Anda di halaman 1dari 13

FIQIH KONTEMPORER

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“ FIQIH ’’

Dosen pengampu :

Husnul Khotimah , M.Pd .I

Disusun oleh :

Eliyana Nur Hafidhah ( 932203916)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN) KEDIRI

2021
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.wr.wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “FIQIH BAYI
TABUNG” untuk memenuhi tugas mata kuliah yang telah diberikan.

Kami mengucapkan terimkasih kepada Ibu Husnul Khotimah , M.Pd .I. Selaku dosen
pembimbing dibidang studi teologi islam. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada penulisan atau pembuatan makalah ini, maka dari itu kami memerlukan saran, kritik dan
bimbingan yang kami butuhkan dan harapkan. Jika terdapat banyak kesalahan dalam penulisan
makalah ini kami mohon maaf, karena dari kesalahan tersebut dapat menganggu yang
membacanya.

Wassalamu’alaikum.wr.wb.

Kediri, 10 Juni 2021

penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II 3

PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Bayi Tabung dan Inseminasi 3

2.2 Proses Bayi Tabung 3

2.3 Tinjauan Hukum Islam Tentang Bayi Tabung 4

2.5 Mutharat dan maslahah teknik bayi tabung 5

2.6 Status Anak Bayi Tabung Menurut Islam 7

BAB III 8

PENUTUP 8

3.1 KESIMPULAN 8

3.2 SARAN 8

DAFTAR PUSTAKA 9

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami
pula(hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang I tetapkan Allah untuk manusia. Setiap
pasagan suami istri pasti mengharapkan hadirnyaseorang atau beberapa orang anak sebagai buah
hati dari perkawinan mereka. Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud,
misalnya karena rusaknya atau tertutupnya  saluran indung telur (tuba fallopii) yang membawa
sel telur ke rahim, atau karena sel sperma suami lemah sehingga tidak mampu menjangkau rahim
istri. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami istri untuk mendapatkan
anak.
Dengan kemajuan yang pesat dibidang teknologi. Kini banyak teknologi-teknologi yang
mampu menciptakan bermacam-macam produk hasil teknologi yang berkualitas. Diantara
produk teknologi mutakhir adalah di bidang biologi. Salah satunya yaitu bayi tabung unutuk
mangatasi permasalahan yang telah di uraikan di atas. Pada dasarnya orang orang memuji
kemajuan di bidang teknologi tersebut, namun mereka balum tahu pasti apakah produk-produk
hasil teknologi itu dibenarkan menurut hukum agama. Oleh karena hal tersebut di atas, untuk
mengetahui lebih banyak tentang bayi tabung dan bagaimana menurut hokum islam tentang bayi
tabung tersebu, maka saya akan mencoba menggali, mengkaji, dan memaparkan makalah yang
berjudul “BAYI TABUNG MENURUT PANDANGAN ISLAM”.
Makalah tentang bayi tabung ini di maksudkan agar masyarakat terutama dari kalangan
agama islam member tanggapan dan masukan tentang proyek pengembangan bayi tabung di
Indonesia yang mulai terbuka untuk peminat bayi tabung. Sebagai akibat dari kemajuan ilmu
pengetahuan modern dan teknologi kedokteran dan biologi canggih, maka teknilogi bayi tabung
juga maju dengan pesat, sehingga kalau teknologi bayi tabung ini di tangani oleh orang-orang
yang kurang beriman dan bertaqwa, dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manusia, bias
merusak ilai-nilai agama, moral, dan budaya bangsa.

4
1.2 Rumusan Masalah
Masalah utama dalam penulisan ini adalah tinjauan hokum islam mengenai bayi tabung.
Permasalahan ini dirinci dalam rumusan masalah seperti berikut ini:
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung ?
2. Bagaimana proses bayi tabung ?
3. Bagaimana hukum serta dalil mengenai bayi tabung ?
4. Bagaimana mutharat dan maslahah teknik bayi tabung ?
5. Bagaimana status anak bayi tabung menurut hukum islam ?

