Anda di halaman 1dari 14

Makalah Bayi Tabung Menurut Pandangan Agama Islam

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas   limpahan rahmat-Nya,
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung.
Makalah ini berjudul”BAYI TABUNG MENURUT PANDANGAN ISLAM”. Dengan
tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang  dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman
dari materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam.
            Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.
Meskipun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.

Bangkalan, 23 Desember 2014

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................................................. ii
Daftar isi....................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1.Latar belakang......................................................................................................................... 1
1.2.Rumusan masalah.................................................................................................................... 2
1.3.Tujuan penulisan..................................................................................................................... 2
1.4.Manfaat penulisan................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
2.1. Pengertian bayi tabung........................................................................................................... 3
2.2. Proses bayi tabung................................................................................................................. 4
2.3. Hukum serta dalil bayi tabung............................................................................................... 8
2.4. Perbedaan pendapat para Ulama’.......................................................................................... 9
2.5. Mutharat dan maslahah teknik bayi tabung........................................................................... 13
2.5.1. Mutharat.............................................................................................................................. 13
2.5.2. Maslahah............................................................................................................................. 14
2.6. Status anak bayi tabung menurut islam..................................................................................
14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................ 15
3.2. Saran...................................................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         Latar belakang
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami
pula(hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang I tetapkan Allah untuk manusia. Setiap
pasagan suami istri pasti mengharapkan hadirnyaseorang atau beberapa orang anak sebagai buah
hati dari perkawinan mereka. Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud,
misalnya karena rusaknya atau tertutupnya  saluran indung telur (tuba fallopii) yang membawa
sel telur ke rahim, atau karena sel sperma suami lemah sehingga tidak mampu menjangkau rahim
istri. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami istri untuk mendapatkan
anak.
Dengan kemajuan yang pesat dibidang teknologi. Kini banyak teknologi-teknologi yang
mampu menciptakan bermacam-macam produk hasil teknologi yang berkualitas. Diantara
produk teknologi mutakhir adalah di bidang biologi. Salah satunya yaitu bayi tabung unutuk
mangatasi permasalahan yang telah di uraikan di atas. Pada dasarnya orang orang memuji
kemajuan di bidang teknologi tersebut, namun mereka balum tahu pasti apakah produk-produk
hasil teknologi itu dibenarkan menurut hukum agama. Oleh karena hal tersebut di atas, untuk
mengetahui lebih banyak tentang bayi tabung dan bagaimana menurut hokum islam tentang bayi
tabung tersebu, maka saya akan mencoba menggali, mengkaji, dan memaparkan makalah yang
berjudul “BAYI TABUNG MENURUT PANDANGAN ISLAM”.
Makalah tentang bayi tabung ini di maksudkan agar masyarakat terutama dari kalangan
agama islam member tanggapan dan masukan tentang proyek pengembangan bayi tabung di
Indonesia yang mulai terbuka untuk peminat bayi tabung. Sebagai akibat dari kemajuan ilmu
pengetahuan modern dan teknologi kedokteran dan biologi canggih, maka teknilogi bayi tabung
juga maju dengan pesat, sehingga kalau teknologi bayi tabung ini di tangani oleh orang-orang
yang kurang beriman dan bertaqwa, dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manusia, bias
merusak ilai-nilai agama, moral, dan budaya bangsa.
1.2.         Rumusan masalah
Masalah utama dalam penulisan ini adalah tinjauan hokum islam mengenai bayi tabung.
Permasalahan ini dirinci dalam rumusan masalah seperti berikut ini:
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung ?
2. Bagaimana proses bayi tabung ?
3. Bagaimana hukum serta dalil mengenai bayi tabung ?
4. Apakah ada perbedaan pendapat antara alim ulama mengenai bayi tabung ?
5. Bagaimana mutharat dan maslahah teknik bayi tabung ?
6. Bagaimana status anak bayi tabung menurut hukum islam ?

1.3.          Tujuan penulisan


Tujuan secara umum dari diadakannya penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui informasi
tentang perkembangan teknologi bayi tabung dan kesesuaian dengan hukum agama islam.

