagi pasangan suami istri yang
mengalami kesusahan dalam mendapatkan keturunan mempunyai dampak
yang berhubungan dengan etika, baik itu ditinjau dari segi agama, hukum
maupun sosial budaya. Timbulnya persoalan di bidang agama adalah
disebabkan karena di berbagai agama tidak dikenal anak yang dihasilkan
dengan teknik bayi tabung, sedangkan persoalan dalam bidang hukum karena
peraturan perundangan yang mengatur tentang kedudukan hukum anak yang
dilahirkan dengan proses bayi tabung belum ada. Dalam sosial budaya
disebutkan bahwa seorang wanita yang tidak berhasil menghasilkan anak
dalam perkawinannya cenderung dikucilkan dalam masyarakat. Dengan
melihat uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa program ini jika
sperma yang diambil dari proses ini berasal dari suami dan ovum dari ibu dan
ditanam kerahim ibu yang sah tersebut bisa dianggap sebagai anak yang sah
sedangkan yang lainnya ada dua pendapat yakni sebagai anak zina dan ada
yang berkedudukan sebagai anak susuan.
B. Saran
Dengan penyusunan makalah ini, pembaca diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan gambaran tentang bayi tabung sehingga dapat bersikap secara
bijak menanggapi masalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

H.S, Bayi Tabung – Tinjauan Aspek Hukum. 1993. Jakarta : Sinar Grafika.
Thomas A, Shannon. Pengantar Bioetika. 1995. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
http//www.google.com

Anda mungkin juga menyukai