1.3 Tujuan
Tujuan secara umum dari diadakannya penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui
informasi tentang perkembangan teknologi bayi tabung dan kesesuaian dengan hukum agama
islam.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi Tabung dan Inseminasi


Kata inseminasi berasal dari bahasa Inggris “insemination” yang artinya pembuahan atau
penghamilan secara teknologi, bukan secara alamiah. Kata inseminasi itu sendiri, dimaksudkan

oleh dokter Arab, dengan istilah ‫ التَّ ْلفِ ْي ُح‬dari fi’il (kata kerja) ‫يُلَقِّ ُح‬-‫ لَقَّ َح‬menjadi ‫ تَ ْلقِ ْيحًا‬yang
berarti mengawinkan atau mempertemukan (memadukan).
Kata talqih yang sama pengertiannya dengan inseminasi, diambil oleh dokter ahli
kandungan bangsa Arab, dalam upaya pembuahan terhadap wanita yang menginginkan
kehamilan.

Sedangkan pengertian bayi tabung disebutnya sebagai istilah  ِ ‫ ِط ْف ُل ْاَألنَابِ ْي‬ yang


‫ت‬
artinya jabang bayi yaitu sel telur yang telah dibuahi oleh sperma yang telah dibiakkan dalam
tempat pembiakan (cawan) yang sudah siap untuk diletakkan ke dalam rahim seorang ibu.
Bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah fertilisasi-in-vitro yang
memiliki pengertian sebagai berikut : Fertilisasi-in-vitro adalah pembuahan sel telur oleh sel
sperma di dalam tabung petri yang dilakukan oleh petugas medis. Inseminasi buatan pada
manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa teknik menempatkan sperma di dalam vagina
wanita, pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi
buatan bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama
bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321
derajat Fahrenheit
Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri
yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya
mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana
kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya
yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.

6
2.2 Proses Bayi Tabung
Untuk melakukan inseminasi buatan (al-taqih al-Shina’iyah); yaitu sepasang suami-istri yang
menginginkan kehamilan, diharapkan selalu berkonsultasi dengan dokter ahli dengan
memeriksakan dirinya, apakah keduanya bisa membuahi atau dibuahi, untuk mendapatkan
keturunan atau tidak.[2]
Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan di dunia kedokteran, antara
lain ialah:
a. Fertilization in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri
kemudian diproses di Vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan, lalu lalu ditransper
dirahim isteri.
b. Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum
isteri, dan setelah dicampur terjadi pembuahan, maka segera ditahan di saluran telur (tuba
palupi). Teknik kedua ini lebih alamiah dari pada teknik pertama, sebab sperma hanya
bisa membuahi ovum di tuba palupi setelah terjadi ejakulasi (pancaran mani) melalui
hubungan seksual.
Sejak bayi tabung itu dimasukkan ke dalam rahim seorang ibu, sejak itu pula berlaku
larangan dokter yang harus dipatuhi oleh ibu, antara lain:
a) Kerja keras, atau terlalu capek.
b) Tidak makan atau minum sesuatu yang mengandung unsur alcohol.
c) Tidak boleh melakukan senggama selama 15 hari atau 3 minggu sejak bayi tabung itu
 diletakkan ke dalam rahim.

2.3 Tinjauan Hukum Islam Tentang Bayi Tabung


Bayi tabung atau inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sperma suami istri sendiri
dan tidak ditranfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain
(bagi suami yang berpoligami), maka islam membenarkannya, baik dengan cara mengambil
sperma, kemudian disuntikan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan
dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya ditanam di dalam rahim istri, asal kondisi suami istri
yang bersangkutan benar-benar memerlukan inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena
dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan
kaidah hukum fiqh Islam, yang berbunyi:

7
‫الحا جة تترل الضرورة والضرورة تبيح المحظورات‬
Artinya : ”Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan
terpaksa (Emergency) padahal keadaan darurat atau terpaksa itu membolehkan melakukan
hal-hal yang terlarang.”
Sebaliknya insiminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma atau ovum,
maka hal ini diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina (prostitusi) dan sebagai akibat
hukumnya anak hasil inseminasi tersebut tidak sah. Dan nasabnya hanya dengan ibu saja yang
melahirkan.
Upaya bayi tabung, dibolehkan oleh islam manakala perpaduan sperma dengan ovum itu
bersumber dari suami istri yang sah (inseminasi homolog) yang disebut juga dengan ”Artifical
Insemination Husband” (AIH), dan yang dilarang adalah inseminasi buatan yang dihasilkan
dari perpaduan sperma dan ovum dari orang lain (inseminasi heterolog) yang disebut juga
dengan istilah ”Artifical Insemination Donor” (AID). Inseminasi homolog tidak melanggar
hukum agama atau ketentuan agama hanya kecuali hanya menempuh jalan keluar untuk
memenuhi prosedur senggama karena tidak dapat memenuhi atau dibuahi. Karena itu
kebolehannya ada karena faktor darurat yang diberi dispensasi oleh agama, sebagaimana hadist
nabi yang mengatakan bahwa tidak boleh mempersulit diri dan menyulitkan orang lain.