1.4.          Manfaat penulisan


Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari penulisan makalah ini yaitu kita dapat mempelajari
hal-hal yang ada didunia medis yang dilaang oleh hukum-hukum islam.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.                      Pengertian bayi tabung


Bayi tabung atau pembuahan in vitro adalah sebuah teknik pembuahan yang  sel
telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Ini merupakan salah satu metode untuk mengatasi
masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil, dalam istilah kerennya in vitro
vertilization (IVF). In vitro adalah bahasa latin yang berarti dalam gelas/tabung gelas (nyambung
juga kan dengan kata tabung) dan vertilization adalah bahasa Inggrisnya pembuahan.
Dalam proses bayi tabung atau IVF, sel telur yang sudah matang  diambil dari indung
telur. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang di
sebut “laparoscop” yang ditemukan dr. Patrick C. Steptoe dari inggris. Lalu dibuahi dengan
sperma di dalam sebuah medium cairan. Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi dimasukkan
ke dalam rahim dengan harapan dapat berkembang menjadi bayi.Atau dapat di definisikan juga
bahwa Bayi Tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization (IVF) adalah
suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur
dalam suatu wadah khusus. Pada kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di dalam saluran
tuba.
Proses yang berlangsung di laboratorium ini dilaksanakan sampai menghasilkan suatu
embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu. Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk
beku  dan dapat digunakan kelak jika dibutuhkan.Bayi tabung merupakan pilihan untuk
memperoleh keturunan bagi ibu- ibu yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada
kondisi normal, sel telur yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju
saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu sel sperma yang akan membuahi. Jika
terdapat gangguan pada saluran tuba maka proses ini tidak akan berlangsung sebagaimana
mestinya.
Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah Louise Joy Brown pada tahun 1978 di
Inggris.

2.2.                     Proses bayi tabung


Proses bayi tabung adalah proses dimana sel telur wanita dan sel sperma pria diambil
untuk menjalani proses pembuahan. Proses pembuahan sperma dengan ovum dipertemukan di
luar kandungan pada satu tabung yang dirancang secara khusus. Setelah terjadi pembuahan lalu
menjadi zygot kemudian dimasukkan ke dalam rahim sampai dilahirkan.
Berikut adalah beberapa proses bayi tabung (IVF) yang dijelaskan dengan gambar agar suami
istri semakin yakin apakah pilihan yang mereka ambil tepat atau tidak.
  Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur
Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel sperma harus bersaing dengan sel sperma yang lain. Sel
Sperma yang kemudian berhasil untuk meneronos sel telur merupakan sel sperma dengan
kualitas terbaik saat itu. jadi merupakan perjuangan yang besar ya bagi sperma untuk menembus
sel telur.
  Perkembangan Sel telur
Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur. Sel telur tersebut akan
berjalan melewati saluran telur dan kemudian bertemu dengan sel sperma pada kehamilan yang
normal.
  Injeksi
Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya. Dokter kemudian
memilih sel telur terbaik dengan melakukan seleksi. Pada proses ini pasien disuntikkan hormon
untuk menambah jumlah produksi sel telur. Perangsangan berlangsung 5 – 6 minggu sampai sel
telur dianggap cukup matang dan siap dibuahi. Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya
efek samping.
  Pelepasan Sel telur
Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja maka sel telur siap untuk
dikumpulkan. Dokter bedah menggunakan laparoskop untuk memindahkan sel-sel telur tersebut
untuk digunakan pada proses bayi tabung (IVF) berikutnya.
  Sperma beku
Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan kemudian dibekukan untuk
menanti saat ovulasi. Sperma yang dibekukan disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan
secara hati-hati oleh para tenaga medis.

