“ FIQIH ’’
Dosen pengampu :
Disusun oleh :
2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.wr.wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “FIQIH BAYI
TABUNG” untuk memenuhi tugas mata kuliah yang telah diberikan.
Kami mengucapkan terimkasih kepada Ibu Husnul Khotimah , M.Pd .I. Selaku dosen
pembimbing dibidang studi teologi islam. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
pada penulisan atau pembuatan makalah ini, maka dari itu kami memerlukan saran, kritik dan
bimbingan yang kami butuhkan dan harapkan. Jika terdapat banyak kesalahan dalam penulisan
makalah ini kami mohon maaf, karena dari kesalahan tersebut dapat menganggu yang
membacanya.
Wassalamu’alaikum.wr.wb.
penyusun
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
BAB III 8
PENUTUP 8
3.1 KESIMPULAN 8
3.2 SARAN 8
DAFTAR PUSTAKA 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Masalah utama dalam penulisan ini adalah tinjauan hokum islam mengenai bayi tabung.
Permasalahan ini dirinci dalam rumusan masalah seperti berikut ini:
1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung ?
2. Bagaimana proses bayi tabung ?
3. Bagaimana hukum serta dalil mengenai bayi tabung ?
4. Bagaimana mutharat dan maslahah teknik bayi tabung ?
5. Bagaimana status anak bayi tabung menurut hukum islam ?
1.3 Tujuan
Tujuan secara umum dari diadakannya penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui
informasi tentang perkembangan teknologi bayi tabung dan kesesuaian dengan hukum agama
islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
oleh dokter Arab, dengan istilah التَّ ْلفِ ْي ُحdari fi’il (kata kerja) يُلَقِّ ُح- لَقَّ َحmenjadi تَ ْلقِ ْيحًاyang
berarti mengawinkan atau mempertemukan (memadukan).
Kata talqih yang sama pengertiannya dengan inseminasi, diambil oleh dokter ahli
kandungan bangsa Arab, dalam upaya pembuahan terhadap wanita yang menginginkan
kehamilan.
6
2.2 Proses Bayi Tabung
Untuk melakukan inseminasi buatan (al-taqih al-Shina’iyah); yaitu sepasang suami-istri yang
menginginkan kehamilan, diharapkan selalu berkonsultasi dengan dokter ahli dengan
memeriksakan dirinya, apakah keduanya bisa membuahi atau dibuahi, untuk mendapatkan
keturunan atau tidak.[2]
Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan di dunia kedokteran, antara
lain ialah:
a. Fertilization in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri
kemudian diproses di Vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan, lalu lalu ditransper
dirahim isteri.
b. Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum
isteri, dan setelah dicampur terjadi pembuahan, maka segera ditahan di saluran telur (tuba
palupi). Teknik kedua ini lebih alamiah dari pada teknik pertama, sebab sperma hanya
bisa membuahi ovum di tuba palupi setelah terjadi ejakulasi (pancaran mani) melalui
hubungan seksual.
Sejak bayi tabung itu dimasukkan ke dalam rahim seorang ibu, sejak itu pula berlaku
larangan dokter yang harus dipatuhi oleh ibu, antara lain:
a) Kerja keras, atau terlalu capek.
b) Tidak makan atau minum sesuatu yang mengandung unsur alcohol.
c) Tidak boleh melakukan senggama selama 15 hari atau 3 minggu sejak bayi tabung itu
diletakkan ke dalam rahim.
7
الحا جة تترل الضرورة والضرورة تبيح المحظورات
Artinya : ”Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti dalam keadaan
terpaksa (Emergency) padahal keadaan darurat atau terpaksa itu membolehkan melakukan
hal-hal yang terlarang.”
Sebaliknya insiminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma atau ovum,
maka hal ini diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina (prostitusi) dan sebagai akibat
hukumnya anak hasil inseminasi tersebut tidak sah. Dan nasabnya hanya dengan ibu saja yang
melahirkan.
Upaya bayi tabung, dibolehkan oleh islam manakala perpaduan sperma dengan ovum itu
bersumber dari suami istri yang sah (inseminasi homolog) yang disebut juga dengan ”Artifical
Insemination Husband” (AIH), dan yang dilarang adalah inseminasi buatan yang dihasilkan
dari perpaduan sperma dan ovum dari orang lain (inseminasi heterolog) yang disebut juga
dengan istilah ”Artifical Insemination Donor” (AID). Inseminasi homolog tidak melanggar
hukum agama atau ketentuan agama hanya kecuali hanya menempuh jalan keluar untuk
memenuhi prosedur senggama karena tidak dapat memenuhi atau dibuahi. Karena itu
kebolehannya ada karena faktor darurat yang diberi dispensasi oleh agama, sebagaimana hadist
nabi yang mengatakan bahwa tidak boleh mempersulit diri dan menyulitkan orang lain.
Menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia:
a. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah hukumnya mubah
(boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan kaidah-kaidah agama.
b. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain (misalnya dari
isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah,
sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan
(khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang
mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
c. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik,
baik dalam kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
d. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami isteri yang sah
hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar
pernikahan yang tidak sah (zina), dan berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk
menghindarkan terjadinya perbuatan zina sesungguhnya.
9
akumulasi cairan di perut. Cairan bisa sampai ke rongga dada dan yang paling
parah harus masuk rumah sakit karena cairan harus dikeluarkan dengan membuat lubang
dibagian perut. Kalau tidak dikeluarkan bisa menggangu fungsi tubuh yang lain.
2. Kehamilan kembar, bukan merupakan rahasia lagi kalau proses bayi tabung bisa
menghasilkan lebih dari satu bayi. Kelihatannya enak punya anak kembar, tapi katanya
resiko melahirkannya lebih tinggi dari kalau hanya satu bayi. Tidak jarang bayinya
bisa masuk ICU karena prematur.
3. Keguguran. Ini memang bisa juga terjadi pada kehamilan normal. Tingkat keguguran
kehamilan bayi tabung sekitar 20%.
4. Kehamilan diluar kandungan atau kehamilan ektopik, kemungkinan terjadi sekitar 5%.
5. Resiko pendarahan pada saat pengambilan sel telur (Ovum Pick Up), sangat jarang
terjadi. Karena prosedurnya menggunakan jarum khusus yang dimasukkan ke dalam
rahim, resiko pendarahan bisa terjadi yang tentunya membutuhkan perawatan lebih
lanjut.
6. Percampuran nasab, padahal Islam sangat menjada kesucian/kehormatan kelamin dan
kemurnian nasab, karena nasab itu ada kaitannya dengan kemahraman dan kewarisan.
7. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
8. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi, karena terjadi percampuran sperma
pria dengan ovum wanita tanpa perkawinan yang sah.
9. Kehadiran anak hasil inseminasi bisa menjadi sumber konflik dalam rumah
tanggal. Dan anak hasil inseminasi lebih banyak unsur negatifnya daripada anak
adopsi.
10. Bayi tabung lahir tanpa melalui proses kasih sayang yang alami, terutama bagi bayi
tabung lewat ibu titipan yang menyerahkan bayinya kepada pasangan suami-isteri yang
punya benihnya sesuai dengan kontrak, tidak terjalin hubungan keibuan secara alami.
(QS. Luqman:14 dan Al-Ahqaf:14).
11. Munculnya persewaan rahim dan permasalahannya.
12. Bertentangan dengan kodrat dan fitrah manusia sebagai mahluk tuhan.
13. Kemajuan teknologi telah memperbudak manusia.
14. Memerlukan biaya yang besar sehingga hanya dapat dijangkau oleh kalangan tertentu.
2.5.2. Maslahah
Adapun maslahah dari teknik bayi tabung, antara lain :
10
1) Memberi harapan kepada pasangan suami istri yang lambat punya anak atau
mandul.
2) Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.
3) Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga untuk kedepan
akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari penyakit keturunan.
4) Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur
isteri yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai
lawan “di dalam kandungan” (in vivo).
Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni
diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari suami
istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan tidak
diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal dari laki-laki lain begitu pula dari wanita lain.
Penghamilan buatan adalah pelanggaran yang tercela dan dosa besar, setara dengan zina,
karena memasukan mani’ orang lain ke dalam rahim perempuan tanpa ada hubungan nikah
secara syara’, yang dilindungi hukum syara’. Pada inseminasi buatan dengan sperma suami
sendiri tidak menimbulkan masalah pada semua aspeknya, sedangkan inseminasi buatan dengan
sperma donor banyak menimbulkan masalah di antaranya masalah nasab. Dan adapun tentang
inseminasi buatan dengan bukan sperma suami atau sperma donor para ulama mengharamkannya
seperti pendapat Yusuf Al-Qardlawi yang menyatakan bahwa islam juga mengharamkan
pencakukan sperma (bayi tabung). Apabila pencakukan itu bukan dari sperma suami.
3.2 SARAN
Penulis dapat menganalisa bahwa inseminasi untuk inseminasi buatan dengan sperma suami
sendiri di bolehkan bila keadaannya benar-benar memaksa pasangan itu untuk melakukannya dan
bila tidak akan mengancam keutuhan rumah tangganya (terjadinya perceraian).
12
DAFTAR PUSTAKA
Salim HS. 1993. Bayi Tabung, Tinjauan Aspek Hukum,. Jakarta: Sinar Grafika.
Tahar, M. Shaheb. 1987. Inseminasi Buatan Menurut Hukum Islam. Surabaya: PT Bina
Ilmu.
http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/05/13/pandangan-islam-terhadap-bayitabung/
13