Menurut Pendapat Yusuf Al-Qardawi Tentang Bayi Tabung


Kalau Islam telah melindungi keturunan, yaitu dengan mengharamkan zina dan
pengangkatan anak, sehingga dengan demikian situasi keluarga selalu bersih dari anasir – anasir
asing, maka untuk itu Islam juga mengharamkan apa yang disebut pencangkokan sperma (bayi
tabung), apabila ternyata pencangkoan itu bukan sperma suami.
Bahkan situasi demikian, seperti kata Syekh Syaltut, suatu perbuatan zina dalam satu
waktu, sebab intinya adalah satu dan hasilnya satu juga, yaitu meletakkan air mani laki-laki lain
dengan suatu kesengajaan pada ladang yang tidak ada ikatan perkawinan secara syara’ yang
dilindungi hukum naluri dan syariat agama. Andaikata tidak ada pembatasan-pembatasan dalam
masalah bentuk pelanggaran hukum, niscaya pencangkoan ini dapat dihukumi berzina yang oleh
syariat Allah telah diberinya pembatasan; dan kitab-kitab agama akan menurunkan ayat tentang
itu.
Apabila pencangkokan yang dilakukan itu bukan air mani suami, maka tidak diragukan
lagi adalah suatu kejahatan yang sangat buruk sekali, dan suatu perbuatan mungkar yang lebih
8
hebat daripada pengangkatan anak. Sebab anak cangkokan dapat menghimpun antara
pengangkatan anak, yaitu memasukkan unsur asing ke dalam nasab, dan antara perbuatan jahat
yang lain berupa perbuatan zina dalam satu waktu yang justru ditentang oleh syara’ dan
undang-undang, dan ditentang pula oleh kemanusiaan yang tinggi, dan akan meluncur ke derajat
binatang yang tidak berperikemanusiaan dengan adanya ikatan kemasyarakatan yang mulia.

Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia:
a. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya mubah
(boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.
b. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya dari
isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah,
sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan
(khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang
mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
c. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik,
baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
d. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami isteri yang sah
hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar
pernikahan yang tidak sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk
menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.

2.5 Mutharat dan maslahah teknik bayi tabung


Sebagaimana kita ketahui bahwa inseminasi buatan pada manusia dengan donor sperma
dan/atau ovum lebih banyak mendatangkan mudharat daripada maslahah. Maslahah yang dibawa
inseminasi buatan ialah membantu suami-isteri yang mandul, baik keduanya maupun salah
satunya, untuk mendapatkan keturunan atau yang mengalami gangguan pembuahan normal.
Proses bayi tabung merupakan sebuah proses yang tidak alami dan biasanya sesuatu yang tidak
alami itu ada efek sampingnya.
2.5.1.  Mutharat
1. Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS), merupakan komplikasi dari proses
stimulasi perkembangan telur dimana banyak folikel yang dihasilkan sehingga terjadi