  Menciptakan Embrio
Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi dokter untuk
menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun bila sperma tidak sehat sehingga tidak
dapat berenang untuk membuahi sel telur, maka akan dilakukan ICSI.
  Embrio Berumur 2 hari
Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan sel telur yang telah dibuahi
(disebut dengan nama embrio). Embrio ini kemudian akan membelah seiring dengan waktu.
Embrio ini memiliki 4 sel, yang diharapkan mencapai stage perkembangan yang benar.
  Pemindahan Embrio
Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang diinjeksikan ke sistem
reproduksi si pasien.
  Implanted fetus
Setelah embrio memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam rahim wanita dan
kemudian menempel pada rahim. Selanjutnya embrio tumbuh dan berkembang seperti layaknya
kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG
seperti tampak pada gambar diatas.

2.3.                     Hukum serta dalil tentang bayi tabung


Bayi tabung merupakan produk kemajuan teknologi kedokteran yang demikian canggih yang
ditemukan oleh pakar kedokteran Barat yg notabene mereka adalah  kaum kafir . Bayi tabung
adalah proses pembuahan sperma dengan ovum dipertemukan di luar kandungan pada satu
tabung yang dirancang secara khusus. Setelah terjadi pembuahan lalu menjadi zygot kemudian
dimasukkan ke dalam rahim sampai dilahirkan. Jadi proses tanpa melalui jima’ .
“Tidak boleh karena proses pengambilan mani tersebut berkonsekuensi minimal sang dokter
akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain hukumnya adalah haram menurut
pandangan syariat sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat.
Sementara tidak terbayangkan sama sekali keadaan darurat yang mengharuskan seorang lelaki
memindahkan mani ke istri dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang berkonsekuensi sang
dokter melihat aurat suami wanita tersebut dan ini pun tidak boleh.

Seseorang yang menempuh cara ini untuk mendapatkan keturunan dikarenakan tidak diberi
rizki oleh Allah berupa anak dengan cara alami berarti dia tidak ridha dengan takdir dan
ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya. Jikalau saja Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menganjurkan dan membimbing kaum muslimin untuk mencari rizki berupa usaha dan
harta dengan cara yang halal maka lebih lagi tentu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menganjurkan dan membimbing mereka untuk menempuh cara yang sesuai dengan syariat dalam
mendapatkan anak.”
Bayi tabung ini mencuat ke permukaan karena adanya keinginan dari banyak pasangan suami
istri karena satu hal dan yang lainnya yang tidak bisa mempunyai keturunan, sedang mereka
sangat merindukannya, dan bayi tabung ini adalah salah satu alternatif yang bisa ditempuh untuk
mewujdkan impian mereka tersebut.
Inseminasi buatan adalah: proses yang dilakukan oleh para dokter untuk menggabungkan
antara sperma dengan sel telur, seperti dengan cara menaruh keduanya di dalam sebuah tabung,
karena rahim yang dimiliki seorang perempuan tidak bisa berfungsi sebagaimana biasanya. Yang
perlu diperhatikan terlebih dahulu bagi yang ingin mempunyai anak lewat bayi tabung, bahwa
cara ini tidak boleh ditempuh kecuali dalam keadaan darurat, yaitu ketika salah satu atau kedua
suami istri telah divonis tidak bisa mempunyai keturunan secara normal.
Perlu menjadi catatan di sini bahwa bayi tabung telah berkembang pesat di Barat, tetapi
bukan untuk mencari jalan keluar bagi pasangan suami istri yang tidak bisa mempunyai anak
secara normal, tetapi mereka mengembangkannya untuk proyek-proyek maksiat yang
diharamkan di dalam Islam, bahkan mereka benar-benar telah menghidupkan kembali
pernikahan yang pernah dilakukan orang-orang jahiliyah Arab sebelum kedatangan  Islam, yaitu
para suami menyuruh para istri untuk datang kepada orang-orang yang mereka anggap cerdas
dan pintar atau pemberani agar mereka mau menggauli para istri tersebut dengan tujuan anak
mereka ikut menjadi cerdas dan pemberani. Hal sama telah dilakukan di Amerika dimana mereka
mengumpulkan sperma orang-orang pintar dalam bank sperma, kemudian dijual kepada siapa
yang menginginkan anaknya pintar dengan cara  enseminasi buatan dan bayi tabung.
Subhanallah sekali ya teman-teman,kaum kafir tidak henti-hentinya terus mencari cara untuk
menyerang kita, salah satunya dengan teknologi bayi tabung ini.

