KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya,
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.
Makalah ini berjudul”BAYI TABUNG MENURUT PANDANGAN ISLAM”. Dengan
tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman
dari materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam.
Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.
Meskipun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.............................................................................................................................. ii
Daftar isi....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1.Latar belakang......................................................................................................................... 1
1.2.Rumusan masalah.................................................................................................................... 2
1.3.Tujuan penulisan..................................................................................................................... 2
1.4.Manfaat penulisan................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
2.1. Pengertian bayi tabung........................................................................................................... 3
2.2. Proses bayi tabung................................................................................................................. 4
2.3. Hukum serta dalil bayi tabung............................................................................................... 8
2.4. Perbedaan pendapat para Ulama’.......................................................................................... 9
2.5. Mutharat dan maslahah teknik bayi tabung........................................................................... 13
2.5.1. Mutharat.............................................................................................................................. 13
2.5.2. Maslahah............................................................................................................................. 14
2.6. Status anak bayi tabung menurut islam..................................................................................
14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................ 15
3.2. Saran...................................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami
pula(hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang I tetapkan Allah untuk manusia. Setiap
pasagan suami istri pasti mengharapkan hadirnyaseorang atau beberapa orang anak sebagai buah
hati dari perkawinan mereka. Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud,
misalnya karena rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba fallopii) yang membawa
sel telur ke rahim, atau karena sel sperma suami lemah sehingga tidak mampu menjangkau rahim
istri. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami istri untuk mendapatkan
anak.
Dengan kemajuan yang pesat dibidang teknologi. Kini banyak teknologi-teknologi yang
mampu menciptakan bermacam-macam produk hasil teknologi yang berkualitas. Diantara
produk teknologi mutakhir adalah di bidang biologi. Salah satunya yaitu bayi tabung unutuk
mangatasi permasalahan yang telah di uraikan di atas. Pada dasarnya orang orang memuji
kemajuan di bidang teknologi tersebut, namun mereka balum tahu pasti apakah produk-produk
hasil teknologi itu dibenarkan menurut hukum agama. Oleh karena hal tersebut di atas, untuk
mengetahui lebih banyak tentang bayi tabung dan bagaimana menurut hokum islam tentang bayi
tabung tersebu, maka saya akan mencoba menggali, mengkaji, dan memaparkan makalah yang
berjudul “BAYI TABUNG MENURUT PANDANGAN ISLAM”.
Makalah tentang bayi tabung ini di maksudkan agar masyarakat terutama dari kalangan
agama islam member tanggapan dan masukan tentang proyek pengembangan bayi tabung di
Indonesia yang mulai terbuka untuk peminat bayi tabung. Sebagai akibat dari kemajuan ilmu
pengetahuan modern dan teknologi kedokteran dan biologi canggih, maka teknilogi bayi tabung
juga maju dengan pesat, sehingga kalau teknologi bayi tabung ini di tangani oleh orang-orang
yang kurang beriman dan bertaqwa, dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manusia, bias
merusak ilai-nilai agama, moral, dan budaya bangsa.
1.2. Rumusan masalah
Masalah utama dalam penulisan ini adalah tinjauan hokum islam mengenai bayi tabung.
Permasalahan ini dirinci dalam rumusan masalah seperti berikut ini:
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung ?
2. Bagaimana proses bayi tabung ?
3. Bagaimana hukum serta dalil mengenai bayi tabung ?
4. Apakah ada perbedaan pendapat antara alim ulama mengenai bayi tabung ?
5. Bagaimana mutharat dan maslahah teknik bayi tabung ?
6. Bagaimana status anak bayi tabung menurut hukum islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
Menciptakan Embrio
Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi dokter untuk
menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun bila sperma tidak sehat sehingga tidak
dapat berenang untuk membuahi sel telur, maka akan dilakukan ICSI.
Embrio Berumur 2 hari
Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan sel telur yang telah dibuahi
(disebut dengan nama embrio). Embrio ini kemudian akan membelah seiring dengan waktu.
Embrio ini memiliki 4 sel, yang diharapkan mencapai stage perkembangan yang benar.
Pemindahan Embrio
Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang diinjeksikan ke sistem
reproduksi si pasien.