9
akumulasi cairan di perut. Cairan bisa sampai ke rongga dada dan yang paling
parah harus masuk rumah sakit karena cairan harus dikeluarkan dengan membuat lubang
dibagian perut. Kalau tidak dikeluarkan bisa menggangu fungsi tubuh yang lain.
2. Kehamilan kembar, bukan merupakan rahasia lagi kalau proses bayi tabung bisa
menghasilkan lebih dari satu bayi. Kelihatannya enak punya anak kembar, tapi katanya
resiko melahirkannya lebih tinggi dari kalau hanya satu bayi. Tidak jarang bayinya
bisa masuk ICU karena prematur.
3. Keguguran. Ini memang bisa juga terjadi pada kehamilan normal. Tingkat keguguran
kehamilan bayi tabung sekitar 20%.
4. Kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, kemungkinan terjadi sekitar 5%.
5. Resiko pendarahan pada saat pengambilan sel telur (Ovum Pick Up), sangat jarang
terjadi.  Karena prosedurnya menggunakan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam
rahim, resiko pendarahan bisa terjadi yang tentunya membutuhkan perawatan lebih
lanjut.
6. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada kesucian/kehormatan kelamin dan
kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan.
7. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
8. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran sperma
pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
9. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah
tanggal.     Dan anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak
adopsi.
10. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi bayi
tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami-isteri yang
punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami.
(QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).
11. Munculnya persewaan rahim dan permasalahannya.
12. Bertentangan dengan kodrat dan fitrah manusia sebagai mahluk tuhan.
13. Kemajuan teknologi telah memperbudak manusia.
14. Memerlukan biaya yang besar sehingga hanya dapat dijangkau oleh kalangan tertentu.
2.5.2.  Maslahah
Adapun maslahah dari teknik bayi tabung, antara lain :
10
1) Memberi harapan kepada pasangan suami istri yang lambat punya anak atau
mandul.
2) Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.
3) Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga untuk kedepan
akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit keturunan.
4) Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.

2.6 Status Anak Bayi Tabung Menurut Islam


Status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam
adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi. UU Perkawinan pasal 42
No.1/1974: ”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah.” maka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat
dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah. Tetapi inseminasi buatan dengan
sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 pasal
29 ayat 1.            
Pasal dan ayat lain dalam UU Perkawinan ini, terlihat bagaimana peranan agama yang cukup
dominan dalam pengesahan sesuatu yang berkaitan dengan perkawinan. Misalnya pasal 2 ayat 1
(sahnya perkawinan), pasal 8 (f) tentang larangan perkawinan antara dua orang karena agama
melarangnya, dll. lagi pula negara kita tidak mengizinkan inseminasi buatan dengan donor
sperma dan/atau ovum, karena tidak sesuai dengan konstitusi dan hukum yang berlaku.            
Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama nantinya bisa
menerima bayi tabung seperti halnya KB. Namun harus diingat bahwa kalangan agama bias
menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang bertentangan dengan
agama. Contohnya : Sterilisasi, Abortus. Oleh karena itu pemerintah diharapkan mengizinkan
praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur
isteri yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai
lawan “di dalam kandungan” (in vivo).
Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni
diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari suami
istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan tidak
diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal dari laki-laki lain begitu pula dari wanita lain.
Penghamilan buatan adalah pelanggaran yang tercela dan dosa besar, setara dengan zina,
karena memasukan mani’ orang lain ke dalam rahim perempuan tanpa ada hubungan nikah
secara syara’, yang dilindungi hukum syara’. Pada inseminasi buatan dengan sperma suami
sendiri tidak menimbulkan masalah pada semua aspeknya, sedangkan inseminasi buatan dengan
sperma donor banyak menimbulkan masalah di antaranya masalah nasab. Dan adapun tentang
inseminasi buatan dengan bukan sperma suami atau sperma donor para ulama mengharamkannya
seperti pendapat Yusuf Al-Qardlawi yang menyatakan bahwa islam juga mengharamkan
pencakukan sperma (bayi tabung). Apabila pencakukan itu bukan dari sperma suami.
 

3.2 SARAN
Penulis dapat menganalisa bahwa inseminasi untuk inseminasi buatan dengan sperma suami
sendiri di bolehkan bila keadaannya benar-benar memaksa pasangan itu untuk melakukannya dan
bila tidak akan mengancam keutuhan rumah tangganya (terjadinya perceraian). 

12
DAFTAR PUSTAKA

Salim HS. 1993. Bayi Tabung, Tinjauan Aspek Hukum,. Jakarta: Sinar Grafika.
Tahar, M. Shaheb. 1987. Inseminasi Buatan Menurut Hukum Islam. Surabaya: PT Bina
Ilmu.
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/05/13/pandangan-islam-terhadap-bayitabung/

13

Anda mungkin juga menyukai