2.4.                     Perbedaan pendapat para Ulama’


         Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya pada tanggal 13 Juni 1979 menetapkan 4
keputusan terkait masalah bayi tabung, diantaranya :
1.      Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah
(boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal keadaan suami
istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh
anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini
sesuai dengan kaidah fiqih
 “Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa. Padahal
keadaan darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-hal yang terlarang”.
Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri
yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena dikemudian hari hal
itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan (khususnya antara
anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian
melahirkannya, dan sebaliknya).
2.      Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik
baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.
3.       Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah hal
tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.
         Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum Munas di
Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait
masalah Bayi Tabung, diantaranya :
1.      Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata bukan
mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah
hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang
lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan dengan perbuatan
seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak
halal baginya.”
2.      Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak
muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan
dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram,
para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar II/113. “Seandainya seorang
lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka
hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan
untuk bersenang-senang.”
3.      Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya termasuk
muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi
mubah (boleh).
Berikut ini dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan
inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut:
Surat Al-Isra ayat 70 :
 “Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan
di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Surat At-Tin ayat 4 :    
 “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang
mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan
Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa
menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya
inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia (human
dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi.
        Ulama Saudi Arabia
Menurut salah satu putusan Fatwa Ulama Saudi Arabia, disebutkan bahwa Alim ulama di
lembaga riset pembahasan ilmiyah, fatwa, dakwah dan bimbingan Islam di Kerajaan Saudi
Arabia telah mengeluarkan fatwa pelarangan praktek bayi tabung. Karena praktek tersebut akan
menyebabkan terbukanya aurat, tersentuhnya kemaluan dan terjamahnya rahim. Kendatipun
mani yang disuntikkan ke rahim wanita tersebut adalah mani suaminya. Menurut pendapat saya,
hendaknya seseorang ridha dengan keputusan Allah Ta’ala, sebab Dia-lah yang berfirman dalam
kitab-Nya: “Dia menjadikan mandul siapa yang Dia dikehendaki”. (QS. 42:50)