Implanted fetus
Setelah embrio memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam rahim wanita dan
kemudian menempel pada rahim. Selanjutnya embrio tumbuh dan berkembang seperti layaknya
kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG
seperti tampak pada gambar diatas.
Seseorang yang menempuh cara ini untuk mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi
rizki oleh Allah berupa anak dengan cara alami berarti dia tidak ridha dengan takdir dan
ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya. Jikalau saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menganjurkan dan membimbing kaum muslimin untuk mencari rizki berupa usaha dan
harta dengan cara yang halal maka lebih lagi tentu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menganjurkan dan membimbing mereka untuk menempuh cara yang sesuai dengan syariat dalam
mendapatkan anak.”
Bayi tabung ini mencuat ke permukaan karena adanya keinginan dari banyak pasangan suami
istri karena satu hal dan yang lainnya yang tidak bisa mempunyai keturunan, sedang mereka
sangat merindukannya, dan bayi tabung ini adalah salah satu alternatif yang bisa ditempuh untuk
mewujdkan impian mereka tersebut.
Inseminasi buatan adalah: proses yang dilakukan oleh para dokter untuk menggabungkan
antara sperma dengan sel telur, seperti dengan cara menaruh keduanya di dalam sebuah tabung,
karena rahim yang dimiliki seorang perempuan tidak bisa berfungsi sebagaimana biasanya. Yang
perlu diperhatikan terlebih dahulu bagi yang ingin mempunyai anak lewat bayi tabung, bahwa
cara ini tidak boleh ditempuh kecuali dalam keadaan darurat, yaitu ketika salah satu atau kedua
suami istri telah divonis tidak bisa mempunyai keturunan secara normal.
Perlu menjadi catatan di sini bahwa bayi tabung telah berkembang pesat di Barat, tetapi
bukan untuk mencari jalan keluar bagi pasangan suami istri yang tidak bisa mempunyai anak
secara normal, tetapi mereka mengembangkannya untuk proyek-proyek maksiat yang
diharamkan di dalam Islam, bahkan mereka benar-benar telah menghidupkan kembali
pernikahan yang pernah dilakukan orang-orang jahiliyah Arab sebelum kedatangan Islam, yaitu
para suami menyuruh para istri untuk datang kepada orang-orang yang mereka anggap cerdas
dan pintar atau pemberani agar mereka mau menggauli para istri tersebut dengan tujuan anak
mereka ikut menjadi cerdas dan pemberani. Hal sama telah dilakukan di Amerika dimana mereka
mengumpulkan sperma orang-orang pintar dalam bank sperma, kemudian dijual kepada siapa
yang menginginkan anaknya pintar dengan cara enseminasi buatan dan bayi tabung.
Subhanallah sekali ya teman-teman,kaum kafir tidak henti-hentinya terus mencari cara untuk
menyerang kita, salah satunya dengan teknologi bayi tabung ini.
3.1 Kesimpulan
Dari Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri yang
masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai lawan “di dalam
kandungan” (in vivo).
Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni diperbolehkan
dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari suami istri yang sah, dan ditanam
dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal
dari laki-laki lain begitu pula dari wanita lain.
Penghamilan buatan adalah pelanggaran yang tercela dan dosa besar, setara dengan zina, karena
memasukan mani’ orang lain ke dalam rahim perempuan tanpa ada hubungan nikah secara syara’, yang
dilindungi hukum syara’. Pada inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri tidak menimbulkan masalah
pada semua aspeknya, sedangkan inseminasi buatan dengan sperma donor banyak menimbulkan masalah di
antaranya masalah nasab. Dan adapun tentang inseminasi buatan dengan bukan sperma suami atau sperma
donor para ulama mengharamkannya seperti pendapat Yusuf Al-Qardlawi yang menyatakan bahwa islam juga
mengharamkan pencakukan sperma (bayi tabung). Apabila pencakukan itu bukan dari sperma suami.
Saran
Penulis dapat menganalisa bahwa inseminasi untuk inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri di
bolehkan bila keadaannya benar-benar memaksa pasangan itu untuk melakukannya dan bila tidak akan
mengancam keutuhan rumah tangganya (terjadinya perceraian).