        Ulama di Malaysia


Ulama di Malaysia yang tergabung dalam Jabatan Kemajuan Islam Malaysia memberi fatwa
tentang bayi tabung yang menghasilkan keputusan sebagai berikut:
Keputusan 1
a. . Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara “terhormat” adalah sah di
sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri yang sah bayi tabung itu adalah
tidak sah. 
b. .Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak menerima harta
pesaka dari keluarga yang berhak.
c. .Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang tidak bertentangan
dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.
Keputusan 2
a. Bayi Tabung Uji dari benih suami isteri yang dicantumkan secara “terhormat” adalah sah di
sisi Islam. Sebaliknya benih yang diambil dari bukan suami isteri yang sah bayi tabung itu adalah
tidak sah.
b. .Bayi yang dilahirkan melalui tabung uji itu boleh menjadi wali dan berhak menerima harta
pesaka dari keluarga yang berhak.
c. .Sekiranya benih dari suami atau isteri yang dikeluarkan dengan cara yang tidak bertentangan
dengan Islam, maka ianya dikira sebagai cara terhormat.
2.5.                     Mutharat dan maslahah teknik bayi tabung
Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma
dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah. Maslahah yang dibawa
inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang mandul, baik keduanya maupun salah
satunya, untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal.
Proses bayi tabung merupakan sebuah proses yang tidak alami dan biasanya sesuatu yang tidak
alami itu ada efek sampingnya.
2.5.1.  Mutharat
1. Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS), merupakan komplikasi dari proses
stimulasi perkembangan telur dimana banyak folikel yang dihasilkan sehingga terjadi
akumulasi cairan di perut. Cairan bisa sampai ke rongga dada dan yang paling
parah harus masuk rumah sakit karena cairan harus dikeluarkan dengan membuat lubang
dibagian perut. Kalau tidak dikeluarkan bisa menggangu fungsi tubuh yang lain.
2. Kehamilan kembar, bukan merupakan rahasia lagi kalau proses bayi tabung bisa
menghasilkan lebih dari satu bayi. Kelihatannya enak punya anak kembar, tapi katanya
resiko melahirkannya lebih tinggi dari kalau hanya satu bayi. Tidak jarang bayinya
bisa masuk ICU karena prematur.
3. Keguguran. Ini memang bisa juga terjadi pada kehamilan normal. Tingkat keguguran
kehamilan bayi tabung sekitar 20%.
4. Kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, kemungkinan terjadi sekitar 5%.
5. Resiko pendarahan pada saat pengambilan sel telur (Ovum Pick Up), sangat jarang
terjadi.  Karena prosedurnya menggunakan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam
rahim, resiko pendarahan bisa terjadi yang tentunya membutuhkan perawatan lebih
lanjut.
6. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada kesucian/kehormatan kelamin dan
kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan.
7. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
8. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran sperma
pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
9. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah
tanggal.     Dan anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak
adopsi.
10. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi bayi
tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami-isteri yang
punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami.
(QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).
11. Munculnya persewaan rahim dan permasalahannya.
12. Bertentangan dengan kodrat dan fitrah manusia sebagai mahluk tuhan.
13. Kemajuan teknologi telah memperbudak manusia.
14. Memerlukan biaya yang besar sehingga hanya dapat dijangkau oleh kalangan tertentu.
2.5.2.  Maslahah
Adapun maslahah dari teknik bayi tabung, antara lain :
1) Memberi harapan kepada pasangan suami istri yang lambat punya anak atau
mandul.
2) Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.
3) Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga untuk kedepan
akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit keturunan.
4) Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.
2.6.                     Status Anak Bayi Tabung Menurut Islam
Status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam adalah
tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi. UU Perkawinan pasal 42 No.1/1974:
”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.”
maka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah
karena ia terlahir dari perkawinan yang sah. Tetapi inseminasi buatan dengan sperma atau ovum
donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 pasal 29 ayat 1.
Pasal dan ayat lain dalam UU Perkawinan ini, terlihat bagaimana peranan agama yang cukup
dominan dalam pengesahan sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan. Misalnya pasal 2 ayat 1
(sahnya perkawinan), pasal 8 (f) tentang larangan perkawinan antara dua orang karena agama
melarangnya, dll. lagi pula negara kita tidak mengizinkan inseminasi buatan dengan donor
sperma dan/atau ovum, karena tidak sesuai dengan konstitusi dan hukum yang berlaku.            
Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama nantinya bisa
menerima bayi tabung seperti halnya KB. Namun harus diingat bahwa kalangan agama bias
menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang bertentangan dengan
agama. Contohnya : Sterilisasi, Abortus. Oleh karena itu pemerintah diharapkan mengizinkan
praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama.
BAB III
 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri yang
masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai lawan “di dalam
kandungan” (in vivo).
Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni diperbolehkan
dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari suami istri yang sah, dan ditanam
dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal
dari laki-laki lain begitu pula dari wanita lain.
Penghamilan buatan adalah pelanggaran yang tercela dan dosa besar, setara dengan zina, karena
memasukan mani’ orang lain ke dalam rahim perempuan tanpa ada hubungan nikah secara syara’, yang
dilindungi hukum syara’. Pada inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri tidak menimbulkan masalah
pada semua aspeknya, sedangkan inseminasi buatan dengan sperma donor banyak menimbulkan masalah di
antaranya masalah nasab. Dan adapun tentang inseminasi buatan dengan bukan sperma suami atau sperma
donor para ulama mengharamkannya seperti pendapat Yusuf Al-Qardlawi yang menyatakan bahwa islam juga
mengharamkan pencakukan sperma (bayi tabung). Apabila pencakukan itu bukan dari sperma suami.
Saran
 Penulis dapat menganalisa bahwa inseminasi untuk inseminasi buatan dengan sperma suami sendiri di
bolehkan bila keadaannya benar-benar memaksa pasangan itu untuk melakukannya dan bila tidak akan
mengancam keutuhan rumah tangganya (terjadinya perceraian). 

Anda mungkin juga menyukai